PASIEN
Rumah sakit terus berupaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, pimpinan
rumah sakit semakin menyadari pentingnya membangun budaya keselamatan pasien. Dalam
mencapai budaya keselamatan pasien dibutuhkan kepemimpinan, dokter dan staf untuk
memahami nilai-nilai organisasi, keyakinan dan norma-norma tentang apa yang penting, sikap
dan perilaku yang sesuai dan diharapkan.
Budaya keselamatan suatu organisasi adalah produk dari nilai-nilai, sikap, persepsi,
kompetensi dan pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan komitmen, gaya dan
kemampuan dari manajemen organisasi kesehatan dan keselamatan. Organisasi dengan budaya
keselamatan yang baik mempunyai karakteristik dengan ditemukannya komunikasi dan persepsi
yang sama akan pentingnya keselamatan pasien dan dengan kepercayaan terhadap keberhasilan
terhadap tindakan pencegahan.
Budaya keselamatan pasien, orang tidak hanya didorong untuk bekerja ke arah
perubahan, mereka akan mengambil tindakan bila diperlukan. Dalam tindakan menghadapi
masalah keselamatan adalah hal yang tabu dan tekanan datang dari semua arah dari rekan-rekan
sampai dengan atasan. Disana tidak ada ruang untuk budaya keselamatan bagi mereka yang
menunjuk tangan dan mengatakan “keselamatan bukan tanggung jawab saya”. Meski begitu,
sebuah organisasi dapat memperbaiki keselamatan hanya ketika pemimpin tampak berkomitmen
untuk berubah dan ketika mereka memungkinkan staf secara terbuka berbagi informasi
keselamatan.
Ketika sebuah organisasi tidak memiliki budaya seperti itu, staf sering tidak mau
melaporkan kejadian buruk dan kondisi yang tidak aman karena mereka takut akan pembalasan
atau percaya pelaporan tidak akan mengahsilkan perubahan. Pemimpin senior harus mendorong
perubahan budaya dengan menunjukkan komitmen mereka sendiri untuk keselamatan dan
menyediakan sumber daya untuk mencapai hasil. Pesan mereka tentang keselamatan harus
konsisten dan berkelanjutan karena membutuhkan waktu yang lama untuk merubah budaya.
BAB II
LATAR BELAKANG
The Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) dan Medical Errors
Workgroup of the Quality Interagency Coordination Task Force (QuIC) membiayai
pengembangan dari survei rumah sakit terhadap budaya keselamatan pasien. Survei rumah sakit
dirancang secara spesifik untuk staf rumah sakit dan bertanya terhadap opini mereka tentang
budaya keselamatan pasien di rumah sakit mereka. Survei ini dapat digunakan untuk
meningkatkan kesadaran staf akan keselamatan pasien, menilai keadaan sekarang terhadap
budaya keselamatan pasien, identifikasi kekuatan dan area untuk peningkatan budaya
keselamatan pasien. Menilai kecenderungan dalam budaya keselamatan pasien dari waktu ke
waktu, evaluasi dampak dari inisiatif dan intervensi budaya keselamatan pasien dan melakukan
perbandingan dengan dalam maupun luar organisasi.
Meningkatkan derajat kesehatan bagi semua lapisan masyarakat melalui pelayanan
kesehatan yang berkualitas prima dan komprehensif yang ditunjang dengan tenaga yang
professional profuktif berkomitmen tinggi serta manajemen yang efektif dan mandiri merupakan
tujuan dari PT. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu. Salah satu unit yang mendukung tercapainya
tujuan PT. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu adalah adanya instalasi rekam medis yang masuk
kedalam pelayanan penunjang medik sesuai kelas rumah sakit yaitu kelas C.
Kompleksitas pelayanan kesehatan yang ada serta tenaga kerja dari berbagai profesi
berpotensi untuk adanya perilaku yang mengabaikan budaya keselamatan pasien. Identifikasi,
laporan dan investigasi terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan budaya keselamatan pasien
serta upaya peningkatan budaya keselamatan pasien belu terlaksana sepenuhnya di PT. Rumah
Sakit Umum Kasih Ibu. Oleh karena itu, dengan adanya program budaya keselamatan pasien ini
dapat meningkatkan budaya keselamatan pasien di PT. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu.
BAB III
TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Meningkatnya budaya keselamatan pasien di PT. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Terbentuknya komitmen unsur pimpinan terhadap budaya keselamatan pasien.
2. Timbulnya kesadaran dan inisiatif staf akan pentingnya budaya keselamatan pasien dan
bebas melaporkan perilaku yang tidak sesuai dengan budaya keselamatan pasien.
3. Menilai keadaan organisasi sekarang terhadap budaya keselamatan pasien.
4. Identifikasi kekuatan dan area untuk peningkatan budaya keselamatan pasien.
5. Evaluasi dampak dari inisiatif dan intervensi budaya keselamatan pasien.
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A. KEGIATAN POKOK
Melakukan survei budaya keselamatan pasien
B. RINCIAN KEGIATAN
1. Komitmen pimpinan rumah sakit terhadap budaya keselamatan pasien
2. Pembentukan tim survei
3. Survei budaya keselamatan pasien
4. Membuat rencana peningkatan budaya keselamatan pasien
5. Sosialisasi rencana peningkatan budaya keselamatan pasien
6. Investigasi laporan terkait budaya keselamatan pasien
7. Pendidikan akan budaya keselamatan pasien
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang mendukung kerja sama
dan rasa hormat terhadap sesama tanpa melihat jabatan mereka dalam rumah sakit. Direktur
rumah sakit menujukkan komitmen nya tentang budaya keselamatan dan mendorong budaya
keselamatan untuk seluruh staff rumah sakit.
Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan adalah :
Perilaku yang tidak layak ( inappropriate) seperti kata-kata atau bahasa tubuh yang
merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf, misalnya mengupat dan memaki;
Perilaku yang mengganggu (Disruptive) antara lain perilaku tidak layak yang dilakukan
secara berulang, bentuk tindakan verbal atau non verbal yang membahayakan atau
mengintimidasi staf lain, dan “ celetukan maut” adalah komentar semberono didepan
pasien yang berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis lain. Contoh mengomentari
negative hasil tindakan atau pengobatan staf lain didepan pasien, misalnya “ obatnya ini
salah, tamatan mana dia….?”, melarang perawat untuk membuat laporan tentang kejadian
tidak diharapkan, memarahi staf klinis lainnya didepan pasien, kemarahan yang
ditunjukkan dengan melempar alat bedah di kamar operasi, serta membuang rekam medis
di ruang rawat;
Perilaku yang melecehkan ( harassment) terkait dengan ras, agama, dan suku termasuk
gender;
Pelecehan seksual.
1. Adanya komitmen pimpinan rumah sakit terhadap budaya keselamatan pasien yang tertuang
dalam kebijakan, program dan SPO
2. Adanya pelaporan terkait perilaku yang tidak sesuai dengan budaya keselamatan pasien.
3. Lebih dari 80 % staf PT. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu berpartisipasi dalam survei budaya
keselamatan pasien.
4. Adanya analisa dan perbaikan di area yang menjadi fokus peningkatan budaya keselamatan
pasien
5. Terjadi penigkatan budaya keselamatan pasien pada area yang akan dilakukan perbaikan
dengan hasil di atas 50 %
BAB VII
JADWAL KEGIATAN
Evaluasi program dilakukan akhir tahun. Hasil pelaksanaan program akan dilaporkan oleh Tim
Budaya Keselamatan Pasien kepada Komite Mutu dan Keselamatan Pasien. Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien akan membuat laporan ke Direktur.
BAB IX
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan kegiatan dilakukan oleh tim survei budaya keselamatan pasien kemudian dilaporkan
kepada Komite Mutu dan Keselamatan Pasien per bulan. Data tersebut dilakukan proses analisis
dan evaluasi per triwulan dan dilaporkan kepada Direktur rumah sakit untuk rencana tindak
lanjut. Direktur akan melaporkan hasil kegiatan Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien per tahun kepada Pemilik.