Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.

1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-143

Pemodelan Regresi Poisson Inverse Gaussian


Studi Kasus: Jumlah Kasus Baru HIV di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Andriana Y. Herindrawati, I Nyoman Latra, dan Purhadi
Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
e-mail: i_nyoman_1@statistika.its.ac.id, purhadi@statistika.its.ac.id, andrianayoshinta7@gmail.com
Abstrak—Jumlah kasus baru HIV adalah salah satu contoh satu mixed poisson distribution yang sering digunakan dalam
data count (data cacahan). Pemodelan data count dapat penelitian untuk mengatasi kasus oversispersi adalah distribusi
menggunakan regresi poisson. Terdapat asumsi yang harus Poisson Inverse Gaussian (PIG)[4]. Berdasarkan uraian di atas,
dipenuhi jika menggunakan regresi poisson yaitu mean dan maka dilakukan penelitian mengenai pemodelan kasus baru
varians harus sama, sedangkan pada kasus data cacahan asumsi
HIV di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 dengan
ini sering tidak terpenuhi. Hal ini terjadi karena adanya
overdispersi, yaitu varians lebih besar dari mean. Oleh karena itu menggunakan regresi Poisson Inverse Gaussian. Sehingga
dalam memodelkan data cacahan tersebut tidak cukup dengan dapat diketahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
regresi poisson sederhana. Regresi poisson inverse gaussian (PIG) kasus baru HIV di Provinsi Jawa Tengah, hal tersebut menjadi
merupakan salah satu bentuk regresi dari mixed poisson yang masukan untuk Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
dirancang untuk data cacahan dengan kasus overdispersi dan telah
digunakan pada beberapa penelitian yang menggunakan data II. TINJAUAN PUSTAKA
cacahan. Penaksiran parameter dilakukan dengan metode MLE
dan pengujian hipotesis dengan menggunakan metode MLTR. A. Distribusi Poisson Inverse Gausian
Jumlah kasus baru HIV merupakan salah satu data cacahan yang Distribusi PIG merupakan salah satu distibusi mixed
berpotensi terjadi overdispersi. Oleh karena itu, dalam
poisson. Distribusi PIG ditentukan oleh dua parameter yaitu
memodelkan jumlah kasus baru HIV di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2015 dapat digunakan pemodelan dengan regresi PIG.
rata-rata (μ) sebagai parameter lokasi dan parameter dispersi (τ)
Berdasarkan model tersebut, variabel prediktor yang sebagai parameter bentuk. Probabilitas distribusi PIG dapat
memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah kasus baru dihitung dengan rumus sebagai berikut[5]:
 1
 y 
HIV di Provinsi Jawa Timur adalah persentase PUS yang 1 1  2 
 2 
 y e  2  2  
1  (2.1)
   2  1
 
menggunakan kondom, rasio fasilitas kesehatan, persentase P(Y  y |  )  K  2  1 
y !    
1
daerah perkotaan, dan persentase penduduk usia 25-34 tahun. y
2 
Rata-rata untuk distribusi PIG adalah:
E (Y )  E E Y |  v   E   v   
Kata Kunci— Regresi PIG, MLE, MLRT, HIV
Varians untuk distribusi PIG adalah:

I. PENDAHULUAN Var (Y )  Var E Y |  v   E Var Y |  v      2

Sustainable Development Goals (SDGs) dapat diartikan B. Overdispersi


sebagai lanjutan dari pembangunan MDGS dan merupakan Overdispersi pada regresi Poisson terjadi ketika varians
pembangunan global yang di deklarasikan PBB sejak tahun dari variabel respons lebih besar dari rata-rata.
2015 [1]. Salah satu tujuan dari SDGs adalah untuk mengakhiri Uji statistik yang bisa digunakan untuk mendeteksi overdispersi
epidemi HIV di tahun 2030. HIV merupakan penyakit menular pada suatu data adalah uji overdispersi yang dapat
yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus. menggunakan package AER dari software R. Hipotesis yang
Virus ini menyebar melalui cairan tubuh, dan menyerang sistem digunakan adalah [6]
kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 atau yang sering disebut H 0 : var(Y )  i
sel T [2]. Di Indonesia HIV termasuk ke dalam tiga besar
penyakit dengan kasus terbanyak setelah TBC dan malaria. H 1 : var(Y ) = i + a.g (.)
Provinsi yang termasuk dalam urutan 5 besar dengan jumlah Dimana g (.) merupakan suatu fungsi tertentu. Secara
kasus HIV terbanyak adalah Jawa Tengah. sederhana, bila nilai a  0 mak dapat dikatakan equidispersi,
Jumlah kasus baru HIV di Jawa Tengah yang ditemukan
sebaliknya bila a  0 maka dapat dikatakan overdispersi. Nilai
pada tahun 2015 mencapai 1.467 kasus, jumlah ini mengalami
koefisien a dapat diperkirakan oleh regresi OLS.
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak
1352 kasus [3]. Jumlah kasus baru HIV di suatu wilayah C. Regresi Poisson Inverse Gaussian
merupakan salah satu bentuk data cacahan sehingga dalam Model Regresi PIG seperti pada persamaan berikut[7]:
pemodelannya bisa menggunakan regresi Poisson. Pada regresi
i  ex β atau ln  i   xTi β
T
i
poisson untuk data count terkadang ditemukan kasus (2.2)
overdispersi yang membuat hasil penelitian tidak valid. Salah dengan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-144

xTi  1 x1i x2i L xki  Y*  0( 0)  xi11( 0)  K  xip  p( 0)   i dimana i =1,2,K ,n


β   0 1  2 L k 
T
dan dengan metode kuadrat terkecil diperoleh
βˆ (0)   XT X  XT Y*
1
dimana i  1, 2,..., n menunjukkan nomor observasi.
Dengan fungsi kepadatan peluang sebagai berikut:
2. ˆ ).
Membentuk vektor gradien D(θ
 T 1
 1
 yi    0

   
1
 e xi  yi e  2  2 e xiT  
2

P Y  y xi ; β;      2  1
2
K si  zi   3. Membentuk matriks hessian H θˆ  0 .
 yi !    
  4. Membentuk matriks informasi Fisher I θˆ 0 .  
5. Memasukkan nilai θ̂(0) sehingga diperoleh vektor
D. Estimasi Parameter
Parameter β pada regresi PIG ditaksir dengan metode gradien D(θˆ (0) ) dan matriks hessian H θˆ  0  
maximum likelihood, dengan menentukan fungsi likelihood
6. Mulai dari m  0 dilakukan iterasi pada
   
dari distribusi PIG. Fungsi likelihood adalah sebagai berikut:
n ˆθ ˆ
 r 1  θ r   I
1 ˆ
θ m  D θˆ  m  , nilai θˆ ( m )
L  β;    P Y  yi | xi ; β; ,
i 1 merupakan sekumpulan penaksir parameter yang
 yi 1 1  1
 yi    konvergen saat iterasi ke-m.
 e
n
 2  
2

L  β;     i  2i  1 K si  zi  
2
  2 7. Jika belum diperoleh penaksiran parameter yang
i 1  yi !     konvergen saat iterasi ke-m, maka dilanjutkan kembali
 
Fungsi likelihood tersebut diubah kedalam bentuk ke langkah 5 hingga iterasi ke-m+1. Iterasi akan
ˆ ˆ
berhenti apabila nilai dari θ ( m 1)  θ ( m )   dan
logaritma natural (ln), sehingga menjadi persamaan sebagai
berikut.
l  β;   ln L  β;    0 adalah bilangan yang sangat kecil.
n
 n
n  n 2 E. Pengujian Parameter
=  yi xTi β   ln   yi !  ln  
i 1   i 1  2    Pengujian secara serentak mencakup seluruh parameter β
  1
 ln  2xi β  1   ln K si  zi 
n n
n 2 y secara bersama-sama dengan hipotesis sebagai berikut:
 ln     i T

2 i 1  4  i 1 H 0 : 1   2  L   k  0
Fungsi dimaksimumkan dengan menggunakan Fisher H1 : minimal ada satu l  0 dengan l  1, 2,K , k
Scoring Algorithm, dengan persamaan sebagai berikut[8]:
   
 L ˆ  
θˆ  r 1  θˆ  r   I 1 θˆ  m  D θˆ  m  , (2.3) G  2 ln  

Dimana
L 
  
ˆ 


θˆ  βˆ T ,ˆ 
T = 2  ln  L  
ˆ    ln  L ˆ  

Statistik G adalah pendekatan dari distribusi chi square
T
 l l  dengan derajat bebas v sehingga ktiteria pengujiannya adalah
D(θˆ )   , T 
ˆ
 ˆ β  tolak H 0 apabila Ghit  2 ,v  .
    
I θˆ  m    E  H θˆ  m  

Pengujian secara parsial untuk parameter β dan τ adalah
sebagai berikut. Hipotesis untuk menguji signifikansi
  2l  2l  parameter β .
 ˆ 2 
ˆβˆ 
 
H θˆ  m 
k 1 k 1
 2
 l l 
2
H 0 : l  0
  H1 : l  0 dengan l  1, 2,K , k
ˆ βˆ βˆ T  m
 βˆ Statistik uji yang digunakan dalam pengujian signifikansi
  2l  2l  parameter  adalah sebagai berikut:
 ˆ 2 
ˆβˆ  ˆl
Sehingga ˆ
 
I θ m    E  2
 l  2l 
Z
 
SE ˆl
 
 βˆ ˆ βˆ βˆ T 
Kriteria uji tolak H 0 apabila Z hit lebih besar dari nilai Z .
Adapun langkah-langkah Fisher scororing Algorithm sebagai 2
berikut: Hipotesis untuk menguji signifikansi parameter  .
1. Menentukan vektor awal parameter ˆ0 dengan H0 :  0
mengasumsikan data memenuhi model regresi linier H1 :   0
berganda: Statistik uji yang digunakan:
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-145

ˆ positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui layanan


Z
SE ˆ  Voluntary, Counseling, and Testing (VCT)[12].
Kriteria pengujiannya adalah tolak H 0 apabila Z hit lebih
III. METODOLOGI PENELITIAN
besar dari nilai Z

2
A. Sumber Data
F. Uji Korelasi Penelitian ini menggunakan data sekunder tentang jumlah
Korelasi merupakan suatu indikator yang digunakan dalam kasus baru HIV dan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
hubungan linear antar dua variabel [9]. Koefisien korelasi kasus baru HIV. Data diambil dari Profil Kesehatan Provinsi
didefinisikan sebagai berikut. Jawa Tengah dan Buku Saku Kesehatan 2015 yang dikeluarkan
n dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah [3] dan Publikasi hasil
  x  x  y  y 
i i Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dikeluarkan
rx , y  i 1
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah[13].
n n

x  x   y  y 
2 2
i i Data tersebut merupakan data pada tahun 2015 dengan unit
i 1 i 1
pengamatan yang diambil pada tingkat Kabupaten/ Kota di
Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai 1. Provinsi Jawa Tengah dengan 35 Kabupaten/ Kota.
Pengujian hipotesisnya sebagai berikut:
H 0 : Tidak ada hubungan antara kedua variabel. B. Variabel Penelitian
H1 : Terdapat hubungan antar kedua variabel. Adapun variabel yang digunakan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut.
Statistik uji yang digunakan adalah
rx, y n  2 Tabel 1.
t Variabel Penelitian
1 r2 Notasi Variabel
Keputusan tolak H 0 jika t  t
hit   Y Jumlah Kasus Baru HIV
 ,n2 
2 
X1 Persentase Penduduk Miskin
G. Multikolinearitas X2 Persentase penduduk dengan pendidikan tertinggi SLTA
Pada pemodelan regresi, korelasi antara variabel-variabel X3 Persentase PUSyang sedang menggunaan alat KB kondom
prediktor disebut dengan multikolinearitas. Salah satu cara X4 Rasio jumlah tenaga kesehatan per 100.000
untuk mendeteksi terjadinya multikolinearitas adalah dengan X5 Rasio fasilitas kesehatan per 100.000 penduduk
melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). X6 Persentase Daerah Perkotaan
1
VIF  (2.4) X7 Persentase penduduk usia 25-34 tahun
1  R 2j
Apabila nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi C. Langkah Analisis Data
kasus multikolinearitas[10]. Langkah analisis yang digunakan dalam penelitian
H. Pemilihan model terbaik sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan karakteristik data dengan statistika
Akaike Information Criterion (AIC) merupakan salah satu deskriptif.
sarana dalam pemilihan model. AIC memperkirakan kualitas 2. Menguji korelasi antara variabel respon dengan variabel
masing-masing model, relatif terhadap model lain. Misalkan L prediktor.
adalah nilai maksimum dari fungsi likelihood suatu model, dan 3. Melakukan pemeriksaan kasus multikolinieritas dengan
k adalah jumlah parameter yang diestimasi dalam model menggunakan kriteria VIF.
tersebut, maka nilai AIC dari model tersebut adalah sebagai 4. Melakukan uji overdispersi.
berikut: 5. Menentukan nilai penaksir parameter model Regresi PIG
AIC  2k  2 ln L ˆ (2.5)    dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mendapatkan penduga parameter dengan menggunakan
Apabila diberikan beberapa model untuk sebuah set data, Maximum Likelihood Estimation (MLE).
maka model yang lebih baik adalah model dengan AIC kecil b. Melakukan pengujian hipotesis untuk Regresi PIG.
[10] 6. Membandingkan nilai AIC untuk mencari model terbaik.
I. HIV 7. Melakukan interpretasi model PIGR yang didapatkan.
HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh 8. Membuat kesimpulan dari hasil analisis tersebut.
infeksi Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyebar
melalui cairan tubuh, dan menyerang sistem kekebalan tubuh, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
khususnya sel CD4 atau yang sering disebut sel T [2]. Infeksi A. Statistika Deskriptif
tersebut menyebabkan beberapa sel tubuh hancur sehingga
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi kelima setelah
penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh dan tidak
Provinsi Jawa Barat dengan jumlah kasus HIV terbanyak
dapat melawan infeksi maupun penyakit lain. Jumlah HIV
ditemukan. Perkembangan jumlah kasus baru HIV di Provinsi
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-146

Jawa Tengah dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dapat dilihat Tabel 2.
pada Gambar 1. Koefisien Korelasi Variabel Respon dan Variabel Prediktor
Korelasi Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
X1 -0,001
2000
0,997
Jumlha Kasus HIV

1500 1467 X2 -0,088 -0,692


1352 0,614 0,000
1000 1045 X3 -0,037 -0,420 0,766
500 755 607 0,834 0,012 0,000
X4 -0,315 -0,467 0,772 0,782
0 0,066 0,004 0,000 0,000
2011 2012 2013 2014 2015 X5 -0,460 -0,336 0,596 0,718 0,850
Tahun 0,005 0,048 0,000 0,000 0,000
X6 -0,229 -0,565 0,799 0,826 0,814 0,767
Gambar 1 Perkembangan Jumlah Kasus Baru HIV di Provinsi Jawa Tengah 0,186 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Tahun 2011-2015 X7 0,184 -0,523 0,613 0,395 0,325 0,123 0,574
0,290 0,001 0,000 0,019 0,057 0,480 0,000
Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat dilihat perkembangan
kasus baru HIV dari tahun 2009 hingga tahun 2015. Pada tahun Nilai VIF dari variabel prediktor dapat dilihat pada
2012 jumlah kasus HIV di Provinsi Jawa Tengah menurun Tabel 3.
sebanyak 148 kasus, namun pada tahun 2013 jumlah kasus baru
HIV meningkat menjadi 1045 kasus. Di tahun 2013 hingga Tabel 3.
tahun 2015 jumlah kasus HIV di Provinsi Jawa Tengah Koefisien Korelasi Variabel Respon dan Variabel Prediktor
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebelum melakukan Variabel VIF
analisis Regresi Poisson Inverse Gaussian adalah X1 2,150
X2 5,743
mengindentifikasi masing-masing variabel dengan analisis X3 4,201
Statistika Deskriptif, didapatkan hasil sebagai berikut. X4 6,119
X5 5,621
Tabel 1. X6 7,703
Statistika Deskriptif X7 2,795

Var Mean Stdev Variance Min Max


Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tidak terjadi kasus
Y 41,91 26,45 699,85 3,00 116,00
multiko, dikarenakan nilai VIF tidak ada yang melebihi nilai
X1 13,031 4,315 18,618 4,970 21,450
10.
X2 12,340 5,309 28,182 6,680 25,230
C. Overdispersi
X3 2,224 1,635 2,673 0,350 7,410
X4 33,89 42,76 1828,63 5,13 222,72
Pada penelitian ini diuji apakah mengalami overdsispersi
atau tidak dengan hipotesis sebagai berikut:
X5 3,863 1,591 2,533 2,200 9,940
H 0 : var(Y )  i
X6 21,74 36,25 1314,27 1,23 100,00
H 1 : var(Y ) = i + a.g (.)
X7 7,468 0,667 0,446 5,820 9,090
Dengan menggunakan package AER pada software R,
diperoleh nilai a = 15,22 dan p-value sebesar 0,0001791 lebih
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata pada tahun 2015 kecil dari tingkat signifikansi 10% sehingga tolak H0 yang dapat
di provinsi Jawa Tengah terdapat 41,91≈42 kasus. Jumlah disimpulkan bahwa varians tidak sama dengan rata-rata dan
kasus tertinggi sebanyak 116 kasus di Kota Semarang dan berarti bahwa data tersebut mengalami overdispersi.
terendah sebanyak 3 kasus di Kota Tegal.
D. Pemodelan Regresi Poisson Inverse Gaussian
B. Pemerikasaan Korelasi dan Multikolinearitas Berdasarkan tujuh variabel yang signifikan pada model
Pemeriksaan hubungan antara variabel respon dengan regresi PIG,menghasilkan empat kombinasi kemungkinan
variabel prediktor dilakukan terlebih dahulu sebelum model regresi PIG yang sudah konvergen, kemudian dicari
melakukan pemodelan dengan regresi Poisson Inverse model terbaiknya. Berikut merupakan empat kemungkinan
Gaussian (PIG). model PIG adalah sebagai berikut.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat jika variabel yang
berpengaruh dengan variabel respon adalah X4 dan X5, namun   e  0  1 x1   2 x2  3 x3   4 x4  5 x5   6 x6   7 x7 

  e  
dikarenakan variabel yang lain secara teori mempengaruhi 0  1 x1  3 x3   4 x4  5 x5   6 x6   7 x7

respon maka variabel yang lain tetap digunakan dalam


penelitian ini. Selanjutnya deteksi multikolinearitas dilakukan   e  0  1 x1  3 x3  5 x5   6 x6   7 x7 
dengan melihat nilai VIF
  e  0  3 x3  5 x5   6 x6   7 x7 
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-147

Berikut merupakan estimasi parameter dari model-model - Parameter β


yang mungkin menjadi model terbaik dalam regresi PIG yang H 0 : i  0
ditunjukkan pada Tabel 4 sebagai berikut. H 1 : i  0

Tabel 4  =0,1
Estimasi Parameter Kemungkinan Model Regresi PIG - Parameter τ
Variabel dari Model β0 β1 β2 β3 H0 :  0
X1,X2,X3,X4,X5,X6,X 7 0,742 -0,006 -0,000312 0,392
X1,X3,X4,X5,X6,X7 0,765 -0,008 0,395 H1 :   0
X1,X3,X5,X6,X7 0,847 -0,007 0,386   0,1
X3,X5,X6,X7 0,629 0,385
Pengujian parameter secara individu dapat dilihat pada
Tabel 4 (Lanjutan) Tabel 6 sebagai berikut.
Variabel dari β4 β5 β6 β7 τ
Model
X1,X2,X3,X4,X5,X6, -0,0003 -0,210 -0,021 0,452 -1,360 Tabel 6
X7 Pengujian Parameter Regresi PIG Secara Individu
X1,X3,X4,X5,X6,X7 -0,0015 -0,209 -0,021 0,457 -1,324 Variabel dari Model Parameter Signifikan
X1,X3,X5,X6,X7 -0,232 -0,022 0,452 -1,314 X1,X2,X3,X 4,X5,X6,X7 β3,β6,β7,τ
X3,X5,X6,X7 -0,230 -0,021 0,466 -1,316 X1,X3,X4,X 5,X6,X7 β3,β6,β7,τ
X1,X3,X5,X 6,X7 β3, β5,β6,β7 ,τ
X3,X5,X6,X 7 β3, β5,β6,β7,τ
Langkah selanjutnya setelah didapatkan nilai estimasi dari
masing-masing perkiraan model yang ditampilkan pada Tabel
4 adalah pengujian hipotesis untuk regresi Poisson Inverse Tabel 6 menunjukkan bahwa model dengan parameter yang
Gaussian. signifikan adalah model yang memenuhi daerah kritis atau
memiliki p-value kurang dari taraf signifikansi yaitu α=0,1
E. Pengujian Hipotesis sehingga keputusan tolak H0 yang berarti parameter βi
- Pengujian Parameter Secara Serentak berpengaruh signifikan terhadap model atau dengan melihat
Pengujian parameter secara serentak dilakukan pada nilai zhitung yang dibandingkan dengan z /2  1, 64 .
kemungkinan model yang sesuai dengan model regresi Poisso
Inverse Gaussian. Pengujian parameter secara serentak dapat F. Pemilihan Model Terbaik
dilihat dari nilai statistik G dengan hipotesis sebagai berikut. Metode backward elimination dilakukan berdasarkan nilai
H 0 : 1   2  3   4  5   6   7  0 Akaike Information Criterion (AIC). Pada pemodelan regresi
poisson inverse gaussian didapatkan nilai AIC di bawah ini
H 1 : paling sedikit ada i  0 dengan i=1,2,K ,7
 =0,1 Tabel 7
Nilai AIC dari Model Regresi PIG
Tabel 5 Model AIC
Pengujian Parameter Regresi PIG Secara Serentak X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7 317,15
X1,X3,X4,X5,X6,X7 315,15
Variabel dari Model Statistik G v  (2 ,v ) Keputusan X1,X3,X5,X6,X7 313,24
X3,X5,X6,X7 311,31
X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7 299,146 27 36,741 Tolak H0
X1,X3,X4,X5,X6,X7 299,1545 28 37,916 Tolak H0
X1,X3,X5,X6,X7 299,2379 29 39,087 Tolak H0 Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai AIC yang paling kecil
X3,X5,X6,X7 299,3138 30 40,456 Tolak H0 yaitu model yang mengandung variabel X3, X5, X6, dan X7.
Sehingga model yang digunakan adalah model ke 4.
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari semua kemungkinan Berdasarkan model tersebut, dengan menggunakan package
model, didapatkan hasil statistik G lebih dari  ( ,v ) maka
2
gamlss yang tersedia pada software R didapatkan hasil yang
disajikan pada Tabel 8.
keputusannya adalah tolak H0, yang berarti minimal terdapat
satu parameter yang berpengaruh signifikan terhadap model. Tabel 8
Untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh Penaksiran Parameter Model Regresi PIG pada Jumlah Kasus Baru HIV di
signifikan terhadap model, maka dilanjutkan pada pengujian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
parameter secara individu. Parameter Taksiran Standard Error Z Hitung P-value
- Pengujian Parameter Secara Individu β0 0,629965 1,788147 0,352 0,72718
Pengujian parameter secara individu digunakan untuk β3 0,385849 0,108118 3,569 0,00127*
β5 -0,23026 0,116140 -1,983 0,05695*
mencari variabel prediktor yang berpengaruh signifikan β6 -0,02185 0,007278 -3,003 0,00546*
terhadap jumlah kasus baru HIV di Provinsi Jawa Tengah β7 0,466977 0,212157 2,201 0,03584*
τ -1,3161 0,3079 -4,274 0,000189*
dengan hipotesis sebagai berikut.
*) Signifikan dengan taraf signifikani α = 0,1
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-148

Berdasarkan Tabel 8 Hasil dari penaksiran parameter V. KESIMPULAN


diperoleh model regresi PIG sebagai berikut Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan disimpulkan
ˆ  exp  a  bX 3  cX 5  dX 6  eX 7  bahwa pada tahun 2015 jumlah kasus baru HIV di Provinsi
Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar 115 kasus
dimana
dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kasus baru HIV
a  0, 629965
tertinggi adalah di Kota Semarang. Setelah dilakukan uji
b  0,385849 overdispersi pada data jumlah kasus baru HIV di Provinsi Jawa
c  0, 230265 Tengah tahun 2015 dinyatakan bahwa data mengalami
d  0, 021858 overdispersi. Oleh karena itu penelitian dengan menggunakan
metode Regresi Poisson Inverse Gaussian dapat dilakukan.
e  0, 466977
Model regresi Poisson Inverse Gaussian (PIG) yang terbentuk
Berdasarkan model di atas, maka dapat diinterpretasikan adalah model regresi dengan variabel-variabel prediktor yang
sebagai berikut ini. Setiap penambahan 1 persen variabel X3 signifikan yaitu persentase PUS yang menggunakan kondom
maka akan meningkatkan rata-rata variabel respon Y sebesar (X3), rasio fasilitas kesehatan (X5), persentase daerah perkotaan
exp(0,385849)=1,47086 kali dari rata-rata variabel respon (X6), dan persentase penduduk usia 25-34 tahun (X7). Berikut
semula bila variabel lain tetap. Jika pengurangan 1 persen model Regresi Poisson Inverse Gaussian yang terbentuk:
variabel X3 akan menurunkan rata-rata variabel respon sebesar ˆ  exp  a  bX 3  cX 5  dX 6  eX 7 
exp(-0,385849)=0,679873 kali.
Terlihat bahwa kasus kenaikan HIV dengan kenaikan dimana
pengguna kondom sejalan, hal ini memperlihatkan juga bahwa a  0, 629965
penderita HIV telah menggunakan kondom pada saat terkena b  0,385849
HIV agar tidak tertular pada pasangan. Dimungkinkan hal c  0, 230265
tersebut dilakukan atas saran dokter, karena tujuan dari
d  0, 021858
pasangan usia subur menggunakan kondom sebenarnya untuk
tujuan kelahiran. Fluktuasi yang terjadi merupakan akibat dari e  0, 466977
elastisitas μ. Oleh karena alasan tersebut maka interpretasi pada
model ini tidak dapat dilihat sebagai sebab akibat.
DAFTAR PUSTAKA
Setiap penambahan 1 persen dari variabel X5 maka akan
meningkatkan rata-rata variabel respon Y sebesar exp(- [1] UNAIDS. (2016). Global AIDS Update 2016. Geneva: WHO.
[2] CDC. (2016). HIV/AIDS. http://www.cdc.gov/hiv/statistics/index.html.
0,230265) = 0,79432 kali dari rata-rata variabel respon semula Tanggal Akses: 5 Oktober 2016.
bila variabel lain tetap. Dengan kata lain, penambahan 1 rasio [3] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Data Saku Kesehatan
persentase fasilitas kesehatan maka akan sebanding dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang: Dinkes Jateng.
penurunan rata-rata jumlah kasus baru HIV sebesar 0,79432 [4] Consul, P.C. dan Famoye, F. (1992). “Generalized Poisson Regression
Model”, Commonication in Statistics – Theory and Methods. Vol. 21,
kali dari rata-ratanya semula bila variabel lain tetap. No.1, hal. 89-109.
Setiap penambahan 1 persen variabel X6 maka akan [5] Widiari, S. M. (2016). Penaksiran Parameter Dan Statistik Uji Dalam
melipatgandakan rata-rata variabel respon Y sebesar exp(- Model Regresi Poisson Inverse Gaussian (PIG) Studi Kasus: Jumlah
0,021858)=0,97838 kali dari rata-rata variabel respon semula Kasus Baru HIV di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Tesis. Mahasiswa
Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
bila variabel lain tetap. Dengan kata lain, penambahan 1 persen [6] Cameron, A. C. Dan Trivedi, P. K. (1990). “ Regression-Based Test For
dari persentase daerah perkotaan akan sebanding dengan Overdispersion In The Poisson Model”, Journal of Econometrics, Vol. 46,
penurunan rata-rata jumlah kasus baru HIV sebesar 0,97838 No. 1, hal 347-346.
kali dari rata-ratanya semula bila variabel lain tetap. [7] Purnamasari, I. (2016). Penaksiran Parameter Dan Statistik Uji Dalam
Model Regresi Geographically Weighted Poisson Inverse Gaussian. Tesis.
Setiap penambahan 1 persen variabel X7 maka akan Mahasiswa Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
melipatgandakan rata-rata variabel respon Y sebesar Surabaya.
exp(0,466977)=1,595164714 kali dari rata-rata variabel respon [8] Widiari, S. M. (2016). Penaksiran Parameter Dan Statistik Uji Dalam
semula bila variabel lain tetap. Dengan kata lain, penambahan Model Regresi Poisson Inverse Gaussian (PIG) Studi Kasus: Jumlah
Kasus Baru HIV di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Tesis. Mahasiswa
1 persen dari persentase penduduk usia 25-34 tahun maka akan Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
sebanding dengan kenaikan rata-rata jumlah kasus baru HIV [9] Draper, N. dan Smith, H. (1992).Analisis Regresi Terapan. Jakarta:
sebesar 1,595164714 kali dari rata-ratanya semula bila variabel Gramedia.
lain tetap. [10] Setiawan, dan Kusrini, D. E. (2010). Ekonometrika. Yogyakarta:C.V.
Andi Offset.
Masalah keterbatasan data yang tersedia menyebabkan [11] Akaike, H. (1978). A Bayesian Analysis of The Minimum AIC Procedure.
beberapa interpretasi dari model yang terbentuk tidak sesuai Annals of the Institute of Statistical Mathematics, Part A Hal.
dengan teori yang berlaku tentang HIV, sehingga interpretasi 914.http://www.ism.ac.jp /editsec/aism/pdf/ Tanggal Akses: 1 Oktober
tersebut tidak dapat dilihat sebagai hubungan sebab akibat. 2016.
[12] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2013). Profil Kesehatan
Data jumlah kasus baru HIV yang digunakan dalam penelitian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Semarang: Dinkes Jateng.
ini merupakan data yang berasal dari hasil laporan klinik- [13] BPS Jateng. (2016). Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah
klinik VCT di Provinsi Jawa Tengah dimana pasien datang Hasil Susenas 2015. Semarang: BPS Jateng.
secara sukarela untuk memeriksakan diri ke klinik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai