Anda di halaman 1dari 1

Judul : Di Balik Keinginan Simbah Terdapat Pelajaran Berharga

Nama Penulis : Unzilatur Rohmah


Kelas : XI MIA 2
Simbah merupakan film pendek berbahasa jawa yang diproduksi oleh
Studio 12 pada Bulan Juli 2008. Film ini disutradarai oleh Yusro Edy Nugroho dan
ditulis oleh Arto Wibowo. Pemeranran dalam film ini merupakan warga asli RT
8/RW 6 Bulusari Bandarjo Ungaran yakni Mbah Kadar, Budiarto, Nur Fakiroh
Handoyo, Sobirin, dan Matahun Festiyanti.
Film pendek ini bercerita tentang keinginan Simbah yang harus di turuti
oleh anaknya tanpa mau mendengar apa yang anaknya ingin jelaskan seperti
meminta untuk dibelikan ponsel yang memiliki kamera, kemudian motor, hingga
ingin menikahi seorang wanita muda. Simbah tinggal bersama anak tertuanya yang
sudah memliki istri. Budiarto sebagai anak tertua Simbah hidup dengan keadaan
yang sederhana. Setiap hari yang dilakukannya hanya memperbaiki motor
usangnya saja. Tentunya hal itu menyulut emosi istrinya yang selalu ingin supaya
suaminya mau bekerja untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya saat ini.
Masalah keluarga Budiarto bukan hanya sampai disitu, simbah yang selalu
menginginkan sesuatu dan bila tidak dituruti simbah akan merengek serta
mengancam anaknya. Bahkan si Istri jengkel dan iri dengan sikap suaminya yang
lebih mementingkan apa yang Simbah inginkan padahal istrinya yang hanya minta
dibelikan baju saja tidak dituruti. Apa daya, orang tua Budiarto yang masih dia
miliki hanya Simbah. Jika permintaan Simbah diabaikan, Simbah malah
mengancam untuk menceburkan diri ke dalam sumur, jadi Budiarto tidak mungkin
mengabaikan permintaan ayahnya seorang. Dia bahkan tidak bisa meminjami
adiknya uang untuk membeli buku ankanya demi membeli ponsel untuk Simbah.
Terdapat pesan moral yang disajikan dalam film pendek ini, sebagai anak
yang berbakti kepada orang tua, hendaknya kita memenuhi apa yang orang tua kita
inginkan selagi mereka masih ada di dunia ini, namun sebagai orang tua hendaknya
juga memikirkan perasaan anaknya supaya tidak membebani mereka. Hal tersebut
digambarkan dengan adegan-adegan antara Simbah dan ankanya, Budiarto. Pesan
ini dikemas sedemikian rupa hingga menjadi film pendek yang bermoral dan khas
karena menggunakan Bahasa Jawa yang kental. Namun pembawaan cerita dari
pemerannya masih kurang baik dalam penggamabaran karakternya. Kekurangan
film ini juga terlihat pada pengambilan gambar yang kurang tepat sasaran sehingga
membuat penonton merasa kebingungan. Begitu pula hasil editing berupa (audio
dan visual) film pendek Simbah juga masih kasar dan kurang tepat dalam
pemotongan adegan dari para pemeran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa film pendek Simbah ini
merupakan film moral yang mengajarkan kita tentang kesabaran menghadapi
perilaku orang tua kita yang “semena-mena”. Terlepas dari kekurangannya, film
pendek yang penuh makna ini dapat menjadi tontonan yang bermutu.

Anda mungkin juga menyukai