Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH SUKROSA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN

SENSORIS MANISAN KERING PAPRIKA MERAH (Capsicum annuum var


grossum)
Gabriela Sampelani Joseph1, Lana Lalujan2, Maria F. Sumual3
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UNSRAT
2
Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi Manado
Korespondensi email : gabrielasampelani_joseph@yahoo.com

ABSTRAK
Manisan merupakan salah satu bentuk pangan olahan yang dibuat dengan proses
penambahan gula dengan kadar yang tinggi sehingga manisan dapat disimpan dalam jangka
waktu yang relatif lama. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan pengaruh konsentrasi sukrosa
terhadap karakteristik fisikokimia manisan kering paprika merah dan mengevaluasi tingkat
kesukaan panelis terhadap manisan kering paprika merah. Metode penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan konsentrasi sukrosa bertingkat. Hasil
penelitian untuk kadar air manisan kering paprika merah berkisar antara 18.67 – 24.00%. Kadar
air tertinggi terdapat pada perlakuan A1 (30%), sedangkan kadar air terendah terdapat pada
perlakuan A4 (60%). Hasil analisis kadar sukrosa berkisar 40.06 – 67.89%. Hasil analisis kadar
vitamin C berkisar antara 127.07 – 141.35 mg/100gr. Analisis tekstur berkisar antara 55.00 –
78.33 mm/g/detik. Pengujian sensoris manisan kering paprika merah dengan parameter rasa,
aroma dan tekstur yang disukai adalah sampel A3 (50%) sedangkan untuk pengujian sensoris
terhadap warna yang disukai adalah sampel A4 (60%).
Kata kunci : manisan kering paprika merah, sifat fisikokimia dan sensoris

ABSTRACT
Sweets are processed food with high sugar level so that can be stored in a relatively long
period of time. The purpose of this research was to determine the effect of sucrose concentration
on the physicochemical characteristics and to evaluate panelist preferences level of sweetened
dried red paprica. The research was arranged in Completely Randomized Design (CRD), with
sucrose concentration as treatments. The results showed that the water content of sweetened
dried red paprica was ranged from 18.67 to 24.00%. The highest water content was in treatment
A1 with 30% sucrose concentration, while the lowest water content was in treatment A4 ( 60%
sucrose concentration). The sucrose concentrations were ranged between 40.06 to 67.89%
where the highest concentration of sucrose was in treatment A4 (60% sucrose concentration)
while the lowest sucrose content was in treatment A1 (30% sucrose concentration). The vitamin
C content were ranged from 127.07 to 141.35 mg / 100gr. The texture of sweetened dried red
paprica analyzed with penetrometer were ranged between 55.00 to 78.33 mm / g / sec. The
Sensory analysis showed that A3 (50% sucrose concentration) was the most preferred sweetened
dried red paprica based on its taste, aroma and texture; while A4 ( 60% sucrose concentration)
was the most preferred one based on its colour.

Keywords : sweetened dried red paprica, physicochemical and sensory properties.


1
PENDAHULUAN gula dilakukan untuk memberikan rasa
manis, memperbaiki tekstur dan mencegah
Paprika (Capsicum annuum var grossum) tumbuhnya mikroorganisme pembusuk
merupakan salah satu komoditi sayuran karena dapat menurunkan kadar air
yang dimanfaatkan buahnya untuk garnish (Hamzah dan Sribudiani, 2010).
(hiasan makanan) atau salad (Cahyono, Kadar sukrosa manisan menurut DSN-NI
2007). Paprika termasuk bahan pangan yang adalah minimal 40%. Hasil penelitian
bernilai ekonomi tinggi dengan pemanfaatan Tendean (2016) dengan penambahan gula
yang terbatas tapi memiliki kandungan 30-60% menghasilkan kadar sukrosa
vitamin yang tinggi. manisan tomat berkisar 44.81-70.80%, kadar
Vitamin C atau asam askorbat adalah air 18.45-30.94% dan kadar vitamin C 2.78-
vitamin yang mudah larut dalam air. Banyak 4.08 mg/100g. Pembuatan manisan dengan
penelitian tentang vitamin C yang konsentrasi gula bertingkat juga dilakukan
menyebutkan bahwa buah-buahan dan oleh Buntaran dkk (2009) pengaruh
sayur-sayuran merupakan sumber vitamin C konsentrasi larutan gula terhadap
yang terbesar misalnya buah-buahan seperti karakteristik manisan kering tomat
jeruk, jambu biji, mangga dan nanas. Dalam (Lycopersicum esculentum) menghasilkan
sayur-sayuran banyak terdapat dalam manisan dengan perlakuan terbaik
kentang, sawi, kol, asparagus dan cabe dan menggunakan gula 40% dengan kadar
paprika (Asrul, 2010). Dibandingkan dengan vitamin C 31.15 mg/100g dan kadar air
cabai, paprika merah mengandung vitamin 24.20%.
yang sangat tinggi, terutama vitamin C. Pada Berdasarkan uraian tersebut maka telah
setiap 100g paprika mengandung vitamin A dilakukan penelitian manisan kering dengan
22.00 IU, vitamin B1 540.00 mg, dan konsentrasi gula 30-60% yang menggunakan
vitamin C 190.00 mg (Prihantoro dan bahan baku paprika merah, karena paprika
Indriani, 2000). merah mengandung vitamin C yang tinggi,
Komoditas sayur dan buah mempunyai sehingga menghasilkan manisan kering
daya simpan yang pendek. Paprika tidak paprika merah yang berkualitas dan
dapat disimpan lama karena setelah dipanen memenuhi DSN-NI. Dari Perlakuan yang
paprika akan mudah mengalami perubahan diberikan, akan dilihat bagaimana pengaruh
fisik dan kimia misalnya perubahan warna, sukrosa terhadap karakteristik fisikokimia
perubahan bentuk dan perubahan kandungan dan penerimaan panelis terhadap manisan
vitamin. Cara untuk mengatasi perubahan- kering paprika merah.
perubahan tersebut perlu dilakukan
pengolahan dan pengawetan paprika METODE PENELITIAN
menjadi produk yang baru dan dapat
disimpan lama. Pembuatan manisan dengan Tempat Dan Waktu Penelitian
konsentrasi gula yang tinggi merupakan Penelitian ini dilaksanakan di
salah satu alternatif untuk memperpanjang Laboratorium Analisa Ilmu Pangan dan
masa simpan paprika merah. Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan
Manisan merupakan salah satu bentuk Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
pangan olahan yang dibuat dengan proses Universitas Sam Ratulangi, Manado dan
penambahan gula dengan kadar yang tinggi Balai Riset dan Standarisasi Industri
sehingga manisan dapat disimpan dalam Manado selama 3 bulan.
jangka waktu yang relatif lama. Penambahan

2
Bahan dan Alat Penelitian 1 jam, setelah itu paprika dicuci bersih dan
Bahan-bahan yang digunakan dalam direndam dalam larutan kapur sirih 1%
penelitian ini adalah paprika merah dengan selama 2 jam, paprika di cuci dengan air
tingkat kematangan 80-90% (dipanen pada panas sampai bersih dari sisa kapur
umur 3.5 bulan), sukrosa, NaCl, air, kemudian ditiriskan. Pembuatan larutan gula
Ca(OH)2. Bahan untuk analisis aquadest, sesuai perlakuan selama 20 menit. Paprika
HCl, CH3COOH, NaOH, KIO, larutan KI, dimasukkan ke dalam larutan gula, diamkan
larutan H2SO4, larutan thiosulfate, indikator selama 24 jam. Proses selanjutnya adalah
kanji/amilum, reagen Luff Schoorl, Kristal pengeringan menggunakan cabinet dryer
KI (kalium iodide), iodin, amilum. dengan suhu 60ᴼC sampai manisan setengah
Alat-alat yang digunakan dalam kering, setelah itu ditaburi gula kemudian
penelitian adalah pisau, wajan, sendok, dikeringkan kembali. Proses pengeringan
timbangan analitik, oven (cabinet dryer), dilakukan selama 8 jam.
nampan, wadah, spatula stainless steel,
kompor. Alat yang digunakan untuk analisis Variabel Pengamatan
desikator, mortal, neraca analitik, spatula Variabel yang diamati dalam penelitian
kaca, beaker glass, botol sentrifuge, stirer, ini sebagai berikut :
buret, pipet, labu ukur, pipet volum, corong, 1. Kadar Air
erlenmeyer, penetrometer. Alat untuk uji 2. Kadar Sukrosa
organoleptik adalah piring saji, worksheet, 3. Kadar Vitamin C
scoresheet, dan kertas hvs, pulpen. 4. Tekstur (Penetrometer)
5. Uji Sensoris
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Kadar Air – Metode Pengeringan/Oven
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan (Sudarmadji, 1997).
perlakuan : Cawan dikeringkan dalam oven selama
Konsentrasi Sukrosa 45 menit, kemudian didinginkan dalam
A : 30% C : 50% desikator lalu ditimbang berat cawan dengan
B : 40% D : 60% timbangan analitik. Bahan dihaluskan dan
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3x, ditimbang sebanyak 2 g dalam allumunium
sehingga diperoleh 12 unit percobaan foil yang telah diketahui beratnya.
kemudian dianalisis dengan menggunakan Kemudian dikeringkan dalam oven pada
metode analisis sidik ragam (Analysis of suhu 100-1050C selama 3-5 jam. Kemudian
Variance/ANOVA). didingingkan di dalam desikator selama 15
menit dan ditimbang. Selanjutnya bahan
Prosedur Penelitian dikeringkan lagi dalam oven selama 30
Proses pembuatan manisan mengacu menit, di dingikan kembali di dalam
pada proses pembuatan manisan kering oleh desikator dan ditimbang. Perlakuan ini di
Khamidah dan Eliartati (2006) yang telah di ulangi sampai tercapai berat konstan.
modifikasi. Pembuatan manisan dimulai
dengan pemilihan paprika yang berwarna Kadar Sukrosa- Metode Luff Schoorl
merah dan segar, kemudian dicuci dengan (Sudarmadji dkk., 1997)
air mengalir. Paprika dibelah menjadi 2 Timbang sampel sebanyak 5-10 g,
bagian, bijinya dikeluarkan dan dipotong masukkan ke dalam labu takar 250 ml.
memanjang, kemudian dilakukan tepatkan dengan akuades sampai tanda tera
perendaman dalam larutan garam 3% selama dan kocok. Saring dan pipet filtratnya,

3
masukkan ke dalam labu takar 250 ml. didih dan 25 ml larutan Luff-Schrool.
Tambahkan 10 ml larutan Pb asetat setengah Panaskan sekitar 2 menit sampai mendidih
basah sambil diaduk. Cek apakah dan didihkan terus selama 10 menit dan
penambahan Pb asetat sudah cukup atau water bath. Angkat dan dinginkan
belum dengan meneteskan larutan Na2HPO4 secepatnya dengan es. Setelah dingin
10%.Bila timbul endapat putih berarti sudah tambahkan 10-15 ml larutan KI 30% dan 25
cukup. Tambahkan Na2HPO4 10% hingga ml larutan H2SO4 25% dengan perlahan-
cukup mengendapkan kelebihan Pbasetat lahan. Segera titrasi dengan larutan Na2S2O3
(15 ml) yaitu diuji dengan meneteskan 1-2 0,1 N dan larutan kanji 0,5 sebagai
tetes larutan Na2HPO4 sampai timbul indikator. Kanji baru ditambahkan pada saat
endapan. Tambahkan akuades sampai warna telah berubah menjadi kuning.
dengan tanda tera, aduk dan biarkan sekitar Lakukan juga terhadap blangko dengan
30 menit, kemudian di saring. mengganti larutan sampel/filtrate dengan air.
Penentuan kadar gula sebelum inversi : Perhitungan :
Pipet 10 ml filtrat dari persiapan sampel Kadar sukrosa = (% gula sesudah inversi -
yang telah disaring ke dalam Erlenmeyer % gula sebelum inversi) x 0.95
500 ml. tambahkan 15 ml air, batu didih dan Kadar gula dihitung = % gula sesudah
25 milih larutan Luff-Schoorl. Panaskan inversi x 0.95.
sekitar 2 menit sampai mendidih dan
didihkan terus selama 10 menit dalam water Kadar Vitamin C (SNI 01 – 2891 – 1992
bath. Angkat dan dinginkan secepatnya dalam Buntaran, dkk (2009)
dengan es.Setelah dingin, tambahkan 10-15 - Pembuatan Reagen Iodin. Pembuatan
ml larutan KI 30% dan 25 ml larutan H2SO4 larutan standar iodium 0,1 N. Pertama
25% dengan perlahan-lahan. Segera titrasi timbang 2,5 g Kristal KI (kalium iodin)
dengan larutan Na2HPO4 0.1 N dan larutan kemudian larutkan dalam 25 ml
kanji 0.5% sebagai indicator.Kanji baru aquades.selanjutnya timbang 12,7 g Kristal
ditambahkan pada saat warna telah berubah I2 (iodin) dan masukkan dalam larutan KI
menjadi kuning. Lakukan juga terhadap sedikit demi sedikit hingga semuanya larut
blanko dengan mengganti larutan (masukkan dalam botol tertutup dan dikocok
sampel/filtrat dengan air. Perhitungan : hingga homogen). Setelah iodin larut pada
Larutan H2SO4 yang digunakan = ml blanko larutan KI, tera menggunakan aquades
– ml sampel = Z sampai 1000 ml pada labu ukur. Untuk
Ket : Z dapat dilihat pada tabel Luff-Schoorl mendapatkan iodin dengan konsentrasi 0,01
untuk melihat kandungan gulanya. N dilakukan pengenceran larutan iodin 0,1
Penentuan kadar gula sesudah inversi : N yaitu dengan mengambil 0,1 ml dari 100
Pipet 50 ml filtrate dan masukkan ke dalam ml iodin 0,1 N dan ditera ke dalam 100 ml
labu takar 100 ml. tambahkan 5 ml HCl aquades.
25%, kemudian labu takar dimasukkan ke - Penetapan kandungan vitamin C (SNI 01-
dalam penangas 60-70oC. Biarkan selama 10 2891-1992). Sampel 10-25 g dihaluskan dan
menit dalam penengas air (untuk dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, lalu
menginversi gula-gula). Angkat dan ditambahkan aquades sampai tanda tera,
dinginkan, tambahkan NaOH 30% hingga dikocok sampai homogen dan disaring,
merah jambu atau pH = 7. Tepatkan hingga kemudian dipipet filtrate sebanyak 25 ml,
tanda tera dan diaduk. Pipet 10 ml filtrate dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
dari persiapan sampel kedalam Erlenmeyer ditambahkan 1-2 ml amilum 1%. Setelah itu
500 ml bertutup. Tambahkan 15 ml air, batu dititrasi dengan iodium 0,01 N sampai

4
diperoleh perubahan warna biru tidak hilang 0,01 N setara dengan 0,88 mg asam
selama 10 detik, dimana 1 ml titran iodium askorbat.

Uji Tekstur Menggunakan Metode yang digunakan terdiri dari 5 skala yaitu 1
Penetrometer (Baedhowie dan sangat tidak suka , 2 tidak suka, 3 netral , 4
Prangonawati, 1983) suka , 5 sangat Suka.
Penetrometer disiapkan dan diletakkan
pada tempat yang datar kemudian jarum HASIL DAN PEMBAHASAN
dipasang, dan ditambah pemberat pada
penetrometer (nama penetrometer). Sampel Kadar Air
manisan paprika disiapkan dan diletakan Daya tahan dan kesegaran suatu produk
pada dasar penetrometer sehingga jarum pangan sangat dipengaruhi oleh kandungan
penunjuk dan permukaan sampel tepat air didalamnya. Air merupakan komponen
bersinggunan dan jarum pada skala penting dalam suatu bahan makanan karena
menunjukan angka nol. Tekan tuas (lever) air dapat mempengaruhi kenampakan,
penetrometer selama 10 detik. Penusukan tekstur dan cita rasa makanan (Winarno,
dilakukan pada manisan paprika sebanyak 1984).
10 kali pada sepuluh tempat, kemudian Kadar air paprika merah segar 86%,
dibaca skala pada alat yang menunjukan setelah dilakukan perendaman dengan
kedalaman peneterasi jarum kedalam larutan gula, kadar air menurun hingga 4.5 –
sampel. Kekerasan manisan adalah b/a/t 11.5%, dan jumlah kadar air manisan
dengan satuan mm/g/d. Prinsipnya semakin paprika merah sesudah dikeringkan berkisar
kecil nilai yang didapatkan maka tingkat antara 18.67– 24.00%. Kadar air tertinggi
kekerasan semakin besar. pada konsentrasi sukrosa 30%, sedangkan
kadar air terendah pada konsentrasi 60%
Uji Organoleptik( Metode Hedonik, dengan suhu pengeringan yang digunakan
Rahayu. 2001) pada semua perlakuan yaitu 60oC. Nilai
Uji organoleptik bertujuan untuk kadar air yang diperoleh dari manisan kering
mengetahui respon panelis terhadap sifat– paprika merah kurang dari 25% sehingga
sifat produk yang lebih spesifik. Uji yang memenuhi Standard Nasional Indonesia
akan dilakukan adalah tingkat kesukaan manisan kering yaitu maks 25%. Kadar air
terhadap rasa, aroma, warna dan tekstur. yang dihasilkan hampir sama dengan hasil
Contoh disajikan dengan menggunakan label penelitian kadar air manisan buah naga
yang sesuai dengan perlakuan, kepada kering (Hamza dan Sribudiani, 2010) yang
panelis diminta untuk memberikan nilai berkisar 18.5 – 23-6%, manisan nangka
menurut tingkat kesukaan, dengan skala kering (Sohibulloh dkk, 2013) dengan kadar
air paling tinggi 18.21%.

Tabel 1.Nilai rata-rata kadar air manisan kering paprika merah (%)
Sampel Sebelum Sesudah Notasi (*)
Dikeringkan Dikeringkan
A (Konsentrasi sukrosa 30%) 81.50 24.00 d
B (Konsentrasi sukrosa 40%) 80.00 22.50 c
C (Konsentrasi sukrosa 50%) 76.50 21.00 b
D (Konsentrasi sukrosa 60%) 74.50 18.67 a
BNT 5% = 0.72 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata.

5
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam sukrosa memiliki kemampuan mengikat air
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi (Kartika dan Fithri, 2015). Gula yang larut
sukrosa berpengaruh terhadap kadar air menyebabkan tekanan uap yang lebih
manisan kering paprika merah, sehingga rendah. Tekanan uap yang lebih rendah akan
dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil uji menyebabkan air lebih mudah menguap dari
BNT 5% menunjukkan perbedaan nyata bahan yang dikeringkan.
pada perlakuan konsentrasi sukrosa 30%
(A), konsentrasi sukrosa 40% (B), Kadar Sukrosa
konsentrasi sukrosa 50% (C) dan Total sukrosa dari hasil pengujian
konsentrasi sukrosa 60% (D). Konsentrasi berkisar 36.15 - 66.22%. Konsentrasi
sukrosa menyebabkan kadar air manisan sukrosa 60% (D) memiliki kadar sukrosa
paprika menurun, hal ini disebabkan oleh tertinggi, diikuti konsentrasi sukrosa 50%
perendaman dengan larutan gula. Gula (C), konsentrasi sukrosa 40% (B) dan
(sukrosa) memiliki sifat higroskopis, artinya konsentrasi sukrosa 30% (A).

Tabel 2. Nilai rata-rata total sukrosa manisan kering paprika merah (%)
Sampel Rata-rata Notasi (*)
A (Konsentrasi Sukrosa 30%) 40.06 a
B (Konsentrasi Sukrosa 40%) 49.09 b
C (Konsentrasi Sukrosa 50%) 54.56 c
D (Konsentrasi Sukrosa 60%) 67.89 d
BNT 5% = 1.03(*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam adalah memberikan rasa yang manis pada
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi produk, sehingga pada saat ditambahkan
sukrosa berpengaruh terhadap kadar sukrosa pada produk dengan konsentrasi yang tinggi,
manisan kering paprika merah, sehingga dapat memberikan tingkat kemanisan yang
dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil uji tinggi pada produk tersebut. Tingginya
BNT 5% menunjukkan perbedaan nyata kadar sukrosa yang terdapat pada manisan
pada perlakuan konsentrasi sukrosa 30% menyebabkan manisan lebih lama disimpan.
(A), konsentrasi sukrosa 40% (B), Tujuan pemberian gula pada manisan selain
konsentrasi sukrosa 50% (C) dan memberikan rasa manis, gula juga bersifat
konsentrasi sukrosa 60% (D). Hal ini sebagai pengawet karena mampu mengikat
disebabkan karena konsentrasi gula yang air bebas yang ada sehingga tidak ada ruang
berbeda menyebabkan kadar sukrosa dari untuk mikroba pembusuk (Kartika dan
tiap perlakuan berbeda. Semakin tinggi Fithri, 2015).
konsentrasi sukrosa yang ditambahkan,
semakin tinggi pula kadar sukrosa manisan Kadar Vitamin C
paprika merah. Salah satu fungsi sukrosa Kadar Vitamin C manisan paprika berkisar
antara 127.07 - 141.35mg/100g.

6
Tabel 3. Nilai rata-rata total vitamin C manisan kering paprika merah (mg/100g).
Sampel Rata-Rata Notasi (*)
A (Konsentrasi Sukrosa 30%) 141.35 c
B (Konsentrasi Sukrosa 40%) 138.00 b
C (Konsentrasi Sukrosa 50%) 137.69 b
D (Konsentrasi Sukrosa 60%) 127.07 a
BNT 5% = 1.95 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menyebabkan lebih banyak air yang keluar
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi dari bahan dan air dapat melarutkan vitamin
sukrosa berpengaruh terhadap kadar vitamin C sehingga Vitamin C dari bahan berkurang.
C manisan kering paprika merah, sehingga Kadar vitamin C awal paprika segar
dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil uji sebanyak 190 mg/100g. Selama proses
BNT 5% menunjukkan konsentrasi sukrosa pengolahan, paprika kehilangan vitamin C
30% (A) berbeda nyata dengan konsentrasi sebanyak 48.65-62.93 mg/100g. Faktor yang
sukrosa 40% (B), konsentrasi sukrosa 50% menyebabkan manisan paprika kehilangan
(C) dan konsentrasi sukrosa 60% (D). banyak vitamin C adalah proses pengolahan
Konsentrasi sukrosa 40% (B) tidak berbeda manisan kering paprika merah mulai dari
nyata dengan konsentrasi sukrosa 50% (C) pencucian, perendaman dan pengeringan.
tapi berbeda nyata dengan konsentrasi Menurut Winarno (2008) dan Lean (2006),
sukrosa 30% (A) dan konsentrasi sukrosa dari semua vitamin yang ada, vitamin C
60% (D), sedangkan untuk konsentrasi merupakan vitamin yang paling mudah
sukrosa 60% (D) berbeda nyata dengan rusak yaitu sangat larut air, dan mudah
konsentrasi sukrosa 30% (A), konsentrasi terurai dalam proses oksidasi karena paparan
sukrosa 40% (B) dan konsentrasi sukrosa sinar atau suhu tinggi.
50% (C). Manisan kering paprika merah
dengan konsentrasi sukrosa yang rendah Tekstur (Penetrometer)
menghasilkan kadar vitamin C yang tinggi Tekstur manisan paprika diukur
dibandingkan dengan kadar vitamin C menggunakan alat penetrometer. Nilai rata–
konsentrasi sukrosa yang tinggi. Hal ini rata tekstur manisan paprika berkisar antara
dikarenakan penambahan gula tinggi 55.00 – 78.33 mm/g/detik.

Tabel 4. Nilai rata-rata tekstur manisan kering paprika merah (mm/g/detik)


Sampel Rata-rata Notasi (*)
A (Konsentrasi Sukrosa 30%) 78.33 c
B (Konsentrasi Sukrosa 40%) 74.00 b
C (Konsentrasi Sukrosa 50%) 58.33 a
D (Konsentrasi Sukrosa 60%) 55.00 a
BNT 5% = 3.96 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam BNT 5% terlihat konsentrasi sukrosa 30%
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi (A) tidak berbeda nyata dengan konsentrasi
sukrosa berpengaruh terhadap tekstur sukrosa 40% tetapi berbeda nyata dengan
manisan kering paprika merah, sehingga konsentrasi sukrosa 50% (C) dan
dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil uji konsentrasi sukrosa 60% (D). Konsentrasi

7
sukrosa 50% (C) berbeda nyata dengan dan Hotchkist (1995) menyebutkan beberapa
konsentrasi sukrosa 60% (D), konsentrasi sifat dari gula adalah apabila air diuapkan
sukrosa 40% (B) dan konsentrasi sukrosa dari larutan gula maka gula akan
30% (A). Konsentrasi sukrosa 60% (D) mengkristal. Hal ini akan berdampak pada
berbeda nyata dengan konsentrasi sukrosa sifat fisik produk yaitu produk akan menjadi
30% (A), konsentrasi sukrosa 40% (B) dan keras.
konsentrasi sukrosa 50% (C). Selain itu kadar air manisan paprika juga
Sampel D dengan konsentrasi sukrosa mempengaruhi tekstur dari manisan kering
60% (D) memiliki tektur dengan nilai paprika merah, dapat dilihat dari hasil
terendah yaitu bernilai 55.00 mm/g/detik. analisis kadar air (Tabel 1) selaras dengan
Hal ini menunjukkan bahwa sampel D hasil analisis tekstur manisan paprika merah.
memiliki tingkat kekerasan manisan yang Manisan kering paprika merah dengan
lebih keras dibandingkan dengan sampel A, konsentrasi sukrosa 60% (D) memiliki
B dan C, karena sesuai dengan prinsip tekstur yang keras karena memiliki kadar air
penetrometer “semakin kecil nilai yang yang rendah, diikuti dengan manisan paprika
diperoleh, maka tingkat kekerasan yang merah dengan konsentrasi sukrosa 50% (C)
diperoleh semakin keras”. Manisan kering yang memiliki tekstur yang hampir sama
paprika merah dengan perlakuan A yaitu dengan konsentrasi sukrosa 60%. Sedangkan
konsentrasi sukrosa 30% memiliki tekstur untuk manisan kering paprika merah dengan
yang lunak. Hal ini diduga perendaman konsentrasi sukrosa 30% (A) dan 40% (B)
dengan larutan gula dapat mempengaruhi memiliki tekstur yang agak lunak, karena
tekstur dari manisan paprika merah. Potter kadar air dari keduanya tinggi.

Uji Organoleptik ditambahkan, misalnya penambahan gula


Rasa dapat memberikan rasa manis pada suatu
Rasa termasuk faktor yang penting produk (Buntaran dkk, 2009). Rata-rata hasil
dari suatu produk makanan disamping warna analisis penilaian panelis terhadap rasa yang
dan aroma, cita rasa ini bisa berasal dari dihasilkan berada pada kisaran 3.32 (netral)
bahan baku yang digunakan atau pada – 4.36 (suka).
proses pengolahan ada bahan lain yang

Tabel 5. Nilai rata-rata uji organoleptik terhadap rasa


Perlakuan Rata-rata Notasi (*)
A (Konsentrasi Sukrosa 30%) 3.84 b
B (Konsentrasi Sukrosa 40%) 3.68 b
C (Konsentrasi Sukrosa 50%) 4.36 c
D (Konsentrasi Sukrosa 60%) 3.32 a
BNT 5% = 0.32 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dengan uji BNT 5%. Hasil uji BNT 5%
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi menunjukkan konsentrasi sukrosa 60% (C)
sukrosa berpengaruh terhadap rasa manisan berbeda nyata dengan konsentrasi sukrosa
kering paprika merah, sehingga dilanjutkan 30% (A), konsentrasi sukrosa 40% (B) dan

8
konsentrasi sukrosa 50% (C). Konsentrasi gula yang ditambahkan memberikan rasa
sukrosa 40% (B) tidak berbeda nyata dengan yang enak untuk manisan kering paprika
konsentrasi sukrosa 30% (A) tapi berbeda merah ini. Konsentrasi sukrosa 30% (A) dan
nyata dengan konsentrasi sukrosa 50% (C) konsentrasi sukrosa 40% (B) menyebabkan
dan konsentrasi sukrosa 60% (D), sedangkan rasa pedas dari paprika merah masih terasa
konsentrasi sukrosa 50% (C) berbeda nyata dengan rasa manis yang kurang, sedangkan
dengan konsentrasi sukrosa 30% (A), konsentrasi sukrosa 60% (D) dengan
konsentrasi sukrosa 40% (B) dan penambahan gula yang tinggi menyebabkan
konsentrasi sukrosa 60% (D). Panelis manisan kering paprika merah terlalu manis,
menyukai manisan kering paprika merah sehingga panelis kurang menyukai sampel
dengan konsentrasi sukrosa 50% karena ini.
kombinasi rasa dari paprika merah dengan

Aroma Menurut Soekarto dan Hubeis (2000) aroma


Aroma merupakan faktor yang sangat pada makanan merupakan salah satu faktor
penting untuk menentukan tingkat yang menentukan kelezatan makanan yang
penerimaan konsumen terhadap suatu berkaitan dengan indera penciuman.
produk, sebab sebelum dimakan, biasanya Hasil pengamatan uji organoleptik
konsumen terlebih dahulu mencium aroma terhadap aroma manisan paprika merah rata-
dari produk tersebut untuk menilai layak rata berkisar 2.52 (tidak suka) – 4.20 (suka)
tidaknya produk tersebut. Aroma adalah nilai tertinggi pada konsentrasi sukrosa 50%
atribut yang keluar dikarenakan oleh adanya (C) dan terendah pada konsentrasi sukrosa
senyawa folatil yang mudah menguap dan 30% (A).
dapat dirasakan oleh indera penciuman.

Tabel 6. Nilai rata-rata uji organoleptik terhadap aroma


Perlakuan Rata-rata Notasi (*)
A (Konsentrasi Sukrosa 30%) 2.52 a
B (Konsentrasi Sukrosa 40%) 3.20 b
C (Konsentrasi Sukrosa 50%) 4.20 c
D (Konsentrasi Sukrosa 60%) 3.84 c
BNT 5% = 0.36 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam nyata dengan konsentrasi sukrosa 60%
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi (D)tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi
sukrosa berpengaruh terhadap aroma sukrosa 30% (A) dan konsentrasi sukrosa
manisan kering paprika merah, sehingga 40% (B). Konsentrasi sukrosa 60% (D)
dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil uji berbeda nyata dengan konsentrasi sukrosa
BNT 5% menunjukkan konsentrasi sukrosa 30% (A) dan konsentrasi sukrosa 40% (B).
30% (A) berbeda nyata dengan konsentrasi Hal ini disebabkan karena konsentrasi
sukrosa 40% (B), konsentrasi sukrosa 50% sukrosa yang berbeda menyebabkan aroma
(C) dan konsentrasi sukrosa 60% (D). yang berbeda juga. Semakin tinggi
Konsentrasi sukrosa 40% (B) berbeda nyata konsentrasi sukrosa yang ditambahkan,
dengan konsentrasi sukrosa 50% (C), maka semakin mengurangi aroma khas
konsentrasi sukrosa 60% (D) dan paprika, karena sukrosa akan membentuk
konsentrasi sukrosa 30% (A), sedangkan flavor pada saat pemanasan.
konsentrasi sukrosa 50% (C) tidak berbeda

9
Warna pertama pada penampakan secara visual.
Warna merupakan atribut yang dapat Warna merupakan salah satu bentuk visual
menarik konsumen pada suatu produk yang dipertimbangkan oleh konsumen
melalui penglihatan. Warna merupakan (Winarno, 2004).
faktor yang harus dipertimbangkan dalam Hasil pengamatan uji organoleptik
pengembangan produk, karena panelis akan terhadap warna manisan paprika merah rata-
menilai suatu produk pangan yang baru rata berkisar 2.16 (tidak suka) – 4.24 (suka).

Tabel 7. Nilai rata-rata uji organoleptik terhadap warna


Perlakuan Rata-rata Notasi (*)
A (Konsentrasi Sukrosa 30%) 2.16 a
B (Konsentrasi Sukrosa 40%) 2.76 b
C (Konsentrasi Sukrosa 50%) 3.96 c
D (Konsentrasi Sukrosa 60%) 4.24 d
BNT 5% = 0.28 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata
Hasil analisis sidik ragam diketahui sehingga warna yang dihasilkan pada
bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa konsentrasi sukrosa 50% dan 60% mirip
berpengaruh terhadap warna manisan kering dengan warna buah paprika segar.
paprika merah, sehingga dilanjutkan dengan
uji BNT 5%. Hasil uji BNT 5% Tekstur
menunjukkan konsentrasi sukrosa 30% (A) Tekstur merupakan salah satu
berbeda nyata dengan konsentrasi sukrosa karakteristik produk pangan yang penting
40% (B), konsentrasi sukrosa 50% (C) dan dalam mempengaruhi penerimaan
konsentrasi sukrosa 60% (D). konsumen. Hasil pengamatan uji
Perubahan warna pada manisan organoleptik terhadap tekstur manisan
kering paprika merah dipengaruhi oleh paprika merah rata-rata berkisar 2.24 (tidak
kandungan likopen yang ada pada paprika. suka) – 4.16 (suka), nilai tertinggi pada
Pada konsentrasi sukrosa yang tinggi, gula penambahan gula 50% (C) dan terendah
mampu melindungi dan melapisi buah pada penambahan gula 30% (A).

Tabel 8.Nilai rata-rata uji organoleptik terhadap tekstur


Perlakuan Rata-rata Notasi (*)
A (Konsentrasi Sukrosa 30%) 2.24 a
B (Konsentrasi Sukrosa 40%) 2.96 b
C (Konsentrasi Sukrosa 50%) 4.16 d
D (Konsentrasi Sukrosa 60%) 3.60 c
BNT 5% = 0.40 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata
Hasil analisis sidik ragam diketahui dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil uji
bahwa konsentrasi sukrosa 30% (A), BNT 5% menunjukkan perbedaan yang
konsentrasi sukrosa 40% (B), konsentrasi nyata dari setiap perlakuan.
sukrosa 50% (C) dan konsentrasi sukrosa Tingkat kesukaan tertinggi panelis
60% (D) berpengaruh terhadap tekstur terhadap tekstur diperoleh pada penambahan
manisan kering paprika merah, sehingga gula 50% (C) dengan nilai 4,12 (24% sangat

10
suka, 68% suka, 8% netral). Nilai terendah Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
kesukaan panelis terhadap tekstur manisan mengenai masa simpan manisan kering
paprika merah diperoleh pada konsentrasi paprika merah dan yang larutan gula yang
gula 30% (A) dengan nilai 2.24 (8% suka, digunakan untuk perendaman.
20% netral, 60% tidak suka, 12% sangat
tidak suka). Menurut Buckle (1987), gula DAFTAR PUSTAKA
memiliki daya ikat air yang tinggi.
Penambahan gula akan meningkatkan Asrul. 2010. Manfaat Vitamin C.
jumlah air terikat sehingga manisan paprika http//www.chickaholic.wordpress.com
merah yang dihasilkan menjadi lebih keras. . 2008/04/20/sejarahvitamin.html.
Diakses 8 Februari 2017. Jam 19.45
KESIMPULAN DAN SARAN WIB.
Baedhowie M dan S. Pranggonawati. 1983.
Kesimpulan Petunjuk Praktek Mutu Hasil
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pertanian.Departemen Pendidikan
sebagai berikut : dan Kebudayaan.Hal 129.
1. Hasil analisis fisik dan kimia Buntaran, B,. O. P. Atsirin, E. Mahajoeno.
manisan kering paprika merah 2009. Effect of Sugar Solution
menunjukkan bahwa perlakuan Characteristics of Dried Candy
konsentrasi sukrosa berpengaruh Tomato (Lycopecsicum esculentum).
nyata pada kadar air, kadar sukrosa Nusantara Bioscience Vol. 2, No 2 pp
dan kadar vitamin C manisan kering 55-61
paprika merah. Konsentrasi sukrosa Cahyono, B. 2007.Cabai Paprika “Teknik
30%, 40%, 50% dan 60% memiliki Budidaya dan Analisi Usaha Tani”.
kadar air sesuai standar mutu Cetakan ke 5.Hal.(-13 dan 30-35.
manisan kering (maks 25%) yaitu Kanisius. Yogyakarta
berkisar 18.67 – 24.00% dan Kadar DSN-SNI No. 1718. 1996. Syarat Mutu
sukrosa (min 40%) yang berkisar Manisan. Badan Standarisasi
40.09 -67.89%. Kadar vitamin C Nasional.
tertinggi terdapat pada konsentrasi Hamzah, F., dan E. Sribudiani. 2010. Mutu
sukrosa 30% yaitu 141.35 mg. Manisan Kering Buah Naga Merah
Manisan paprika dengan konsentrasi : Laboratorium Fakultas Teknologi
sukrosa 50% menghasilkan tekstur Pengolahan Hasil Pertanian Riau.
yang tidak terlalu lembek dan tidak Jurnal. Volume 9 No. 1:15-20.
terlalu keras dengan nilai rata-rata Kartika P.N dan Fithri C.N. 2015. Studi
58.33 mm/g/d. Pembuatan Osmodehidrat Buah
2. Uji tingkat kesukaan terhadap rasa, Nenas (Ananas Comosus L. Merr) :
aroma, dan tekstur dari manisan Kajian Konsentrasi Gula dalam
kering paprika merah yang paling Larutan Osmosis dan Lama
disukai adalah manisan dengan Perendaman. Jurnal Pangan dan
konsentrasi sukrosa 50% sedangkan Agroindustri Vol. 3 No 4 p. 1345-
untuk uji tingkat kesukaan terhadap 1355.
warna manisan kering paprika merah Khamidah, A., dan Eliartati. 2006.
yang paling disukai adalah manisan Pengaruh Cara Pengolahan
dengan konsentrasi sukrosa 60%. Manisan Nanas Terhadap Tingkat
Saran

11
Kesukaan Konsumen. Balai Soekarto TS dan Hubeis M.
Pengkajian Teknologi Pertanian. Riau 2000.Metodologi Penelitian
Lean, M. E. J. 2006. Ilmu Pangan, Gizi Organoleptik. Institut Pertanian
dan Kesehatan. Edisi ke-7. Bogor. Bogor.
Penerjemah Nilamsari, N dan Sohibulloh, I., D. Hidayati., Burhan. 2013.
Fajriyah, A. Pustaka Pelajar. Karakteristik Manisan Nangka
Yogyakarta. Kering dengan Perendaman Gula
Moekasan, T.K., L. Prabaningrum., N. Bertingkat. Universitas Trunojoyo
Gunadi. 2008. Budidaya Paprika di Madura.
Dalam Rumah Kasa Berdasarkan Sudarmadji, S, 1997. Prosedur Analisa
Konsepsi Pengendalian Hama Bahan Makanan dan Pertanian.
Terpadu (PHT) Balitsa. Lembang Liberty. Jogjakarta.
Potter, N.N dan Hotchkiss. 1995. Food Tendean, F. N. 2016. Karakteristik
Science. The AVI Publishingn Fisikokimia dan Sensori Manisan
CompanyInc., Westport, Connecticut. Tomat (Lycopersicum
Prihmantoro, H., Y.H. Indriani. 2000. esculentum).Skripsi.Universitas Sam
Paprika Hidroponik dan Ratulangi Manado.
Nonhidroponik. Penebar Swadaya. Winarno, F.G. dan S. Laksmi. 1984. Pigmen
Jakarta. dalam Pengolahan Pangan, Dept.
Rahayu, W.P. 2001.Penuntun Praktikum THP. Fatemeta IPB, Bogor.
PenilaianOrganoleptik. Jurusan _______,F.G., 2004.Kimia Pangan dan
Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.
Teknologi Pangan. _______, F.G., 2008.Kimia Pangan dan
IPB.Bogor.Rahman dan Yuyun. 2005. Gizi Edisi Terbaru. Gamedia Pustaka
Penanganan Pascapanen Cabai Utama, Jakarta.
Merah. Kanisius: Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai