Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN

PPI
(PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI)

UPT PUSKESMAS JENANGAN


DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PONOROGO
TAHUN 2018
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga UPT Puskesmas Jenangan Kabupaten
Ponorogo pada Tahun 2019 ini mendapat kesempatan untuk melaksanakan Reakreditasi.
Akreditasi bagi UPT Puskesmas Jenangan Kabupaten Ponorogo sangatlah penting
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk
menunjang pelaksanaan akreditasi di UPT Puskesmas Jenangan Kabupaten Ponorogo
maka diperlukan pedoman pelayanan PPI.
Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini dapat memberi manfaat
dan bagi Seluruh petugas UPT Puskesmas Jenangan, sehingga dalam melaksanakan
tugasnya di Puskesmas Jenangan Kabupaten Ponorogo berjalan lancar dan terhindar dari
infeksi saat melakukan tugas di Puskesmas yang lebih baik.

KEPALA UPT PUSKESMAS JENANGAN

drg Titik Suprihatin

NIP.19710210200604 2 017

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia,
termasuk di Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatkannya infeksi dapat
berasal dari komunitas (Community acquired infection ) atau berasal dari
lingkungan Rumah Sakit (Hospital Aquired Infection) yang sebelumnya dikenal
dengan istilah infeksi nosokomial. Dengan berkembangnya system pelayanan
kesehatan khususnya bidang perawatan pasien, sekarang perawatan tidak
hanya di rumah sakit saja (home care). Tindakan medis yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau
penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai dengan prosedur berpotensi
untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan
kepada petugas kesehatan itu sendiri. Karena sering kali tidak bias secara pasti
ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital
Acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare Associated
Infections” HAIs dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di Rumah Sakit
tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi
pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada pada petugas kesehatan yang didapat
pada saat melakukan tindakan perawatan pasien.Untuk dapat melakukan
pencegahan dan pengendalian infeksi khususnya infeksi di Puskesmas, perlu
memiliki pengetahuan mengenai konsep dasar penyakit infeksi.

B. PENGERTIAN
Pelayanan PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang di
dapat dan ditularkan diantara pasien, staff, tenaga professional kesehatan,
tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung.

C. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.

3
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran.

4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 270/MENKES/2007 tentang


Pedoman Manajerial PPI di RS dan Fasyankes Lainnya.

5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 27/Menkes/2017 tentang Pedoman


PPI

D. VISI DAN MISI


VISI
Menurunkan risiko terjadinya endemi dan epidemi nosokomial di UPT
Puskesmas Jenangan
MISI :
1. Mengupayakan layanan kesehatan sesuai dengan standar pencegahan dan
pengendalian infeksi UPT Puskesmas Jenangan Ponorogo

2. Mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di


antara pasien, staff, professional kesehatan, pekerja kontrak, relawan,
mahasiswa dan pengunjung.

3. Melaksanakan, memantau, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pencegahan


dan pengendalian infeksi di UPT Puskesmas Jenangan Ponorogo

4. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan

5. Terselenggaranya partisipasi dan dukungan dari Kepala Puskesmas

6. Menyediakan edukasi mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi


kepada staff, dokter, pasien, keluarga pasien dan pemberi pelayanan lainnya
melalui sosialisasi, banner, leaflet

E. FALSAFAH
Pencegahan dan pengendalian Infeksi UPT Puskesmas Jenangan adalah
kewajiban Puskesmas untuk melindungi pasien dari terjangkitnya infeksi dan
4
petugas serta pengunjung dari paparan infeksi dengan memperhatikan cost
effective.
F. TUJUAN
1. Meningkatkan mutu layanan UPT Puskesmas Jenangan melalui pencegahan
dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua unit di UPT
Puskesmas Jenangan yang meliputi Manajemen resiko, Clinical Governance
dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2. Melindungi petugas kesehatan, pasien dan masyarakat dari penularan


penyakit menular (Emerging Infectious Disease)

G. RUANG LINGKUP PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI UPT PUSKESMAS JENANGAN
1. Hand Hygiene

a) Sosialisasi hand hygiene kepada karyawan dan pasien

b) Evaluasi poster, leaflet (relevansi)

c) Evaluasi efektifitas antiseptic hand rub

d) Audit kepatuhan cuci tangan

e) Pelaporan evaluasi hand hygiene

f) Kampanye hand hygiene

2. Surveilance Infeksi

a) Pemantauan angka kejadian infeksi aliran darah perifer

b) Pemantauan angka kejadian Infeksi terkait pemasangan kateter urine / ISK

3. Penggunaan APD dan Kewaspadaan air-borne disease

a) Identifikasi kebutuhan APD

b) Pengadaan APD

c) Sosialisasi APD

d) Evaluasi Monitoring pemakaian APD

e) Penyediaan masker di Unit untuk kewaspadaan air-borne disease

f) Sosialisasi penggunaan masker untuk kewaspadaan air-borne disease


5
g) Pembuatan dan pemasangan Poster Etika Batuk

4. Pengelolaan limbah

a) Sosialisasi penggunaan APD yang sesuai

b) Monitoring pemakaian APD

c) Audit kepatuhan pemakaian APD

d) Audit kepatuhan pembuangan sampah

5.Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pada pengelolaan makanan

a) Evaluasi monitoring Hygiene petugas dietary

b) Evaluasi pemeriksaan mikrobiologi

 makanan : makanan siap saji untuk pasien dan susu, daging, ikan laut,
snack

 alat makan

c) Evaluasi pemeriksaan kesehatan khusus petugas penjamah makanan (anal


swab)

d) Evaluasi pemantauan suhu pendingin pada penyimpanan bahan makanan

6.Pemantauan kualitas air

Evaluasi pemeriksaan mikrobiologi air minum, air bersih dan air cadangan
7.Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pada saat pembangunan dan
renovasi

Evaluasi pemeriksaan kualitas udara melalui pengukuran / pemeriksaan debu


8.Sterilisasi

a) Evaluasi pemeriksaan mutu alat sterilisasi

b) Evaluasi pemantauan kualitas barang yang telah disteril

c) Evaluasi monitoring pengelolaan barang single-use yang di re-use

9.Pendidikan dan Pelatihan Staff

a) Pendidikan Surveilance PPI untuk IPCLN

6
10.Pengurangan resiko infeksi terhadap petugas melalui pemeriksaan kesehatan
karyawan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus serta pemberian vaksinasi
pada petugas yang berisiko

H. BATASAN OPERASIONAL
1. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial sekarang sudah tidak digunakan lagi karena seringkali
tidak bisa tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah
infeksi nosokomial (Hospital Aquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu "
Healthcare-associated infection" (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas
tidak hanya dirumah sakit tetapi juga di fasilitas kesehatan lainnya. Juga tidak
terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan
yang didapat pada saat melakukan tindakan keperawatan.
Infeksi Rawat Inap Puskesmas adalah infeksi yang didapat pasien ketika
dirawat di Puskesmas dengan kriteria sebagai berikut :
a) Sewaktu pasien masuk Puskesmas

1. Tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut

2. Tidak didapatkan tanda-tanda klinis infeksi tersebut

3. Sudah ada tanda-tanda klinis infeksi tersebut dan terbukti infeksi tersebut
didapat pasien ketika ia dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu
(sebelumnya), serta belum dilaporkan sebagai infeksi nosokomial

b) Infeksi bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya

c) Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul setelah pasien dirawat 2x24
jam

2. Infeksi Vena / IADP / CVC


Infeksi vena adalah infeksi yang timbul karena tindakan infasif pada vena,
seperti setelah pemasangan kanule plastik, atau kateter intravena, tanpa ada
organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Kriteria infeksi
vena secara klinis dan laboratoris adalah sebagai berikut :

a) KLINIS :
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
1) Adanya tanda-tanda radang pada daerah atau sekitar insersi
7
2) Panas atau keluar nanah dari tempat tusukan

3) Suhu > 37.50 C bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian
antibiotik

b) LABORATORIS :
Ditemukan satu diantara kriteria dibawah ini :
1) Kuman patogen dari biakan darah

2) Kuman patogen dari biakan ujung kanula / kateter yang dikeluarkan

3) Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut-turut dan kuman tersebut


tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain

3) Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intra vaskuler

c) TINDAKAN YANG DILAKUKAN :


1) Mengganti lokasi infus

2) Kanul / kateter yang dicurigai terinfeksi harus segera dilepas

3) Ujung kanul yang terduga terinfeksi digunting dan dikirin untuk biakan

4) Jika sudah timbul gejala-gejala sistemik perlu diberikan antibiotika yang


sesuai dengan sepsis dan antibiotika kemudian disesuaikan dengan
pemeriksaan kultur dari kanul / kateter yang dibiakkan.

5) Jika ada kecurigaan pada kontaminasi cairan, maka cairan harus dibiakkan
dan sisa cairan dalam botol diamankan.

6) Jika terbukti bahwa cairan terkontaminasi, maka sisa isi botol dengan
nomer lot yang sama dengan yang terkontaminasi harus diamankan dan
nomer lot dicatat.

3. INFEKSI SALURAN KEMIH / CAUTI (Chateter Assosiated Urinary Tract


Infection).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang timbul setelah tindakan invasif
pemasangan kateter menetap.
ISK dibagi menjadi dua yaitu : ISK simptomatik dan Bacterium Asimptomatik.
a) ISK Simptomatik

Harus memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :

8
1). Demam > 380 C
2). Disuria
3). Urgensi (nikuri)
4). Polakisuri
5). Nyeri supra pubik
Ditambah : biakan urine > 105 organisme / ml urine dengan jenis kuman
tidak lebih dari 2 spesies (urine porsi tengah).
Dua dari tanda dan gejala berikut ini :
1) Demam > 38 C
2) Disuria
3) Urgensi (nikuri)
4) Polakisuri
5) Nyeri supra pubik
Ditambah :
Biakan urine dengan pertumbuhan organisme satu jenis uropatogen / ml
pada pasien yang telah mendapat pengobatan anti mikroba.
Batasan laboratorik :
1). Piuria / lekosituria : lekosit > 10 per lapang pandang
2). Bakteriuria :
 Bila urine diambil setelah pemasangan kateter pada biakan tumbuh
koloni kuman sebanyak 10.000 atau lebih

 Bila yang diambil urine porsi tengah pada biakan tumbuh koloni kuman
sebanyak 100.000 atau lebih.

 Bila urine diambil dengan cara punctie supra publik, pada biakan
ditemukan kuman (tanpa syarat jumlah koloni kuman).

b) ISK Bakteriuria Asimptomatik

1) Pasien memakai kateter kandung kemih dalam waktu 7 hari sebelum


biakan urine

2) Ditemukan biakan urine > 105 kuman / ml urine dengan jenis kuman
maksimal 2 species

3) Tanpa gejala-gejala / keluhan : demam, suhu 38 0C, Polakisuria, nikuri,


disuri dan nyeri supra pubik.

9
H. Alur Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Gambar 1.1
Alur Upaya PPI
Mulai

Unit Pelayanan
Penilaian Resiko Infeksi

Panitia PPI
Merekap Penilaian
Resiko Infeksi

Panitia PPI
Melakukan Surveilan
Infeksi

Panitia PPIRS

1. Merekap data surveilans


bulanan
2. Melaporkan kepada komite
3. Menganalisa

Panitia PPIRS

1. Evaluasi dan tindak


lanjut
2. Pelaporan kepada Dirut

Selesai

10
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. KETUA PPI
Kriteria : Seorang dokter yang mempunyai pengetahuan dan berminat pada
penyakit infeksi dan epidemiologi
a. Tanggung jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab seluruhnya
terhadap pelaksanaan program PPI.
b. Tugas pokok :
Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program PPI.
c. Uraian tugas:
1) Menyusun, merencanakan dan mengevaluasi program kerja PPI

2) Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI

3) Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan PPI

4) Bekerjasama dengan tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau


KLB HAIs (Healthcare Assosiated Infection)

5) Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara


pencegahan dan pengendalian infeksi

6) Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan Puskesmas dan


pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI

7) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan kesehatan, cara pemrosesan


alat, penyimpanan alat dan linen yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.

8) Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk


meningkatkan kemampuan SDM Puskesmas dalam PPI

9) Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja terkait

10) Berkoordinasi dengan unit terkait PPI

11) Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota PPI untuk
membahas dan menginformasikan hal – hal penting yang berkaitan
dengan PPI
11
12) Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki cara
kerja dan pedoman kerja yang aman dan efektif

13) Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan


renovasi ruangan

14) Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena


potensial menyebarkan infeksi.

15) Menghadiri pertemuan manajemen, bila dibutuhkan.

2. SEKRETARIS
Kriteria : Mempunyai pengetahuan, ketrampilan khusus dan epidemiologi
penyakit infeksi, bakteriologi dan sanitasi
a. Tanggung Jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada ketua PPI
b. Tugas Pokok :
Ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Program PPI
c.Uraian Tugas :
1) Mengatur rapat dan jadwal rapat PPI

2) Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapannya yang diperlukan

3) Menyusun kesimpulan sidang dan notulen rapat

3. IPCN ( Infection Prevention Controle Nurse )


Kriteria :
 Perawat dengan pendidikan minimal DIII dan memiliki sertifikasi PPI

 Memiliki komitmen dibidang pencegahan dan pengendalian infeksi

 Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident

 Memiliki pengalaman sebagai kepala ruang atau setara

 Bekerja purna waktu

a. Tugas dan tanggung jawab :


1) Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi
yang terjadi dilingkungan kerjanya, baik rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya.

2) Memonitor dan melaksanaan surveillance PPI, penerapan SOP,


kepatuhan petugas dalam menjalankan kewaspadaan isolasi
12
3) Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada ketua PPI

4) Bersama tim PPI memberikan pelatihan tentang PPI kepada


petugas di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya

5) Melakukan investigasi apabila terjadi KLB infeksi dan bersama


ketua PPI memperbaiki kesalahan yang ada

6) Bersama ketua PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan


tentang PPI

7) Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah


penularan infeksi dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya

8) Bersama ketua PPI menganjurkan prosedur isolasi dan memberi


konsultasi tentang PPI yang diperlukan pada kasus yang terjadi di
rumah sakit.

9) Audit pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap


penatalaksanaan limbah, loundry, gizi dll

10) Memonitor kesehatan lingkungan

11) Memonitor terhadap pengendalian pemakaian antibiotika yang


rasional

12) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan


PPI

13) Melakukan edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan


pengunjungPuskesmas tentang PPI.

14) Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung


dan keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di
masyarakat, infeksi dengan insiden tinggi.

15) Sebagai koordinator antar departemen / unit dalam mendeteksi,


mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.

16) Membuat laporan surveilans bulanan dan tahunan dan melaporkan


kepada tim PPI

4. IPCLN (Infection Prevention Controle link Nurse )


Kriteria IPCLN :

13
 Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikat PPI

 Memiliki komitmen di bidang pencegahan dan pengendalian


infeksi

Memiliki kemampuan Leadership

a. Tugas dan tanggung jawab IPCLN :


Sebagai perawat penghubung / perawat pelaksana bertugas :
1) Mengisi dan mengumpulkan data indikator mutu di unit rawat inap
masing-masing dan menyerahkannya kepada IPCN

2) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan


pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di
unitnya masing-masing.

3) Memberitahukan kepada IPCN dan membuat laporan apabila ada


kecurigaan adanya HAIs pada pasien

4) Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB,


penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat masing-masing, konsultasi
prosedur yang harus dijalankan bila belum paham.

5) Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan


Standar Isolasi

5. ANGGOTA TIM
a. Tanggung Jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Ketua dan
Wakil PPI dalam pelaksanaan program kerja PPI di setiap unitnya masing-
masing
b. TugasPokok :
Membantu pelaksanaan semua kegiatan di Program PPI di Unit masing-
masing
c. Uraian Tugas :
1) Melaksanakan semua kegiatan di program PPI di Unit masing-masing

2) Memonitoring pelaksanaan PPI, penerapan SPO terkait PPI di Unit


masing-masing

3) Mengaudit pelaksanaan PPI di Unit masing-masing

14
4) Membuat laporan evaluasi kegiatan program PPI di Unitnya

5) Memberikan penyuluhan / pendidikan kepada staff tentang upaya-upaya


PPI di unitnya

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Ketenagaan didalam PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) mencakup
ketenagaan disetiap unit yang terdiri dari :
1) Dokter umum

2) Petugas laboratorium

3) Petugas Farmasi

4) Petugas instalasi pemeliharaan sarana Puskesmas

5) Petugas sanitasi

6) Petugas Cleening Service

7) Perawat IPCLN di unit pelayanan rawat jalan

15
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN
Ruang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sementara menempati Ruang
Akreditasi bersama dengan Komite Mutu yang dilengkapi dengan komputer,
printer, meja kerja dan kursi.

B. STANDAR FASILITAS
1. Kebersihan
a. Pengelolaan kebersihan lingkungan Puskesmas dan sarana pendukungnya
di atur di dalam buku pedoman

b. Tempat sampah disediakan dalam jumlah sesuai kebutuhan dengan


ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Pengelolaan kebersihan lingkungan dilakukan oleh housekeeping

d. APD dan plastik untuk tempat sampah disediakan oleh housekeeping

e. Pengangkut sampah terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan
serta tertutup

2. Linen
a. Kereta untuk linen kotor dan linen bersih berbeda

b. Kereta linen kotor terbuat dari bahan yang kuat dan tertutup

c. Pengelolaan linen dilakukan oleh unit loundry

3. Sterilisasi
a. Pengelolaan barang dan bahan untuk dilakukan sterilisasi,

b. Proses sterilisasi selalu dipantau mutu proses dan mutu hasilnya

c. Semua alat medis diseluruh unit pelayanan

4. Sanitasi
a. APD disediakan sesuai kebutuhan

b. Pemeriksaan baku mutu air diperiksa secara berkala

c. Pemeriksaan kadar debu pada saat renovasi diperiksakan secara berkala

16
5. Dietar
a. Tempat sampah dan APD disediakan sesuai kebutuhan

6. Peralatan
Peralatan penunjang pengendalian dan pencegahan infeksi di UPT
Puskesmas Jenangan tersedia sebagai berikut :
a. Peralatan pembersihan dan alat pelindung diri seperti masker, sarung
tangan, topi, kaca mata gogle, safety shoes, schort.

b. Tempat sampah sesuai kebutuhan

c. Gudang penyimpanan

d. Kereta pengangkut sa

e. Tempat cuci tangan baik hand rub maupun hand whasing

f. Tissu disetiap wastafel

g. Cairan anti septik

h. Alat pengukur tekanan udara dan kelembaban

i. Mesin pendingin / AC

j. Sterilisator

k. Alat medis dan non medis

17
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tatalaksana kegiatan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di unit


pelayanan adalah sebagai berikut :
1. PPI di unit Housekeeping
a. Memantau kepatuhan pemakaian APD

b. Memastikan pemilahan limbah sudah dilakukan oleh unit pelayanan yang


menghasilkan limbah

c. Monitoring pengangkutan sampah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

d. Memastikan pengelolaan limbah oleh pihak ketiga sesuai peraturan dan


kesepakatan yang telah dibuat

e. Memantau kepatuhan pembuangan sampah

2. PPI di unit Sanitasi


a. Penyediaan, Pengelolaan dan Pengawasan Air Minum dan Air Bersih.

b. Menjamin pemenuhan kebutuhan air minum dan air bersih yang memadai

c. Menjamin kualitas air minum dan air bersih yang sesuai persyaratan
kesehatan yang berlaku dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

d. Melakukan kegiatan pengawasan kualitas air minum dan air bersih yang
meliputi : inspeksi sanitasi terhadap sarana, pengambilan-pengiriman-
pemeriksaan sampel air minum dan air bersih, melakukan analisis hasil
inspeksi sanitasi dan hasil pemeriksaan laboratorium, melakukan tindak lanjut
berdasarkan analisis.

e. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih minimal 1 (satu)
tahun sekali.

f. Melakukan monitoring dan pengambilan sampel air minum untuk pemeriksaan


parameter mikrobiologik minimal seminggu sekali yang jumlah sampel setiap
bulan sesuai peraturan yang berlaku.

g. Melakukan monitoring dan pengambilan sampel air minum dan air bersih
untuk pemeriksaan parameter kimia dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam
setahun dan titik pengambilan sampel minimal pada tempat penampungan

18
(reservoir air bersih dan penampung produk air minum) dan kran air bersih /
distribusi air minum terjauh dari penampung.

h. Monitoring dan pengambilan sampel air minum untuk pemeriksaan


mikrobiologik terutama pada lokasi / ruang : umum

i. Membuat analisa dan tindak lanjut apabila terdapat penyimpangan terhadap


mutu air

j. Membuat laporan kepada tim PPI pada akhir bulan

3. PPI di unit rawat jalan, diagnosting dan penunjang lainnya


a. Audit kepatuhan cuci tangan

b. Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit cuci tangan

c. Audit kepatuhan penggunaan APD

d. Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit APD

e. Audit kepatuhan pembuangan sampah

Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit kepatuhan pembuangan


sampah
4. Kegiatan kampanye Hand Hygiene
Kegiatan Demo Hand Hygiene dilakukan setiap enam bulan pada bulan Juni
dan bulan Desember yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan petugas
dalam mencuci tangan serta sebagai upaya PPI dalam meminimalisasi angka
kejadian infeksi di Puskesmas.
a. Penanggung jawab PPI membuat proposal kampanye cuci tangan

b. Mengajukan proposal kampanye cuci tangan kepada KepalaPuskesmas.

c. Membentuk kepanitiaan kampanye cuci tangan

d. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kampanye cuci tangan

e. Menentukan tempat untuk kampanye cuci tangan

f. Memasang banner cuci tangan pada tempat kampanye cuci tangan

g. Memberitahu semua karyawan lewat undangan

h. Memasang pengumuman pada tempat absensi

19
i. Pada hari pelaksanaannya petugas edukasi yang bertugas kampanye cuci
tangan mengajak semua karyawan untuk melakukan cuci tangan dengan 6
langkah benar, apabila belum benar sekaligus dilakukan edukasi dan
evaluasi.

5. Membuat laporan bulanan


a. Laporan bulanan dibuat setelah mendapat data dari rawat inap, dilakukan
rekapitulasi

b. Dibuat analisa dan tindak lanjut

c. Laporan diketahui dan dilaporkan kepada Tim Mutu dan KepalaPuskesmas.

6. Membuat laporan Tri Wulan


a. Laporan Triwulan dibuat berdasarkan laporan bulanan kemudian dilakukan
rekapitulasi

b. Dibuat analisa , dibandingkan dengan data Triwulan sebelumnya dan dibuat


tindak lanjut

c. Laporan diketahui dan dilaporkan kepada Komite Mutu dan Direktur

7. Membuat laporan tahunan


a. Laporan Tahunan dibuat berdasarkan laporan Triwulan kemudian dilakukan
rekapitulasi

b. Dibuat analisa , dibandingkan dengan data Tahunan sebelumnya dan dibuat


tindak lanjut

c. Laporan diketahui dan dilaporkan kepada KomiteTim Mutu dan Direktur

20
BAB V
LOGISTIK
A. PENGERTIAN
Managemen pelayanan logistik merupakan penyelenggaraan pengurusan
bahan dan barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan PPI di Puskesmas
secara teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya
seefisien mungkin.
B. TUJUAN
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang
tepat dan kualitas yangbaik pada waktu yang dibutuhkan

2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut di atas tercapai.


Maksudnya dengan biaya yang rendah.

3. Tujuan Keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak
sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akutansi.

C. SYARAT MANAGEMEN LOGISTIK


1. Sirkulasi pengeluaran bahan atau barang berdasar metode FIFO ( First In
First Out )
2. Fasilitas penyimpanan terstandar ( bersih dan suhu sesuai )
3. Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu
4. Menjaga kualitas bahan dan barang tetap terjamin
5. Adanya sistem pencatatan.
D. KEGIATAN LOGISTIK DI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
1. Penyediaan APD
Rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan alat pelindung diri yang
disesuaikan dengan spesifikasi dan sesuai standar PuskesmasKauman.
a. Alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, topi, safety shoes,
kacamata, schort di sediakan oleh unit masing-masing sesuai dengan
kebutuhan

b. Alat pelindung diri untuk Housekeeping dan Loundry disediakan oleh


pihak ketiga

c. Plastik untuk tempat sampah disediakan oleh pihak ketiga

2. Penyediaan cairan untuk cuci tangan, desinfektan


21
a. Penanggung jawab PPI mencari sedikitnya 3 vendor berkoordinasi
dengan bagian purchasing / pengadaan barang

b. Vendor yang ada melakukan presentasi yang di ikuti oleh semua unit
pengguna.

c. Penanggung jawab PPI memberikan rekomendasi kepada bag pengadaan


barang vendor yang terpilih.

d. Penanggung jawab PPI mengajukan permintaan cairan untuk cuci tangan


yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan diseluruh
Puskesmas

e. Administrasi unit membuat permintaan ke unit logistik sesuai dengan


kebutuhan

f. Kepala bagian unit menandatangani permintaan barang tersebut

g. Lembar permintaan barang diserahkan ke bagian logistik

h. Bagian Pembelian menghubungi supplier melalui telepon berdasarkan


pesanan yang diotorisasi oleh pihak yang berwenang

3. Penyediaan Banner,stiker, Leaflet


a. Mengidentifikasi kebutuhan banner Hand Hygiene

b. Mengidentifikasi kebutuhan stiker Hand Hygiene untuk Wastafel yaitu cara


mencuci tangan dengan 12 langkah

c. Mengidentifikasi kebutuhan stiker cuci tangan dengan 6 langkah

d. Melakukan koordinasi dengan bagian pengadaan barang tentang


kebutuhan tersebut

e. Bagian pengadaan barang menghubungi pihak percetakan melalui telepon


berdasarkan pesanan dari unit PPI

f. Pesanan banner, stiker atau leaflet diberikan langsung dari percetakan


kepada unit PPI

g. Kwitansi sesuai barang pesanan di otorisasi oleh KepalaPuskesmas dan


diberikan kepada pengadaan barang yang akan diteruskan kepada unit
Keuangan.

22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk pengkajian risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. TUJUAN
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar terciptan budaya keselamatan pasien di Puskesmas,
meningkatkannya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien Puskesmas. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.

2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang


kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan


proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal
potensial bermasalah.

4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan


mudah dapat melaporkan kejadian / insiden yang terjadi

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara


komunikasi yang terbuka dengan pasien.
23
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.

7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.


Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien,standar keselamatan pasien harus


diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut :
1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi


dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien

6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai


keselamatan pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:


1. Menetapkan Instalasikerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien Puskesmas.

2. Menyusun program keselamatan pasien Puskesmas jangka pendek 1-2 tahun

3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit

4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien Puskesmas bagi jajaran


manajemen dan karyawan

5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)

6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien Puskesmas seperti


tersebut diatas

7. Menerapkan standar keselamatan pasien Puskesmas (seperti tersebut diatas)


dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan
keselamatan pasien Puskesmas

24
8. Program khusus keselamatan pasien Puskesmas

9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien


Puskesmas dan kejadian tidak diharapkan.

Sasaran Keselamatan Pasien Di Tim PPI UPT Puskesmas Jenangan Ponorogo


1. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah,
pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Infeksi
sehubungan dengan pembedahan. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi
infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
2. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan limbah termasuk limbah
B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun).
3. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan sanitasi dan lingkungan
4. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan linen
5. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan makanan

25
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa


Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Gizi dan perlindungan terhadap
Puskesmas. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan
produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.

b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.

c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat


digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a.Kondisi dan lingkungan kerja

b.Kesadaran dan kualitas pekerja

c.Peranan dan kualitas manajemen

26
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin.
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.

Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan


a. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
b. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum
dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan


a. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk
kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
b. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
c. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas diruang
rawat rawatinap, ruang bayi.

Alat pelindung kerja


27
a. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai seperti topi, masker sarung
tangan, schort, kaca mata gogle, safety shoes.

b. Menggunakan sandal / safety shoes yang tidak licin bila berada di lingkungan
kerja yang basah

c. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dan sebagainya.

d. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau.

28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,
maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
Pengendalian mutu di Pencegahan dan Pengendalian Infeksi harus dilakukan
demi kepentingan dan keselamatan pasien sehingga nantinya dapat menimbulkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di UPT Puskesmas Jenangan
Indikator Mutu Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengacu pada
Pedoman Indikator Mutu unit pelayanan UPT Puskesmas Jenangan yaitu :
1. Surveilans Infeksi di unit Rawat Jalan yang meliputi :
a. Infeksi karena jarum suntik

b. Infeksi karena penggunaan kateter urine / CAUTI / ISK

2. Unit Pelayanan Gizi


a.Pemantauan kesehatan penjamu makanan

3. Unit Pelayanan Sanitasi


a.Pemantauan mutu air minum, air bersih dan air cadangan

b.Pemantauan mutu udara di saat pembangunan

4. Unit Pelayanan Housekeeping


a.Pemantauan pembuangan sampah

b.Pemantauan kepatuhan pengelompokan sampah

c. Pemantauan pembuangan limbah B3

29
BAB IX
PENUTUP

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi UPT Puskesmas Jenangan


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna di UPT Puskesmas
Jenangan, yang terkait dengan keempat dasar fungsi Puskesmas, yaitu Promotif,
Prenventif, Kuratifdan Rehabilitatif.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang berhasil akan mempercepat
penyembuhan, mencegah terjadinya komnplikasi penyakit, memperpendek hari
rawat pasien dan merupakan indikasi mutu pelayanan UPT Puskesmas Jenangan
Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ini merupakan pedoman
bagi pelaksanaan tim PPI yang diselenggarakan di UPT Puskesmas Jenangan
Ponorogo. Dengan ini, diharapkan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
UPT Puskesmas Jenangan dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan
seiring dengan kemajuan Puskesmas.

30
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.

1. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran.

3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 270/MENKES/2007 tentang


Pedoman Manajerial PPI di RS dan Fasyankes Lainnya.

4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 382/Menkes/2007 tentang


Pedoman PPI di RS dan Fasyankes Lainnya.

5. Surat Edaran Dirjen Bina Yanmed No.HK.03.01/III/3744/08 tentang


Pembentukan Komite PPI RS & Tim PPI RS (RevisiUU no. 44 tahun 2009
ttg Rumah Sakit).

31

Anda mungkin juga menyukai