Anda di halaman 1dari 16

0

JURNAL

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita sp)


PADA PAKAN DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP
KECERAHAN WARNA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus)

OLEH

RAZI AZURI
1404118150

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
1

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita sp)


PADA PAKAN DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP
KECERAHAN WARNA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus)

Oleh:

Razi Azuri1), Rusliadi2), Iskandar2)


E-mail: raziazuri23@yahoo.com

ABSTRAK

Ikan Botia merupakan salah satu ikan hias air tawar yang memiliki warna tubuh
yang menarik, sehingga kecarahan warnanya perlu diperhatikan. Pemberian pakan
alami tepung labu kuning dalam pakan buatan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas warna ikan botia dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
meningkatkan warna tersebut. Penelitian menggunakan desain Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan pemberian pakan dengan
konsentrasi berbeda-beda yang meliputi P0: Kontrol Positif, P1: 10%, P2: 15%,
dan P3: 20%, dengan 3 kali ulangan pada setiap perlakuan. Parameter dalam
penelitian adalah peningkatan kualitas warna, pertambahan panjang dan berat ikan
botia. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA)
α<0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan tepung labu
kuning dalam pakan buatan berpengaruh terhadap peningkatan warna ikan botia,
namun tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan panjang dan berat ikan
botia. Peningkatan warna optimal ikan botia diperoleh pada perlakuan dengan
konsentrasi 15%.

Kata kunci : Botia, Tepung labu kuning, Kualitas warna

1. Mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Riau
2

THE EFFECT OF ADDITION PUMPKIN (Cucurbita sp) FLOUR IN FEED


DIFFERENT DOSAGE TO THE COLOUR BRIGHTNESS OF CLOWN FISH
(Chromobotia macracanthus)

By :

Razi Azuri1), Rusliadi2), Iskandar2)


E-mail: raziazuri23@yahoo.com

ABSTRACT

Fish Botia is a freshwater fish that have an attractive body colors. Feeding
naturally pumpkin flour feed in artificial feed aimed to improve the color quality
of clown fish and how long it takes to improve the color. This research was used
experimental method with quantutative approach. Research used CRD (Complete
Random Design) which consists of 4 treatments with different concentration
includes: P0: Positive control, P1: 10%, P2: 15%, and P3: 20%, with 3
replications in each treatments. Parameter in this research are color quality
improvements, length and weight accretion. Observation data were analyzed using
analysis of variance (ANAVA) α <0.05. The research result showed that feeding
the pumpkin flour in artificial diet affected the color improvement of clown fish
but did not affect the length and weight of clown fish. The optimal color
improvement of clown fish obtained on the treatment with 15% concentration.

Keywords: Clown fish, Pumpkin flour, Color quality

1. Student of Marine and Fisheries Faculty, Riau University


2. Lecturer of Marine and Fisheries Faculty, Riau University

PENDAHULUAN

Ikan hias air tawar merupakan memiliki iklim tropis sehingga


komoditas perikanan air tawar yang banyak jenis ikan hias yang dapat
saat ini banyak menghasilkan devisa. dibudidayakan.
Nilai jualnya sangat besar dan Ikan Botia (Chromobotia
meningkat dari tahun ke tahun. macracantus) merupakan salah satu
Setiap bulannya ada sekitar puluhan spesies ikan hias air tawar asli
juta ekor ikan hias air tawar diekspor Indonesia yang hidup di perairan
ke mancanegara (Lesmana, 2001). Kalimantan dan Sumatera (Sudarto
Saat ini ada ratusan jenis ikan air dan Pouyad, 2006). Ikan botia adalah
tawar dari berbagai pelosok dunia ikan hias yang paling terkenal dan
keluar masuk Indonesia dan hampir tercantik diantara marganya.
90% merupakan ikan tropis. Ikan- Menurut Dahruddin (2011) ikan
ikan tersebut merupakan ikan lokal botia digemari karena bentuknya
maupun introduksi. Indonesia yang unik, cantik dan menarik.
memang sangat beruntung karena
3

Kecerahan warna ikan botia mengatakan bahwa astaxantin


merupakan salah satu faktor penting merupakan bahan utama karotenoid
yang harus diperhatikan sebagai pembentuk pigmen merah
pembudidaya ikan botia. Hal ini pada ikan dan udang. Namun
dikarenakan semakin cerah warna diketahui bahwa astaxantin tidak
ikan botia, maka harga jual ikan ini dapat disintesis oleh hewan-hewan
semakin tinggi sehingga aquatik sehingga harus ditambahkan
mempengaruhi pendapatan dalam ransum pakan.
pembudidaya ikan botia. Menurut Labu kuning (Cucurbita sp)
Subamia et al., (2010) dalam Amin merupakan jenis sayuran buah yang
(2012) warna pada ikan disebabkan memiliki daya awet tinggi dan
oleh adanya sel pigmen atau sumber vitamin A karena kaya
kromatofor yang terdapat dalam karoten, karbohidrat, protein, mineral
dermis pada sisik, diluar maupun dan vitamin. Kandungan karoten
dibawah sisik. Komponen utama pada buah labu kuning sangat tinggi
pembentuk warna merah dan kuning yaitu sebesar 180,00 SI (Lestari,
pada ikan ialah karotenoid, hewan 2011).
akuatik tidak dapat mensintesis Penelitian pencerahan warna
karotenoid dalam tubuhnya, oleh ikan botia sebelumnya telah
karena itu harus mendapatkan dilakukan oleh Jannah et al (2016)
pigmen ini dari pakan. Untuk dengan penambahan tepung bunga
memperbaiki dan meningkatkan marigold. Penambahan tepung labu
kualitas warna maka diperlukan kuning juga telah dilakukan oleh
penambahan suplemen. Senyawa Nazhira et al., (2017) pada ikan
yang sering digunakan dalam maskoki. Adapun hasil penelitian
meningkatkan penampilan ikan hias tersebut, memberikan dampak yang
adalah astaxanthin dan merupakan signifikan terhadap kecerahan ikan
pigmen karotenoid yang banyak uji. Akan tetapi penggunaan tepung
tersedia di alam (Amin, 2012). labu kuning yang ditambahkan pada
Usaha yang dilakukan untuk pakan untuk mencerahkan ikan botia
mendapatkan warna cerah yang belum pernah dilakukan, khususnya
merata pada ikan adalah menambah di Indonesia.
sumber pigmen ke dalam pakan. Saat METODE PENELITIAN
ini, sudah banyak dibuat zat warna Penelitian ini dilaksanakan
sintetik yang dapat ditambahkan pada tanggal 24 Maret sampai 22
dalam pakan tetapi hasilnya tidak April 2018. Penelitian ini dilakukan
sebaik menggunakan sumber pigmen di Laboratorium Teknologi Budidaya
alami. Pembudidaya lebih memilih (TBD) Fakultas Perikanan dan
menggunakan sumber sumber Kelautan, Universitas Riau,
pigmen alami untuk meningkatkan Pekanbaru.
warna ikan hias (Barus et al., 2014).
Aslianti dan Nasukha (2012)
4

Bahan dan Alat Fakultas Perikanan dan Kelautan


Bahan yang digunakan dalam Universitas Riau. Padat tebar ikan
penelitian ini adalah benih ikan botia, botia 1ekor per 2 liter air (Jannah et
tepung labu kuning, pelet takari, al., 2016) sehingga air yang
sedangkan alat yang digunakan dimasukkan ke dalam akuarium
adalah akuarium, pompa air, filter, sebanyak 18 liter dengan ketinggian
pH meter, DO meter, blender, 20 cm.
ayakan, timbangan analitik, serokan, Pembuatan Tepung Labu Kuning
selang, kamera digital, bek fiber, Untuk membuat tepung, labu
thermometer, kertas ukur, kertas toca kuning dikupas dan diparut.
colour finder, dan mesin pencetak Selanjutnya dijemur dibawah sinar
pelet. matahari sampai kering, setelah
Rancangan Percobaan kering labu kuning diblender atau
Metode yang digunakan dalam digiling sampai menjadi partikel
penelitian ini adalah metode yang lebih kecil dan diayak sampai
eksperimen menggunakan menjadi tepung.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pembuatan Pakan Uji
satu faktor 4 taraf perlakuan dengan Pakan yang digunakan untuk
3 kali ulangan yang bertujuan untuk kontrol tidak mengandung tepung
memperkecil kekeliruan setiap labu kuning, sedangkan P1 dengan
perlakuan (Sudjana, 1991). Maka dosis 10% mengandung 100 g tepung
penelitian yang dilakukan ini labu kuning dan 900 g takari, P2
memiliki perlakuan sebagai berikut: dosis 15% mengandung 150 g tepung
P0 = 100% pellet (Kontrol) labu kuning dan 850 g takari, dan P3
P1 = 10% tepung labu kuning, 90% dosis 20% mengandung 200 g tepung
pellet, labu kuning dan 800 g takari.
P2 = 15% tepung labu kuning, 85% Kemudian dicampurkan sampai
pellet merata dan ditambahkan sedikit air
P3 = 20% tepung labu kuning, 80% ke dalamnya agar berbentuk adonan
pellet, lalu dicetak menggunakan peletting
Persiapan Wadah dan dikeringkan. Setelah kering
Wadah yang digunakan adalah pakan uji siap digunakan
akuarium yang disekat, dengan Pelaksanaan Penelitian
ukuran 30cm x 30 cm x 40 cm. Penelitian ini berlangsung
Akuarium terlebih dahulu dicuci dan selama 30 hari dengan perlakuan
dibersihkan dengan larutan PK pemberian pakan buatan yang
(KMnO4) dengan dosis 2 ppm ditambahkan dengan tepung labu
(Liviawaty dan Afrianto, 1992). kuning dengan perlakuan dosis yang
Setelah itu bilas kembali dengan air berbeda. Pemberian pakan dilakukan
bersih. Air yang digunakan berasal secara at statiation sebanyak tiga kali
dari air yang telah diendapkan di dalam satu hari yaitu pada pukul
Laboratorium Teknik Budidaya, 08.00 WIB, 12.00 WIB dan pukul
5

16.00 WIB. Pengukuran kualitas air HASIL DAN PEMBAHASAN


berupa suhu, pH dan oksigen terlarut Perubahan Kecerahan Warna
(DO) dilakukan pada awal, Ikan Botia
pertengahan, dan akhir penelitian, Berdasarkan penelitian yang
sedangkan pengecekan amoniak dilakukan selama 30 hari, terdapat
dilakukan pada awal dan akhir perubahan kecerahan warna pada
penelitian. ikan botia. Karena menurut Lesmana
Parameter Penelitian (2002) warna ikan setelah 3 minggu
Pengamatan terhadap atau 21 hari akan menunjukkan hasil
perubahan kecerahan warna, yang sudah maksimal dan relatif
pertumbuhan bobot dan pertumbuhan stabil. Nilai perubahan kecerahan
panjang ikan dilakukan pada awal, warna diperoleh dari 5 orang panelis.
tengah dan akhir penelitian. Data Panelis memberikan nilai pada
utama dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner yang telah
kode warna tubuh ikan selama 30 dibagikan dengan cara mencocokkan
hari, sedangkan data penunjangnya warna ekor ikan botia dengan kertas
adalah data pertumbuhan bobot Toca Colour Finder (TCF).
mutlak, pertumbuhan panjang Penilaian dilakukan pada
mutlak, kelulushidupan, dan kualitas keseluruhan jumlah ikan. Nilai dari
air berupa suhu, pH dan oksigen panelis setiap perlakuan akan dirata-
terlarut (DO). ratakan untuk mengetahui nilai dari
Analisis Data setiap perlakuan dan pertambahan
Data yang diperoleh berupa dari setiap pengukuran yang
parameter utama ditabulasi dan dilakuakan. Perubahan kecerahan
diananlisis menggunakan aplikasi warna ikan botia dapat dilihat pada
SPSS yang meliputi Analisis Ragam Tabel 1.
(ANOVA) pada selang kepercayaan Tabel 1. Perubahan Warna Mutlak
95%, digunakan untuk menentukan Ikan Botia
apakah perlakuan berpengaruh nyata Perlakuan Nilai Rata-rata
terhadap kecerahan warna ikan, laju P0 7,07+0,99a
pertumbuhan, berat berat mutlak ikan P1 7,93+0,35a
dan kelansungan hidup. Apabila uji P2 11,60+0,45c
P3 10,16+0,44b
statistik menunjukkan perbedaan
Keterangan : Huruf supercrip yang
nyata antar perlakuan maka
berbeda pada baris yang sama
dilakukan uji lanjut Studi Newman menunjukkan perbedaan nyata
Keuls. Data kualitas air ditampilkan Berdasarkan Tabel 1 diatas
dalam bentuk tabel dan diananlis menunjukkan terjadinya
secara deskriptif. pertambahan kecerahan warna pada
ikan botia. Hal ini menunjukkan ikan
dapat memanfaatkan sumber pigmen
yang terdapat pada pakan yang
diberikan. Namun setiap dosis
6

menghasilkan tingkat kecerahan Setelah diberikan perlakuan


yang berbeda sesuai dengan pada pakan sesuai dosis masing-
kemampuan daya serat ikan. masing maka terjadi perubahan
Sebagaimana Amin (2012) kecerahan warna pada ikan botia.
menyatakan bahwa terjadinya Tingkat kecerahan warna yg tertinggi
peningkatan warna yang berbeda- terjadi pada P2 yaitu 22,23 dengan
beda dalam setiap perlakuan nilai perubahan kecerahan warna
disebabkan karena ikan memiliki 11,60. Dan tingkat kecerahan warna
tingkat penyerapan berbeda terhadap yang terendah adalah P0 dengan nilai
jenis pigmen warna dan dosis yang 17,77 dengan perubahan warna 7,07.
diberikan. Sedangkan P1 dan P3 memiliki
Pada rata-rata standar deviasi kecerahan warna 19,02 dan 20,58.
terdapat kode a,b dan c berarti itu Untuk melihat warna akhir penelitian
menunjukkan adanya perbedaan dapat dilihat pada Gambar 2.
nyata antar perlakuan, berati dari
analisis variansi (ANAVA)
menunjukkan penambahan tepung
labu kuning berpengaruh nyata
terhadap kualitas warna ikan botia
(P<0,05). Jadi hasil uji lanjut Student
Newman-Keuls menunjukkan bahwa P0
P2 berbeda nyata dengan perlakuan
P0, P1 dan P3. P3 bebeda nyata
dengan P0 dan P1, sedangkan P1
tidak berbeda nyata dengan P0.
Dari hasil pengukuran tingkat
perubahan kecerahan warna ikan
botia, P0 memiliki nilai rata-rata
7,07, P1 dengan nilai rata-rata 7,93, P1
P2 memiliki nilai rata-rata 11,60,
serta P3 dengan nilai rata-rata 10,16.
Warna awal rata-rata ikan botia
adalah 10 dan dapat dilihat pada
Gambar 1.

P2

Gambar 1. Warna Awal Ikan Botia


7

daya tahan tubuh dan pewarnaan


pada tubuh ikan. Dari penelitian yang
telah dilakukan, bahwa pemberian
dosis karotenoid yang cukup dapat
meningkatkan kecerahan warna ikan
yang disebabkan oleh adanya
perubahan dan pembentukan dari
P3 proses bioaktivitas yang terjadi pada
Gambar 2. Warna Akhir Penelitian karotenoid di dalam tubuh sehingga
Dari Gambar 6 diatas maka diketahui tubuh memberikan ekspresi warna
perubahan warna yang terbaik yang lebih baik. Sedangkan menurut
menunjukkan pada perlakuan P2 Kurniati (2012), pemberian karoten
dengan dosis 15%. Sedangkan pada dengan dosis yang berlebih akan
P3 yang dosisnya lebih tinggi yaitu mempengaruhi sistem kerja hormon.
20% tidak memberikan peningkatan Hormon memiliki batas kemampuan
kecerahan warna yang efektif. Sesuai dalam bekerja. Pada dasarnya untuk
dengan pernyataan Satyani dan menaikkan nilai jual ikan hias
Sugito (1997) bahwa penambahan haruslah memiliki warna yang
karotenoid ke dalam pakan memiliki menarik dan cantik, sebagaimana
batas maksimal artinya jika Lesmana (2002) mengatakan bahwa
karotenoid ditambahkan ke dalam menambahan pakan yang baik untuk
pakan dengan jumlah berlebih, pada ikan hias adalah pakan yang mampu
titik tertentu tidak akan memberikan meningkatkan warna. Pemberian
perubahan warna yang lebih baik suplemen bahan-bahan tertentu
bahkan mungkin menurunkan nilai dalam pakan untuk memperbaiki
warna ikan. penampilan terutama warna tertentu
Perlakuan P2 dengan akan menaikkan nilai ekonomis ikan
penambahan dosis 15% labu kuning tersebut.
pada pakan merupakan perlakuan Menurut Satyani dan Sugito
yang terbaik untuk kecerahan warna (1997), perubahan warna ikan
ikan botia, hal ini diduga dosis tergantung pada jumlah komposisi
karotenoid yang terkandung dalam bahan warna dalam pakan.
pakan efektif untuk meningkatkan Diperlukan dosis sumber pigmen
kecerahan warna ikan botia, karena warna yang tepat, tidak berlebihan
ikan akan menyerap dari pakan dan dan tidak pula kekurangan untuk
menggunakannya langsung sebagai memperoleh penampilan warna
sel pigmen. Sebagaimana Meiyana terbaik pada ikan. Sesuai pendapat
dan Minjoyo (2011) mengemukakan Maulid (2011) yang menyatakan
penggunaan karotenoid harus bahwa hewan akuatik tidak dapat
memperhatikan dosis yang mensintesis karotenoid dalam
digunakan, karena dosis karotenoid tubuhnya dan oleh karena itu harus
yang berlebihan dapat menurunkan
8

mendapatkan pigmen pemicu dari Perlakuan Nilai Rata-rata


luar berupa pakan. P0 0,11+0,03a
Menurut Kurniawati et al P1 0,12+0,03a
(2012), bahwa ikan membutuhkan P2 0,16+0,02a
P3 0,12+0,01a
waktu yang lebih lama untuk
memecahkan bahan karoten menjadi Selama penelitian ikan botia
pigmen warna, apabila jumlah mengalami pertambahan bobot pada
pigmen yang terdapat dalam pakan masing-masing perlakuan. Tingkat
semakin banyak. pertambahan bobot ikan botia
Secara fisiologis ikan akan umumnya terus bertambah dari hari
mengubah pigmen yang diperoleh ke-0 sampai hari ke-30.
dari makanannya, sehingga Berdasarkan Tabel 2 diatas
menghasilkan variasi warna. penambahan bobot yang paling
Perubahan warna secara fisiologis tinggi terdapat pada perlakuan P2
adalah perubahan warna yang dengan nilai penambahan bobot 0,16
diakibatkan oleh aktivitas pergerakan gram, kemudian P3 dan P1
butiran pigmen atau kromatofor pertambahan bobot rata-rata 0,12
(Evan, 1993). Pergerakan butiran gram sedangkan P0 dengan
pigmen secara mengumpul atau pertambahan bobot rata-rata 0,11
tersebar didalam sel pigmen warna, gram. Penambahan tepung labu
akibat dari ransangan yang berbeda, kuning pada pakan menunjukkan
seperti suhu, cahaya dan lain-lain. pengaruh yang sangat kecil terhadap
Pertambahan Bobot Ikan Botia pertumbuhan bobot mutlak ikan
Pengukuran bobot ikan botia botia.
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu awal, Pada rata-rata standar deviasi
tengah dan akhir selama penelitian terdapat kode a berarti itu
berlangsung. Pengukuran dilakukan menunjukkan tidak adanya
dengan cara menimbang seluruh perbedaan nyata antar perlakuan,
jumlah ikan per ulangan berarti dari hasil analisis variasi
menggunakan timbangan digital. (ANAVA) menunjukkan
Dari bobot total ikan didapatkan penambahan tepung labu kuning
berat rata-rata individu ikan. tidak berpengaruh nyata terhadap
Pertambahan bobot ikan botia pertambahan panjang ikan botia.
diperoleh dari berat rata-rata ikan Berat ikan dapat bertambah
pada akhir penelitian dan dikurangi karena ada nutrisi pendukung
berat rata-rata awal penelitian. pertumbuhan pada pakan yang
Rincian pertambahan bobot mutlak diberikan. Nutrisi tersebut
ikan dari setiap perlakuan dapat dimanfaatkan ikan untuk
dilihat pada Tabel 2. pembentukan jaringan tubuh dan
.Tabel 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak meningkatkan biomasa tubuh.
Ikan Botia Menurut Cahyono (2000), zat protein
digunakan hewan untuk
9

pemeliharaan tubuh, pembentukan pertambahan panjang rata-rata 0,29


jaringan tubuh, penambahan protein cm, sedangkan P0 dengan
tubuh dan pengganti jaringan yang pertambahan panjang rata-rata 0,26
rusak. Pengukuran bobot tubuh ikan cm.
dilakukan untuk melihat pengaruh Pada rata-rata standar deviasi
pemberian tepung labu kuning terdapat kode a berarti itu
terhadap pertumbuhan ikan. menunjukkan tidak adanya
Pertambahan bobot ikan botia perbedaan nyata antar perlakuan,
dipengaruhi oleh pakan alternatif berarti dari hasil analisis variasi
yang merupakan penambahan tepung (ANAVA) menunjukkan
labu kuning pada pelet takari. penambahan tepung labu kuning
Pertambahan Panjang Ikan Botia tidak berpengaruh nyata terhadap
Pengukuran panjang ikan botia pertambahan panjang ikan botia.
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada Pertumbuhan ikan dipengaruhi
awal, tengah dan akhir selama oleh faktor internal dan faktor
penelitian berlangsung. Pertambahan eksternal. Faktor internal meliputi
panjang ikan botia diperoleh dari keturunan (genetik), umur, ketahanan
nilai panjang rata-rata ikan akhir terhadap penyakit dan kemampuan
penelitian dikurangi nilai panjang mencerna makanan. Sedangkan
rata-rata ikan awal penelitian. faktor eksternal meliputi sifat fisika
Pengukuran dilakukan dengan dan kimia lingkungan, nilai gizi
menggunakan kertas cm. Pengukuran makanan yang tersedia dalam pakan.
panjang dilakukan pada keseluruhan Faktor makanan dan suhu perairan
jumlah ikan pada masing-masing merupakan faktor utama yang dapat
wadah. Dari jumlah panjang tersebut mempengaruhi pertumbuhan ikan
didapat nilai rata-rata setiap wadah (Prihadi, 2007).
dan perlakuan. Untuk melihat nilai Kebiasaan makan ikan sangat
pertumbuhan panjang mutlak dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan,
dilihat pada Tabel 3. jika jenis pakan yang diberikan
Tabel 3. Pertumbuhan Panjang sesuai dengan kebiasaan ikan, maka
Mutlak Ikan Botia pakan yang diberikan dapat dimakan
Perlakuan Nilai Rata-rata ikan tersebut. Selama ikan dapat
P0 0,26+0,15a memilih makanan mereka, maka
P1 0,29+0,16a mereka akan memilih jenis makanan
P2 0,42+0,1a yang mudah dicerna (biasanya yang
P3 0,35+0,12a
lunak) daripada yang sukar dicerna
Berdasarkan Tabel 5 diatas (Soeseno, 1984).
penambahan panjang yang paling Menurut Ramadhan (2014)
tinggi terdapat pada perlakuan P2 penambahan karotenoid pada pakan
dengan nilai penambahan panjang tidak berpengaruh terhadap
0,42 cm, kemudian P3 dengan pertumbuhan, dan ikan hias yang
pertambahan panjang 0,35 cm dan P1 diberi pakan sumber karoten diduga
10

lebih memanfaatkan zat warna dan kemampuan untuk


tersebut untuk meningkatkan warna menyesuaikan diri dengan
tubuhnya. lingkungan. Faktor luar meliputi
Kelulushidupan Ikan Botia kondisi abiotik, kompetisi antar
Kelulushidupan adalah spesies, meningkatnya predator,
perbandingan jumlah organisme parasit, kurang makanan
yang hidup pada akhir periode penanganan, penangkapan dan
dengan jumlah organisme yang hidup penambahan jumlah populasi ikan
pada awal periode. Menurut dalam ruang gerak yang sama.
Zonneveld, Huisman dan Boon Kematian ikan juga dapat disebabkan
(1991) persentase kelulushidupan oleh beberapa faktor antara lain oleh
dapat dicari menggunakan rumus kondisi abiotik, ketuaan, predator,
dimana jumlah ikan uji pada akhir parasit, penangkapan dan kekurangan
penelitian dibagi dengan jumlah ikan makanan.
uji pada awal penelitian dan dikali Kualitas Air
seratus persen. Persentase Faktor kualitas air mempunyai
kelulushidupan ikan botia pada saat peranan penting dalam penunjang
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. pertumbuhan dan kelulushidupan
Tabel 4. Tingkat Kelulushidupan ikan yang dipelihara. Pada penelitian
Ikan Botia ini kualitas air yang diukur adalah
Perlakuan Nilai Rata-rata suhu, derajat keasaman (pH), oksigen
P0 92,59+12,83a terlaut (DO) dan amoniak. Data hasil
P1 96,3+6,41a pengukuran kualitas air dapat dilihat
P2 92,59+6,41a pada Tabel 5.
P3 88,89+11,11a
Tabel 5. Data Kualitas Air Selama
Berdasarkan Tabel 6 diatas Penelitian
tingkat persentase kelulushidupan Parameter Rata-rata Satuan
Suhu 26,5-29,5 0C
tertinggi terdapat pada perlakuan P1
pH 5,9-6,9
sebesar 96,3 %, P2 dan P0 dengan
DO 6-6,7 ppm
persentase kelulushidupan 92,59 % Amoniak 0,002-0,006 Mg/L
sedangkan P3 tingkat kelulushidupan
88,89 %. Dari hasil ujian analisis Berdasarkan Tabel 7. dilihat
variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa suhu air dari awal penelitian
bahwa penambahan tepung labu sampai akhir penelitian berkisar 26,5
kuning ke dalam pakan tidak 0C sampai 29,5 0C. Sedangkan

berpengaruh nyata terhadap tingkat keasaman dari awal sampai


kelulushidupan ikan botia. akhir penelitian sekitar 5,9 – 6,9.
Adapun mortalitas ikan Oksigen terlarut (DO) memiliki
disebabkan oleh bebrapa faktor yaitu kisaran 6 sampai 6,7 ppm serta
faktor dalam dan faktor luar. Faktor pengukuran amoniak dengan kisaran
dalam yang mempengaruhi 0,002 sampai 0,005.
mortalitas adalah perbadaan umur
11

Suhu merupakan faktor abiotik disebabkan oleh kotoran ikan dan


yang mempengaruhi peningkatan dan sisa-sisa makanan yang telah terurai
penurunan aktivitas organisme. dalam air. Irianto (2005) menyatakan
Menurut Panjaitan (2004), ikan hias bahwa besaran pH dipengaruhi
dapat hidup pada suhu optimal komposisi kimiawi air juga aktivitas
dengan kisaran 22 – 27 0C tergantung biologi yang berlangsung di
jenis ikan hiasnya, akan tetapi ikan dalamnya.
botia hidup di alam dengan kisaran Untuk menjaga pH air yang
suhu 26 – 28 0C. Selama penelitian, baik, perlu dilakukan pergantian air
suhu air berada di rentang 26,5 0C dalam akuarium. Air yang kotor
sampai 29,5 0C artinya suhu pada dibuang dengan cara disifon bersama
media penelitian hampir sama dengan kotoran kemudian diganti
dengan suhu saat ikan botia hidup di dengan air yang telah diberi
alam, sehingga suhu saat penelitian perlakuan terlebih dahulu. Menurut
merupakan suhu optimal dan Lesmana (2009) yang menyatakan
mendukung kehidupan ikan botia bahwa teknik penyifonan dilakukan
selama penelitian. untuk membersihkan sisa-sisa
Suhu perairan optimal makanan ataupun kotoran yang
mempengaruhi kelangsungan hidup terdapat di dasar kolam atau
ikan dan membantu proses akuarium.
metabolisme serta pertukaran udara Oksigen terlarut merupakan
(respirasi) untuk perkembangannya. unsur penting dalam proses
Menurut Jangkaru (2002), enzim metabolisme. Menurut Kordi dan
dalam tubuh ikan yang berfungsi Tancung (2007), konsentersi oksigen
merangsang metabolisme hidup terlarut yang baik untuk hidup ikan
dalam batas suhu tertentu, akan adalah antara 5 – 7 ppm. Jika kadar
berhenti beraktivitas jika terjadi oksigen terlarut di atas 7 ppm akan
perubahan suhu yang besar dan membuat ikan sering memanfaatkan
terjadi dalam waktu singkat. oksigen sehingga insang cepat
Proses kimiawi dalam air bekerja (Huda, 2013). Keadaan ini
ditentukan oleh pH air karena pH akan memicu ikan cepat mati karena
yang terlalu asam atau basa kandungan oksigen dalam pembuluh
mengakibatkan ikan menjadi stress. darah meningkat (Huda, 2013). Pada
Selama penelitian pH dalam kisaran saat penelitian, nilai oksigen terlarut
normal yakni 5,9 sampai 6,9 berada dalam kisaran toleransi ikan
sehingga ikan masih bisa bertahan botia yakni 5,5 sampai 6,8.
hidup. Menurut Anonimous (2003), Ammonia yang terakumulasi
pH yang baik untuk pemeliharaan akan bersifat racun bagi ikan. Kadar
ikan botia yaitu berkisar 6 – 7,5. ammonia akan semakin tinggi jika
Derajat keasaman (pH) suatu populasi meningkat dan berpengaruh
perairan harus tetap dalam kondisi terhadap nafsu makan ikan (Bachtiar,
yang baik. Perubahan nilai pH dapat 2002). Kadar ammonia selama
12

penelitian berada di kisaran yang banyak penambahan tepung labu


layak untuk pembudidayaan ikan kuning, biaya pembuatan pakan
yakni bernilai 0,003 – 0,005 mg/l. semakin murah. Secara ekonomis
Menurut Amin (2012), kadar amonia perlakuan yang menggunakan labu
yang baik yaitu < 1 mg/l. kuning sedikit lebih murah dari
Pada penelitian ini usaha-usaha pakan kontrol. Jika dilihat dari segi
untuk mempertahankan kadar pemanfaatan untuk kecerahan warna,
amoniak tetap rendah adalah dengan pakan yang menggunakan tepung
selalu menjaga kebersihan media labu kuning lebih tinggi
filter pada wadah resirkulasi. Jika dibandingkan pakan kontrol. Untuk
terdapat penumpukan kotoran ikan itu bahan baku tambahan pakan yang
pada media maka dilakukan digunakan dalam penelitian ini
penyiponan dan pembersihan pada mudah dijumpai dan harganya
media tersebut. terjangkau untuk kecerahan warna
Analisa Biaya Pakan Uji pada ikan botia. Apabila dibandingkan
Setiap Perlakuan dengan biaya pakan perlakuan P0 (
Analisa biaya pada pakan uji (1 0% tanpa penggunaan tepung labu
kg pakan) setiap perlakuan dapat kuning ) lebih mahal dalam waktu
dihitung berdasarkan jumlah pemeliharaan yang sama dengan
komposisi bahan yang dgunakan dan perlakuan P2 (15% tepung labu
rincian biaya. Data rincian biaya kuning) dengan perubahan kecerahan
pembuatan pakan setiap perlakuan yang lebih besar.
dapat dilihat pada Tabel 6. KESIMPULAN
Tabel 8 Rincian Biaya Pakan Uji Pemeliharaan ikan botia
pada Setiap Perlakuan Selama (Cromobotia macracanthus) dengan
Penelitian pemberian pakan labu kuning
Perlakuan Biaya Pakan (Cucurbita sp) menggunakan dosis
(Rp/Kg) yang berbeda menunjukkan adanya
P0 28.000 perubahan tingkat kecerahan warna
P1 27.700 yang signifikan dan berpengaruh
P2 27.550
nyata antar perlakuan. Tetapi tidak
P3 27.400
menunjukkan hasil yang signifikan
Tabel 6 dapat dilihat bahwa dan tidak berpengaruh nyata terhadap
biaya termurah pembuatan pakan pertumbuhan bobot dan panjang serta
terdapat pada perlakuan P3 (20% kelulushidupan. Perlakuan yang
tepung labu kuning) yaitu Rp terbaik untuk kecerahan warna
27.400,- per k, hal ini disebabkan adalah P2 dengan nilai perubahan
pada perlakuan P3 menggunakan 11,6. Bobot mutlak 0,16 g, panjang
tepung labu kuning yang lebih mutlak 0,42 cm dan tingkat
banyak pada perlakuan lainnya, kelulushidupan tertinggi terlihat pada
harga labu kuning lebih murah dari perlakuan P1 yaitu 96,3 %. Kualitas
harga pelet takari. Maka semakin air yang diperoleh selama penelitian
13

yaitu suhu berkisar 26,5 – 29,5 0C, Barus, R. S., S. Ssaman dan
pH 5,9 - 6,9, DO 6 – 6,7 ppm dan Nurmatias. 2014. Pengaruh
amoniak 0,002 – 0,006 Mg/L. Konsentrasi Tepung Spirulina
Platensis Pada Pakan
SARAN
Terhadap Penngkatan Warna
Saran untuk penelitian Ikan Maskoki (Carasius
berikutnya dilakukan uji karotenoid auratus) . Jurnal. Program
baik pada pakan maupun pada Studi Manajemen Sumberdaya
sisik/kulit ikan botia agar dapat Perairan. Fakultas Pertanian.
mengatahui kandungan karotenoid Universitas Sumatera Utara.
pada pakan dan kandungan Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Di
karotenoid yang diserat oleh ikan. Perairan Umum. Kanisius.
Kemudian pada saat memelihara Yogyakarta.
jenis ikan hias harus dijaga kualitas
Dahruddin, H. 2011. Ikan Botia :
air agar tidak berpengaruh pada
Maskotnya Ekspor Ikan Hias
kecerahan warna dan kesehatan ikan Asli Indonesia. Jurnal Fauna
tersebut. Indonesia, 10 (1) : 17–21
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. I. 2012. Peningkatan Evan, D.H. 1993. The Physiology of
Kecerahan Warna Udang Red Fishes. CCR Press. London.
Cherry (Neocaridina Huda, C. 2013. Pengaruh
heteropoda) Jantan Melalui Penambahan Ekstrak Ubi Jalar
Pemberian Astaxanthin dan Merah Dalam Pakan Buatan
Chataxanthin dalam Pakan. Terhadap Peningkatan
Skripsi Prodi Perikanan. Kecerahan Warna Benih Koi
Universitas Padjadjaran. Kohaku (Cyprinus carpio L.).
Bandung. 45 hlm. [Skripsi]. Jatinangor : Fakultas
Anonimous. 2003. Hasil Survey Perikanan dan Ilmu Kelautan,
SCSI. Surakarta : PPM FE Universitas Padjajaran
UNS. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan
Teleostei. Gadjah Mada
Aslianti dan Nasukha.
University Press. Yogyakatra.
2012.Peningkatan Kualitas
Warna Benih Ikan Kakap Jangkaru, Z. 2002. Pembesaran Ikan
Merah Lutjanus sebae Melalui Air Tawar di Berbagai
Pakan yang Diperkaya dengan Lingkungan Pemeliharaan.
Minyak Buah MerahPandanus Cetakan Ketujuh. Penebar
conoideus sebagai Sumber Swadaya. Jakarta.
Betakaroten. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 4 Jannah, R. R., Raharjo, E.I.,
(2):171–181 Rachimi. 2016. Pengaruh
Penambahan Tepung Bunga
Bachtiar, Y. 2002. Panduan Lengkap Marigold (Tagetas erecta)
Budidaya Lele Dumbo. dalam Pakan Terhadap
Agromedia Pustaka. Jakarta. Kualitas Warna Benih Ikan
Botia (Chromobotia
14

macracanthus). Jurnal. Pertama. Penerbit Kanisius.


Fakultas Perikanan dan Ilmu Yogyakarta. 89 hal
Kelautan. Universitas
Muhammadiyah Pontianak. Meiyana, M. Dan Minjoyo, H. 2011.
Pembesaran Clowfish
Kordi, K., A. B. Tancung. 2007. (Amphiprion ocellaris) di
Pengelolaan Kualitas Air BakTerkendali dengan
dalam BudidayaPerairan. PT. Astaxanthin. Balai Besar
Rhineka Cipta. Jakarta. Pengembangan Budidaya Laut.
Lampung.
Kurniati, 2012. Kemampuan
Senyawa Lutein Dari Daun Maulid, M.A. 2011. Penambahan
Bayam (Amaranthus sp) Untuk Karotenoid Total dari Bakteri
Menetralisir Oksigen T- Fotosintetik Anoksigenik pada
BHPdalam Sel Darah. Seminar Pakan Untuk Perbaikan
Biologi. Prosiding (9) 691 - Penampilan Ikan Pelangi
695 Merah (Glossolepis insicus)
Jantan. [Skripsi]. Fakultas
Kurniawati, Iskandar dan U. Subhan. Perikanan dan Ilmu Kelautan.
2012. Pengaruh Penambahan Universitas Padjajaran
Tepung Spirulina platensis Bandung.
Pada Pakan Terhadap
Peningkatan Warna Lobster Nazhira, S.,Safrida., Ali, M, Sarong.
Air Tawar Huna Merah 2017. Pengaruh Penambahan
(Cherax quadricarinatus). Tepung Labu
Jurnal Perikanan dan Kelautan. Kuning(Cucurbita Moschata
3(3): 157 161. D.) Dalam Pakan Buatan
Lesmana, D.S. Iwan Terhadap Kualitas Warna Ikan
Darmawan.2001. Budi Daya Maskoki (Carassius Auratus).
Ikan Hias Air Tawar Populer. Jurnal. Fakultas Keguruan dan
Jakarta : PT Penebar Swadaya Ilmu Pendidikan Unsyiah.
Banda Aceh.
Lesmana, D.S. 2002. Agar warna Panjaitan, E.F. 2004. Pengaruh Suhu
Ikan Hias Cemerlang. Jakarta. Air yang Berbeda terhadap
Penebar Swadaya Laju Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Benih
2009. Merawat Ikan Hias
Ikan Botia (Botia
Di Rumah. Penebar Swadaya.
macracanthus). Skripsi Institut
Jakarta.
Pertanian Bogor
Lestari, Endang. G. 2011. Peranan
Prihadi, D.J. 2007. Pengaruh Jenis
Zat Pengatur Tumbuh dalam
dan Waktu Pemberian Pakan
Perbanyakan Tanaman melalui
Terhadap Tingkat
Kultur Jaringan. Jurnal
Kelangsungan Hidup dan
AgroBiogen 7 (1).
Pertumbuhan Kerapu Macan
Liviawaty, E., dan Afrianto, E. 1992. (Epinephelus fuxcoguttatus)
Pengendalian Hama dan Dalam Keramba Jaring Apung
Penyakit Ikan. Cetakan Di Balai Budidaya Laut
Lampung. Fakultas Perikanan
15

dan Ilmu Kelautan Universitas Zonneveld, N. Huisman, E. A. Boon,


Padjadjaran. Bandung. Jurnal J. H. 1991. Budidaya Ikan.
Akuakultur Indonesia 2(1)493- Gramedia : Jakarta
953

Ramadhan, R. 2014. Pengaruh


Penambahan Tepung Bunga
Marigold dalam Pakan Buatan
Terhadap Kualitas Warna
Benih Ikan Koi (Cyprinus
carpio L.). Skripsi. Jatinagor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas
Padjajaran.
Satyani, D dan S. Sugito. 1997.
Astaxanthin Sebagai Suplemen
Pakan untuk Peningkatan
Warna Ikan Hias. Warta
Penelitian Perikanan Indonesia.
Vol.8. Instalasi Penelitian
Perikanan Depok. Jakarta.
Soeseno, S. 1984. Dasar-dasar
Perikanan Umum. Yasaguna.
Jakarta
Sudarto dan Pouyaud. 2006.
Perbedaan Morfologis
Populasi Botia Botia
macracantha Asal Sumatera
dan Kalimantan. Jurnal
Iktiologi Indonesia, 6 (2) :
121–124
Subamia, I.W., M. Nina dan L.
Karunia. 2010. Peningkatan
Kualitas Warna Ikan Rainbow
Merah (Glossolepis insicus)
melalui Pengkayaan Sumber
Karotenoid Tepung Kepala
Udang dalam Pakan. Jurnal
Iktiologi Indonesia. Balai Riset
Ikan Hias, Depok.

Sudjana. 1991. Desain dan


Eksperimen Edisi III. Bandung:
Tarsito

Anda mungkin juga menyukai