Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No.

7,

Tingkat Keamanan Konsumsi Residu


Karbamat dalam Buah dan Sayur Menurut
Analisis Pascakolom Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi
Bambang Wispriyono* Arry Yanuar** Laila Fitria*

Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Indonesia


Februari 2013

Asrianti Rahmatianingsih
41204720118032
Abstrak
Karbamat merupakan salah satu jenis pestisida yang banyak digunakan
untuk membasmi hama buah dan sayur. Untuk menentukan bahwa
residu karbamat dalam sayuran masih aman dikonsumsi manusia,
dilakukan analisis beberapa residu karbamat seperti metomil, karbaril,
karbofuran, dan propoksur.

Sampel tomat, apel, kubis, dan sawi hijau dikumpulkan dari tiga
supermarket dan satu pasar tradisional di Depok, Jawa Barat. Analisis
dilakukan serempak untuk ke empat residu karbamat menggunakan
kromatografi cair kinerja tinggi dengan pereaksi o-ftalaldehida dan 2-
merkaptoetanol dalam reaktor pascakolom dengan detektor fluoresensi.

2
Pendahuluan
Karbaril mempunyai toksisitas yang rendah pada manusia
dan merupakan insektisida yang digunakan di dalam
karbofura rumah dan diperkebunan. Karbaril dapat membunuh
insektisida dan membuat kulit buah menjadi lebih tipis.
n
KARBAMAT
Karbaril Karbofuran bersifat sistemik biasa digunakan sebagai
insektisida tanah untuk menyerang nematoda dan hama-
hama tanah yang lain. Pestisida ini menembus bagian luar
tumbuhan melalui epidermis batang, kulit kayu dan akar.
Gejala keracunan senyawaan karbamat hampir tak terlihat
jelas. Proses kerjanya juga menghambat enzim kolinesterase
dalam tubuh, tetapi reaksi yang ditimbulkannya bersifat
reversible (dapat balik) dan bekerja lebih banyak pada jaringan,
bukan dalam plasma darah. Termasuk kategori senyawa ini
adalah aldicarb, karbofuran, methomil, propoksur, dan karbaril.

Tanda-tanda keracunan akut pestisida karbamat timbul setelah


1–12 jam inhalasi atau absorpsi melalui kulit dan proses lebih
cepat melalui saluran pencernaan dengan gejala salivasi yang
berlebihan, nyeri lambung (berlebihan), mual, dan diare.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis residu pestisida
karbamat yang ada dalam beberapa sampel sayur dan buah
dari supermarket di Depok secara kromatografi cair kinerja
tinggi pascakolom. Hasilnya digunakan untuk menentukan
apakah buah-buahan dan sayur-mayur yang mengandung
pestisida golongan karbamat masih aman dikonsumsi.
“Metode
Analisis”
Metode
Metode analisis yang digunakan adalah dengan
menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
detektor fluoresensi karena memiliki tingkat kepekaan
yang tinggi, daya pisahnya baik dan waktu analisis yang
cepat.
Metode pilihan analisis residu karbamat dalam
makanan dan air menggunakan sistem reaktor
pascakolom. Metode analisis yang digunakan dengan
menggunakan, uji kesesuaian sistem, uji ketepatan
(akurasi) dan keseksamaan (presisi), dan uji stabilitas.
Alat dan Bahan

Bahan : Alat :

Aquades, Asetonitril, Larutan standar propoksur,


Larutan metomil, Larutan kabaril, Larutan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Waters
karbofuran, Larutan 4-bromo-3,5- dimetilfenil-N- 2695 dengan kolom analisis karbamat 3,9 x 150
metilkarbamat (BDMC), Larutan kalium dihidrogen mm, Detektor fluoresensi, magnetic sttirer,
sitrat, Reagen ortoftalaldehid, Natrium Hidroksida timbangan analitik, pipet volume, blender, aluminium
(NaOH), Natrium tetraborat dekahidrat, Metanol foil, alat-alat gelas, ultrasonik
Cara Kerja
Kondisi Analisis dan
Kesesuaian sistem

Campuran larutan standar dimasukan sebanyak 100,0 Kecepatan alir yang digunakan
propoksur, metomil, karbaril, L ke dalam KCKT dengan adalah 1,5 mL/menit, suhu kolom
karbofuran, dan BDMC elusi secara gradien dari 30°C, suhu reaktor pascakolom
dengan konsentrasi 100,0 fase gerak air-metanol- 80°C, kecepatan alir reagen
ng/mL asetonitril pascakolom 0,5 mL/menit,dengan
panjang gelombang eksitasi 339 nm
dan emisi 445 nm.
Uji Akurasi dan Presisi

Dari perbandingan luas


puncak, dihitung simpangan
baku relatif (koefisien variasi)
Larutan standar propoksur, metomil, dimasukan sebanyak 100,0 L ke
karbaril dan karbofuran dg konsentrasi dalam KCKT dan diulangi
20,0; 60,0 dan 100,0 ng/mL dan BDMC sebanyak 6 kali.
dengan konsentrasi 100,0 ng/mL

Uji Stabilitas

Campuran larutan standar dimasukan sebanyak 100,0 L ke Larutan ditutup dan disimpan dalam
propoksur, metomil, karbaril dan dalam KCKT lemari pendingin.
karbofuran dengan konsentrasi
100,0 ng/mL dan BDMC dengan
konsentrasi 100,0 ng/mL Prosedur diulangi pada hari ke- 0, ke-13
dan ke-30 dengan frekuensi penyuntikkan
masing masing tiga kali.
Sampel Sayur dan Buah

Sampel tomat, kubis, apel, dan Disaring, 40 – 50 mL filtrat


sawi hijau dicuci bersih dengan 25 gram sampel ditambahkan
dimasukkan kedalam corong
akuades dan diambil bagian 50 mL asetonitril,
pisah,
kulit serta daging buah. dihomogenkan selama 2 – 5
menit menggu- nakan blender

Ditambahkan larutan
Kemudian 2 mL sampel ditambahkan 5 – 6 gram standar karbaril/metomil/
dimasukkan ke dalam SPE, NaCl, dikocok kuat, dan karbofuran/propoksur dan
dan dilewatkan dengan 4 mL didiamkan hingga BDMC dengan konsentrasi
metanol-diklormetan (1 : 99). terbentuk 2 lapisan. 800,0 ng/mL masing-
Diukur dengan KCTK. Lapisan atas asetonitril masing sebanyak 250,0 L.
diambil dan diuapkan.

11
Hasil
Dan
Pembahsan
Kromatogram
Uji Kesesuaian Sistem
Uji kesesuaian sistem dilakukan berdasarkan kromatogram yang
diperoleh, jumlah lempeng teoretis yang diperoleh melebihi 2.000,
dengan faktor ikutan yang diperoleh tidak melebihi 2. Pemisahan
memberikan resolusi yang baik (R > 2) kecuali pada propoksur
dan karbofuran.

Uji Akurasi dan Presisi


Uji akurasi dan presisi digunakan pada tiga tingkat konsentrasi
yaitu konsentrasi rendah, sedang, dan tinggi, masing-masing 20
ng/mL, 60 ng/mL, dan 100 ng/mL. Hasil uji perolehan kembali
menggambarkan derajat kedekatan hasil analisis yang
sesungguhnya karena semua hasil uji akurasi yang diperoleh
memberikan nilai perolehan kembali yang berada pada rentang
100 ± 2%.
Uji Stabilitas
 Uji stabilitas pada karbofuran dengan konsentrasi 104,0 ng/mL
pada hari per-1, ke-2, dan ke-24 memberikan nilai koefisien variasi
(KV) 0,0381%; 0,0410%; dan 0,0526%.
 Uji stabilitas standar karbaril dengan konsentrasi 100,00 ng/mL
pada hari ke nol, ke-12, dan ke-27 memberikan nilai KV 0,19%;
0,21%; dan 0,70%.
 Uji stabilitas propoksur dan BDMC memberikan nilai KV di bawah
2%.

Analisis Sampel Sayur-sayuran dan Buah-buahan

Dari semua sampel yang diperiksa (tomat, kubis, apel, selada air,
dan sawi hijau) hanya satu sampel sawi hijau asal pasar tradisional
yang positif mengandung karbamat, yaitu propoksur sebesar 1,2
mg/25 g berat basah atau 0,048 mg/g berat basah. Selain karbamat
pada sawi hijau, tidak ditemukan pestisida yang lain dalam semua
jenis buah dan sayur yang diperiksa.
Pembahasan
Pada penelitian ini, analisis risiko kesehatan (risk assessment) akibat pajanan residu Pestisida
karbamat sawi hijau dari salah satu pasar tradisional di wilayah Kota Depok yang mengandung residu
propoksur. Propoksur merupakan jenis insektisida yang digunakan untuk mengendalikan kecoa, lalat,
nyamuk, dan serangga lain. Proses analisis risiko terdiri dari empat aspek: identifikasi bahaya,
penilaian dosis respon, evaluasi pajanan, dan karakterisasi risiko.

Propoksur memliki toksisitas sedang dengan LD50 95–104 mg/kg berat badan. Apabila masuk
ke dalam tubuh bersama dengan sayur-sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang melebihi
batas maksimal, pestisida ini dapat menimbulkan keracunan karena bersifat sebagai racun
saraf.
Dampak penggunaan propoksur terhadap lingkungan tidak
terlalu bahaya karena pestisida ini tidak menyebabkan
bioakumulasi dan persistensi dalam tanah. Dalam tanah
residu pestisida ini hilang atau terurai. Berbagai faktor yang
menyebabkan residu pestisida ini hilang atau terurai meliputi
pencucian, pelapukan, penguapan, degradasi enzimatik, dan
translokasi.
Kesimpulan

“ Hasil analisis sampel sayur-sayuran dan buah-buahan


pada pasar tradisional dan pasar modern (supermarket) di
Kota Depok, Jawa Barat, memperlihatkan bahwa hampir
seluruh sampel yang diperiksa tidak mengandung residu
karbamat, kecuali sawi hijau yang diperoleh dari pasar
tradisional yang mengadung residu propoksur. Jenis
sayuran ini masih aman dikonsumsi seberat 20 g/hari dari
efek negatif pajanan kronik propoksur dengan MOS >
100.
Daftar Pustaka
Indraningsih. Pengaruh penggunaan insektisida karbamat terhadap ke- sehatan ternak
dan produknya. Wartazoa. 2008; 18(2): 101-14.
Kusnidar. Keracunan pestisida pada petani di berbagai daerah di Indonesia. Cermin
Dunia Kedokteran. 1989; 55: 24-6.
Djojosumarto P. Pestisida dan aplikasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka; 2008
Tarumingkeng RC. Insektisida: sifat, mekanisme kerja, dan dampak penggunaannya.
Jakarta: Ukrida; 1992.
Sastroutomo SS. Pestisida dasar-dasar dan dampak penggunaan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 1992
Saenong MS, Hipi A. Kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan se- bagai dampak
penggunaan pestisida pertanian [Cited 2012 December 10]. Available from:
http://ntb.litbang.deptan.go.id/2005/SP/-kerusakan.doc. 2013.
Pertanyaan
1. Tujuan melakukan uji stabilitas ? (Pertanyaan Sekar)
Jawab :
Untuk memperoleh hasil analisis yang dapat dipercaya dan dilakukan pada larutan standar untuk mengetahui
kestabilannya pada waktu tertentu. Stabilitas dilakukan selama 30 hari.

2. Contoh gejala salivasi akibat keracunan karbamat ? (Pertanyaan Febri)


Jawab :
Gejala salivasi atau penyakit kelenjar ludah adalah :
 Aliran air liur tersumbat
 Kesulitan menelan
 Pembengkakan kelenjar dipipi dan leher
 Nyeri bagian kelenjar

(Pertanyaan Bu Mamay)

3. Kenapa memilih menggunakan detektor fluoresensi ?


Jawab :
Pemilihan detektor fluoresensi karena memiliki tingkat kepekaan yang tinggi, daya pisahnya baik dan waktu
analisis yang cepat.
4. Jelaskan golongan pestisida dan karbamat ?
Jawab :
pestisida dapat diklasifikasikan mejadi organoklorin, organofosfat, karbamat dan piretroid.
• Organoklorin : Secara kimia golongan ini termasuk insektisida dengan toksisitas relatif rendah tetapi
mampu bertahan lama di lingkungan (Sudarmo, 2007).
• Organofosfat : Pestisida ini dapat terurai (biodegradable), menimbulkan polusi lingkungan yang rendah,
dan resisten lambat terhadap hama. Organofosfat lebih toksik terhadap hewan vertebrata dan
invertebrata.
• Karbamat : Secara struktur, karbamat mirip dengan organofosfat. Namun karbamat berasal dari
carbamic acid atau dimethyl N –methyl carbamic acid yang digunakan sebagai insektisida, herbisida,
fungisida, dan nematisida. Persistensi karbamat lebih rendah dibandingkan dengan organoklorin dan
organofosfat (Garcia,dkk, 2012).
• Piretroid : Piretroid merupakan insektisida alami yang terbuat dari ekstrak piretrum dari bunga krisan,
yang lebih dikenal sebagai piretrin. Kemudian, pestisida ini diproduksi secara sintetis dan diproduksi
secara komersial (Garcia,2012).
5. Preparasi sampel yang dilakukan ?
Jawab :
Buah dan sayur yang diambil sebagai sampel meliputi tomat, kubis, apel, selada air, dan sawi hijau. Sampel
hanya dipilih dari tiga supermarket besar di wilayah Depok. Sampel dari pasar tradisional juga diambil
sebagai pelengkap. Sampel yang diperoleh diekstraksi menggunakan metode yang diuraikan dalam Food
Safety Application Notebook, 2008. Sampel dicuci bersih dengan akuades, dikeringkan dengan tisu, dan
diambil bagian kulit serta daging buah atau daun serta batang. Ke dalam sekitar 25 gram sampel
ditambahkan 50 mL asetonitril, dihomogenkan selama 2 – 5 menit menggunakan blender, kemudian disaring
dengan kertas saring.
6. Gradiend fasa yang terjadi
Elusi secara gradien dari fase gerak air-metanolasetonitril dengan komposisi seperti pada gambar
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai