Anda di halaman 1dari 16

3 UNTA YANG BERSAHABAT

Pada suatu hari, ada 3 unta yang bernama Depi, Beni, dan Betty. Suatu hari,
mereka bertiga berjalan melewati gurun pasir dan mereka sangat gembira dan ceria.
Lama kelamaan mereka sangat lelah dan Depi berseru “Aku haus dan lelah teman-
teman”
Lalu si Betty pun menyaut seruan Depi “Aku juga, dimana kita bisa
mendapatkan air?”
Tetapi ada 1 unta yang masih semangat dan ia memberikan semangat kepada
kedua rekannya.
“Ayo teman-teman, kita harus semangat dan tidak boleh lelah, Cuma hal kecil
semacam ini” seru si Beni dengan tegas.
Lalu si Depi menyaut kata-kata, si Depi dengan keras “Apa kau kata kita ini
kelaparan dan haus dan selain itu sinar matahari yang terik buat kita mati.”
Lalu si Betty pun ikut berseru sambil kehausan dan lapar “betul, betul kata si
Depi” seru Betty sambil lemas karena tidak tahan terhadap sinar matahari.
Lalu si Beni pun terdiam karena dia mulai juga terasa lapar, haus dan kepanasan.
Merekapun berjalan perlahan-lahan dan si Betty pun terjatuh karena sudah tidak kuat
lagi.
Lalu si Betty dinaikkan ke pundak si Beni dan dibawanya sampai tujuan dan
mencari air.
Tanpa mereka sadari, didepan mereka ada danau kecil yang berisikan air.
Merekapun langsung minum air tersebut.
3 SAHABAT HEWAN SEJATI

Namanya Mumut, ia anak yang pemalu. Ia mempunyai dua sahabat sejak kecil.
Webek bebek dan Kuskus tikus. Suatu hari Webek dan Kuskus pergi bermain ke rumah
Mumut si Marmut. Dalam perjalanan mereka berbincang-bincang.
“Kita sering bermain ke rumah Murmut, tapi dia tak pernah mau bermain ke
rumah kita ya?” keluh Webek.
“Kamu kan tau, dia itu penakut” sahut Kuskus.
Sesampainya dirumah Mumut, ia sedang membantu orang tuanya membersihkan
rumah. Mumut memang suka berada di rumahnya dibanding keluar rumah dikarenakan
takut sama situasi di luar rumahnya.
“Sebentar ya” kata Mumut sambil membersihkan benda-benda antik koleksi
ayahnya.
“Apa itu Mumut?” Tanya Webek sambil membersihkan dan membantu Mumut.
“Oh, itu batu antik yang diperoleh ayahku waktu meneliti di hutan” jawab
Mumut.
“Ayahmu hebat pasti kamu juga hebat” puji Webek.
Webek ingin membangkitkan rasa percaya diri Mumut. Mumut tidak mengerti
kenapa Webek memujinya hebat.
“Kalau ayahku hebat, memangnya aku juga hebat?” Tanya Mumut dengan
heran.
“Maksudku kau memang tak harus pandai menjadi peneliti di hutan seperti
ayahmu, kan kamu bisa mencari keahlian yang lain” seru Webek.
Lalu si Mumut berfikir dan berseru, “Oh iya, aku harus mengeluarkan bakat
dalam diriku ini.”
Lalu si Webek dan si Kuskus pun pulang dan meninggalkan si Mumut sendirian
untuk memikirkan dan mencoba apa keahlian yang dia bisa.
PERSAHABATAN KELINCI DAN BURUNG MERPATI

Pada suatu hari, di sebuah hutan ada seekor burung merpati kecil, dia tidak
memiliki teman karena dia hewan baru yang datang di hutan tersebut. Dia sangat sedih
karena tidak memiliki teman. Dia selalu mencari teman yang memiliki sifat baik, tapi
tetap saja tidak ketemu.
Pada pagi yang cerah, merpati sedang sibuk mencair teman. Dia selalu berputar-
putar mengelilingi hutan setiap waktu sampai dia melamun dan tiba-tiba BRUUKK…
merpati menabrak pohon, dia pun terjatuh dan pingsan. Pada kejadian itu kelinci yang
sedang jalan-jalan, melihat merpati yang sedang pingsan. Kelinci pun membawa
merpati pulang ke rumahnya, satu menit kemudian merpati pun sadarkan diri, dia
berkata.
Merpati : “aku dimana, dan kau siapa?”
Kelinci : “Kau ada di rumahku, aku kelinci”
Merpati : “Ouh … hei kelinci”
Kelinci : “Hei juga merpati, oh ya, apa yang sedang kamu lakukan tadi, kok bisa
sampai pingsan?
Merpati : “Aku ingin punya teman, aku selalu mencari teman sampai-sampai aku
menabrak pohon, karena melihat kebawah terus”
Kelinci : “Ooo … jadi begitu ceritanya”
Merpati : “Iya, kamu mau jadi temanku, untuk selalu menemaniku?”
Kelinci : “Aku tidak mau berteman denganmu”
Merpati : “Haa … kenapa kelinci?”
Kelinci : “Karena aku ingin menjadi sahabat sejatimu”
Merpati : “Jadi, kamu mau?”
Kelinci : “Iyalah, aku akan selalu setia menemanimu dan menjagamu merpati”
Merpati : “Kata-katamu sangat indah, terima kasih kamu mau jadi sahabatku.”
Kelinci : “Hehe … Terima kasih juga sudah memuji.”
Kelinci dan merpati pun sudah bersahabat, mereka berdua pergi selalu bersama.
Dia mencari makan juga bersama. Mereka bermain juga bersama, merpati sangat senang
karena dia memiliki sahabat. Kelinci pun juga senang mendapatkan sahabat yang baru.
Pada pagi yang cerah kelinci dan merpati ingin jalan-jalan berkeliling hutan.
Mereka juga mencari makan, saat perjalanan kaki kelinci tiba-tiba terkena ranting pohon
dan terluka. Merpati segera menolongnya dan mengobati dengan obat seadanya. Kelinci
tidak bisa berjalan. Merpati pun mencari cara untuk membawa pulang kelinci. Beberapa
menit kemudian, merpati menemukan sebuah gerobak kecil. Merpati mengangkat
kelinci ke atas gerobak dan membawanya pulang ke rumah. Kelinci selalu dirawat oleh
merpati yang setia dan baik hati.
Beberapa hari kemudian kelinci sudah bisa berjalan. Merekapun dapat bermain
bersama lagi. Mereka berdua juga hidup bahagia.
Jadi jangan menyerah untuk mencari sahabat yang baik, kalau kita punya
sahabat, dia akan selalu membantu dan menjaga kita dan susah senang kita bisa
bersama.
KEPITING DAN UDANG

Namanya Ting-Ting dan dango, mereka bersahabat sejak kecil di dalam laut.
Mereka sudah melewati rintangan hidup mereka bersama-sama. Karena dari kecil,
mereka sendiri karena orang tua mereka sudah tidak ada.
Suatu hari, udah yang disebut Dango, menghampiri rumah Ting-Ting “Tok-tok,
Halo Ting-Ting aku Dango” Seru si Dango dengan perlahan.
Lalu si Ting-Ting keluar “Oo kamu Dango, kukira siapa? Jawab si Ting-Ting.
Tujuan si Dango menghampiri Ting-Ting ke rumah Ting-Ting adalah untuk
mengajaknya bermain.
“Ayo Ting-Ting kita bermain” seru si Dango karena mau mengajak Ting-Ting
bermain.
“Oooo jadi kamu kesini mau ngajak mau ngajak aku main ya Dango?”
“Kalau begitu ayo, tapi aku kunci rumah dulu ya” jawab si Ting-Ting.
“Ok, aku tunggu ya” seru si Dango sambil menunggu si Ting-Ting.
Merekapun pergi bermain bersama hewan-hewan lainnya yang ada di terumbu
karang dan mereka sudah menunggu cukup lama.
Sesampainya di tempat bermain, ia langsung bertanya “Hai teman-teman, kita
hari ini mau main apa?” Tanya si Ting-Ting.
“Kita hari ini mau bermain petak umpet” jawab teman-temannya.
“Ok kalau gitu aku yg jaga ya” jawab si Ting-Ting.
Mereka pun bermain dengan gembira dan suka ria.
BERUANG DAN AYAM

Pada suatu hari, di sebuah hutan, hiduplah seekor beruang yang memiliki tempat
tinggal di dalam goa yang besar dan gelap. Beruang tidak memiliki teman-teman dan
selalu kesepian karena kata hewan-hewan yang ada di hutan, dia adalah hewan yang
jahat dan suka memangsa hewan yang ada di dalam hutan. Tapi beruang mempunyai
akal licik yaitu ingin berpura-pura menjadi teman ayam, karena ayam adalah hewan
yang polos dan lugu, dia juga gampang sekali ditipu.
Pada pagi hari, ayam sedang berjalan-jalan mengelilingi hutan untuk mencari
makan, tetapi di tengah perjalanan, ayam bertemu dengan beruang.
Beruang : “Wah tepat sekali ayam yang polos itu datang.”
Beruang : “Hei ayam, kemari kau”
Ayam : “Hai, kau memanggil aku?”
Beruang : “Iya, siapa lagi memangnya?”
Ayam : “ooo… ada apa beruang?”
Beruang : “Kan aku tidak memiliki teman dan selalu kesepian, bagaimana jika
kamu jadi temanku, aku akan selalu menjagamu selamanya.”
Ayam : “Baiklah, aku mau beruang”
Tanpa pikir panjang, ayam mau menjadi teman beruang. Padahal itu hanya akal-
akalan beruang yang hanya ingin memakan ayam dan teman-temannya, karena selama
ini beruang tidak makan sama sekali. Yang dia lakukan hanya tidur terus. Keesokan
harinya, beruang berjalan-jalan sedang mencari makan bersama, tapi kali ini ayam
mengajak teman-temannya untuk mencari makan. “Wau … Banyak sekali ayam-ayam
yang gemuk. Pasti kali ini aku sangat kenyang.” Di tengah-tengah perjalanan, beruang
mengikuti ayam dari belakang dan tiba-tiba beruang menangkap salah satu teman ayam
dan menyembunyikannya agar tidak tahu siapapun. Tiba-tiba dia menangkap 4 ayam
sekaligus dan menyembunyikannya. Sore haripun telah tiba, ayam pulang ke rumah dan
beruang berhasil menangkap lima ayam dan langsung melahapnya. “Hah … teman kita
hilang lima?” Tanya ayam. Semua ayam pun panik dan langsung mencari ke lima
temannya itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Merekapun sedih sampai-sampai
semua ketiduran.
Pada pagi hari, ayam dan beruang mencari makan lagi, tapi gajah melihat ayam
dan beruang mencari makan. “Apa? Ayam mencari makan bersama beruang? Dia kan
hewan jahat, aku curiga. Aku harus mengikutinya dengan sembunyi-sembunyi”. Pikir
gajah gelisah. Pada perjalanan beruang menangkap empat ekor ayam sekaligus, gajah
melihat kejadian itu dan ingin memberi tau kepada ayam. Saat sampai di rumah, ayam
kehilangan empat temannya lagi, gajahpun menghampiri ayam.
Gajah : “Ayam, ada berita penting!”
Ayam : “Berita apa gaja?”
Gajah : “Beruang… Beruang. Dia selama ini yang memangsa temanmu!”
Ayam : “Apa itu benar tidak?”
Gajah : “Iya, kalau gitu kita langsung ke goa beruang”
Ayam dan gajah langsung ke goa, ayam kaget, ternyata benar selama ini.
Beruang yang memangsa temannya.
Ayam : “Hei beruang, ternyata selama kau sangat licik”
Beruang : “Aku itu memang licik dan jahat, karena kamu itu polos, mudah
ditipu, aku selalu memangsa temanmu.”
Ayam : “Dasar jahat, penipu, licik, pembohong, pengkhianat!”
Beruang : “Sekarang kalian semua pergi atau aku mangsa!”
Ayam : “Kami akan pergi, kami tidak mau bertemu denganmu lagi.”
Ayam dan gajah kembali ke rumah ayam dan memikirkan rencana untuk
menyingkirkan beruang. Mereka mendapatkan ide, yaitu ayam akan berpura-pura ingin
dimangsa beruang. Saat beruang mendekat, ayam lair menuju sungai dan gajah
mendorong beruang ke dalam sungai.
Pada pagi yang cerah, gajah dan ayam mulai menjalankan rencananya.
“Hei beruang, mangsalah aku, tetapi jangan lagi memangsa temanku” kata ayam
“Baiklah ayam bodoh” kata beruang.
Ayam langsung berlari menuju ke sungai sesuai rencana saat sampai di sungai,
tiba-tiba gajah keluar dari semak-semak dan byuur… Beruang didorong gajah dan jatuh
ke aliran sungai yang sangat dalam. Beruang yang jahat sudah tidak ada lagi. Ayam dan
gajah berhasil, tidak ada lagi pemangsa di hutan ini. Ayam dan gajah hidup bahagia.
Ayam berterima kasih kepada gajah dan mereka semua senang sekali.
Jadi, jika kita berteman, jadilan teman yang baik dan jangan suka bohong, dan
jika kita merasa paling kuat, jika kita sendiri, maka akan kalah dengan yang bersatu.
Kejahatan pasti akan kalah dari kebaikan.
IKAN KOI DAN IKAN MUJAIR

Pada suatu hari, terdapat sungai di tengah hutan. Sungai itu airnya masih jernih,
di dalam sungai ada ikan yang bersahabat yaitu ikan koi dan ikan mujair. Mereka dari
kecil sudah bersahabat, mereka selalu bermain bersama.
Pada pagi yang cerah di dalam sungai, ikan koi danikan mujair ingin bermain
bersama-sama.
Mujair : “Hai Koi sahabatku”
Koi : “Hai juga Mujair”
Mujair : “Koi, ayo kita bermain petak umpet!”
Koi : “Emm… Oke Ayo!”
Koi dan Mujari pun bermain petak umpet, sampai-sampai mereka lupa waktu
untuk pulang. Hari pun mulai gelap, permainan pun selesai. Koi dan Mujair pulang ke
rumah masing-masing. Keesokan harinya Koi dan Mujair ingin bermain bersama lagi.
Koi : “Hai, Mujair ayo kita main lagi”
Mujair : “Ayo, tetapi main apa? Aku bosan main petak umpet.”
Koi : “Emm … Bagaimana kalau kejar-kejaran”
Mujair : “Oke, aku setuju”
Koi dan Mujair pun bermain kejar-kejaran, tapi tiba-tiba si Koi kesakitan.
Mujair pun bertanya “Hai Koi, kau kenapa?”
“Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba perutku sakit” jawab si Koi.
Mujairpun mengantarkan Koi pulang ke rumah, si Koi istirahat. Keesokan
paginya, Koi memiliki telur, “Hmmm .. jadi perutku sakit karena aku sudah bertelur,
dan aku akan memiliki anak” pikir Koi.
Mujair pun datang ke rumah Koi, untuk melihat keadaan Koi, tetapi Mujair pun
terkejut, “Ha Koi, ternyata kau bertelur” kata Mujair.
“Iya Mujair, aku sangat senang” kata Koi.
Tiba-tiba perut Koi lapar, ia ingin mencari makanan, “Hei Mujair maukah kamu
menjaga telur-telurku sebentar, aku ingin mencari makan, aku sangat lapar”
Koi pun pergi dan mencari makanan, tapi perut Mujair pun tiba-tiba juga lapar,
dia berfikir ingin memakan telur Koi.
“Hmm … Bagaimana kalau aku makan telur koi?” kata Mujair dalam hati.
Mujair tanpa habis pikir ia langsung melahap semua telur Koi, seekor udang pun
mengetahui perbuatan si Mujair. Koi pun kembali ke rumah.
Koi pun bertanya ke Mujair, “Mujair, kemana semua telurku?”
“Aku tidak tahu” jawab Mujair dengan santai.
“Kan aku menyuruhmu untuk menjaganya” Tanya Koi dengan hati yang gelisah
dan panik.
“Telur kamu dimakan oleh Mujair” kata seekor udang.
“Benarkah Mujair?” Tanya Koi
“Iya, karena aku lapar” kata Mujair.
Koi pun menangis tidak terhenti.
Koi : “Tega sekali kau!”
Mujair : “Karena aku lapar Koi”
Koi : “Kau sahabat yang jahat!”
Udang menenangkan Koi, dan menyuruhnya istirahat, si Mujair pun pulang ke
rumahnya.
Pada pagi yang cerah Koi dan udang sedang bermain bersama dan Mujair
sedang mencari makan. Saat mencari makan, tiba-tiba ada manusia, semua ikan dan
hewan air ketakutan, tetapi Mujair tidak. Dan tiba-tiba Mujair di tusuk dan tertangkap
oleh manusia. Koi dan Udang selamat, tetapi Mujair sudah tidak ada lagi. Koi dan
Udang pun merasa sedih karena kehilangan Mujair. Beberapa hari kemudian Koi dan
Udang hidup bahagia, walau tanpa si Mujair.
Jadi kita jika bersahabat, bersahabatlah yang baik jangan mengingkari janji, dan
jika kita bersahabat jangan ada pertengkaran dan perselisihan.
AKAL LICIK SI BANGAU TUA

Pada dahulu kala, ada seekor abangau tua yang susah. Susah karena ia tak dapat
menangkap ikan secepat dulu lagi. Usia telah menggerogoti dan kegesitannya. Padahal
telaga dimana ia tinggal banyak sekali ikannya yang berwarna-warni. Si Bangau tua
telah menjadi loyo dan lemah. Tak lagi mampu mendapatkan ikan.
“Aku harus menggunakan siasat.” pikir Bangau tua itu.
Lalu ia pasang aksi di tepi telaga. Berdiri dengan wajah murung dan sedih. Ikan-
ikan dan landak yang berenang di dekatnya sengaja tidak ia hiraukan. Padahal biasanya
ia selalu mematuk atau memangsa ikan-ikan itu. Semua makhluk di telaga itu merasa
heran atas perilaku si bangau yang aneh itu. Seekor kodok bertanya, “Pak bangau,
mengapa anda kelihatan sedih sekali? Tidak mencoba menangkapku?”
“Tidak” kata Bangau dengan sedih.
“Aku sudah tua, sudah cukup puas karena sudah banyak sekali ikan, kodok, dan
kepiting yang kumakan di telaga ini.”
“Lho, terus kenapa kelihatan sedih?” sahut si Kodok.
Kembali si Bangau berkata dengan sedih, “Kemarin aku telah mendengar
rencana penduduk setempat. Mereka akan mengosongkan telaga ini dan akan
menimbuni dengan tanah untuk menanam buah dan sayuran. Semua ikan, kodok, dan
kepiting akan mati tertimbun tanah. Lalu aku juga akan mati karena tidak dapat mencari
makanan lagi.”
Si Kodok yang lincah berenang itu segera memberitahukan hal itu kepada
penghuni Telaga lainnya. Semua ikan, kodok, kepiting dan hewan-hewan kecil lainnya
ketakutan mendengar berita buruk itu.
“Apa yang harus kita lakukan?" tanya mereka kepada sesamanya
“Mari kita menemui Pak Bangau, ia lebih tua dan berpengalaman Mungkin ia
bisa membantu untuk menyelamatkan kita."
Sambil menangis tersedu-sedu semua penghuni Telaga menghadap bangau tua,
mereka memohon, “selamatkanlah kami, kami tidak mau mati. Hanya engkau bangau
tua yang dapat memikirkan rencana untuk menyelamatkan kami.”
Si burung bangau tua berpura-pura berfikir dengan keras dan berkata
“Aku akan mencoba kemampuan terbaik untuk menyelamatkan nyawa kalian semua,
aku tahu Telaga lain cuma agak sedikit jauh dari sini. Bila kalian percaya kepadaku, aku
akan membawamu dan semuanya ke sana.” begitu ucap bangau tua kepada para
penghuni danau.
Akhirnya, semua ikan, kodok dan kepiting mulai bertengkar di antara mereka
sendiri. Masing-masing ingin paling dulu dibawa oleh si Bangau.
“Sebentar, sebentar semuanya,” kata si bangau dengan tegas “kita semua harus
sabar. Aku sudah tua dan lemah serta mudah lelah. Aku akan membawamu
seekor seekor pada waktu pada satu waktu. Aku akan membawa ikan-ikan
terlebih dahulu.”
“Sekarang saatnya menjalankan rencana itu,” pikir sang Bangau.
Lalu kemudian ia cepat-cepat mematuk seekor ikan di paruhnya yang tajam itu
lalu bangau tua pun terbang.
“Sudah sampai kah kita ke Telaga, tuan Bangau?” tanya si ikan dengan sangat
ketakutan setelah beberapa lama dibawa terbang oleh si Bangau tua dua.
“ehem, ehem,” jawab sibangau dengan paruhnya mengatup lebih erat pada ikan.
Kemudian si bangau tua hinggap pada tebing Karang dan dengan cepat yang
melahap mangsanya. Hari-hari berlalu penuh kegembiraan bagi sang Bangau. Manakala
ia merasa lapar, ia akan mengambil seekor ikan dan berpura-pura mengangkutnya ke
Telaga yang baru, menjadikannya santapan lezat.
Suatu hari, seekor Kepiting datang menuju sang Bangau dan bersungut-sungut
“Pak bangau, itu tidak adil. Kau tampaknya hanya membantu para ikan saja. Setiap hari
engkau membawanya meninggalkan Telaga ini, lalu kapan giliranku?”
Si bangau tua pun tersenyum licik pada dirinya “hehehe... Kesempatan baik mendapat
ekor kepiting untuk makan siang hari ini," pikir Si bangau tua di dalam hatinya.
“Baiklah kepiting," kata si Bangau, “hari ini giliranmu.”
Akhirnya, si bangau tua itu membawa si kepiting dalam paruhnya dan segera
terbang. Mereka terbang agak jauh tetapi kepiting tidak dapat melihat tanda-tanda
adanya telaga yang dijanjikan.
Ketika sang bangau mulai menukik menuju tebing Karang di bawah, sedikit
timbul kecurigaan si kepiting. Ketika mereka semakin dekat pada tebing, sang kepiting
terkejut menyaksikan tulang tulang ikan berserakan dimana-mana. Akhirnya sang
kepiting menyadari, Apa yang sebenarnya yang telah dilakukan oleh si bangau tua.
“Ternyata ia menipu kami,” pikir Si kepiting. “Awas ya, akan kubalas kau
bangau tua.”
Ketika bangau mulai terbang merendah, tiba-tiba si kepiting mencengkeram
leher bangau yang panjang dan ramping itu dengan cupit nya yang kuat dan
menjepitnya kuat-kuat.
“Aduh,” sang bangau memekik “lepaskan aku!”
Akan tetapi sikepiting malah justru menguatkan dan mengeraskan jepitannya.
Sibangau tua berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkraman Kepiting itu akan
tetapi ia tidak berhasil.
“Mampuslah kau bangau keparat," teriak si kepiting dengan mengerahkan
seluruh tenaganya hingga leher sibangau putus.
Kepalanya menggelinding ke tanah. Si kepiting yang pemberani itu menyeret
kepala bangau yang putus ke dalam telaga. Semua penghuni Telaga bertanya heran,
“Lho,,? Kamu kenapa kok kembali lagi?”
“Iya,” jawab si kepiting dengan sangat marah “pak bangau rupanya adalah
penipu besar. Ia secara licik telah membuat jebakan untuk membunuh semua
ikan, kodok dan kepiting dari Telaga ini. Ia telah berbohong tentang membawa
kita dengan selamat. Ia hanya membawa kita satu persatu pada tebing Karang
yang tandus Dan melahap Kita. Namun bagaimanapun juga, aku telah
mengakhiri rencana jahatnya itu dengan cara memutus lehernya.”
Seluruh penghuni Telaga itu bersorak gembira, mereka mengelu-elukan si
kepiting sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan jiwa mereka.
SI KANCIL DAN BERUANG

Pada suatu hari, ada seekor Beruang coklat bertubuh gendut. Ia selalu terpesona
mendengar burung-burung bernyanyi riang. Beruang Coklat ingin bisa bernyanyi atau
bersiul tapi ia tak mampu. Suatu hari ia tersesat di ladang dekat perkampungan. Ia
sangat takjub melihat anak gembala meniup seruling dengan suara yang merdu sekali.
Beruang kembali masuk ke hutan dan menceritakan pengalamannya itu kepada Kancil.
Suatu hari Kancil berjalan-jalan. Sampailah ia di rerumputan pohon bambu.
Karena capek ia istirahat di tempat itu. Tiba-tiba ia mendengar derit suara bambu yang
cukup merdu walau tak semerdu seruling si gembala.
Mendengar derit bambu tadi. Timbul sifat jailnya. Ia punya gagasan gila untuk
temannya si Beruang. Berhari-hari Kancil mencari Beruang, akhirnya ia temukan juga si
Beruang yang sedang mandi di sebuah telaga.
“Cil ! Kita berendam, udara sangat panas nih !” sahut Beruang.
“Haii beruang....” kata Kancil.
“Kau kan suka musik? Ayo ikut aku, kutunjukan konser musik alami yang sangat
merdu sekali.”
“Wah benarkah, Cil ? Ayo kita berangkat !” dari kejauhan Beruang melihat
Kancil seolah-olah sedang memainkan seruling dari bambu.
“Cil, daripada aku cuma melihat ajarilah aku mainkan seruling itu” kata Beruang
sambil mendekati Kancil.
“Boleh, julurkan lidahmu, tempelkan ke celah seruling bambu yang panjang
ini,” kata Kancil.
Kancil segera bersiul memanggil angin. Tak berapa lama angin bertiup sepoi
sepoi cukup untuk menggoyang-goyangkan pohon bambu.
Bambu berderit, menjepit ujung lidah beruang. Beruang menjerit kesakitan.
Dengan sepasang tangannya yang kuat ia menahan gerakan bambu dan segera mencabut
lidahnya. Sadarlah si Beruang, kancil sengaja menipunya. Tapi ia tidak marah, sebab
derit suara bambu itu memeng terdengar merdu.
Begitu merdunya derit suara bambu itu sehingga membuat Beruang terlena dan
akhirnya ia tertidur lelap.
NEGERI SEMUT

Pada Suatu Hari Si kancil yang cerdik walau tak bisa memanjat pohon pisang ia
bisa makan pisang matang sepuasnya setelah mengibuli si kera. Habis makan buah
pisang yang cukup banyak kancil kekenyangan ia mencari tempat berteduh untuk
istirahat. Sambil istirahat ia memandangi barisan semut yang jumlahnya sangat banyak.
“Apa yang mereka bawa itu, seperti butiran parutan kelapa....” gumam kancil.
Kancil tertarik melihat barisan semut yang rapih itu, sepertinya dunia semut
memang disipliin yang ketat dalam berlalu lintas. Bila bertemu mereka saling menyapa
dan bersalaman, nampaknya rukun sekali. Kancil terus memperhatikan barisan semut itu
dengan seksama.
“dunia semut nampaknya aman, rukun dan damai, kenapa dunia binatang
lainnya tidak seperti mereka, saling bunuh dan saling mengalahkan...” pikir
kancil.
Tiba-tiba kancil merasa dirinya mengerut, tubuhnya berubah jadi sebesar semut.
kancil merasa bingung melihat semut-semut berseliweran disampingnya. Kancil
kemudian mengikuti barisan semut itu masuk kesebuah lorong yang panjang.
“Permisi....bolehkah aku mengetahui rahasia kerukunan kalian?” tanya kancil.
“Boleh saja cil,” kata seekor semut.
“Kami memang selalu rukun dan damai, sebab tanpa itu kami tak bisa hidup
dengan tenang dan makmur. Kami bekerja sama dengan riang gembira.
mengumpulkan makanan di musim kemarau untuk persediaan di musim hujan.
Lihat dinding dikanan-kiri lorong ini, semua penuh dengan persediaan makanan.
Siapa saja semut yang lapar boleh mengambil dan memakannya. Persediaan
makanan ini milik bersama.”
“Wah aku sungguh iri dengan dunia kalian yang rukun dan damai saling
membantu satu sama lain. tidak ada yang usil misalnya menjegal temannya yang
sedang bergegas kesana kemari,” kata kancil.
“Cil, kau juga bisa berbuat yang sama. Sejak kecil kami sudah diajar untuk
hidup rukun, tolong menolong, bekerja keras, tidak serakah. Semua semut
dewasa sampai yng tua juga memberi contoh dengan perbuatan yang nyata”
“Apakah di dunia semut tidak ada yang dengki?” tanya kancil.
“Tidak ada cil, sejak kecil kami tidak di ajari berhati iri dan dengki, ataupun
bersikap malas. Kami semua rajin bekerja.” jawab semut.
“Apakah tidak ada di antara kalian yang sengaja menimbun makanan untuk
kepentingan sendiri?” tanya kancil.
“Tidak ada cil, tapi kita semua wajib bekerja mengumpulkan bahan makanan
untuk kepentingan bersama.”
Setelah cukup berwawancara dengan tokoh masyarakat semut, kancil minta diri.
Dalam perjalanan ia termenung betapa jauh bedanya dunia semut dengan dunia yang
digelutinya.
Tiba-tiba tubuh kancil terantuk batu, ua merasa pusing sesaat, namun kemudian
tersadar kembali. Tubuhnya kini menjadi besar lagi. Ia tidak tahu apakah tadi benar-
benar mengecil atau hanya tertidut dan mimpi jadi kecil dan berkelana dunia semut.
Kancil tersenyum simpul ketika memandangi semut-semut itu terus berbaris rapih.
Sibuk menyunggi makanan mereka untuk dibawa kedalam lorong.

Anda mungkin juga menyukai