Anda di halaman 1dari 26

REFLEKSI KASUS JULI 2019

Puskesmas Kinovaro

Hipertensi Grade II

DISUSUN OLEH:

NAMA : Eko Dyah Puspitasari

STAMBUK : N 111 17 166

PEMBIMBING : Dr.dr.Ketut Suarayasa M.Kes

dr. Trieko Stefanus Larope

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT –

KEDOKTERAN KOMUNITIAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas
di Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang
sangat umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan. Pedoman
Praktis klinis ini disusun untuk memudahkan para tenaga kesehatan di
Indonesia dalam menangani hipertensi terutama yang berkaitan dengan
kelainan jantung dan pembuluh darah.[1]
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya
gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung
jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya
angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan/atau penggunaan
obat jangka panjang.[1]

Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik


karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”.
Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otak ataupun ginjal.[1]

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial


(hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan
95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum
satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut.
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya

2
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada
patogenesis hipertensi primer.[2]
Hipertensi sekunder, kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah.[2]

Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination


Survey (NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari
kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan
darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat
kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak
menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi
minum obat kemungkinan lebih besar.[1]

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei


Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun
2004.[2]

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan refleksi kasus ini sebagai berikut :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat –Kedokteran Komunitas
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa factor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Kinovaro tahun 2019

BAB II

3
PERMASALAHAN

2.1 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon


Kuantitatif
Tabel 2.1 prioritas masalah di puskesmas Kinovaro

No Masalaah Besar Kegawatdaruratan Kemungkinan Nilai


kesehatan masakah diatasi

1 ISPA 4 2 3 9

2 Gastritis 4 3 1 8

3 Hipertensi 4 4 1 9

Dilihat dari table diatas masalah yang menjadi prioritas pada


puskesmas Kinovaro adalah HIPERTENSI, dan Hipertensi.

Ket:

- Besar Masalah
1 : Tidak berdampak buruk
2 : berdampak buruk
3 : Menyebabkan dampak buruk
4 : Sangat menyebabkan dampak buruk
Kegawatdaruratan

1 : Masih bisa ditangani seorang diri


2 : Bisa ditangani
3 : Sulit ditangani
4 :Segera dilakukan penanganan
- Kemungkinan diatasi
1 : Masih bisa diatasi
2 : bisa diatasi tetapi butuh proses
3 : Sulit diatasi
4 : Sangat sulit diatasi

4
a. KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau
prevalensi. Skor 1-10
Masalah Besar masalah Nilai
kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

X (ISPA ) V 5

Y (Gastritis) V 4

Z (Hipertensi ) V 9

b. KRITERIA B :Kegawatan Masalah (SKOR 1-5)


Masalah kesehatan Keganasan Tingkat Biaya yang Niilai
urgency dikeluarkan

X (ISPA ) 2 3 2 7

Y (Gastritis) 2 2 3 7

Z (Hipertensi ) 1 4 4 9

c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan

Sangat sulit Z X Y sangat mudah

1 2 3 4 5

d. KRITERIA D : PEARL factor


Masalah P E A R L Hasil
kesehatan perkalian

X 1 1 1 1 1 1

Y 1 1 1 1 1 1

Z 1 1 1 1 1 1

5
e. PENETAPAN NILAI
 HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (6+7) 3= 13x3 = 39
NPT : (A+B) CxD = (6+7) 3x1 = 13x3 = 39
 GASTRITIS
NPD : (A+B) C = (4+7) 4 = 11x4 = 44
NPT : (A+B) CxD = (4+7) 4x1 = 11x4 = 44
 HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (9+9) 2 = 18x2 = 36
NPT : (A+B) CxD = (9+9) 2x1 = 18x2 = 36

f. KESIMPULAN
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)

ISPA 6 7 3 36 1 39 2

Gastritis 4 7 4 44 1 44 1

Hipertensi 9 9 2 36 1 36 3

Kesimpulan dari rumus ini yaitu Hipertensi merupakan prioritas masalah


yang menempati urutan ke-3 dari 3 prioritas masalah yang ada di puskesmas
Kinovaro. Oleh karena itu akan di bahas mengenai suatu kasus Hipertensi

Laporan Kasus

1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 69 tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Uwemanje

6
Agama : Kristen

2. Anamnesis
Keluhan utama: Rasa tegang pada leher bagian belakang
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien sering mengeluhkan rasa tegang pada leher di bagian
belakang yang dirasakan sudah lama hingga saat ini. Keluhan juga disertai
adanya sakit kepala, terasa kram pada tangan dan kaki.
Pasien mengaku keluhan ini awalnya tidak menggangu aktivitas
sehari-hari, namun sekitar tahun 2010 pasien merasakan keluhan rasa
tegang pada leher bagian belakang semakin bertambah sehingga
menggangu pekerjaannya sehari-hari. Keluhan kadang disertai dengan
adanya sakit kepala, pusing, tangan dan kaki terasa kram, dan rasa tidak
nyaman saat tidur. Tidak ada demam yang dirasakan, pola makan tetap
teratur tanpa ada rasa kurang nafsu makan, BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (+), asma (-), DM (-),
riwayat operasi (-), Alergi (-), riwayat minum obat anti hipertensi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengaku bahwa saudaranya ada yang memiliki riwayat
Hipertensi, namun saudaranya kini telah meninggal dunia. Untuk riwayat
orang tua pasien tidak diketahui.

Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku berobat secara rutin, pasien sering melakukan
kontrol tekanan darah difasilitas kesehatan.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:


1. Pasien memiliki 6 orang anak, 2 laki-laki dan 4 perempuan
2. Pasien tinggal dirumah sendiri

7
3. Pasien merupakan keluarga ekonomi menengah
4. Pendapatan keluarga bersumber dari pekerjaan pensiunan suami
5. Pasien makan dua kali sehari dengan lauk atau sayur.
6. Untuk air minum, pasien mendapatkan air dari sumber air tanah.
Pasien mengaku selalu memasak air hingga mendidih menggunakan
kayu api sederhana untuk keperluan konsumsi rumah tangga.
7. Sumber listrik dari PLN

Pemeriksaan Fisik

Keadaaan umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Frek. Nadi : 84 x/menit
Frek. Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,7 º C

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

Diagnosis Kerja
Hipertensi Gr.2

Penatalaksanaan
Medikamentosa :
 Amlodipine 10 mg 1x1 (malam)
 Captopril tablet 12,5 mg 3x1
 Vit. B com 2x1
Non Medikamentosa :

8
 Mengurangi konsumsi makanan dengan kadar garam dan lemak yang
tinggi
 Istirahat yang cukup.

9
BAB III

PEMBAHASAN

Aspek Klinis

Hipertensi merupakan pengukuran tekanan darah di atas skala normal


(120/80 mmHg). Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam tiga klasifikasi
yakni normal, pre-hipertensi,hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (tabel 1).
Klasifikasi ini berdasarkan pada nilai rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan
darah yang baik, yang pemeriksaannya dilakukan pada posisi duduk dalam setiap kunjungan
berobat 5

Pasien dengan pre-hipertensi memiliki resiko dua kali lipat untuk


berkembang menjadi hipertensi. Dimana berdasarkan dari tabel tersebut, diakui
perlu adanya peningkatan edukasi pada tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai
modifikasi gaya hidup dalam rangka menurunkan dan mencegah perkembangan
tekanan darah ke arah hipertensi. Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu
strategi dalam pencapaian tekanan darah target, mengingat hipertensi merupakan

10
salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh perilaku gaya hidup yang
salah. 5

PENTINGNYA MENURUNKAN TEKANAN DARAH

Percobaan klinik memperlihatkan bahwa penanganan tekanan darah dapat


memberikan penurunan insidensi stroke dengan persentase sebesar 35-40%; infark
mioakrd, 20-25% ; gagal jantung, lebih dari 50%. Diperkirakan bahwa pada
pasien dengan hipertensi stage 1(TDS 140-159 mmHg dan TDD 90-99 mmHg)
yang disertai dengan faktor resiko penyakit kardiovaskuler, jika dapat menurunkan
tekanan darahnya sebesar 12 mmHg selama 10 tahun akan mencegah 1 kematian dari
setiap 11 pasien yang diobati. Pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau
kerusakan organ, hanya 9 pasien yang diketahui melakukan pengontrolan tekanan
darah dalam mencegah kematian. Hipertensi merupakan diagnosis primer yang
paling sering ditemukan di Amerika (35 juta di semua tempat praktek sebagai
diagnosis primer) 5
Kelajuan pengontrolan tekanan darah saat ini (TDS <140 mmHg, dan TDD
<90 mmHg), dulunya meningkat, nilainya masih dibawah dari target pencapaian
masyarakat sehat 2010 yakni sebesar 50%, 30% masih tidak didiagnosis sebagai
penderita hipertensi oleh karena pasien tidak menyadari menderita hipertensi.
Pada pasien umunya, pengontrolan tekanan darah sistolik (TDS) merupakan hal
yang lebih penting hubungannya dengan faktor resiko kardiovakuler dibandingkan
tekanan darah diastolik (TDD) kecuali pada pasien lebih muda dari umur 50 tahun. Hal ini
disebabkan oleh karena kesulitan pengontrolan TDS umumnya terjadi pada pasien yang
berumur lebih tua. Percobaan klinik terbaru, memperlihatkan pengontrolan tekanan
darah efektif dapat ditemukan pada hampir semua pasien hipertensi, namun
kebanyakan mereka menggunakan dua atau lebih obat kombinasi. Namun ketika
dokter gagal dengan modifikasi gaya hidup, dengan dosis obat-obat antihipertensi yang
adekuat, atau dengan kombinasi obat yang sesuai,maka akan menghasilkan pengontrolan
tekanan darah yang tidak adekuat. 5

11
PENGONTROLAN TEKANAN DARAH
Penilaian pasien dengan hipertensi memiliki tiga sasaran: (1) untuk
mengetahui gaya hidup dan mengidentifikasi faktor resiko penyakit
kardiovaskuler atau penyakit lainnya yang bersamaan yang dapat mempengaruhi
prognosis dan pedoman penanganan; (2) untuk mengidentifikasi penyebab tingginya
tekanan darah; dan (3) untuk mengetahui ada atautidaknya kerusakan organ target
dan penyakit kardiovakuler 5

PENANGANAN
Sasaran dari publikasi pengobatan antihipertensi adalah untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. Sejak sebagian besar
orang dengan hipertensi, khususnya yang berumur > 50 tahun, fokus utama adalah
pencapaian TD Starget. Tekanan darah target adalah <140/90 mmHg yang berhubungan dengan
penurunan komplikasi penyakit kardiovaskuler. Pada pasien dengan hipertensi dan
diabetes atau panyakit ginjal, target tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg. Untuk
pencapaian tekanan darah target di atas, secara umum dapat dilakukan dengan dua cara
sebagai berikut 5:
1. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup yang sehat oleh semua pasien hipertensi merupakan suatu cara
pencegahan tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak terabaikan dalam
penanganan pasien tersebut. Modifikasi gaya hidup memperlihatkan dapat
menurunkan tekanan darah yang meliputi penurunan berat badan pada pasien
dengan overweight atau obesitas. Berdasarkan pada DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension), perencanaan diet yang dilakukan berupa
makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah natrium, olahraga, dan
mengurangi konsumsi alkohol. Modifikasi gaya hidup dapat menurunkan
tekanan darah, mempertinggi khasiat obat antihipertensi, dan menurunkan
resiko penyakit kardiovaskuler 5

12
2. Terapi Farmakologi
Terdapat beberapa data hasil percobaan klinik yang membuktikan bahwa semua
kelasobat antihipertensi, seperti angiotensin converting enzim inhibitor
(ACEI), angiotensin reseptor bloker (ARB), beta-bloker (BB), kalsium chanel
bloker (CCB), dan diuretik jenis tiazide, dapat menurunkan komplikasi hipertensi
yang berupa kerusakan organ target. 5
Diuretik jenis tiazide telah menjadi dasar pengobatan antihipertensi pada
hampir semuahasil percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sesuai dengan
percobaan yang telah dipublikasikan baru-baru ini oleh ALLHAT (Antihipertensive
and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial), yang juga
memperlihatkan bahwa diuretik tidak dapat dibandingkan dengan kelas

13
antihipertensi lainnya dalam pencegahan komplikasi kardiovaskuler. Selain
itu, diuretik meningkatkan khasiat penggunaan regimen obat antihipertensi
kombinasi, yang dapat digunakan dalam mencapai tekanan darah target,
danlebih bermanfaat jika dibandingkan dengan agen obat antihipertensi
lainnya. Meskipun demikian, sebuah pengecualian didapatkan pada percobaan
yang telah dilakukan oleh Second Australian National Blood Pressure yang
melaporkan hasil penggunaan obat awal ACEI sedikit lebih baik pada laki-laki
berkulit putih dibandingkan pada pasien yang memulai pengobatannya dengan
diuretik. 5
Obat diuretik jenis tiazide harus digunakan sebagai pengobatan awal pada semua
pasien dengan hipertensi, baik penggunaan secara tunggal maupun secara
kombinasi dengan satu kelas antihipertensi lainnya (ACEI, ARB, BB, CCB)
yang memperlihatkan manfaat penggunaannya pada hasil percobaan random
terkontrol. Jikasalah satu obat tidak dapat ditoleransi atau kontraindikasi,
sedangkan kelas lainnya memperlihatkan khasiat dapat menurunkan resiko
kardiovaskuler, obat yang ditoleransi tersebut harus diganti dengan jenis obat
dari kelas berkhasiat tersebut. 5
Sebagian besar pasien yang mengidap hipertensi akan membutuhkan dua atau lebih
obat antihipertensi untuk mendapatkan sasaran tekanan darah yang seharusnya.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda harus dilakukan ketika penggunaan
obat tunggal dengan dosis adekuat gagal mencapai tekanan darah target. Ketika tekanan
darah lebih dari 20/10mmHg di atas tekanan darah target, harus dipertimbangkan
pemberian terapi dengan dua kelas obat, keduanya bisa dengan resep yang berbeda
atau dalam dosis kombinasi yang telah disatukan. Pemberian obat dengan lebih dari
satu kelas obat dapat meningkatkankemungkinan pencapaian tekanan darah
target pada beberapa waktu yang tepat, namun harustetap memperhatikan
resiko hipotensi ortostatik utamanya pada pasien dengan diabetes,disfungsi
autonom, dan pada beberapa orang yang berumur lebih tua. Penggunaan obat-
obat generik harus dipertimbangkan untuk mengurangi biaya pengobatan. 5
Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali
untuk follow paling tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah
target tercapai. Kunjungan yang lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan

14
kategori hipertensi stage 2 atau jika disertai dengan komplikasi penyakit
penyerta. Pemeriksaan kadar serum kalium dan kreatinin harus dilakukan
paling tidak sebanyak 1-2 kali per-tahun. Setelah tekanan darah mencapai
target dan stabil, follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan
sekali. Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat
mempengaruhi frekuensi jumlah kunjungan. Faktor resiko penyakit
kardiovaskuler lainnya harus diobati untuk mendapatkan nilai tekanan darah
target, dan penghindaran penggunaan tembakau harus dilakukan. Penggunaan
aspirin dosis rendah dilakukan hanya ketika tekanan darah terkontrol, oleh
karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada pasien dengan hipertensi
tidak terkontrol. 5

15
Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor


utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang
menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan hipertensi, yaitu:

1. Faktor genetik
Peneliti juga telah mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai
kontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Walaupun sepertinya hipertensi
merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak sederhana.
Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak
ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi
hipertensi secara konsisten.
Riwayat penyakit yang di derita, bagi keturunan penderita hipertensi Jika
ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, walaupun belum
adanya tes genetik secara konsisten terhadap penyakit hipertensi tetaplah
berhati-hati. Karena dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik yang
sama.

16
Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat
kesepakatan dari para peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa prevalensi
hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Sebagai gambaran
saja, berikut ini dikutipkan salah satu hasil penelitian tentang penyebaran
menurut umur tersebut. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa. Prevalensi
meningkat menurut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap
orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-
60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Usia merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi. Pertambahan usia menyebabkan rentan
terjadinya perubahan struktural dan fungsional pada pembuluh perifer yang
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah seseorang dengan usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah
Pada kasus ini, berdasarkan riwayat penyakit keluarga, saudara kandung
pasien juga mengalami keluhan serupa tetapi sudah meninggal dunia, orang
tua pasien tidak diketahui menderita hipertensi atau tidak semasa hidupnya.
Faktor genetik dalam kasus ini sangat berperan penting terhadap diagnosis
pasien.
2. Faktor perilaku
 Diet Makanan
Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan peningkatan volume
plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Natrium menyebabkan tubuh
menahan air dengan tingkat melebihi ambang batas normal tubuh
sehingga dapat meningkatkan volume darah dan tekanan darah tinggi.
Asupan tinggi natrium menyebabkan hipertropi sel adiposit akibat proses
lipogenik pada jaringan lemak putih, jika berlangsung terus menerus
akan menyebabkan penyempitan saluran pembuluh darah oleh lemak
dan berakibat pada peningkatan tekanan darah.

17
Bahan makanan sumber natrium yang tingkat konsumennya
paling tinggi yaitu garam. Setiap hari responden mengkonsumsi
garam dengan frekuensi 2-3 x/hari sebanyak 3 g/hari yang
menyumbangkan natrium sebanyak 1200 mg. Selanjutnya yaitu ikan
asin, rata-rata konsumsi ikan asin sebanyak 4.21 g/hari yang biasanya
dikonsumsi 1x/minggu menyumbangkan natrium sebanyak 146.9 mg.
Perkiraan kebutuhan natrium makanan sehari-hari biasanya cukup
mengandung natrium yang dibutuhkan tubuh. Setiap 1 g garam
dapur mengandung 400 mg natrium. Apabila dikonversikan ke dalam
ukuran rumah tangga 4 g garam dapur setara dengan 1/2 sendok teh
atau sekitar 1600 mg natrium.

Natrium berhubungan dengan kejadian tekanan darah tinggi karena


konsumsi natrium dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan
diameter dari arteri, sehingga jantung harus memompa lebih keras

18
untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang
semakin sempit dan akan menyebabkan tekanan darah meningkat

Pengaruh asupan natrium terhadap tekanan darah tinggi terjadi


melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Natrium
merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler yang berperan
penting dalam mempertahankan volume plasma dan ekstraseluler,
keseimbangan asam basa dan juga neuromuskular. Asupan tinggi
natrium dapat menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat sehingga untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan meningkatnya volume
darah dan berdampak pada peningkatan tekanan darah.

Pada kasus ini, Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini
yaitu kebiasaan pasien makan makanan yang meningkatkan tekanan
darah yaitu sayur kelor yang di santan, ikam garam. Pasien mengaku ini
adalah makanan yang setiap harinya dikonsumsi di rumah. Juga setiap
minggu pasien pasti mengkonsumsi daging yang biasanya diberikan oleh
tetangga pasien. Faktor perilaku dalam kasus ini juga berperan penting
mencetuskan penyakit pasien.

 Pengetahuan

Karena kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakitnya,


sehingga pasien tidak pernah melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan
untuk melakukan control tekanan darahnya, dan pasien juga tidak
mengetahui apa saja yang harus dihindari agar tekanan darahnya dapat
terkontrol. Sehingga pada pasien harus dijelaskan mengenai penyakit
yang diderita pasien dan memberitahukan pasien untuk rajin melakukan
control difasilitas kesehatan dan teratur dalam mengkonsumsi obat-obatan
yang telah diberikan, serta menghindari makanan-makanan yang dapat
memicu tingginya tekanan darah pada pasien.

19
3. Faktor lingkungan
 Sosio-ekonomi menengah kebawah
Pasien termasuk dalam keluarga dengan sosioekonomi yang
menengah. Kini pasien sudah tidak bekerja, untuk penghasilan sehari-hari
berasal dari istri pasien yang berjualan dipasar, dengan penghasilan yang
tidak menentu tergantung banyaknya jualan yang dijual serta jualan yang
laku. Pasien tinggal bersama istri dan 1 cucunya. Anak pasien bekerja
sebagai petani nenas dan tinggal terpisah dari pasien.
 Hunian
Pasien tinggal dirumah permanen dengan dinding dan tembok yang
terbuat dari bahan padat seperti batu, keadaan rumah yang sejuk karena
memiliki jumlah jendela dan ventilasi yang memadai, pintu depan yang
meiliki ukuran yang cukup serta adanya MCK yang layak dengan
ketersediaan air yang cukup, ruang makan yang juga merangkap sebagai
dapur. Lokasi rumah berada dibelakang rumah tetangga dengan akses jalan
menuju rumah lewat disamping rumah tetangga. Untuk kasus ini, faktor
lingkungan tidak berpengaruh.

4. Faktor pelayanan kesehatan


Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk
menanggulangi penyakit hipertensi mulai dari pelayanan posyandu lansia,
dan posbindu PTM, serta pelayanan dalam memberikan obat telah dianggap
cukup dalam penanggulangan penyakit hipertensi.
Namun, jarak dari rumah pasien menuju kefasilitas kesehatan sangat
jauh dan tidak adanya alat transportasi yang dimiliki pasien serta kendala
dalam pembiayaan pengobataan karena pasien tidak mempunyai kartu BPJS
sehingga membuat pasien dan keluargaanya enggan dating berobat ke fasilitas
kesehatan terdekat.
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan

20
Angka kejadian Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kinovaro masih
tinggi sebagai peringkat ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yaitu :
1. Lingkungan fisik (perumahan), ekonomi (pembiayaan) maupun sosial
(kondisi masyarakat sekitar pasien) yang masih kurang guna mendukung
pencapaian kondisi sehat dari masyarakat.
2. Pelayanan kesehatan yang belum maksimal dan kurang menjangkau
masyarakat akan terpenuhinya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
merubah pola pikir serta perilakunya dalam hal kesehatan pribadinya
maupun keluarganya.

II. Saran
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit Hipertensi dapat
dilaksanakan dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan penyakit (five
level prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Promosi kesehatan dalam mencegah terjadinya penyakit tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
a. Meningkatkan penyuluhan mengenai Hipertensi dan faktor-faktor
resikonya.
b. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang upaya-upaya
yang dapat dilakukan guna peningkatan derajat kesehatan, seperti
mengatur pola makan terutama makanan yang mengandung garam,
olahraga yang teratur, menghindari alcohol dan rokok, serta menjaga
berat badan yang ideal.

2. Perlindungan khusus dan umum (general and specific protection)


Perlindungan khusus yang dilakukan oleh masyarakat yaitu pencegahan
terhadap ancaman penyakit. Tindakan yang dapat dilakukan seperti :
a. Memberikan informasi mengenai makan apa sja yang dpat memicu
terjadinya tekanan darah tinggi (Hipertensi) yang perlu dihindari

21
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang lebih berat. Upaya yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Melakukan skrining dan pemriksaan tekana darah pada pasien yang
memiliki faktor resiko hipertensi
b. Memberikan pengobatan yang tepat guna mengontrol tekanan darah
pasien agar tidak terjadi komplikasi yang lainnya
4. Pembatasan Kecacatan (dissability limitation)
upaya ini dilakukan agar penderita dapat sembuh kembali dan tidak
mengalami kecacatan (tidak terjadinya komplikasi). Namun, jika
komplikasi telah terjadi. Maka dicegah agar tidak semakin bertambah
berat. Hal yang dapat dilakukan adalah :
a. Untuk penyakit Hipertensi komplikasi yang dapat terjadi berupa
masalah pada sistem kardiovaskular, sehingga perlu dilakukan
modifikasi gaya hidup berupa perubahan pola makan terutama
makanan dengan garam tinggi agar tidak memicu terjadinya
peninggkatan tekanan darah.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Rehabilitasi bertujuan untuk berusaha mengembalikan fungsi fisik,
psikologis dan social seoptimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muchid et al, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina


Farmasi Kemenkes. Jakarta. 2006.

2. Soenarta et al, Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit


Kardiovaskular. Pedoman PERKI. Jakarta. 2015.

22
3. Puskesmas Kinovaro. 2017. Profil Puskesmas Kinovaro Tahun 2017.
Puskesmas Kinovaro: Sigi.

4. Repositori Terbitan Ilmiah USU. Penilaian Kesehatan Masyarakat.


Universitas Sumatera Utara. 2012

5. Guidline Penanganan Hipertensi berrdasarkan JNC VII. <from :


https://www.scribd.com/doc/76035834/Guideline-Penanganan-Hipertensi-
Berdasarkan-Jnc-7#download >

LAMPIRAN DOKUMENTASI

23
Gambar 1 Tampak Teras Depan

Gambar 2 Tempat mencuci

24
Gambar 3 tampak dapur

Gambar 4. Tampak Kamar Tidur

25
Gambar 5. Tampak Kamar Mandi

26

Anda mungkin juga menyukai