Anda di halaman 1dari 7

D. D. Wulandari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.

1, Juni 2021 86-92

PENGARUH WAKTU PEMANGGANGAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA


PADA PISANG RAJA ULI (Musa paradisiaca L.)

Devyana Dyah Wulandari*, Uswatun Hasanah


Program Studi D-IV Analis Kesehatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,
Surabaya, Indonesia
*email: devyanadyah@unusa.ac.id

Received 24 June 2021


Accepted 25 June 2021

Abstrak
Akrilamida merupakan zat karsinogenik yang terbentuk akibat proses pemanasan suhu
tinggi dan kelembaban rendah pada makanan yang kaya akan karbohidrat. Akrilamida
paling banyak ditemukan pada produk nabati olahan seperti kentang (kentang goreng dan
keripik kentang), serealia (kukis dan roti) serta kopi. Penelitian ini dilakukan bertujuan
untuk menganalisis pengaruh waktu pemanggangan terhadap kadar akrilamida pada pisang
raja uli (Musa paradisiaca L.). Penetapan kadar akrilamida dilakukan menggunakan
metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) pada pisang raja uli yang
dipanggang selama 20 menit, 25 menit, dan 30 menit dengan suhu 150ᵒC. Hasil
menunjukkan bahwa kadar akrilamida pada kelompok kontrol (pisang tanpa perlakuan)
yaitu sebesar 1,735 ppm, pada pemanggangan sampel pisang selama 20 menit sebesar
1,198 ppm, pada sampel pisang yang dipanggang selama 25 menit sebesar 2,276 ppm, pada
sampel pisang yang dipanggang selama 30 menit sebesar 0,917 ppm. Dapat disimpulkan
bahwa kadar akrilamida tertinggi terdapat pada pisang raja uli yang dipanggang selama 25
menit dengan nilai signifikansi P sebesar 0,312 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan waktu pemanggangan terhadap kadar
akrilamida.

Kata kunci: Akrilamida, pisang, reaksi Maillard, pemanggangan

Abstract
Acrylamide is a carcinogenic substance that is formed due to the heating process at high
temperatures and low humidity in foods rich in carbohydrates. Acrylamide is most
commonly found in processed plant products such as potatoes (fries and potato chips),
cereals (cookies and bread) and coffee. The aim of this research was to analyze the effect
of roasting time on the levels of acrylamide in plantain uli (Musa paradisiaca L.).
Determination of acrylamide content was carried out using the High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) method on raja uli banana which was baked for 20 minutes, 25
minutes, and 30 minutes at 150ᵒC. The results showed that the level of acrylamide in the
control group (bananas without treatment) was 1.735 ppm, the banana sample baked for 20
minutes was 1.198 ppm, the banana sample baked for 25 minutes was 2.276 ppm, the
banana sample baked for 30 minutes was 0.917 ppm. It can be concluded that the highest
levels of acrylamide were found in raja uli banana which was roasted for 25 minutes with a
P significance value of 0.312 which indicated that there was no significant difference
between the treatment groups of roasting time on acrylamide levels.

Keywords: Acrylamide, banana, Maillard reaction, roasting

Online ISSN: 2528-0422 86


D. D. Wulandari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No. 1, Juni 2021 86-92

Pendahuluan
Akrilamida atau 2-propenamida tinggi adalah pisang. Pisang merupakan
adalah padatan kristalin yang tidak berbau makanan yang dikelompokkan dalam
dan tidak memiliki warna. Rumus molekul buah-buahan yang mempunyai kandungan
akrilamida ialah C₃H₅NO (CH₂ = gizi yang tinggi. Kandungan yang ada
CHCONH₂) dengan berat molekul 71,079 pada buah pisang adalah karbohidrat,
g/mol. Sifat akrilamida sulit larut dalam protein, lemak, mineral, dan mengandung
air, lebih sulit menguap di udara, dan vitamin C. pisang yang digunakan dalam
senyawa ini memiliki titik didih 125°C. penelitian ini adalah jenis pisang raja uli
Akrilamida adalah senyawa kimia yang (Musa paradisiaca L.). Pisang raja uli
biasa digunakan industri purifikasi air, (Musa paradisiaca L.) merupakan pisang
tanah, kemasan, dan penelitian ilmiah yang sering digunakan sebagai bahan
seperti elektroforesis; kromatografi; serta olahan makanan karena memiliki rasa
mikroskop elektron. Senyawa akrilamida yang sangat manis dan memiliki bau yang
diketahui memiliki neurotoksik yang khas, sehingga cocok digunakan sabagai
dapat menyerang manusia, sedangkan olahan makanan seperti makanan penutup
genotoksik dan karsinogenik pada hewan. atau makanan yang lainnya. Pengolahan
Akrilamida merupakan crystalline amide makanan yang mengandung karbohidrat
yang terpolimerisasi dengan cepat dan seperti pisang dengan suhu tinggi di
dapat terbentuk selama proses pemanasan hipotesiskan akan memicu terbentuknya
makanan yang mengandung pati dalam senyawa akrilamida. Pembentukan
temperatur tinggi. Akrilamida juga sering akrilamida diinisiasi oleh suhu pemanasan
ditemukan pada asap rokok, asap industri yang tinggi, sesuai dengan persamaan
seperti indutri plastik. Akrilamida dapat Arrhenius bahwa reaksi kimia yang
ditemukan pada kondisi udara yang dipengaruhi oleh suhu dinyatakan sebagai
lembab (Harimadi, et al., 2018). energi aktivasi (Ea). Semakin tinggi Ea,
Akrilamida terbentuk terutama dalam laju reaksi akan semakin dipengaruhi oleh
makanan yang kaya karbohidrat melalui suhu. Ea untuk reaksi Maillard berbanding
reaksi Maillard yang terjadi antara lurus dengan pembentukan akrilamida
karbohidrat pereduksi (glukosa, fruktosa, yaitu sebesar 10-160 kJ/mol. Telah
dll) dan asam amino (terutama asparagin). dilaporkan sebelumnya bahwa durasi
Reaksi bertanggung jawab untuk waktu merupakan faktor utama yang
pembentukan rasa dan warna tertentu mempengaruhi peningkatan kadar
(kecoklatan saat proses penggorengan) akrilamida pada suhu tinggi. (Perera,
(Sarion, 2021). Dalam penelitian ini 2021). Senyawa akrimida dapat memicu
variabel pemanasan yang dipilih adalah kanker yang dapat menyebabkan terjadi
pemanggangan, hal ini dikarenakan kerusakan pada sistem syaraf (Aminah &
banyaknya olahan makanan terutama pada Isworo, 2010).
pisang yang diproses dengan cara di Pada penelitian sebelumnya yang
panggang. Proses pemanggangan juga dilakukan oleh Debora Tandi, Fatimawali
akan mempermudah pengukuran kadar dan Frenly Wehantouw (2012) olahan
akrilamida dimana tidak akan ada makanan yang diteliti adalah pisang
kontaminasi senyawa akrilamida dari goreng dimana penelitian tersebut
bahan makanan yang lainnya, seperti menghitung kadar akrilamida dalam
minyak, mentega dan semacamnya. sampel. Penelitian tersebut menggunakan
Sehingga kadar akrilamida yang didapat 12 sampel pisang goreng yang berasal dari
murni hanya dari sampel pisang. 12 tempat penjualan dikota Manado. Hasil
Salah satu makanan yang yang didapatkan pada sampel pisang
mengandung karbohidrat dan protein yang goreng ialah dengan waktu rambatnya

Online ISSN: 2528-0422 87


D. D. Wulandari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No. 1, Juni 2021 86-92

sebesar ±4,284 menit dan kadar lalu homogenkan larutan sampai


akrilamida yang terkandung dalam pisang tercampur rata. Larutan akrilamida yang
goreng sekitar 39,65-1789,52 µg/kg. Hasil memiliki konsentrasi 20 ppm (mg/L)
yang diperoleh terbilang aman untuk dipipet dan dimasukkan kedalam abu ukur
dikonsumsi karena masih berada dibawah 10 ml. Tabung pertama larutan induk di
ambang batas. pipet sebanyak 0.5 ml, tabung kedua 1 ml,
Berdasarkan uraian di atas maka tanung ketiga 1.5 ml dan tabung keempat
penelitian ini dilakukan bertujuan untuk 2 ml. Kemudian keempat tabung di
menganalisis kadar akrilamida pada tambahkan dengan larutan fase gerak
pisang yang proses pemanggangannya sampai tanda batas sehingga mendapatkan
dengan waktu yang berbeda-beda. konsentrasi 0.1 ppm, 0.2 ppm, 0.3 ppm,
Penelitian ini dilakukan menggunakan dan 0.4 ppm. Selanjutnya keempat larutan
metode High Performance Liquid yang memiliki konsentrasi berbeda di
Chromatography (HPLC). analisis menggunakan HPLC. Larutan
standar disuntikkan sebanyak 50 µl
Metode Penelitian kedalam kolom HPLC (Hermanto &
Alat dan Bahan Adawiyah, 2010).
Alat yang digunakan pada penelitian
ini adalah pisau, oven, Kromatografi Cair Penetapan kadar akrilamida
Kinerja Tinggi (KCKT), labu ukur, pipet Sampel pisang raja uli yang telah
ukur, pipet volume, spatula, neraca melewati tahap preparasi sampel
analitik, saringan whattman nomor 1, kemudian dihaluskan dan ditimbang
pengaduk ultrasonik, corong pisah, beaker sebanyak 10 gr. Kemudian sampel
glass, stirrer, botol aquadest, penangas air, dilarutkan dengan 50 ml larutan
dan sentrifuse. Bahan yang digunakan diklorometan dan ditambahkan dengan 5
pada penelitian ini adalah pisang raja uli, ml larutan etanol. Selanjutnya sampel
asetonitril digunakan untuk fase gerak, ditambahkan kembali dengan larutan
aquadest sebagai pelarut fase gerak, asam diklorometan sebanyak 50 ml. Lalu
fosfat 85%, standar akrilamida, dihomogenkan dengan menggunakan
diklorometan digunakan untuk mencuci stirrer selama 2 jam. Larutan sampel
sampel, etanol dan seton. disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm
selama 20 menit pada suhu 15°C.
Preparasi sampel kemudian supernatan di buang dan
Sampel pisang raja uli yang endapan dikerigkan didalam oven dengan
digunakan adalah pisang dengan kondisi suhu 40°C. Endapan yang didapatkan
yang sudah matang kemudian buah pisang kemudian ditambahkan dengan 20 ml
dibersihkan dan dipisahkan antara daging aseton. Selanjutnya endapat di aduk
dan kulitnya. Selanjutnya buah pisang menggunakan stirrer selama 30 menit.
dipanggang menggunakan oven dengan Lalu sampel dimasukkan kedalam
suhu 150°C. Waktu yang dibutuhkan penangas air dengan suhu 40°C selama 20
untuk memanggang berbeda-beda dimana menit. Kemudian sampel di setrifugasi
sampel satu dipanggang selama 20 menit, kembali dengan kecepatan 3000 rpm
sampel dua dipanggang selama 25 menit, selama 20 menit pada suhu 15°C. sampel
dan sampel tiga dipanggang selama 30 yang telah di sentrifugasi kemudian
menit (Hermanto & Adawiyah, 2010). disaring menggunakan kertas saring
whattman nomor 1. Selanjutnya filtrat
Pembuatan larutan standar akrilamida diuapkan menggunakan evaporator
Padatan standar akrilamida ditimbang sampai kering. Endapan yang menempel
kemudian dilarutkan kedalam fase gerak di tabung evaporator di cuci menggunakan
(Asetonitril:Aquadest) sebanyak 100 ml,
Online ISSN: 2528-0422 88
D. D. Wulandari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No. 1, Juni 2021 86-92

fase gerak sebanyak 2 ml. Lalu larutan 174782, pada konsentrasi 1 ppm selama
sampel di saring atau dimembran 8.008 menit dengan luas area 377140, dan
menggunakan syringe dan dipindahkan ke konsentrasi 2 ppm waktu retensi yang
labu takar 5 ml. Kemudian larutan sampel dibutuhkan selama 8.033 dengan luas area
di ambil sebanyak 50 µl menggunakan 644708.
microliter syringe dan diinjeksikan
kedalam kolom HPLC (Muthaiah, et al.,
2019).

Hasil dan Pembahasan


Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel pisang jenis
pisang raja uli (Musa paradisiaca L.)
yang di jual di pasar tradisional Surabaya.
Sampel pisang raja uli (Musa paradisiaca
L.) diberikan perlakuan dengan cara Gambar 1. Kurva Kalibrasi Standar
dipanggang selama 20 menit, 25 menit Akrilamida
dan 30 menit.
Gambar 1 adalah kurva kalibrasi
Penentuan kurva standar standar akrilamida dimana Persamaan
Kurva standar digunakan untuk garis yang terbetuk adalah Y = 313589 X
menentukan persamaan garis liner yang + 33307 dengan nilai R² = 0.9921.
akan dipakai untuk menentukan kadar Berdasarkan persamaan kurva yang
akrilamida pada sampel. Pembuatan diperoleh maka kadar akrilamida pada
larutan satandar menggunakan bubuk sampel dapat dihitung dengan cara
standar akrilamida yang dilarutkan subtitusi luas area sampel pada nilai Y
menggunakan fase gerak. Larutan standar pada persamaan kurva.
akrilamida dibuat dengan konsentrasi
yang beragam yaitu, 0.1 ppm, 0.2 ppm, Kadar akrilamida pada sampel
0.4 ppm, 1 ppm, dan 2 ppm. Kadar akrilamida pada sampel akan
diukur setelah sampel pisang diberikan
Tabel 1. Standar Akrilamida perlakuan sesuai dengan masing masing
Konsentrasi tR kelompok. Pada penelitian ini dibagi
Area
(ppm) (min) menjadi 4 kelompok. Kelompok kontrol
0.1 8.025 54735 adalah kelompok dimana sampel pisang
0.2 8.050 75446 tidak diberikan perlakuan. Kelompok
kedua ialah sampel pisang diberi
0.4 8.100 174782 perlakuan pemanggangan selama 20
1 8.008 377140 menit. Kelompok ketiga sampel pisang
2 8.033 644708 diberikan perlakuan pemanggangan
selama 25 menit. Kelompok keempat
sampel pisang duberikan perlakuan
Pada Tabel 1 didapatkan hasil pemanggangan selama 30 menit.
penentuan standar akrilamida yaitu, untuk Kemudian masing masing sampel diukur
konsentrasi 0.1 ppm dimana waktu kadar akrilamidanya menggunakan alat
retensinya selama 8.025 menit dengan HPLC. Hasil kadar akrilamida
luas area 54735, konsentrasi 0.2 ppm ditunjukkan pada Tabel 2.
waktu retensinya selama 8.050 menit
dengan luas area 75446, konsentrasi 0.4
ppm selama 8.100 menit dengan luas area
Online ISSN: 2528-0422 89
D. D. Wulandari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No. 1, Juni 2021 86-92

Tabel 2. Hasil Kadar Akrilamida gram daging buah (Direktorat Gizi, 1977
Akrilamida Rerata dalam Lestari, 2017). Akrilamida
Sampel
tR(min) Area ppm ppm
8.133 723241 2,2001 terbentuk dari reaksi Maillard yang terjadi
Kontrol 8.100 757978 2,3109 1,735 antara karbonil seperti fruktosa
8.075 250589 0,6929
8.075 596418 1,7957 (komponen sukrosa terhidrolisis), dan
Waktu
20 menit
8.067 325537 0,9319 1,198 glioksal yang terbentuk dari glukosa,
8.058 305155 0,8669
8.092 1179339 3,6546
dengan adanya asparagin pada suhu
Waktu sekitar 323,15K selama proses pemanasan
8.025 587530 1,7674 2,276
25 menit
8.008 474238 1,4061 (Gil, 2020).
Waktu 7.967 202167 0,5385
30 menit 7.967 170543 0,4376 0,917 Tahapan pembentukan akrilamida
8.100 589783 1,7745 dimulai dari reaksi adisi yang dihasilkan
dari serangan nukleofilik gugus amino
Pada tabel 2 dapat diamati jika waktu asparagin pada gugus aldo atau keto dari
retensi pada sampel mendekati waktu glukosa dan fruktosa, menghasilkan
retensi yang terjadi pada standar senyawa perantara pertama (INT I ).
akrilamida. Untuk hasil kadar akrilamida Langkah kedua adalah eliminasi air di
pada kontrol yaitu 1,735 ppm. Hasil kadar mana atom hidrogen (β) dari NH yang ada
akrilamida pada pemanggangan sampel dalam zat antara pertama bermigrasi ke
pisang selama 20 menit yaitu 1,198 ppm. atom oksigen dari gugus hidroksil
Hasil kadar akrilamida pada sampel berikutnya (senyawa perantara kedua-INT
pisang yang dipanggang selama 25 menit II). Tahap tersebut merupakan tahap
adalah 2,276 ppm. Kadar akrilamida dari dekarboksilasi dengan eliminasi Syn yang
sampel pisang yang dipanggang selama 30 menyebabkan hilangnya CO2 dan
menit ialah 0,917 ppm. Pada tabel dapat pembentukan zat antara ketiga (INT III).
diamati hasil akrilamida yang terbentuk Tahap selanjutnya adalah tahap hidrolisis
pada setiap kelompok tidak stabil, kadar yang terjadi dalam dua langkah. Reaksi
akrilamida paling rendah ialah pada adisi molekul air (tahap IV) dengan ikatan
kelompok pemanggangan pisang selama rangkap yang terbentuk antara N dan C
30 menit dan kadar akrilamida paling akan mengalami penataan ulang
tinggi adalah pada kelompok (rearrangement) dan pemutusan ikatan
pemanggangan selama 25 menit. pada zat antara keempat (INT IV).
Berdasarkan hasil analisis statistik Pecahnya zat ini yang menyebabkan
menggunakan uji ANOVA satu arah terjadinya pembentukan akrilamida dan
menunjukkan hasil nilai signifikansi P produk sampingan yang berbeda
sebesar 0,312 yang berarti bahwa tidak tergantung gula prekursornya, jika berasal
terdapat perbedaan signifikan antar dari fruktosa maka hasil sampingnya
kelompok perlakuan. adalah adalah (2,3,4,5-tetrahidroksi asam
Akrilamida (CH2=CH-CO-NH2) pentanoat) dan jika berasal dari glioksal
merupakan molekul senyawa organik (dari glukosa) maka produk sampingnya
yang tersusun atas karbon (50.69%), adalah adalah (3,4,5,6-tetrahidroksi-2-
hidrogen (7.09%), nitrogen (19.71%), and okso-7-heksanal) (Michalak, 2020).
oksigen (22.51%), dengan berat molekul Tahapan pembentukan akrilamid dapat
sebesar 71.08 g. Akrilamida akan mudah dilihat pada Gambar 2.
terbentuk jika bahan makanan memiliki Berdasarkan hasil yang tercantum
kandungan pati atau karbohidrat yang pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar
tinggi melalui proses penggorengan atau akrilamida tertinggi ditemukan pada
pemanggangan (Ubaoji, 2016). Pisang raja proses pemanggangan selama 25 menit
uli diketahui mengandung kadar yaitu sebesar 2,276 ppm, namun terjadi
karbohidrat sebesar 38,2 gram dalam 100 penurunan pada proses pemanggangan

Online ISSN: 2528-0422 90


D. D. Wulandari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No. 1, Juni 2021 86-92

selama 30 menit yaitu sebesar 0,917 ppm. yang berakibat terjadi penurunan kadar
Berdasarkan penelitian yang dilakukan akrilamid pada proses pemanggangan
oleh (Guillen, 2017) mengemukakan selama 30 menit. Namun secara statistik
bahwa suhu yang terlalu tinggi dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pemanasan yang lama dapat mengakibat pada tiap kelompok perlakuan. Hal ini
terjadinya proses degradasi akrilamida dapat disebabkan karena ada faktor lain
sehingga pada penelitian ini ditemukan yang mempengaruhi kadar akrilamida
penurunan kadar akrilamida pada proses dalam suatu bahan makanan yaitu suhu
pemanggangan selama 30 menit. Selain pemanggangan, dan komposisi
itu, pemanasan dalam jangka waktu yang karbohidrat yang terdapat didalam bahan
lama juga dapat menyebabkan degradasi makanan (Hermanto, 2010).
komponen nutritif seperti karbohidrat,

Asparagin TS1 INT1

TS3 INT2 TS2

INT3 TS4 Akrilamida Produk samping

Gambar 2. Mekanisme Pembentukan Akrilamida dari Reaksi antara Asparagin dan


Glioksal dari Glukosa

Kesimpulan perlakuan waktu pemanggangan 25 menit


Berdasarkan hasil penelitian diatas, dan akan menurun pada waktu
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pemanggangan 30 menit. Hal ini dapat
perbedaan yang signifikan antar kelompok disebabkan karena telah terjadi penurunan
perlakuan waktu pemanggangan terhadap kandungan karbohidrat dan terjadinya
kadar akrilamida. Namun berdasarkan proses degradasi akrilamida pada waktu
hasil yang diperoleh secara deskriptif pemanggangan yang terlalu lama.
diketahui bahwa peningkatan kadar
akrilamida terdapat pada kelompok

Online ISSN: 2528-0422 91


D. D. Wulandari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No. 1, Juni 2021 86-92

Daftar Pustaka
Aminah, S. & Isworo, J. T. (2010). Acrylamide Formation in Foods.
Analisis Akrilamida pada Kripik dan Molecules, 25, 4140;
Kudapan Goreng dari Umbi-Umbian. doi:10.3390/molecules25184140.
Prosiding seminar nasional unimus, Muthaiah, P.M., Govindaswamy, A.,
256-260. Semwal A.D., Sharma, G.K. (2019).
Gil, M. et all. (2020). Effect of HPLC-UV Quantitative Analysis of
temperature on the formation of Acrylamide in Snack Foods of India.
acrylamide in cocoa beans Defence Life Science Journal, 4(1).
duringdrying treatment: An DOI : 10.14429/dlsj.4.12190.
experimental and computational Perera, D.N., Hewavitharana, G.G., and
study. Heliyon, 6. S.B. Navaratne. (2021).
Guillen, S., Oria, R., Salvador, M.R., Comprehensive Study on the
Martorell, I., Corrales, A., and Acrylamide Content of High
K.Granby. (2017). Effectiveness Of Thermally Processed Foods.
A Temperature Control System In BioMed Research International,
Home Induction Hobs To Reduce Article ID 6258508, 13 pages.
Acrylamide Formationduring Pan https://doi.org/10.1155/2021/625850
Frying. Ital. J. Food Sci., 29. 8.
Harimadi, K. J., M., Kiyat, W. E. & Sarion, C., Codin, G.G. Dabija, A.
Budijanto, S. (2018). Potensi Acrylamide in Bakery Products: A
Pemanfaatan Asparaginase untuk Review on Health Risks, Legal
Mengurangi Kadar Akrilamida pada Regulations and Strategies to
Keripik Kentang dan Singkong. Reduce Its Formation. Int. J.
Pangan, 1, 67-78. Environ. Res. Public Health, 18,
Hermanto, S., Adawiyah R. (2010). 4332. https://doi.org/10.3390
Analisis Kadar Akrilamida Dalam /ijerph18084332.
Sediaan Roti Kering Secara KCKT. Tandi, D, Fatimawali dan Frenly
Valensi, 2(1), 354-361. Wehantouw. (2012). Analisis
Lestari , H. D. (2017). Aktivitas Kandungan Akrilamida Dalam
Antioksidan dan Uji Organoleptik Pisang Goreng Yang Beredar di
Minuman Herbal Kulit Pisang Raja Kota Manado Menggunakan
Bulu (Musa paradisiaca L. var Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
sapientum) pada Suhu Pengeringan (KCKT). Pharmacon, 1(2).
Berbeda sebagai Sumber Belajar Ubaoji , K. I. & Orji, V. U. (2016). A
Bilogi. Malang: Universitas Review On Acrylamide In Foods:
Muhammadiyah Malang. Sources And Implications To
Michalak, J, Kujawska, M.C., Klepacka, Health. Journal of African Studies,
J., and Elzbieta Gujska. (2020). 6, 01-17.
Effect of Microwave Heating on the

Online ISSN: 2528-0422 92

Anda mungkin juga menyukai