Anda di halaman 1dari 7

ANALISA JENIS BATUAN BERDASARKAN KLASIFIKASI RMR PADA

DAERAH SAMARINDA SEBERANG, KOTA SAMARINDA

TYPES OF ROCK ANALYSIS BASED ON AT RETURN CLASSIFICATION


REGIONAL SAMARINDA SEBERANG,SAMARINDA CITY

Penulis
Fadel Husein
*Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
Jalan Sambaliung No. 09 Kampus Gunung Kelua Samarinda 75119

ABSTRAK

Secara administrasi lokasi penelitin berada di Jln. APT Pranoto, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota
Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam metode pengambilan data di lapangan menggunakan scan land sepanjang
15 m di lereng area telitian. Parameter yang di gunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi RMR yang mana
kita mengamati baik dari lerengnya dan kekar-kekar serta kondisinya yang ada di lapangan.
Berdasarkan data yang di dapatkan dilapangan di dapatkan masing-masing bobot berdasarkan parameter
yaitu , batuan utuh (UCS) = 4; RQD = 20; Jarak Kekar = 10; Panjang Diskontinuitas = 6; Lebar Bukaan = 5;
Kekerasa = 5; Material Pengisi = 4; Pelapukan = 6; Orientasi Kekar = -50; Kondisi Air Tanah = 15, sehingga di
dapatkan total 25. Jadi dari tabel RMR yang ada, dapat di simpulkan bahwa daerah telitian termasuk dalam dalam
kategori batuan buruk dengan nomor kelas IV, dengan total bobot 25.

Kata kunci : RMR, Jenis Batuan, Samarinda

ABSTRACT

Administratively, the research location is at Jln. APT Pranoto, Samarinda Seberang District, Samarinda
City, East Kalimantan. In the method of data collection in the field using a 15 m land scan on the slopes of the
study area. The parameters used in this study are the classification of RMR which we observe both from the slope
and the stocky and the conditions in the field.

Based on the data obtained in the field, get each weight based on parameters, namely, intact rock (UCS) = 4;
RQD = 20; Stiffness Distance = 10; Length of Discontinuity = 6; Open Width = 5; Hardness = 5; Filler Material =
4; Weathering = 6; Weight orientation = -50; Groundwater conditions = 15, so that it gets a total of 25. So from the
existing RMR table, it can be concluded that the study area is included in the bad rock category with class IV
numbers, with a total weight of 25.

Keywords: RMR, Rock Type, Samarinda

1
PENDAHULUAN diterapkan di lapangan adalah dengan alat
1.1 Latar Belakang Dynamic Cone Penetrometer (DCP).
Pemanfaatan informasi geologi teknik di
Indonesia telah dilakukan sejak jaman kolonial Dalam mendisain kontruksi Jalan di perlukan
Belanda di masa lalu, baik untuk perencanaan data-data sebagai pendukung baik data sekunder
pembuatan jaringan jalan bagi kepentingan maupun data primer.Data yang dimaksud adalah
pertahanan maupun perkebunan dan industri. data CBR dengan mengunakan alat Dynamic
Informasi geologi teknik semakin bertambah Cone Penetrometer (DCP) dan data CBR tanah
penting setelah dilakukannya percobaan dasar dengan metode rendaman yang dilakukan
pengujian di lapangan disertai dengan pengujian di laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik
mekanika tanah dan batuan. Sejak itu Unsyiah. Dengan keluarnya Manual Disain Tebal
penyelidikan dan pemetaan geologi teknik secara Perkerasan (MDP) 2013 yang merupakan salah
teratur di laksanakan sebagai penunjang satu syarat untuk penggunaan nilai CBR dari hasil
perencanaan bangunan teknik sipil maupun uji laboratorium dengan cara rendaman selama 4
pengembangan wilayah. hari.

1.2 Maksud dan Tujuan Permasalahan yang terjadi adalah waktu dan
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah biaya pengujian sampel. CBR rendaman dengan
mengetahui jenis batuan dari lokasi penelitian 4 hari perendaman akan memakan waktu yang
yang dapat disimpulkan berdasarkan klasifikasi lebih lama. Biaya pengambilan sampel,
RMR yang diambil langsung di lapangan. penyiapan sampel dan pengujian sampel juga
lebih mahal dibandingkan dengan pengujian
TINJAUAN PUSTAKA dengan alat DCP. Dengan latar belakang tersebut,
Pada umumnya perencanaan jalan di Indonesia maka penelitian ini bertujuan untuk mencari
khususnya di lingkungan Departemen Pekerjaan hubungan secara empiris antara nilai daya dukung
Umum dan Dinas Pekerjaan Umum di daerah tanah dasar (CBR) dari kedua alat tersebut (DCP
menggunakan nilai CBR (California Bearing dan CBR rendaman).
Ratio) dalam menentukan tebal perkerasan
berdasarkan proyeksi lalu lintas dan umur Ynamic Cone Penetrometer (DCP) Pengujian
rencananya. cara dinamis ini dikembangkan oleh TRL
(Transport and Road Research Laboratory),
Data CBR dapat digunakan untuk mengevaluasi Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di
perlunya pemeliharaan dan peningkatan jalan. Indonesia sejak tahun 1985 / 1986. Pengujian ini
Dalam upaya mendapatkan data CBR di dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR
lapangan, dapat dilakukan penentuan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan,
di tempat (in situ) secara konvensional (SNI 03- dan atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini
1738-1989), namun cara ini memerlukan waktu akan memberikan data kekuatan tanah sampai
yang relatif lama dan peralatan CBR kedalaman kurang lebih 70 cm di bawah
Laboratorium yang relatif mahal (SNI 03-1744- permukaan lapisan tanah yang ada atau
1089). Cara lain yang relatif baru tetapi sudah permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan

2
dengan mencatat data masuknya konus yang Kawasan daratan pesisir Delta Mahakam
tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah memiliki seri perlipatan antiklin kuat dan
untuk setiap pukulan dari palu/hammer yang berat sinklin yang luas yang dikenal dengan nama
dan tinggi jatuh tertentu pula. Antiklonorium Samarinda yang merupakan
hasil proses struktur pembalikan (inversi)
Geologi Regional dari cekungan Paleogen.
2.1 Fisiografi Regional
Secara fisiografis, Cekungan Kutai 2.2 Stratigrafi Regional
berbatasan di sebelah utara dengan Tinggian Stratigrafi Cekungan Kutai menurut
Mangkalihat, Zona Sesar Bengalon, dan Allen dan Chamber (1998) Cekungan Kutai
Sangkulirang. Di sebelah selatan berbatasan terdiri dari dua pengelompokan utama baik
dengan Zona Sesar Adang yang bertindak itu fase transgresi dan regresi laut, yaitu:
sebagai zona sumbu cekungan sejak akhir
1) Seri transgresi Paleogen
Paleogen hingga sekarang (Moss dan
Zona ini dimulai dari tektonik ekstensional
Chamber, 1999). Di sebelah barat
dan rift pada kala Eosen yang mana pada
berbatasan dengan Central Kalimantan
masa ini, Cekungan Barito, Kutai dan
Range yang dikenal sebagai Kompleks
Tarakan merupakan zona subsidence yang
Orogenesa Kuching, berupa metasedimen
saling terhubungkan (Chambers & Moss,
kapur yang telah terangkat dan telah
2000), kemudian sedimentasi Paleogen
terdeformasi. Di bagian timur berbatasan
mencapai puncak pada fase pengisian pada
dengan Selat Makassar.
saaat cekungan tidak mengalami pergerakan
yang signifikan hingga diakhiri dengan
Kerangka tektonik di Kalimantan bagian
ekstensional post-rift laut dalam dan
timur dipengaruhi oleh perkembangan
mengendapkan serpih laut dan karbonat
tektonik regional yang melibatkan interaksi
pada kala Oligosen Akhir.
antara Lempeng Pasifik, Lempeng India-
Australia dan Lempeng Eurasia, serta 2) Seri regresi Neogen
dipengaruhi oleh tektonik regional di asia Zona pengendapan ini dimulai Miosen Akhir
bagian tenggara hingga sekarang, yang masih menghasilkan
progradasi delta (deltaic progradation).
Bentukan struktur Cekungan Kutai Sedimen regresi ini terdiri dari lapisan-
didominasi oleh perlipatan dan pensesaran. lapisan sedimen klastik delta hingga laut
Secara umum, sumbu perlipatan dan dangkal dengan progradasi dari barat ke arah
pensesarannya berarah timurlaut-baratdaya timur dan banyak dijumpai lapisan batubara
dan subparalel terhadap garis pantai timur (lignit).
pulau Kalimantan. Di daerah ini juga
Berikut tatanan stratigrafi daerah penelitian
terdapat tiga jenis sesar, yaitu sesar naik,
yang termasuk kedalam formasi Pulau
sesar turun dan sesar mendatar.
Balang sebagai pembawa lapisan batubara di
Samarinda.

3
Tmpb FORMASI PULAU BALANG; perdebatan. Beberapa peneliti mengajukan
tersusun atas perselingan antara greywacke teori seperti Vertical diapirism,
dan batupasir kuarsa dengan sisipan gravitational gliding oleh Rose dan
batugamping, batulempung, batubara dan Hartono, 1978 op.cit. Ott 1987; Inversion
tufa dasit. Batupasir greywacke berwarna trough regional wrenching oleh Biantoro
kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara dkk., 1992; Micro-continental collision,
50 – 100 cm. Batupasir kuarsa berwarna detachment folding above overpressured
kelabu kemerahan, setempat tufaan dan sediments sedimen and inverted delta
gampingan, tebal lapisan antara 15 – 60 cm. growth fault system oleh Ferguson dan
Batugamping berwarna coklat muda McClay, 1997
kekuningan, mengandung foraminifera
Secara umum, digambarkan bahwa sesar-
besar, batugamping ini terdapat sebagai
sesar dan struktur yang mempengaruhi
sisipan atau lensa dalam batupasir kuarsa,
pembentukan Cekungan Kutai dapat
tebal lapisan antara 10 – 40 cm.
dilihat dalam gambar 2.1
Di sungai Loa Haur mengandung fosil
foraminifera besar antara lain Austrotrilina
howchini, Borelis sp., Lepidocyclina sp. dan
Miogypsina sp., menunjukkan umur Miosen
Tengah dengan lingkungan pengendapan
laut dangkal. Batulempung berwarna kelabu
kehitaman dengan tebal lapisan 1 – 2 meter,
setempat berselingan dengan batubara
dengan tebal mencapai 4 meter. Tufa dasit
berwarna putih, merupakan sisipan dalam
batupasir kuarsa. Pulau Kalimantan merupakan tempat terjadinya kolisi
dengan mikrokontinen, busur kepulauan, penjebakan
2.3 Struktur Geologi
lempeng oceanic dan intrusi granit, membentuk batuan
Struktur tektonik yang berkembang pada
menjadi dasar Cekungan Kutai selama Kapur Tengah
Cekungan Kutai berarah timur laut-barat
sampai Eosen Awal (Moss, 1998 op.cit Chambers &
daya (NE-SW) yang dibentuk oleh
Moss, 2000). Pada Eosen Tengah, Cekungan Kutai
Antiklinorium Samarinda, yang berada di
terbentuk oleh
bagian timur – tenggara cekungan
(Supriatna dkk., 1995). Antiklinorium proses pemekaran yang melibatkan pemekaran selat

Samarinda tersebut memiliki karakteristik Makasar bagian utara dan Laut Sulawesi (Chambers &

terlipat kuat, antiklin asimetris dan dibatasi Moss, 2000).

oleh sinklin-sinklin yang terisi oleh Pada Eosen Akhir, sejumlah half graben terbentuk

sedimen silisiklastik Miosen (Satyana sebagai respon dari terjadinya fasa ekstensi regional.

dkk., 1999) Fasa ini terlihat juga di tempat lain, yaitu berupa
pembentukan laut dan Selat Makasar. Half graben ini
Teori mengenai asal terbentuknya struktur-
terisi dengan cepat oleh endapan syn-rift pada Eosen
struktur pada Cekungan Kutai masih dalam

4
Tengah-Eosen Akhir dengan variasi dari beberapa
fasies litologi.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
untuk melakukan analisa adalah dengan melakukan
penelitian langsung di lapangan dengan mengambil
data primer yaitu pengambilan data-data singkapan di
Klasifikasi RMR
lapangan yang dibutuhkan dalam analisis. Dan juga
Klasifikasi RMR (Rock Mass Ratting) merupakan
menghimpun data sekunder dengan melakukan studi
suatu klasifikasi geomekanik dengan metode empiris
literatur pada jurnal-jurnal penelitian kemudian
dalam menentukan pembobotan dari massa batuan,
dilakukan kajian sederhana sesuai dengan tema atau
yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa
pembahasan.
batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan
kemiringan lereng maksimum dengan memperhatikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
6 parameter yaitu Unconfined Compressive Strength
Geomorfologi Daerah Telitian
(UCS), Rock Quality Designation (RQD), jarak kekar,
Pembagian geomorfologi daerah di lokasi penelitian
kondisi kekar, kondisi air tanah, dan orientasi kekar.
menggunakan dasar klasifikasi Verstappen (1985)
dengan berbasis bentukan relief dilapangan.
Berdasarkan pengambilan data di lapangan dan
Berdasarkan pengamatan morfologi, litologi dan
analisis lab, di dapatkan hasil berupa :
struktur dilapangan, maka lokasi penelitian masuk
kedalam bentuk asal Struktural Sayap lipatan. No. Parameter Value Bobot
Batuan Utuh
1 (UCS) 27,9 MPa 4
Struktur Geologi Daerah Telitian
2 RQD 95,7% 20
Di Lokasi penelitian struktur geologi yang
3 Jarak Kekar 0,49 m 10
berkembang yakni berupa lipatan. Hal ini didasari oleh
Panjang
posisi berdasarkan analisa kesesuaian dengan peta 4 Diskontinuitas 0,43 m 6
geologi lembar Samarinda dari singkapan yang berada 5 Lebar Bukaan 0,016 5

pada antiklinorium samarinda yang menerus 6 Kekerasan Keras 5


Material
walaupun kenyataannya dilapangan belum di temui
7 Pengisi OB 4
struktur lipatan secara langsung.
8 Pelapukan Tidak Lapuk 6
Orientasi Tidak
Stratigrafi Daerah Penelitian 9 Kekar Menguntungkan -50

Daerah penelitian berada di daerah samarinda Kondisi Air


10 Tanah Kering 15
seberang tepatnya di jln. APT Pranoto yang termasuk
Total 25
dalam formasi pulau balang. Penulis menjumpai 3
satuan batuan yang tersingkap, berturut-turut dari tua
ke muda adalah satuan batupasir sedang, Satuan
batupasir halus dan satuan endapan alluvial (gambar ).

5
Dari parameter-parameter yang di gunakan dalam menerus walaupun kenyataannya dilapangan
klasifikasi RMR, di dapatkan pengelompokan batuan belum di temui struktur patahan secara langsung
sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA

Deere, D.U., and Miller, R.P., 1966, Engineering


classification and index properties for intact
rocks. Tech Rep Air Force Weapons Lab,
New Mexico, no AFNL-TR, 65–116.
ISRM, 1981, Rock characterization testing and
monitoring ISRM suggested methods,
suggested methods for determining hardness
Total Bobot = 4+20+10+15-50+6+5+5+4+6 = 25
and abrasiveness of rocks, Part 3,101–3.
Kılıc, A., and Teymen, A., 2008, Determination of
mechanical properties of rocks using simple
Total bobot yang di dapatkan dari hasil penetilitan methods. Bull Eng. Geol. Environ., 67: 237–
di lapangan dan analisis lab, di dapatkan berupa 244.
Torabi, S.R. Ataei, M., and Javanshir, M., 2010,
bobot total dari batuan di daerah telitian adalah 25. Application of Schmidt rebound number for
Dari tabel RMR yang ada, dapat di simpulkan bahwa estimating rock strength under specific
geological conditions, Journal of Mining &
daerah telitian termasuk dalam dalam kategori batuan Environment, Vol.1, No.2, 2010, 1-8.
buruk dengan nomor kelas IV. Jones C.R. and J. Rolt, 1991. Operating Instructions for
the TRL Dynamic Cone Penetrometer (2nd
Edition). Transport Research Laboratory
KESIMPULAN Saskactchewan Highways and Transpportation
Standard Test Procedures Manual
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dapat ditarik http://www.highways.gov.sk/pdf
beberapa kesimpulan ; Jackson State University, Potential Application of
Dynamic and Static Cone Penetrometers in
MDOTPavement Design and Construction,
a. Terdapat 3 satuan batuan berupa satuan Batupasir Jurnal September 2003
Burnham T. R., 1997. Application of the Dynamic
A, Batupasir B, dan endapan Alluvial Cone Penetrometer to Minnessota
b. Pada satuan Batupasir A dan Batupasir B Department of Transportation Pavement
Assesssment Procedures, Report No.
berdasarkan statigrafi daerah penelitian MN/RD – 97/19
terendapkan secara kontinu dan memiliki umur Farshad Amini, 2003. Potential Applications of
Dynamic and Static Cone Penetrometers in
kala miosen awal – miosen tengan, serta pada kala MDOTPavement Design and Construction.
holosen terjadi pengendapan endapan alluvial. Department of Civil Engineering, Jackson
State University September 2003
c. Berdasarkan dari tabel RMR yang ada, dapat di
simpulkan bahwa daerah telitian termasuk dalam
dalam kategori batuan buruk dengan nomor kelas
IV. Total bobot 25
d. Berdasarkan hasil dari penelitian pada daerah
telitian, pada daerah lokasi penelitian struktur
geologi yang berkembang yakni berupa lipatan
hingga patahan. Hal ini didasari oleh posisi
berdasarkan analisa kesesuaian dengan peta
geologi lembar Samarinda dari singkapan yang
berada pada anitiklinorium samarinda yang

6
7

Anda mungkin juga menyukai