Pembuatan Keju Dengan Menggunakan Enzim Renin2
Pembuatan Keju Dengan Menggunakan Enzim Renin2
ISSN: 0852-3581
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi suhu dan pH yang baik pada
pembuatan keju dengan menggunakan enzim rennin M. pusillus amobil. Enzim rennin M.
pusillus diproduksi dengan media dasar tepung jagung, diinkubasi pada suhu 370C selama 116
jam. Amobilisasi dilakukan dengan metode penjebakan menggunakan matriks alginate.
Aktivitas proteolitik dan koagulasi enzim diuji. Selanjutnya enzim amobil digunakan dalam
pembuatan keju dengan perlakuan suhu (32, 37 dan 420C) dan pH (5,0; 5,5 dan
6,0)menggunakan rancangan petak terbagi. Dilakukan pengujiam pH, keasaman dan tekstur
keju yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alginate dapat digunakan untuk amobolisasi
enzim rennin M. pusillus. Enzim rennin yang diamobilkan menggunakan matriks alginate
memiliki aktivitas proteolitik sebesar 0,1395 unit/ml/menit dan aktivitas koagulasi sebesar
6090 unit/mg protein/menit. Terjadi penurunan aktivitas proteolitik dan koagulasi masing
masing sebesar 22,5% dan 78,445% disbanding enzim rennin tidak amobil. Perlakuan suhu
yang digunakan pada pembuatan keju segar menggunakan enzim rennin M. pusillus amobil
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap tekstur dan pH keju.
Perlakuan pH memberikan pengaruh yang berbda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai pH dan
keasaman keju.
Disimpulkan bahwa alginate dapat digunakan untuk amobilisasi enzim rennin yang
diproduksi dari Mucor pusillus. Perlakuan suhu dan pH pada pembuatan keju dengan
menggunakan enzim rennin Mucor pusillus amobil memberikan pengaruh yang berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap tekstur, nilai pH, dan nilai keasaman. Suhu 370C dan pH 6,0
dalam pembuatan keju segar menggunakan enzim rennin M. pusillus amobil dapat
menghasilkan keju segar berkualitas baik dengan memiliki tekstur 1,1866 N, pH 4,94 – 5,21
dan keasaman 1,409% .
Abstract : This study was aimed to understand the goog condition of temperature and pH in
the cheese making with immobilized rennin enzyme from M. pusillus. Rennin from M.
pusillus was produced using corn starch as substrate, incubated at 370C for 116 hours.
Immobilization was conducted with entrapment method using alginate. Proteolytic and milk-
clotting activities of enzyme was measured. Furthemore, the immobilized enzyme was used in
the cheese production with defferent temperatures (32, 37 and 420C) and pH (5.0, 5.5 and 6.0)
using Split Plot Design. It was conducted a test of pH, titratable acidity and texture for
produced cheese.
The result showed that the alginate matrix can be used to immobilized rennin enzyme
from M. pusillus. Immobilization of rennin enxyme from M. pusillus has proteolitic activity
value 0.1395 unit/ml/minute and milk-clotting activity value 6090 unit/mg protein/minute. The
temperatures (32, 37 and 420C) in the cheese making using immobilized rennin enzyme M.
pusillus gave a highly significant different effect (P<0,01) on texture and pH of fresh cheese.
The pH (5.0, 5.5 and 6.0) gave a highly significant different effect (P<0,01) on pH and
titratable acidity of fresh cheese.
It is concluded that alginate can be used in the rennin enzyme immobilization.
Temperature and pH gave a highly significant different effect on texture, pH and titratable
acidity of fresh cheese. The temperature of 370C and pH 6.0 can be used to make a good
quality cheese with immobilized rennin enzyme from M. pusilus using alginate with
characters as follows : texture 1.1866 N, pH 4.94 – 5.21 and titratable acidity 1.409%.
mikrobia. Beberapa mikrobia penghasil stabilitas dan daya tahan enzim terhadap
rennin adalah kapang dan bakteri, seperti kondisi lingkungan yang ekstrim seperti pH
spesies Mucor yaitu Mucor pusillus, Mucor dan suhu tinggi.
miehei, Mucor heimalis, dan Mucor rouxii. Metode yang digunakan dalam
Bakteri yang mampu menghasilkan rennin menghasilkan enzim ini adalah penjebakan
diantaranya Endothia parasitica, Bacillus enzim didalam matriks. Menurut Bucke
subtilis, dan Bacillus polymyxa. Penggunaan (1982), Penjebakan adalah metode yang
Mucor dan Endothia untuk produksi rennin telah terbukti sangat memuaskan untuk
adalah yang terbanyak dilakukan (Muchtadi amobilisasi enzim. Terutama karena
dkk., 1992). kesederhanaan dan penahanan enzim yang
Renin mikrobia mampu cukup baik sehingga metode penjebakan
menggumpalkan susu seperti enzim rennin untuk amobilisasi enzim banyak digunakan
sapi. Fedrich dan Fuller (1988) untuk penelitian. Djaafar (2006) berhasil
mengatakanbahwa tidak ada perbedaan yang meningkatkan stabilitas enzim dengan
nyata dalam proses pematangan dan produk teknik amobilisasi enzim penisilin asilase
akhir keju, yang dihasilkan melalui yang dihasilkan oleh Escherichia coli B-130
penggumpalan dengan enzim rennin dengan menggunakan berbagai bahan
mikrobia maupun rennin dari lambung anak pendukung polimer untuk menghasilkan
sapi. Enzim telah nyata berjasa dan reaksi hidrolisis benzyl penisilin menjadi
membuktikan kemampuannya dalam dunia asam 6-amino penisilinat dan asam fenil
industry, yaitu memperbaiki mutu produk asetat. El-katatny et al (2003) juga menjebak
dan enzim mampu menghemat biaya konidia didalam matriks alginate dan
produksi melalui substitusi bahan dasar menunjukkan produktivitas yang tinggi
fermentasi. Penggunaan bahan sisa industry terhadap enzim, meskipun sudah diulang 4
pertanian yang masih mengandung zat gizi kali. Dalam penelitian ini digunakan matriks
yang diperlukan untuk pertumbuhan alginate karena memiiki banyak keuntungan
mikrobia sebagai media fermentasi mampu diantaranya bersifat aman pada bahan
menurunkan biaya produksi enzim. pangan, kekuatan gelnya baik, tidak
Namun demikian, penggunaan enzim memerlukan panas dalam pembentukan gel
dalam proses fermentasi yang demikian sehingga resiko kerusakan enzim dapat
hanya dapat dilakukan sekali saja. Dewasa dihindari, serta dapat mempertahankan
ini telah dilakukan upaya untuk dapat stabilitas enzim selama dalam keadaan
menggunakan enzim dalam proses amobil. Menurut Sheu dan Marshall (1993),
fermentasi secara berulang-ulang. Salah satu amobilisasi dengan gel alginate bersifat
caranya adalah amobilisasi enzim. aman, cepat, murah, ringan, sederhana dan
Amobilisasi enzim adalah enzim yang dapat digunakan untuk hampir semua jenis
secara fisik terlokalisasi dalam ruang dengan biokatalisator.
aktivitas katalitik yang dapat digunakan Suhu dan pH merupakan factor yang
secara cepat dan kontinyu (Sasmito, 1990). mempengaruhi aktivitas enzim rennin
Menurut Said (1987), amobilisasi biasanya mikrobia. Oleh karena itu, perlu dikaji
dapat dianggap sebagaiperubahan enzim dari penggunaan enzim amobil dengan matriks
yang larut dalam air pada keadaan alginate terhadap lingkungan suhu dan pH
‘bergerak’ menjadim keadaan ‘tidak yang berbeda sehingga diperoleh kondisi
bergerak’ yang tidak larut dalam air. yang optimum bagi enzim amobil untuk
Amobilisasi enzim juga dapat meningkatkan melaksanakan reaksi katalitik. Proses
J. Ilmu-ilmu peternakan 19 (2):137-149
koagulasi susu dengan penambahan enzim baik pada pembuatan keju dengan enzim
rennin mikrobia pada saat pembuatan keju rennin M. pusillus amobil. Diduga
memiliki suhu optimum sekitar 30 – 400C, perbedaan perlakuan suhu dan pH pada
sedangkan pada suhu 150C tidak akan terjadi pembuatan keju menggunakan enzim rennin
koagulasi susu dan bila suhu 600C enzim M. pusillus akan memberikan pengaruh
rennin mikrobia menjadi inaktif (Winarno, terhadap kualitas keju yang dihasilkan.
1983). Menurut Radiati dan Fardiaz (1991) Diharapkan dapat menggunakan secara
enzim rennin stabil dalam menggumpalkan berulang-ulang enzim rennin M. pusillus
susu pada pH 4 – 6. amobil dalam pembuatan keju dengan suhu
Penelitian ini bertujuan untuk dan pH yang sesuai dapat menghasilkan keju
mengetahui penggunaan matriks alginate berstandar kualitas baik.
untuk amobilisasi enzim rennin M. pusillus
serta mengetahui kondisi suhu dan pH yang
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah percobaan dengan yang terlibat adalah factor tetap, sehingga
Rancangan Petak Terbagi yang terdiri dari model yang dipilih adalah model tetap.
dua factor yaitu factor suhu yang terdiri tiga Anak petak dipiih perlakuan pH. Rancangan
level (sebagai petak utama) 32, 37 dan 420C. dasarnya adalah Randcangan Acak
Faktor pH yang terdiri tiga level (sebagai Kelompok (RAK) dengan tiga kelompok
anak petak) : 5,0; 5,5 dan 6,0. Kedua factor yang didasarkan pada kualitas bahan baku
J. Ilmu-ilmu peternakan 19 (2):137-149
Jalan Penelitian
Penyimpanan Kultur Spora (Purnomo dkk., 1996)
1210C selama 15 menit. Tabung reaksi yang
Potato Dextrose Agar (PDA) berisi PDA steril kemudian dimiringkan dan
sebanyak 3,9 g dilarutkan dengan 100 ml ditunggu hingga padat. Kultur M. pusillus
akuades. Setelah larutan homogeny, 7 ml dibiakkan pada PDA miring yang telah
larutan PDA dimasukkan kedalam tabung padat dan diinkubasi pada suhu 370C selama
reaksi kemudian disterilisasi pada suhu 7 hari.
Rennin M. pussillus disiapkan dengan cara fermentasi diinokulasi spora sebanyak 5 ml,
menginokulasikan spora M. pusillus diinkubasi suhu 370Cselama 116 jam. Media
kedalam media fermentasi tepung jagung fermentasi yang berwarna abu-abu,
(pop corn) dengan perbandingan tepung kemudian diekstraksi menggunakan blender
jagung : larutan mineral (1 : 1), dengan pH dengan pengenceran akuades steril 1000 ml
media 4,0. Larutan mineral terdiri dari per 100 g dan ditambah tween 80 sebanyak
akuades, 0,1% urea; 2,0% pepton; 0,05% 0,05%. Supernatan disaring dan kemudian
CaCl2; 0,02% KH2PO4; 0,05% disentrifugasi berkecepatan 4000 rpm
MgSO4.7H2O;; 0,05% KCl. Media selama 20 menit pada suhu 40C sehingga
disterilisasi pada suhu 1210C selama 15 diperoleh filtrate ekstrak kasar enzim reinnin
menit. Selanjutnya pada suhu kamar, media M. puaillus.
Matriks Ca-alginat dengan perbandingan diteteskan dalam CaCl2 2%. Enzim amobil
Na-alginat 1% dan enzim yaitu 4 : 1 yakni 4 disimpan dalam media pepton 0,1% pada
ml Na-alginat dan 1 ml filtrate enzim suhu ± 40C.
(perbandingan ini dianggap 1 bagian),
Proses pembuatan keju menurut Radiati dan perlakuan (5,0; 5,5 dan 6,0). Larutan CaCl2
Fardiaz (1991) sebagai berikut : Susu 25% kemudian ditambahkan sebanyak 0,1%
dipasteurisasi pada suhu 72 – 730C selama (v/v) dan enzim rennin amobil sebanyak
15 menit, didinginkan sampai 400C dan 2,5% (b/v), dibiarkan hingga susu
diberi starter Lactobacillus bulgaricus, membentuk curd. Curd dipotong kecil-kecil
Streptococcus thermophillus (2 : 1) dan ditiriskan untuk memisahkan whey,
sebanyak 5% (v/v), diinkubasi suhu 430C kemudian curd dipanaskan pada suhu 500C,
selama 1 – 2 jam dalam waterbath. Suhu dan dipres selama 2 – 3 jam. Tidak lupa
diatur sesuai perlakuan (32, 37 dan 420C) pada tahap ini, enzim amobil dipisahkan
dan dibiarkan hingga tercapai pH sesuai dengan penyaringan. Koagulum direndam
J. Ilmu-ilmu peternakan 19 (2):137-149
dalam larutan garam 2% selama 2 jam, lemari pendingin sampai digunakan untuk
ditiriskan selama 1 jam dan dibungkus tahap selanjutnya.
dengan aluminium foil dan disimpan dalam
Aktivitas koagulasi ditentukan dengan ml enzim yang telah diaktifkan pada suhu
metode Berridge yang ditulis kembali oleh 400C selama 5 menit. Waktu yang dicapai
Khan et al. (1979), yaitu berdasarkan pada untuk membentuk koagulum tahap awal
waktu yang diperlukan untuk membentuk digunakan untuk memperkirakan aktivitas
koagulum tahap awal. Substrat uji koagulasi. Unit aktivitas koagulasi
digunakan 10 ml susu skim 12% dalam didefinisikan sebagai sejumlah enzim yang
CaCl2 0,05 M. Susu skim diinkubasi suhu mampu mengkoagulasi 10 ml susu skim
400C selama 30 menit. Kemudian diambil 1 selama 1 menit memiliki aktivitas 104 unit.
Pengamatan terhadap kualitas keju yang 1996), nilai pH (Sudarmadji dkk., 1997) dan
dihasilkan menggunakanenzim rennin M. nilai keasaman (AOAC, 1990).
pusilus melputi tekstur (Carballo et al.,
Analisa Data
32, 37 dan 420C sebagai petak utama semakin tinggi akan meningkatkan gerakan
memberikan pengaruh terhadap masing- molekul-molekul reaktan sehingga
masing anak petak. Nilai tekstur keju yang tumbukan antar molekul akan meningkat
dihasilkan menggunakan enzim rennin M. (Lehninger, 1988). Pada suhu 420C
pusillus amobil seperti pada Tabel 1. kekerasan keju yang dihasilkan oleh enzim
rennin M. pusillus amobil memiliki nilai
Perlakuan suhu 320C berbeda sangat kekerasan tertinggi menurut Garnot dan
nyata dengan suhu 370C dan 420C dalam Olson (1986), suhu 400C merupakan suhu
mempengaruhi tekstur. Semakin besar nilai optimum proses sterjadinya koagulasi. Suhu
tekstur maka semakin tinggi kekerasannya. koagulasi yang optimum akan meningkatkan
Meningkatnya kekerasan tekstur pada proses koagulasi, sehingga pengeluaran
peningkatan perlakuan suhu karena whey akan lebih besar dan air yang terikat
kecepatan reaksi enzimatik pada umumnya dalam curd lebih sehingga keju yang
meningkat dengan bertambahnya suhu yang dihasilkan juga semakin keras.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin Streptococcus thermophilus juga masih
rendah perlakuan pH yang diberikan berlanjut dalam menghasilkan asam laktat
semakin meningkatkan nilai keasaman keju sehingga menurunkan nilai pH dan
segar yang dihasilkan dengan menggunakan meningkatkan nilai keasaman. Waktu yang
enzim rennin M. pusillus amobil karena dibutuhkan enzim untuk mengkoagulasi
pada saat pembuatan keju pencapaian susu ternyata digunakan pula untuk aktivitas
perlakuan pH dilakukan dengan metabolism starter dalam mengubah laktosa
menggunakan starter untuk memperoleh menjadi asam laktat. Menurut Scott (1986),
kondisi asam yang dibutuhkan untuk aktivitas proteolitik dapat mengakibatkan
membantu kerja enzim dalam nilai pH rendah dan nilai keasaman memjadi
menggumpalkan susu. Aktivitas proteolitik lebih tinggi.
starter dari Lactobacillus bulgaricus dan
KESIMPULAN
Alginat dapat digunakan untuk dan nilai keasaman. Suhu 370C dan pH 6,0
amobilisasi enzim rennin yang diproduksi dalam pembuatan keju segar menggunakan
dari Mucor pusillus. Perlakuan suhu dan pH enzim rennin Mucor pusillus amobil dapat
pada pembuatan keju dengan menggunakan menghasilkan keju segar berkualitas baik
enzim rennin Mucor pusillus amobil dengan memiliki tekstur 1,1866 N, pH 4,94
memberikan pengaruh yang berbeda sangat – 5,21 dan keasaman 1,409%.
nyata (P<0,01) terhadap tekstur, nilai pH
DAFTAR PUSTAKA
Brock, T.D. 1984. Biotechnology : A
A.O.A.C. 1990. Official Method of Textbook of Industrial
Analysis of Chemist. Microbiology. Science Tech. Inc.
Associationof Official Analytical Madison.
Chemist. Woshington, D.C.
Bouzas, J.,Kantt, C.A., Felt, B.F.W and Bucke, C. 1982. Industrial Use of
Torres, J.A. 1993. Time and Immobilized Enzymes and Cells.
Temperature influence on Immobilized Microbial Enzymes
Chemical Aging Indicators for a and Cells. Proceeding of
Commercial Cheddar Cheese. J. Regional Workshop. Mahidol
Food Sci. 58 (6):1307-1312. University. Bangkok.
J. Ilmu-ilmu peternakan 19 (2):137-149
Carballo, J., Fernandez, G>P., Barreto,M., Khan, M.R., Blain, J.A and Patterson,
Solas, T., and Colmenero, F.J. J.D.E. 1979. Extracellular
1996. Morphology and Texture Protease of Mucor pucillus. J.
of Bologna Sausage as Related to Applied and Env. Microbiology.
Contentof Fat, Starch and Egg 17 (4):719-724.
White. J. Food Sci. 61 (3):652- Lehninger, A.L. 1995. Dasar-Dasar
655. Biokimia. Jilid 1. Erlangga.
Chavez, M.S., Julia, A.L and Garrote, Jakarta.
R.L. 1994. Crosslinking Kinetics Muchtadi, D., Palupi, S.R. dan Astawan,
of Thermally Preset Alginat M. 1992. Enzim dalam Industri
Gels. J. Food Sci. 59 (5):1108. Pangan. PAU Pangan dan Gizi.
Djaafar, I.R. 2004. Penggunaan Teknik IPB. Bogor.
Amobilisasi pada Peningkatan Panji, T. 1998. Fermentasi Kontinyu
Kestabilan Enzim Lendir Biji Kakao Menggunakan
PenisilinAsilase dengan Trichoderma harziznum. J.
Berbagai Bahan Pendukung. Bioteknologi Pertanian. Vol. 3
http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?i No. 2.
d=jbptitbpp-gdl-s2-1991- Pramoedyo, H. 2004. Biometri Lanjutan.
irzanrosni-1746. Program Studi Statistika. Jurusan
El-Katany, M.H., Hetta, M.A., Shaban, Matematika. Fakultas MIPA.
M.G and El-komy, M.H. 2003. UNIBRAW. Malang.
Improvement of cell Wall Purnomo, H., Lilik, E.R. Made, S.W.
Degrading Enzymes Production 1996. Rekayasa Paket Produksi
bynAlginate Encapsulated Starter dan Enzim mikrobia dan
Trichoderma spp. Food Technol. Paket Aplikasinya pada
41 (3):219-225. Pengolahan Susu. UMM Press.
Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Malang.
PAU IPB. Bogor. Rahayu, K., Naruki, S dan Kanoni, S.
Fedrich, I.A and Fuller, S.C. 1988. 1990. Pemanfaatan Beberapa
Comparison of Calf Rennet and Bahan Sisa yang Berkadar
Modified Mucor miehei Selulosa Tinggi untuk
Coagulant in Cheddar Cheese. J. Pembuatan Gula (Glukosa).
Dairy Technol. 41 (1):12-15. Lembaga Penelitian UGM.
Garnot, P. and Olson, N.F. 1986. Use of Yogyakarta.
Oscilatory Deformation Radiati, L.E. dan Fardiaz, D. 1990.
Technique to Determine Cotting Laporan Penelitian Produksi
Time and Rigidities of Milk Rennin Mucor pusillus pada
Clotted with Different Substrat Sisa Industri Minyak
Consentration of Rennet. J. Food Jagung. PAU Pangan dan Gizi.
Sci. 47: 1467-1471. IPB. Bogor.
Idris, S. 2002. Pengantar Teknologi Said, G.E. 1987. Bioindustri : Penerapan
Pengolahan Susu. Program Studi Teknologi Fermentasi, PT
Teknologi Hasil Ternak. LUW- Mediyatama Sarana Perkasa.
Universitas Brawijaya. Malang. Jakarta. Hal. 83-86.
J. Ilmu-ilmu peternakan 19 (2):137-149
Sardinas, J.I. 1972. Microbial Rennet. L. Wang, N.S. 2006. Enzyme Immobilization
Applied Microbiol. 15: 39-66. Protocol Entrapment in Alginate
Sasmito. 1990. Enzim Amobil. PAU Gel.
Bioteknologi UGM. Yogyakarta. http://www.glue.umd.edu/~nsw/e
Scott, R.M. 1986. Cheese Making nch485/lab7b.htm
Practice. 2nd ED. Elsevier Ward, O.P. 1983. Proteinase. In Forgoty,
Applied Sci. Publ. London. W.M. (ed). Microbial Enzyme
Sheu, T.Y. and Marshall, R.T. 1993. and Biotechnology. Appl. Sci.
Microentrapment of Lactobacilli Publisher. London.
in Ca-Alginat Gel. J. Food Sci. Winarno, F.G. 1984. Enzim Pangan.
54: 557-561. Gramedia. Jakarta.
Somkuti, G.A and Babel. 1968. Acid
Protease Synthetis by Mucor
pucillus in Chemically Defined
Media. J. Bact. 95:1407-1412.
Sudarmadji, S., Haryono, B dan Suhardi.
1997. Prosedur Analisa untuk
Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.