Anda di halaman 1dari 12

M.

Hatta Prabowo

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS AKRILAMIDA DALAM KOPI SERBUK (TUBRUK)


DAN KOPI INSTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

1 2 3
M. Hatta Prabowo *, Ari Wibowo , Fitri Yuliani

1,2,3
Program Studi Farmasi Universitas Islam Indonesia

*e-mail: htprabowo@gmail.com

ABSTRAK major compounds that contained in coffee


beans. This study aims to determine the
levels of acrylamide in ground coffee and
instant coffee that have different process of
Akrilamida merupakan salah satu manufacture. Method of analyze of
zat yang dapat menyebabkan kanker pada acrylamide were perfomed by HPLC (High
manusia dan bersifat neurotoksik. Akrilamida Performance of Liquid Chromatography)
dapat terbentuk akibat pemanasan suhu method using mobile phase that consists of
tinggi terhadap makanan yang mengandung phosphoric acid : acetonitrile : aquabides
karbohidrat dan asam amino. Karbohidrat (1:5:94 v/v/v), the stationary phase was
dan asam amino merupakan senyawa utama Sunfire C18 column (150 x 4.6 mm, 5µm),
yang terkandung dalam biji kopi. Penelitian and the flow rate was 0-15 mL/minute and
ini bertujuan untuk mengetahui jumlah the detection using UV 202 nm. The result of
akrilamida pada serbuk kopi dan kopi instan the study was validation of method that
yang beredar di masyarakat. Metode analisa provide the linearity 0.999 (range 2-20
akrilamida dilakukan dengan metode KCKT µg/mL), LOD of 0.94 µg/mL and LOQ of 2.86
menggunakan fase gerak asam µg/mL, the precision with RSD of 0.47%,
fosfat:asetonitril:akuabides (1:5:94 v/v/v), and accuracy for ground coffee of 91-94%
fase diam kolom Sunfire C18 (150 x 4,6 mm and instant coffee of 99-102%. The study
id, 5µm), dan laju alir 0,15 mL/menit dengan found acrylamide levels in ground coffee and
detektor UV 202 nm. Hasil uji validasi instant coffee were 7.03 ±0.01 µg/g dan 5.71
metode yang dilakukan memberikan ± 0.03 µg/g respectively. These levels were
linearitas 0,999 (range 2-20 µg/mL), LOD considered safe for up to 16 g for consume
0,94 g/mL dan LOQ 2,86 µg/mL, presisi of coffee.
dengan RSD 0,47 %, dan akurasi serbuk
kopi 91-94% serta kopi instan 99-102%.
Kadar yang diperoleh menunjukkan kadar Keywords : acrylamide, ground coffee,
akrilamida pada serbuk kopi dan kopi instan instant coffee, HPLC, validation
masing-masing sebesar 7,03 ± 0,01 µg/g
dan 5,71 ± 0,03 µg/g. Kadar akrilamida
dalam serbuk kopi dan kopi instan PENDAHULUAN
dinyatakan aman berdasarkan FDA apabila
konsumsi kopi tidak melebihi 16 g/hari.
Menurut Swedish National Food
Kata kunci: akrilamida, serbuk kopi, kopi Administration, akrilamid banyak dijumpai
instan, KCKT, validasi
pada beberapa makanan berkarbohidrat
tinggi yang mengalami pemanasan dengan
ABSTRACT o
suhu tinggi (di atas 120 C). Makanan seperti
keripik kentang, kentang goreng, popcorn,
Acrylamide is a substance that can sereal, biskuit, makanan bayi dan kopi dalam
cause cancer on human and is neurotoxic.
Acrylamide is formed due to high proses pembuatannya mengunakan proses
temperature heating of foods that contains pengolahan dengan suhu yang tinggi. Oleh
carbohydrates and amino acids.
Carbohydrates and amino acids are the karena itu, Food and Drug Administration
(FDA) melarang masyarakat mengkonsumsi dilakukan pengeringan (drying) dengan
makanan-makanan tersebut. Akrilamida metode spray dryer ataupun freeze dryer
dapat juga terbentuk dari protein, peptida, (Anonim, 2010).
dan amina biogenik (Harahap, 2005). Karbohidrat dan asam amino
Pembentukan akrilamida juga dipengaruhi merupakan senyawa kimia utama pada kopi
oleh beberapa faktor lain yaitu suhu sebagai prekursor reaksi Maillard yang
pemanasan, waktu pemanasan, pH, dan berperan penting dalam menimbulkan aroma
kadar air (Lingnert, 2002). pada kopi (Seal et al., 2008). Reaksi Maillard
Biji kopi merupakan salah satu adalah reaksi antara senyawa amino
produk pangan yang mengandung (biasanya asam amino, peptide, atau
karbohidrat dan asam amino yang tinggi protein) dengan senyawa karbonil. Selama
sebagai prekursor terbentuknya akrilamida. reaksi Maillard dihasilkan zat yang
Pembuatan serbuk kopi dilakukan dengan berbahaya seperti akrilamida atau 5-
proses roasting kemudian dibentuk bubuk hidroksimetil-furfural. FDA menemukan
dan apabila dilarutkan dalam air maka akan residu akrilamid pada beberapa produk kopi
meninggalkan ampas. Kopi instan dibuat di pasaran (Nursten, 2005). Mekanisme
melalui proses roasting kemudian dilakukan pembentukkan akrilamida dapat dilihat
grinding lalu dilakukan ekstraksi dengan cara sesuai dengan Gambar 1.
perkolasi pada suhu 154-182°C. Selanjutnya

Gambar 1. Hipotesis mekanisme pembentukan akrilamida dari asam amino dan lipid
Identifikasi dan Analisis

World Health Organization (WHO) kopi terhadap kadar akrilamida dalam produk
menyatakan bahwa pada populasi umum, kopi dengan menggunakan metode
rata-rata asupan akrilamida melalui makanan kromatografi cair dengan detektor uv yang
berada pada rentang 0,3–0,8 μg/kg BB/hari. memiliki validitas dan sensitivitas yang baik.
Environmental Protection Agency (EPA)
pada tahun 1992 dan WHO pada tahun 1985
METODE PENELITIAN
telah membatasi kadar akrilamida dalam air
minum sebesar 0,5 μg/L (ppb) (Anonim, Bahan yang digunakan pada
1985). Office of Environmental Health penelitian ini adalah serbuk kopi (tubruk) dan
Hazard Assesment (OEAHHA), salah satu serbuk kopi instan tanpa tambahan gula
divisi EPA yang berlokasi di California, yang beredar di pasar di daerah Ngaglik
Amerika Serikat telah menetapkan bahwa sleman Yogyakarta; akrilamida; aseton (p.a,
asupan 0,2 μg/hari akrilamida tidak bersifat E Merck, Germany); n-heksana (p.a., E
sebagai agen pencetus kanker (Anonim, Merck, Germany); asam Fosfat (p.a.,E
a
2005 ). Merck, Germany); asetronitril (HPLC grade,
Pengembangan metode analisis E Merck, Germany); akuabides (PT.
akrilamida dalam produk pangan telah Ikapharmindo Putramas, Indonesia), kertas
banyak dilakukan dengan menggunakan saring.
metode high performance of liquid Alat yang di gunakan adalah
chromatography (HPLC) (Liu et al., 2008) seperangkat alat gelas (Pyrex); ultrasonik
dan kromatografi gas (Yasuhara et al., (Branson );
®
timbangan analitik
2003). Analisis dengan menggunakan macrobalance (Metler Toledo ); timbangan
®

kromatografi gas membutuhkan tahap analitik semimikrobalance (Metler Toledo );


®

derivatisasi akrilamida untuk mengurangi cawan porselen; corong Buchner; vacuum


cemaran senyawa lain dan untuk manifold; kaca arloji; detektor UV-Vis
meningkatkan volatilitas, selektivitas dan ®
(Waters 2489); kolom C18 (Sunfire ) 150
TM

sensititivitas akrilamida. Namun, tahap mm x 4,6 mm, 5 µm; injektor, (Waters


®

tersebut membutuhkan waktu yang cukup SM7); KCKT (Waters e2695).


®

lama.
Penelitian yang dilakukan adalah Sampling
menggunakan kromatografi cair yang tidak Sampel diambil secara acak atau
memerlukan tahap derivatisasi akrilamida digunakan metode convenience sampling.
terlebih dahulu, serta tidak membutuhkan Sampel yang dipilih adalah produk kopi
pelarut yang bebas air dan bersifat volatil robusta dengan bentuk sediaan yang
seperti yang dibutuhkan pada analisis berbeda yaitu kopi serbuk (tubruk) dan kopi
dengan kromatografi gas. dan tidak instan. Kedua sampel dibeli dari supermarket
memerlukan waktu yang lama serta yang ada di wilayah Jalan Kaliurang
merupakan teknik yang baik untuk analisis Yogyakarta dengan batas kadaluarsa yang
kuantitatif akrilamida (Liu et al., 2008). Oleh sama.
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh proses pengolahan biji
M. Hatta Prabowo

Preparasi sampel standar akrilamida dengan konsentrasi : 2;


Sejumlah 2,2 g bubuk kopi 5; 10; 15 dan 20 ppm dibuat dengan
ditimbang dan dilakukan penghilangan mengencerkan larutan stok menggunakan
kandungan lemak dengan menambahkan 10 fase gerak. Larutan standar 2; 5; 10; 15 dan
mL n-heksana pada sampel dan di-vortex 20 ppm masing-masing diinjeksikan
selama 5 menit. Setelah didekantasi, residu sebanyak 20 μL ke dalam system KCKT
dikeringkan dengan vacuum manifold. Tahap pada kondisi terpilih. Luas area dibawah
ini dilakukan 2 kali. Untuk mengekstraksi kurva yang diperoleh di hitung untuk
akrilamida, filtrat kopi yang telah didefatisasi menentukan persamaan garis regresi linier.
dengan cara ditambahkan aseton sebanyak
20 mL dan 100 µL aquabides dan di- Pengujian batas deteksi dan batas

ultrasonic selama 20 menit pada suhu 40 ± kuantitasi

0,1° C. Lapisan aseton disaring dengan Batas deteksi dan batas kuantitasi

menggunakan kertas saring dan kemudian ditentukan dari regersi kurva baku yang

diuapkan dengan waterbath. Kemudian diperoleh. Nilai LOD = 3,3 × (SD/S) dan

residunya ditambahkan dengan 2 mL fase LOQ = 10 × (SD/S), standar deviasi (SD)

gerak dan dikocok untuk melarutkan dan respon ditentukan berdasarkan standar

disaring dengan kertas saring. deviasi residual (simpangan baku residual)


dari garis regresi yang dinyatakan sebagai
Optimasi kondisi analisa dan uji Sy/x dan S merupakan nilai kemiringan
kesesuaian sistem (slope atau b) pada persamaan garis atau
Sejumlah 20 µL larutan standar regresi linier y = bx + a (Anonim, 2002).
akrilamida dengan 10 ppm diinjeksikan ke
Uji Presisi
dalam sistim KCKT. Fase gerak yang
Pengujian presisi yang dilakukan
digunakan adalah asam fosfat, asetonitril
adalah keterulangan (repeatability) sebagai
dan akuabides dengan perbandingan 1:5:94
variasi dalam sehari. Kadar yang digunakan
v/v/v dan laju alir 0,15 mL/menit pada
dalam pengujian presisi adalah 10 ppm
panjang gelombang yang sama. Selanjutnya
untuk akrilamid. Sejumlah 20 μl larutan
20 µL sampel diinjeksikan ke dalam system
standar 10 ppm diinjeksikan ke dalam
KCKT dengan kondisi fase gerak, laju alir
system KCKT menggunakan fase gerak dan
dan panjang gelombang 202 nm. Kemudian
kecepatan alir yang terpilih sebanyak 6 kali
dari data yang diperoleh ditentukan apakah
ripitasi, dielusi dengan eluen terbaik. Data
kondisi yang digunakan memiliki kesesuaian
yang akan diperoleh adalah nilai tR dan AUC
sistem.
kemudian dihitung nilai rata-rata ( ),standar
Pembuatan standar dan kurva baku deviasi (SD) dan standar deviasi relatif
akrilamida (RSD). Berdasarkan AOAC, nilai presisi
Sejumlah lebih kurang 10 mg senyawa dengan konsentrasi 100-1000 ppm
standar akrilamida ditimbang seksama dan baik jika % RSD-nya ≤ 4 % (Anonim, 2002).
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
Larutan stok akrilamida dilarutkan dengan
asam fase gerak sampai batas. Larutan
Identifikasi dan Analisis

Uji Akurasi HASIL DAN PEMBAHASAN


Sejumlah 22 g sampel ditimbang
Uji kesesuaian sistem
dan ditambahkan sejumlah standar yang
Uji kesesuaian sistem bertujuan
setara dengan 0,1 mg standar akrilamida.
untuk memastikan sistem operasi secara
Campuran tersebut kemudian dilakukan
lengkap mulai dari instrumen, kolom, reagen
defatisasi dengan menggunakan 100 mL n-
dan kolom telah cocok untuk
hexana dan di-vortex selama 30 menit.
penggunaannya. Uji kesesuaian sistem
Setelah didekantasi, residu dikeringkan
merupakan bagian integral dari kromatografi
dengan vacuum manifold. Defatisasi
cair dan gas. Uji ini digunakan untuk
dilakukan 2 kali. Selanjutnya, campuran
memverifikasi resolusi dan reprodusibilitas
yang telah didefatisasi diekstraksi dengan
sistem kromatografi untuk analisa yang
menggunakan 200 mL aseton, di-ultrasonic
dilakukan. Adapun hasil uji kesesuaian
selama kurang lebih 1 jam pada suhu 40 ±
○ sistem dapat dilihat pada tabel 1. Faktor
0,1 C. Lapisan aseton disaring dengan
kapasitas, resolusi, faktor tailing dan efisiensi
menggunakan kertas saring dan kemudian
kolom telah memenuhi persyaratan yang
diuapkan dengan waterbath. Kemudian
telah di tentukan. Menurut ICH resolusi yang
residunya ditambahkan fase gerak hingga 20
b
harus dicapai adalah >1,5 (Anonim 2005 ).
mL dan dikocok untuk melarutkan. Sebelum
Berdasarkan data yang diperoleh, resolusi
diinjeksikan, larutan uji disaring terlebih
dari akrilamida masih cukup baik. Menurut
dengan acrodisc syringe filter. Setelah
FDA, faktor tailing sebaiknya ≤ 2.
diperoleh data berupa nilai AUC sampel
Berdasarkan data yang diperoleh, faktor
yang telah ditambahkan standar kemudian
tailing dari akrilamida masih cukup baik.
dihitung % perolehan kembali dari masing-
Berdasarkan ketentuan FDA efisiensi kolom
masing kadar standar yang ditambahkan
akan dikatakan baik apabila nilai N > 2000
dalam sampel dengan menentukan persen
(Anonim,1994).
analit yang ditambahkan yang dapat terukur.
Berdasarkan AOAC, nilai % perolehan
Validasi metode analisis
kembali senyawa dengan konsentrasi 10-
Validasi metode analisis merupakan
100 ppm baik jika nilainya 80-115 % dan
suatu tindakan penilaian yang harus
konsentrasi 100-1000 ppm nilainya antara
dilakukan terhadap parameter tertentu
85-110 % (Anonim, 2002).
berdasarkan percobaan laboratorium untuk
Uji akrilamida dalam sampel membuktikan bahwa parameter tersebut
Larutan uji hasil preparasi disaring memenuhi persyaratan untuk
menggunakan acrodisc syringe filter 0,45 µm penggunaannya. Beberapa parameter
dan diinjeksikan ke dalam sistim KCKT analisis yang harus dipertimbangkan dalam
sebanyak 20 µL pada kondisi analisis yang validasi metode analisis didefinisikan dan
sesuai dan ditentukan luas area puncaknya. diuraikan sebagaimana cara penentuannya.
Konsentrasi akrilamida dalam sampel
dihitung menggunakan persamaan kurva Selektivitas
kalibrasi. Selektivitas metode adalah
kemampuan suatu metode yang hanya
M. Hatta Prabowo

mengukur zat tertentu saja secara seksama serbuk (tubruk) dan kopi instan, pada
dengan adanya komponen lain yang analisis ini sedikit berbeda. Pada kopi serbuk
terdapat dalam sampel. Penentuan (tubruk), resolusi rata-rata puncak akrilamida
selektivitas harus dilakukan selama validasi terhadap puncak yang muncul pada menit
uji identifikasi, penentuan cemaran dan ke-13,4 adalah 1,9, sedangkan resolusi rata-
pengujian. rata puncak akrilamida pada kopi instan
Prosedur dengan kromatografi terhadap puncak yang muncul pada menit
digunakan kromatogram standar sebagai ke-13,4 adalah 2,04. Berdasarkan nilai
pembanding. Kemudian ditentukan resolusi resolusi tersebut, maka spesifisitas metode
dua puncak yang terelusi berdekatan. yang digunakan sudah baik walaupun
Resolusi masing-masing pada sampel kopi baseline kurang baik.

Tabel 1. Hasil uji kesesuaian sistem metode analisa akrilamid dengan KCKT dalam kopi

Hasil
No. Variabel
Kopi Serbuk Kopi Instant
Asam fosfat : asetonitril : Asam fosfat : asetonitril :
1 Fase gerak
akubides (1:5:94) akubides (1:5:94)
Sunfire C18 (150 mm x 4,6 mm) Sunfire C18 (150 mm x 4,6 mm)
2 Fase diam
5 µm 5 µm
3 Kecepatan alir 1,0 mL/menit 1,0 mL/menit
4 Panjang gelombang 202 nm 202 nm
5 Faktor kapasitas 0,65 0,96
6 Resolusi 1,90 2,04
7 Faktor tailing 0,140 0,09
8 Efisiensi kolom 4503 7741
Identifikasi dan Analisis

(a)

Akrilamid

(b)

Akrilamid

(c)
Gambar 2. (a) Kromatogram standar akrilamida, (b) Kromatogram sampel kopi instan, (c)
Kromatogram akrilamida sampel serbuk kopi tubruk. Kondisi KCKT : Kolom Sunfire C18 (150
mm x 4,6 mm) 5 µm, fase gerak asam fosfat : asetonitril : aqubides (1:5:94), laju alir 1,0
mL/menit dan deteksi dengan UV 202 nm.
M. Hatta Prabowo

Linieritas analit dalam sampel. Data hasil regresi linier


Linearitas ditujukan untuk yang diperoleh memberikan persaman
mengetahui kemampuan metode analisis regresi linier Y = 1463427,341X –
untuk memberikan respon yang secara 481214,641 dengan nilai r adalah 0,999. Hal
langsung atau dengan bantuan transformasi ini menunjukkan bahwa kurva baku memiliki
matematik yang sesuai terhadap konsentrasi linieritas yang baik.

Gambar 3. Kurva kalibrasi akrilamida

Batas deteksi dan batas kuantitasi


Presisi
Batas deteksi didefinisikan
Presisi merupakan ukuran
sebagai konsentrasi analit terendah dalam
kedekatan antara serangkaian hasil analisis
sampel yang masih dapat dideteksi,
yang diperoleh dari beberapa kali
meskipun tidak selalu dapat dikuantitasi.
pengukuran pada sampel homogen yang
Batas kuantitasi merupakan konsentrasi
sama. Presisi biasanya diekspresikan
analit terendah dalam sampel yang dapat
sebagai simpangan baku relatif dari
ditentukan dengan presisi dan akurasi yang
sejumlah sampel yang berbeda sigifikan
dapat diterima pada kondisi operasional
secara statistik. Keterulangan merupakan
metode yang digunakan. Batas deteksi dan
ketepatan pada kondisi percobaan yang
batas kuantitasi merupakan parameter
sama (berulang) baik analisnya,
sensitivitas suatu metode analisis, semakin
peralatannya, tempatnya, maupun waktunya,
kecil nilai batas deteksi dan kuantitasi
sedangkan presisi antara merupakan
menandakan semakin sensitif suatu metode
ketepatan pada kondisi percobaan yang
dalam menganalisis dan mengukur kadar
salah satunya berbeda baik analisanya,
suatu analit. Berdasarkan hasil perhitungan
peralatannya, tempatnya maupun waktunya.
diperoleh nilai batas deteksi akrilamida
Dokumentasi presisi seharusnya mencakup
adalah 0,79 µg/mL, sedangkan nilai batas
simpangan baku, simpangan baku relatif
kuantitasinya adalah 2,40 µg/mL.
(RSD) atau koefisien variasi (CV). Merujuk
pada Association of Official Analytical
Chemist (AOAC) Guidelines yang
merupakan acuan dalam validasi metode
Identifikasi dan Analisis

analisis, nilai RSD presisi keterulangan yang nilai standar deviasi relatif (RSD) dari kadar
diterima untuk senyawa dengan kadar 10 6 replikasi adalah 0,47%. Ini menunjukkan
sampai 100 ppm adalah tidak lebih dari 7% %RSD analit telah memenuhi kriteria yang
(Anonim, 2002). Data hasil perhitungan ditetapkan untuk pengukuran presisi.
presisi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

Tabel 2. Data uji presisi akrilamida 10 ppm


Waktu
Penginjeksi Kadar
Luas Area Retensi
ke - (ppm)
(menit)
1 15024858 10,62 14,83
2 15131724 10,69 14,83
3 14938737 10,56 14,82
4 15031849 10,62 14,83
5 14906115 10,54 14,82
6 14953359 10,57 14,84
Rata-rata 14997774 10,60 14,83
SD 82093,46 0,05 0,005
RSD (%) 0,54 0,47 0,03

adisi merupakan teknik analisis kuantitatif


Kecermatan (accuracy) dengan menambahkan sejumlah analit
Akurasi merupakan kedekatan dengan jumlah yang telah diketahui ke
antara nilai terukur dengan nilai yang dalam sampel. Persen perolehan kembali
diterima sebagai nilai sebenarnya. Akurasi ditentukan dengan menentukan berapa
dinyatakan sebagai persen perolehan persen analit yang ditambahkan tadi dapat
kembali (recovery) analit yang ditambahkan. ditemukan. Suatu pendekatan praktik dalam
Pengukuran akurasi dalam penelitian ini metode standar adisi adalah dengan
menggunakan metode standar adisi, karena membagi sampel ke dalam beberapa bagian
sampel yang dianalisis merupakan obat yang sama lalu menambahkan ke dalamnya
paten yang tidak diketahui matriks standar dengan level konsentrasi yang
didalamnya sehingga tidak memungkinkan meningkat.
untuk membuat sampel plasebonya. Metode

Tabel 3. Uji recovery akrilamida pada kopi serbuk


Kadar akrilamid Kadar akrilamid
Level % Recovery
teoritik (ppm) diperoleh (ppm)
80% 12,68 11,62 91,68
100% 14,08 13,34 94,74
120% 15,50 14,61 94,26

Tabel 4. Uji recovery akrilamida pada kopi instan


Kadar akrilamid Kadar akrilamid
Level % Recovery
teoritik (ppm) diperoleh (ppm)
80% 10,33 10,62 102,80
100% 11,48 11,54 100,52
120% 12,63 12,61 99,84
M. Hatta Prabowo

Merujuk persyaratan nilai akurasi yang Penentuan kadar akrilamida pada kopi
tertera dalam AOAC, nilai akurasi yang instan dan kopi tubruk
diterima untuk konsentrasi 1-10 ppm adalah
85-110 %. Pada uji recovery yang dilakukan Penetapan kadar sampel
terhadap sampel, uji recovery akrilamida merupakan tahap akhir yang dilakukan
dalam kopi serbuk berkisar antara 91-94 % dalam penelitian setelah metode baru yang
recoveynya sedangkan untuk kopi instan dikembangkan memiliki validitas yang baik
berkisar 99-102%. Berdasarkan hasil sehingga hasil pengukurannya dapat
tersebut, maka % recovery yang diperoleh dipertanggungjawabkan kebenarannya.
pada kopi instan dengan menggunakan
metode ini dapat diterima.

Tabel 6. Hasil analisis akrilamida dalam sampel kopi instan dan kopi serbuk
Kadar Kandungan
Replikasi RSD
Sampel Area akrilamid SD / sachet (g)
ke- (%)
(ppm)
1 9793960 7,02
Kopi
2 9827634 7,04 0,01 0,14 7,03 µg
Serbuk
3 9803182 7,03
1 7852027 5,69
Kopi
2 7924334 5,74 0,02 0,44 5,71 µg
Instan
3 7887213 5,72

Produk kopi serbuk (tubruk) dan kopi penyimpanan makanan atau minuman yang

instan mengalami langkah pengolahan biji mengandung akrilamida pada suhu >4 C
kopi yang berbeda untuk pembuatannya. akan menyebabkan penurunan konsentrasi
Kopi tubruk pada umumnya dibuat dari biji akrilamida. Peningkatan kelembaban dengan
kopi yang dipanggang dan kemudian adanya air menyebabkan penekanan
dihaluskan, sedangkan kopi instan dibuat pembentukan akrilamida dan menurunkan
dari biji kopi yang juga mengalami kadar senyawa prekursor akrilamida tersebut
pemanggangan dan dihaluskan dan setelah (Friedman, 2003).
itu dilakukan perkolasi pada suhu tinggi FDA memperkirakan jumlah asupan
dengan menggunakan air. Hal ini yang akrilamida yang masih memberikan tingkat
menyebabkan kandungan akrilamid pada risiko yang rendah adalah 1 µg/hari. Kadar
kedua jenis kopi tersebut berbeda. Hasil tersebut diperkirakan memberikan efek
yang diperoleh dari uji tersebut yaitu kopi karsinogenik 100.000 kali lebih rendah
serbuk (tubruk) memiliki konsentrasi dibandingkan rata-rata asupan per hari.
akrilamida yang lebih tinggi. Ada beberapa Asupan akrilamida yang dapat di toleransi
faktor yang memungkinkan terjadinya adalah 2,6 µg/kg BB/hari untuk menghindari
penurunan akrilamida dalam proses efek karsinogeniknya. Jika diasumsikan
pembuatan bubuk kopi ini antara lain adalah berat rata-rata laki-laki dan perempuan
penyimpanan dan penambahan air pada dewasa sekitar 40-80 kg, maka asupan
tahap perkolasi. Diketahui bahwa akrilamida yang diperbolehkan adalah 80 -
Identifikasi dan Analisis

a
160 µg tiap harinya. Pada penelitian ini, Anonim, 2005 . Intake of Acrylamide in Food.
Office of Environmental Health
diperoleh hasil yaitu kopi instan mengandung
Hazard Assesment (OEAHHA).
akrilamida 7±0,01 µg/g dan kopi tubruk http://oehha.ca.gov/prop65/law/pdf
_zip /acrylamideintakeReport.pdf,
mengandung akrilamida 5±0,03 µg/g.
22 Juni 2010 21.00 WIB.
Berdasarkan data tersebut, maka asupan
b
Anonim, 2005 , Validation of Analytical
akrilamida yang diperoleh dari masing-
Procedures: Methodology,
masing kopi dapat dikatakan aman untuk adopted in 1996, International
Conference of Harmonization
dikonsumsi hingga 16 g dalam sehari (88-
Q2(R1), Geneva.
112 µg) pada orang dewasa (Anonim, 2010).
Anonim, 2010. Toxicology of Acrylamide
(CAS No. 79-06-1) In Support of
KESIMPULAN Summary Information on the
Integrated Risk Information
System (IRIS). U.S. Environmental
Metode analisa yang digunakan
Protection Agency Washington,
memiliki validitas yang baik berdasarkan DC
parameter ICH dan AOAC. Kopi serbuk
Friedman, M., 2003. Chemistry,
memiliki kandungan akrilamida 7,03 ± 0,009 Biochemistry, and Safety of
Acrylamide. A Review. J. Agric.
µg/g dan kopi instan memilki kandungan
Food Chem., Vol 51: (16). 4504-
akrilamid sebesar 5,71 ± 0,025 µg/g. Kopi 4526.
serbuk (tubruk) dan instant yang diuji masih
Harahap, Y., Harmita, Simajuntak, B., 2005,
relatif aman untuk di konsumsi oleh Optimasi Penetapan Kadar
Akrilamida yang Ditambahkan ke
masyarakat dibawah 16 g/hari.
dalam Keripik Kentang Simulasi
Secara Kromatografi Cair Kinerja
tinggi, Indonesian J. Pharm., Vol. II
DAFTAR PUSTAKA No. 3: 154-163.

Anonim, 1985. Environmental Health Criteria Lingnert, H., Grivas, S., Jagerstad, M., Skog,
49 Acrylamide. International K., Tornqvist, M., Aman, P., 2002,
Programme on Chemical safety: Acrylamide in Food : Mechanisms
the joint sponsorship of the United of Formation and Influencing
Nations Environment Programme, Factor during heating of foods,
the International Labour Scand. J. Nutr., Vol. 46: (4), 159–
Organisation, and the World 172.
Health Organization.
http://www.inchem.org/documents/ Liu, J., Zhao, G., Yuan, Y., Chen, F., Hu, X.,
ehc/ehc/ehc49.htm 2008, Quantitative Analysis of
#SubSectionNumber:1.1.5, 13 Juni Acrylamide in Tea by Liquid
2010 22.00 WIB. Chromatography Coupled with
Electrospray Ionization Tandem
Anonim, 1994, Reviewer Guidance : Mass Spectrometry, Food Chem.,
Validation of Chromatographic Vol. 108. 760-767.
Metods, Center for Drug
Evaluation and Research (CDER), Nursten, H., 2005. The Maillard Reaction
22. Chemistry, Biochemistry and
Implications. The Royal Society of
Anonim, 2002, AOAC Guidelines for Single Chemistry. Cambridge.
Laboratory Validation of Chemical
Methods for Dietary Supplements Seal, C. J., de Mul, A., Haverkort, A.J.,
and Botanicals, available at Franke, K., Lalljie, S.P.D.,
http://www. AOAC.org (diakses 12 Mykkanen, H., Reimerdes, E.,
Desember 2009). Scholz, G., Somoza, V.,
Tuijtelaars, S., van Boekel, M., van
Klaveren, J., Wilcockson, S.J.,
M. Hatta Prabowo

Wilms, L., 2008, Risk-Benefit .


Considerations of Mitigation
Measures on Acrylamide Content
of Foods–A Case Study on
Potatoes, Cereals and Coffee, Brit.
J. Nutr.

Yasuhara, A., Tanaka, Y., Hengel, M., dan


Shibamoto, T., 2003. Gas
Chromatographic Investigation of
Acrylamide Formation in Browning
Model Systems. J. Agric. Food
Chem., vol 51 : 4002-4003.

Anda mungkin juga menyukai