Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal jantung adalah penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat

setiap tahunnya (Schilling, 2014). Di Amerika Serikat ditemukan sebanyak

550.000 kasus tiap tahunya sedangkan di negara berkembang angka

kejadianya sebanyak 400.000-700.000 per tahun, di Asia total kematian

akibat gagal jantung sebesar 371 ribu orang (WHO, 2014). Di Indonesia,

prevalensi penyakit jantung terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun

2013, presentase kejadian gagal jantung sebesar 0,13% dan meningkat

sebanyak 1,5 % pada tahun 2018 (Riskesdas, 2013; 2018).

Gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan

perawatan berulang dirumah sakit. Angka rehospitalisasi gagal jantung di

Indonesia sebesar 29% (Siswanto, 2010). Kekambuhan gagal jantung terjadi

karena ketidakmampuan pasien dalam melaksanakan terapi pengobatan

dengan tepat, melanggar diet yang diberikan serta melakukan aktivitas fisik

yang berlebih (Smeltzer dan Bare, 2010). Ketidakpatuhan dapat

menyebabkan pasien gagal jantung dalam kondisi antara lain sakit yang akan

bertambah lama, memburuknya kondisi medis dan pasien perlu perawatan di

rumah sakit sampai pada kematian (Grossman dan Brown, 2009).

Rendahnya kepatuhan terapi dapat disebabkan karena kurangnya interaksi

antara perawat dengan pasien yang mengakibatkan pasien kurang memiliki

informasi dalam menjalani terapi yang telah di berikan.

Perawat sebagai tenaga professional kesehatan memiliki kontribusi

yang besar dalam memberikan perawatan pada pasien gagal jantung. Salah

1
2

satu contoh perawatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah

memberikan informasi mengenai kepatuhan terapi. Menurut Smeltzer dan

Bare (2013), kepatuhan terapi pada pasien dengan gagal jantung dapat

memperlambat perkembangan penyakit sehingga dapat menurunkan angka

kekambuhan pada pasien gagal jantung. Salah satu strategi untuk

meningkatkan kepatuhan terapi adalah dengan meningkatkan interaksi

antara perawat dan pasien. Kualitas interaksi antara perawat dan pasien

merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kepatuhan terapi

(Dermawanti, et al., 2014). Interaksi antara perawat dan pasien dapat

menggunakan pendekatan patient-centered care (PCC).

Patient-centered care (PCC) adalah paradigm baru dalam pelayanan

kesehatan yang memposisikan pasien sebagai pusat dari pelayanan

(Rusmawati, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Epstein dan Street (2011)

menyatakan bahwa keuntungan dari praktek patient-centered care adalah

adanya peningkatan kepatuhan terhadap terapi. Pendekatan PCC ini dapat

meningkatkan harmonisasi dalam pemberian perawatan (Fix et al., 2018).

Pemberian perawatan yang berkualitas tinggi ditandai dengan interaksi

yang baik antara perawat dan pasien (Austin et al., 2003). Interaksi tersebut

telah diidentifikasi sebagai poin penting dalam dukungan untuk melakukan

kemampuan manajemen diri pasien serta peningkatan kepatuhan terapi

(Bodenheimer et al., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Happ et al.,

(2011) mengatakan bahwa interaksi komunikasi di ICU antara perawat dan

pasien relatif rendah, interaksi yang dilakukan oleh perawat hanya

berorientasi kepada tindakan yang dilakukan.


3

Pengunaan pendekatan patient-centered care diharapkan perawat

melibatkan pasien dalam perawatan. Rendahnya interaksi antara perawat

dan pasien selama berada di Rumah Sakit dapat menyebabkan pasien tidak

siap dalam menjalani terapi yang telah ditetapkan. Padahal perawat memiliki

peran yang penting tidak hanya merawat pasien ketika berada di Rumah

Sakit tetapi juga setelah pasien keluar dari Rumah Sakit khususnya dalam

memantau kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi yang telah

ditetapkan..

Berdasarkan uraian diatas, mengingat pentingnya interaksi antar

perawat dan pasien dengan kepatuhan terapi pasien gagal jantung setelah

keluar dari ruang Intensive Care, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

hubungan interaksi antara perawat dan pasien dengan kepatuhan terapi

pasien gagal jantung pasca perawatan di Intensive Care RST Dr. Soepraoen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

pada penelitian ini yaitu bagaimana hubungan interaksi perawat-pasien

dengan kepatuhan terapi pasien gagal jantung pasca perawatan di Intensive

Care RST Dr. Soepraoen

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan interaksi perawat-pasien kepatuhan terapi

pasien gagal jantung pasca perawatan di Intensive Care RST Dr.

Soepraoen.
4

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur persepsi pasien gagal jantung terhadap interaksi antara

perawat dan pasien

2. Mengukur kepatuhan terapi pasien gagal jantung pasca perawatan di

ruang Intensive Care

3. Menganalisis hubungan interaksi perawat-pasien kepatuhan terapi

pasien gagal jantung pasca perawatan di Intensive Care RST Dr.

Soepraoen.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan

sebagai masukan pada ilmu pengetahuan dan acuan pengembangan

penelitian dalam praktik Keperawatan Medikal Bedah khususnya

kepatuhan terapi dengan penyakit gagal jantung

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi Rumah

Sakit dalam program pemantauan pasien dengan penyakit gagal

jantung untuk melakukan terapi yang telah dianjurkan.

2. Bagi Perawat

Menjadi bahan masukan bagi perawat khususnya dalam

menyiapkan kemampuan pasien dengan penyakit gagal jantung

untuk menjalani terapi yang telah di anjurkan.


5

3. Bagi Responden

Mendorong pasien untuk berperan aktif dalam menjalani terapi

yang telah di anjurkan.

Anda mungkin juga menyukai