Laporan BBDM 6.1 Skenario 3 Kelompok 13 - 1
Laporan BBDM 6.1 Skenario 3 Kelompok 13 - 1
1 SKENARIO 3
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
Muhammad Mufaiduddin 22010117120024
Cahya Novenita 22010117120025
Indi Rafi Mahardika 22010117120026
Aditya Paelo R.S 22010117120034
Khairun Nisak 22010117120035
Ainaul Mardliyah 22010117122036
Rohadatul Aisyi D. R 22010117120029
Shonia Syvafiftyan 22010117120030
Hanifah Alipasha 22010117120039
Rani Rahayu 22010117120040
Seorang perempuan 21 tahun hamil 36 minggu dengan G1P0A0 mengeluh merasakan rembesan
melalui jalan lahir. Pasien tidak merasakan kenceng-kenceng maupun keluar lendir darah dari
jalan lahir. Pasien merasakan 1,5 bulan terakhir sering merasakan keputihan yang banyak
berwarna putih kental berbau tidak sedap.
I. TERMINOLOGI
1. Keputihan
Sekret yang keluar dari vagina yang tidak berupa darah, biasanya terjadi karena
perubahan hormone. Perubahan hormon peningkatan produksi cairan, penurunan
keasaman vagina.
- Fisiologis jernih, tidak berbau; contoh terjadi pada saat sebelum haid, saat
mendapat rangsangan seksual
- Patologis kental, berbau
2. Air dari jalan lahir
Air ketuban yang dihasilkan oleh selaput ketuban yang berfungsi melindungi janin dari
infeksi. Biasanya keluar saat in partu, jika terjadi sebelum masa in partu KPD. KPD
dibagi 2, yaitu PPROM (jika sebelum usia gestasi 37 minggu) dan PROM ( usia gestasi
37 minggu atau lebih).
3. Lendir darah
Cairan kental, agak padat, disertai darah.
4. Kenceng-kenceng
Kontraksi uterus yang merupakan tanda persalinan sudah dekat (minggu 37-42). Ditandai
dengan kontraksi seperti ditarik ke bawah. Ada dua macam, yaitu true (semakin lama
semakin kuat kontraksinya) dan false (dirasakan di bagian uterus saja, menghilang
dengan perubahan posisi).
5. G1P0A0
Kehamilan pertama, belum pernah melahirkan, tidak ada riwayat abortus.
IV. SKEMA
Definisi, etiologi,
dan faktor risiko
Komplikasi
Patofisiologi
2. Patofisiologi PPROM
2. Pemeriksaan inspekulo
Terdapat cairan ketuban yang keluar melalui bagian yang bocor menuju kanalis
servikalis atau forniks posterior, ditemukan vaginal pooling (pengumpulan darah di
fornik posterior) pada tingkat lanjut ditemukan cairan amnion yang keruh dan berbau.
4. Tes Fern
Untuk melakukan tes, sampel cairan ditempatkan pada slide kaca dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan diamati di bawah mikroskop untuk mencari pola kristalisasi
natrium klorida yang berasal dari cairan ketuban menyerupai bentuk seperti pakis.
5. Pemeriksaan USG
Ditemukan volume cairan amnion yang berkurang / oligohidramnion, namun
dalam hal ini tidak dapat dibedakan KPD sebagai penyebab oligohidramnion dengan
penyebab lainnya.
Amnionic Fluid Index
Oligohidramnion → <50 mm
Normal → 50-200 mm
Polihidramnion → >200 mm
4. Inkontinensia urin
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika seseorang sulit menahan buang air kecil,
sehingga jadi mengompol. Inkontinensia urine umumnya dialami oleh lansia, dan
lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan pria.
1. Konservatif
Rawat di rumah sakit.
Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan
ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan
paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal
4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
b) Tatalaksana terkait KPD Prematur / PPROM
1. EFW > 1500 gram
• Ampiciline 1gr/hr tiap 6 jam, im/iv selama 2 hari dan gentamycine 60-80
mg tiap 12 jam selama 2 hari
• Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru. (Betamethasone 12mg iv, 2
x selang 24 jam)
• Observasi 2 x 24 jam, kalau belum ada tanda-tanda inpartu segera terminasi
• Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat>
37.6oC segera terminasi
c) Edukasi
Edukasi dan promosi kesehatan pada ketuban pecah dini (KPD) atau premature
rupture of membrane (PROM) difokuskan terhadap penghindaran faktor risiko.
Pasien yang sedang mengalami kehamilan diedukasi untuk berhenti merokok, banyak
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, serta mencegah terjadinya
infeksi saluran kemih. Pasien juga perlu diinformasikan bahwa risiko kejadian KPD
akan meningkat apabila pasien pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya
7. Komplikasi PPROM
a. Komplikasi Maternal
Infeksi sering terjadi pada pasien dengan KPD. Bukti keseluruhan
korioamnionitis berkisar dari 4,2% hingga 10,5%. Korioamnionitis adalah
peradangan akut pada selaput ketuban, cairan ketuban, plasenta dan / atau desidua.
Diagnosis korioamnionitis secara klinis ditandai dengan adanya demam 38 ° C dan
minimal 2 dari kondisi berikut : takikardia pada ibu, takikardia pada janin, nyeri
tekan uterus, cairan ketuban berbau busuk atau bernanah, atau darah ibu mengalami
leukositosis. Rongga ketuban umumnya steril. Invasi mikroba dari rongga ketuban
mengacu pada hasil kultur mikroorganime cairan ketuban yang positif, terlepas dari
ada atau tidaknya tanda atau gejala klinis infeksi.
Pasien dengan KPD memiliki kejadian solusio plasenta sekitar 6%. Solusio
plasenta biasanya terjadi pada kondisi oligohidroamnion lama dan berat. Data sebuah
analisis retrospektif yang didapatkan dari semua pasien dengan KPD berkepanjangan
menunjukkan risiko terjadinya solusio plasenta selama kehamilan sebesar 4%.
Alasan tingginya insiden solusio plasenta pada pasien dengan KPD adalah penurunan
progresif luas permukaan intrauterin yang menyebabkan terlepasnya plasenta.
Prolaps tali pusat yang dikaitkan dengan keadaan malpresentasi serta terjadinya
partus kering juga merupakan komplikasi maternal yang dapat terjadi pada KPD.
b. Komplikasi Neonatal
Kematian neonatal setelah mengalami KPD aterm dikaitkan dengan infeksi yang
terjadi, sedangkan kematian pada KPD preterm banyak disebabkan oleh sindrom
gangguan pernapasan. Pada penelitian Patil, dkk (India,2014) KPD berkepanjangan
meningkatkan risiko infeksi pada neonatal sekitar 1,3% dan sepsis sebesar 8,7%.
Infeksi dapat bermanifestasi sebagai septikemia, meningitis, pneumonia, sepsis dan
konjungtivitis. Insiden keseluruhan dari kematian perinatal dilaporkan dalam literatur
berkisar dari 2,6 hingga 11%.
Ketika KPD dikelola secara konservatif, sebagian besar pasien mengalami
oligohidramnion derajat ringan hingga berat seiring dengan kebocoran cairan
ketuban yang terus menerus. Sedikitnya cairan ketuban akan membuat rahim
memberikan tekanan terus-menerus kepada janin sehingga tumbuh kembang janin
menjadi abnormal seperti terjadinya kelainan bentuk tulang
DAFTAR PUSTAKA
Creasy R, Resnik R, Ian J. Creasy & Resnik's Maternal-fetal medicine. 6th ed. Philadelphia:
Saunders; 2009.
Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H., Saifuddin A.B., dan
Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal. 677-680.
Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 218-220.
Jazayeri A. Premature Rupture of Membranes: Overview, Premature Rupture of Membranes (at
Term), Premature Preterm Rupture of Membranes [Internet]. Emedicine.medscape.com.
2018. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/261137-overview#a2
Caughey A, Robinson J, Norwitz E. Contemporary Diagnosis and Management of Preterm
Premature Rupture of Membranes. Rev Obstet Gynecol. 2008;1(1):11-22.