com
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) Jl. Soekarno-Hatta No.354 (Parakan Resik 1), Bandung
* Penulis yang sesuai:winingsih341@gmail.com
Abstrak
Ethyl para-methoxycinamate (EPMS) adalah senyawa utama dariKaempferia galangaL yang memiliki efek
antiinflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan EPMS diKaempferiae galangaekstrak
rimpang L dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dan dievaluasi kinerja analisisnya.
Penelitian ini meliputi penentuan kesesuaian sistem, akurasi, presisi, linearitas dan jangkauan, limit of
detection (LOD) dan Limit of quantitation (LOQ) serta selektivitas. Hasil uji kesesuaian sistem Sistem HPLC
untuk analisis EPMS adalah sebagai berikut sistem elusi isokratik campuran fase gerak metanol: air (70:30)
yang mengandung TFA 0,1%, detektor uv pada panjang gelombang 308 nm menggunakan kolom C18
(150× 4,6 mm, 5μm) laju alir 1 ml / mnt. Dari hasil analisis diketahui bahwa rata-rata kandungan EPMS
adalah 78,74%. Kemudian metode memiliki rentang konsentrasi linier 5-360 ppm, dengan R² = 0,9999.
LOD dan LOQ masing-masing adalah 7,0722 ppm dan 21,4311 ppm. Keakuratan metode ini yang diwakili
oleh % recovery adalah 98,02% - 101,26%. Presisi metode ini yang dinyatakan dengan Relative Standard
Deviation (RSD) adalah 1,57%. Selektivitas metode ini ditunjukkan dengan nilai resolusi sebesar 2,6.
Berdasarkan hasil uji kesesuaian sistem dan evaluasi kinerja analisis, semua parameter memenuhi
persyaratan.
Pada saat ini metode yang paling umum Uji Kesesuaian Sistem dilakukan dengan
digunakan untuk analisis suatu senyawa adalah menyuntikkan enam injeksi larutan standar
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). EPMS. Beberapa parameter dihitung seperti
Keunggulan metode ini terletak pada resolusi (Rs), faktor tailling, kapasitas kolom
keakuratan analisis dan kepekaan yang tinggi (K'), jumlah pelat teoritis (N), nilai standar
serta cocok untuk memisahkan senyawa deviasi relatif (RSD) [5-10].
nonvolatile yang tidak tahan terhadap
pemanasan. Penelitian analisis EPMS dengan 2.4 Analisis Sampel
HPLC telah dilakukan sebelumnya oleh [3] yaitu
100 g dariKaempferiae galangaL. Serbuk
penentuan kadar EPMS menggunakan HPLC
diekstraksi dengan metode maserasi dengan
pada suhu 30℃.Kondisi analisis di atas
pelarut metanol sebanyak 3 kali pergantian
memerlukan peralatan khusus seperti pemanas
pelarut selama 3 hari. Ekstrak cair dikumpulkan
kolom. Hal ini menjadi kendala untuk analisa
dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50℃
EPMS menggunakan KCKT, karena tidak semua
untuk mendapatkan ekstrak kental [4].
KCKT dilengkapi dengan column heater. Oleh
Sebanyak 25 mg ekstrak kemudian dilarutkan
karena itu perlu dikembangkan metode analisis
dalam 25 ml metanol. Sampel disonikasi selama 5
EPMS pada ekstrak rimpang kencur pada suhu
menit. Kemudian disaring menggunakan membran
ruang. Pengembangan metode analisis sesuai
filter dan larutan diinjeksikan ke dalam HPLC [4].
dengan United States Pharmacopeia melalui
pengujian kesesuaian sistem, pengujian kadar 2.5 Analisis Evaluasi Kinerja
sampel, dan pengujian parameter validasi
menurut USP. Dari penelitian yang telah 2.5.1 Linearitas dan Jangkauan
dilakukan diharapkan dapat diperoleh kondisi Linearitas antara luas puncak dan
analisis yang paling optimum untuk analisis konsentrasi dianalisis menggunakan kurva
EPMS dengan HPLC pada suhu ruang [3,4]. kalibrasi yang diperoleh dari tujuh larutan
standar dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,
20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, 160 ppm dan 360
ppm. Dilihat dari nilai regresi linier [5-10].
2.5.2 Batas kuantifikasi dan batas deteksi faktor, pelat teoritis, resolusi, RSD faktor retensi,
RSD Area Under Curve (AUC) dalam berbagai fase
gerak ditentukan [5-10]. Dari beberapa fase gerak
Penentuan limit of quantification (LOQ)
yang telah digunakan, fase gerak yang paling
dan limit of detection (LOD) didasarkan pada
sesuai adalah metanol: air (70:30) dengan kadar
standar deviasi respon dan kemiringan
TFA 0,1%. Fase gerak dengan elusi isokratik dalam
(slope) yang diperoleh dari kurva kalibrasi
kolom C18, diameter 150 × 4,6 mm, 5 , laju alir 1
[5-10].
ml/menit, terdeteksi oleh detektor UV pada 308
LOD dan LOQ dapat dihitung dengan
nm, memberikan resolusi yang lebih baik
rumus 1 dan 2.
dibandingkan dengan fase gerak lainnya. Hasil uji
kesesuaian sistem ditabulasikan pada tabel 1.
Akurasi suatu metode dilakukan dengan cara 4. Resolusi 2.069 > 1,5 Memenuhi syarat
A B
Gambar 1. Kromatogram EPMS pada sampel (a) dan kromatogram EPMS standar (b)
6.00E+07
5.00E+07
y = 156201x - 277430
R² = 0,9999
4.00E+07
AUC
3.00E+07
2.00E+07
1.00E+07
0,00E+00
0 50 100 150 200 250 300 350 400
konsentrasi (ppm)
Gambar 2. Kurva kalibrasi EPMS
LOD dan LOQ sistem ditentukan dari konsentrasi 40 ppm, dari hasil percobaan uji
kurva kalibrasi. Batas deteksi adalah presisi standar EPMS diperoleh nilai %KV
konsentrasi analit terendah yang dapat sebesar 1,57%. Berdasarkan literatur, nilai %
dideteksi. Sedangkan Batas Kuantifikasi KV adalah 2% atau <2% [5-10]. Dari hasil
adalah konsentrasi analit terendah dalam analisis yang didapat pada standar EPMS
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi memiliki nilai % KV yang baik yaitu < 2%.
dan akurasi yang dapat diterima [5-10]. Nilai
limit deteksi dan limit kuantifikasi dapat Akurasi dilakukan untuk mengetahui
diperoleh dari garis regresi linier dari kurva kedekatan hasil pengujian dengan taraf yang
kalibrasi dengan persamaan regresi linier y = sebenarnya. Uji akurasi dilakukan terhadap
156201x - 277430. Berdasarkan hasil standar dengan tiga konsentrasi berbeda yaitu
perhitungan didapatkan LOD sebesar 7,0722 20 ppm, 40 ppm, dan 80 ppm. masing-masing
ppm dan LOQ sebesar 21,4311 ppm konsentrasi disuntikkan masing-masing 3 kali.
Dari hasil analisis diperoleh nilai rata-rata %
Evaluasi presisi bertujuan untuk menilai recovery sebesar 101,26% pada konsentrasi 20
kedekatan hasil pengukuran keterulangan ppm, 98,11% pada konsentrasi 40 ppm, dan
pada konsentrasi yang sama dan hari yang 98,02% pada konsentrasi 80%. Hasil
sama. Hasil uji presisi dinyatakan dalam % perhitungan recovery menunjukkan bahwa
Relative Standard Deviation (RSD) atau % hasil tersebut memenuhi persyaratan. Menurut
Coefficient of Variation (KV) [5-10]. Penentuan literatur rata-rata % pemulihan adalah 98-102
presisi dilakukan dengan injeksi standar [5-10]. Maka dapat disimpulkan bahwa metode
EPMS sebanyak enam kali pada a ini memiliki akurasi yang baik
Jurnal Kromatografi Planar – TLC Modern, 33, dan ekstrak komersial dariMyrcia uniflora,Pendeta
51–57. bra. Farmacogn,21(3).
[9] Andrea N. de L. Batista, Renata Colombo, Inara [10] Pratik J. Purohit, Pankaj P. Kapupara, Ketan V.
C. de Pascoli, Helder L. Teles, Geraldo H. Silva, Shah, 2014, Pengembangan dan Validasi
Giovanni CC Bomfim, Rosilene CR Burgos, Metode Analitik untuk Pendugaan Kurkumin
Alberto J. Cavalheiro, Vanderlan da Silva dan Asam Galia Secara Simultan dalam
Bolzani, Dulce HS Silva, Maria Célia H. Formulasi Poliherbal Berbeda dengan HPLC,
Reimberg, 2011, Pengembangan dan validasi Penelitian J.Pharm. dan Tek.,7(7),749-753.
a Metode HPLC untuk standarisasi jamu