Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
social yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, sebagaimana tercantum dalam pasal 162 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan, yang pengaturanya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas
lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan atau
gangguan kesehatan dari factor risiko kesehatan lingkungan di permukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, antara lain malaria, demam berdarah dengue,
Pneumonia balita, diare da WHO melaporkan sementara ini Indonesia pada
peringkat 5 dunia jumlah penderiata TB Paru (WHO Global Tuberculosis Control
2010).
Disamping itu perubahan iklim (climate change) diperkirakan akan
berdampak buruk terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi peningkatan
permasalahan terhadap penyakit. Hal lain yang menyebabkan menyebabkan
meningkatnya permasalan penyakit juga diakibatkan oleh keterbatasan akses
masyarakat terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63% dan penggunaan
jamban sehat sebanyak 69% (secretariat STBM, Bappenas, Tahun 2012).
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terutama karena
meningkatnya penyakit dan atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh factor
risiko lingkungan, pemerintah telah menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan terdepan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.


Dalam pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu kesehatan
masyarakat yang bersifat esensial adalah berupa pelayanan kesehatan lingkungan.
Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten
bidang kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas perlu
diatur dalam pedoman pelayanan kesehatan lingkungan sebagai acuan bagi
petugas Puskesmas dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut.
B.
Tujuan Pedoman
1.
Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di
Puskesmas Mojotengah, baik dalam gedung maupun pelayanan luar gedung.
2.
Tujuan Khusus
a.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas
Mojotengah dilaksanakan oleh tenaga yang memiliki kompetensi dan
kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan .
b.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas
Mojotengah dilaksanakan secara professional berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas
Mojotengah dilaksanakan secara terus menerus, dapat diukur dan
ditingkatkan mutu pelayananya.
C.
Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pedoman ini meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan
lingkungan, baik pelayanan di dalam gedung dan pelayanan luar gedung di wilayah
Puskesmas Mojotengah untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya.
D.
Batasan Operasional
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif
2
dann rehabilitative, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Sanitarian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
kegiatan pengamatan, pengawasan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan
meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat.
Pelayanan kesehatan lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi , maupun social guna mencegah penyakit dan atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh factor risiko lingkungan. Setiap
puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan yang
dilakukan dalam bentuk :
1.
Konseling
Konseling adalah hubungan komunikasi antara tenaga kesehatan lingkungan
dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah
kesehatan lingkungan yang dihadapi.
2.
Inspeksi kesehatan lingkungan
Inspeksi kesehatan lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan
secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan
berdasarkan standar, norma dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan
kualitas lingkungan yang sehat. Inspeksi kesehatan lingkungan dilaksanakan
berdasarkan hasil konseling terhadap pasien dan atau kecenderungan
berkembang atau meluasnya penyakit dan atau kejadian kesakitan akibat factor
risiko lingkungan. Inspeksi kesehatan lingkungan juga dilakukan secara berkala,
dalam rangka investigasi kejadian luar biasa (KLB) dan program kesehatan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.
Intervensi kesehatan lingkungan
Intervensi kesehatan lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun social, yang dapat berupa :
a.
Komunikasi, informasi, dan edukasi, serta pergerakan/pemberdayaan
masyarakat.
3
b.
Perbaikan dan pembangunan sarana
c.
Pengembangan teknologi tepat guna
d.
Rekayasa lingkungan
Lingkup pekerjaan tenaga sanitarian merupakan pelayanan kesehatan
lingkungan yang meliputi pengelolaan unsur-unsur yang mempengaruhi timbulnya
gangguan kesehatan, antara lain :
1.
Limbah cair
a.
Pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi limbah cair dan tinja.
b.
Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan atau pajanan
kandungan unsur dari proses pengolahan limbah.
c.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah cair dan tinja
2.
Limbah padat
a.
Pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi tanah dan limbah padat
b.
Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan atau pajanan
kandungan unsur dari proses pengolahan limbah.
c.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan tanah dan limbah padat
3.
Limbah gas
a.
Pemeriksaan kualitas fisik, kebisingan, getaran dan kelembaban, kimia dan
mikrobiologi udara dan limbah gas.
b.
Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan atau pajanan
kandungan unsur dari proses pengolahan limbah.
c.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan udara dan limbah gas
4.
Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah.
a.
Pemeriksaan jenis sampah, sumber timbunan, dan karakteristik..
b.
Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan atau pajanan
kandungan unsur dari proses pengolahan limbah.
c.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan udara dan limbah gas
5.
Binatang pembawa penyakit
a.
Pemeriksaan tempat perindukan, perilaku binatang pembawa penyakit,
perilaku masyarakat
b.
Perlindungan kesehatan masyarakat dari tempat perindukan, perilaku
binatang pembawa penyakit, perilaku masyarakat
c.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian binatang pembawa
penyakit
6.
Zat kimia yang berbahaya
a.
Pemeriksaan jumlah, koncentrasi dan jenis zat kimia, limbah B3, hygiene
industry, kesehatan kerja
b.
Pemeriksaan peralatan dan lingkungan yang terpajan, dan manusia yang
terpajan
4
13.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
Tentang Bahan Tambahan Pangan.
14.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren.
15.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Tentang
Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan.
16.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian.
17.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan tindakan Hapus Tikus Dan Hapus Serangga Pada
Alat Angkut Di Pelabuhan, Bandar Udara Dan Pos Lintas Batas Darat.
18.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pelaksanaan Dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan.
19.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
20.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum.
21.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Puskesmas.
22.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
23.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur negara Nomor 19 Tahun
2000 (2006) Tentang Jabatan Fungsional sanitarian dan Angka Kreditnya.
24.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun 2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
25.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288 Tahun 2003
Tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
26.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942 Tahun 2003
Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.
27.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098 Tahun 2003
Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran.
28.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128 Tahun 2004
Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
29.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun 2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
30.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1206 Tahun 2004
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Sanitarian dan Angka Kreditnya.
31.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1428 Tahun 2006
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
7
32.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429 Tahun 2006
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
33.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.
34.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852 Tahun 2008
Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A.
Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan.
a.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
b.
Pasal 11 (8)
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan
lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas tenaga
sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan dan mikrobiolog kesehatan.
2.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Lingkungan
Pasal 54
(1)
Dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan diperlukan sumber daya
manusia kesehatan yang memiliki keahlian dan kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan.
(2)
Keahlian dan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 10 Tahun
2006 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
8
Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 2000 tentang Jabatan Fungsional Sanitarian
dan Angka Kreditnya
a.
Sanitarian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan dan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk
dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan
sehat.
b.
Pasal 23
(1)
Pegawai negeri sipil yang diangkat pertama kali dalam jabatan sanitarian
tingkat terampil harus memenuhi syarat sebagai berikut :
-
Berijazah paling rendah diploma 1 bidang kesehatan lingkungan
-
Pangkat paling rendah pengatur muda, golongan ruang II a
-
Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan (DP3) atau prestasi kerja paling rendah
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir
(2)
Pegawai negeri sipil yang diangkat pertama kali dalam jabatan sanitarian
tingkat ahli harus memenuhi syarat sebagai berikut :
-
Berijazah paling rendah sarjana (S1)/diploma IV bidang kesehatan
lingkungan atau sarjana (S1)/diploma IV teknik lingkungan
-
Pangkat paling rendah penata muda, golongan ruang III a
-
Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan (DP3) atau prestasi kerja paling rendah
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir
4.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
a.
Pasal 1
(1)
Tenaga sanitarian adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di
bidang kesehatan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b.
Pasal 10
(1)
Tenaga sanitarian hanya dapat melakukan pekerjaan paling banyak di 2
(dua) tempat.
5.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
BAB III (Sumber Daya)
Pasal 12
(1)
Untuk terselenggaranya kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan di
puskesmas harus didukung dengan ketersediaan
9
a.
Sumber daya manusia
b.
Sarana dan prasarana yang diperlukan
c.
Pendanaan yang memadai
(2)
Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling
sedikit 1 (satu) orang tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B.
Distribusi Ketenagaan
Setiap puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan lingkungan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
paripurna yang diberikan kepada pasien. Pelayanan kesehatan lingkungan
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
C.
Jadual Kegiatan
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan setiap hari kerja, yang meliputi
pelayanan :
a.
Konseling
b.
Inspeksi kesehatan lingkungan
c.
Intervensi kesehatan lingkungan

AB III
STANDAR FASILITAS
A.
Denah Ruang
10
A
Pelayanan kesehatan lingkungan dalam gedung dilaksanakan di ruang konsultasi
sanitasi (Ruang A) yang terletak dibagian belakang puskesmas.
B.
Standar Fasilitas
1.
Ruang untuk konseling yang terintegrasi dengan layanan konseling lain
2.
Laboratorium kesehatan lingkungan yang terintegrasi dengan laboratorium yang
ada di puskesmas
3.
Peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan lingkungan
4.
Media komunikasi, informasi dan edukasi
5.
Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian.
Daftar Peralatan Kesehatan Lingkungan dan Pengguna
No
Nama Alat/Peralatan
Pengguna Peralatan
Asisten
Teknisi
Sanitarian
Teknisi
Sanitarian
Pratama
Teknisi
Sanitarian
Madya
Teknisi
Sanitarian
Utama
Sanitarian
1
Water Contamination Monitoring
Test Kit



2
Water Quality GPS Multi
Parameter



3
Simple Water Test Kit



4
Waste Water Test Kit



5
Water Test Kit for Microbiology



6
Public Places Inspection Test Kit



7
Environment Air Quality
Monitoring



8
Indoor Air Inspection Test Kit



9
Complete Multi Gas Monitor for
Ambient



10
Hospital Air Contamination Test



11
Stack Gas and Dust Sampler



12
Portable Gas Sampler



13
Radiation Inspection Kit


14
Soil Test Kit



15
Digital Soil Monitoring Test Kit



16
Kitchen Hygiene Inspection Kit



17
Microbiology Food detection Kit



11
18
Portable Food Contamination
Test Kit



19
Food Detection Kit



20
Sanitarian Field Kit



21
Surveillance Vector Kit




22
Cholinesterase Test Kit


23
Portable Digital System
Cholinesterase Test



24
Visual Inspection Kit


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A.
Lingkup Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan di dalam gedung dan diluar gedung
yang meliputi kegiatan pengamatan, pengawasan dan pemberdayaan masyarakat
dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara,
melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat.
B.
Metode Pelayanan Kesehatan Lingkungan
1.
Konseling
2.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan
3.
Intervensi Kesehatan Lingkungan
C.
Langkah Kegiatan
1.
Persiapan
a.
Mempersiapkan tempat untuk pelayanan kesehatan lingkungan dalam
gedung
b.
Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan
lingkungan dalam gedung dan luar gedung
2.
Perencanaan
a.
Menyusun rencana usulan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
b.
Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
c.
Menyusun panduan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
d.
Menyusun kerangka acuan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
e.
Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
3.
Pelaksanaan
12
a.
Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan sesuai dengan
jadual yang sudah tersusun.
b.
Menyusun laporan hasil kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
4.
Monitoring
a.
Monitoring pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan yang terkait
dengan kegiatan lintas program dan lintas sector.
b.
Monitoring pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan terkait
dengan jadual kegiatan
5.
Evaluasi
a.
Evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan
b.
Evaluasi terhadap target pelayanan kesehatan lingkungan
BAB V
LOGISTIK
13
Kebutuhan dana dan logistic untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan
direncanakan dalam perencanaan tahunan puskesmas sesuai dengan tahapan
kegiatan dan metode yang digunakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
lingkungan perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi
risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
lingkungan perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sector
terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan terhadap risiko harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
14
Kinerja pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan indicator sebagai berikut :
1.
Ketepanan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2.
Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3.
Ketepatan metode yang digunakan
4.
Tercapainya indicator kesehatan lingkungan
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini puskesmas
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas program/lintas sector
terkait dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas.
Keberhasilan pelayanan kesehatan lingkungan tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak sehingga terwujud kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun social guna mencegah penyakit dan atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh factor risiko lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai