Anda di halaman 1dari 144

Tinjauan Umum Apotek

Apoteker menurut PP 51/2009 :


Sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
Sumpah jabatan apoteker
◉ APOTEKER SEBAGAI Enterpreneurship
PENANGGUNG JAWAB
FARMASI KOMUNITAS dan/atau
PEMILIK mempunyai peran ( KARAKTER )
ganda:
◉ pebisnis
◉ profesi PROFESIONAL-
ISME
Kemauan individu farmasis untuk
melakukan praktek kefarmasian
sesuai syarat legal minimum yang
berlaku serta mematuhi standar
profesi dan etik kefarmasian
MANAJEMEN :
menurut Malatu S.P.Hasibuan (1995:9);
Ilmu dan seni,mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber
daya lainnya secara efektif dan efesien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.

Fungsi APOTEK SEBAGAI RITEL & PRICING POLICY

RITEL menurut Berman dan Evans (2001:3)


Ritel terdiri dari aktifitas bisnis yang terlibat dalam menjual
barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan
sendiri,keluarga maupun rumah tangga
Bagaimana mengelola apotek sebagai sarana pelayanan
kefarmasian ??

C mengenal dunia bisnis apotek

◉ Dunia bisnis apotek (drug store, chemist shop atau


apotheek) merupakan dunia ritel.
◉ Fungsi apotek = fungsi ritel/toko pengecer lainnya yang
bertugas menjual barang dan jasa secara eceran kepada
konsumen akhir (end user)

F Drug store is a speciality store that concentrates on health and


personal grooming merchandise
The World of Retailing
• Retail Location
• Site Location
What is Retailing • Organization Structure
Retailing • HR Management
Strategy • Financial Strategy
• Information system
• Customer Relationship
• Types of retailing Management
• Multi channel Retailing
• Customer Buying
Behavior
Merchandise Store
Management Management

• Planning Merchandise • Managing the store


Assortments • Store layout, design
• Buying system • Customer service
• Buying merchandise • Professional services
• Pricing
• Retail Communication Mix

5
Perbedaan Paradigma Pengelolaan Ritel
Tradisional dan Ritel Modern

PARADIGMA RITEL TRADISIONAL PARADIGMA RITEL MODERN


◉ Kurang memilih lokasi ◉ Pemilihan lokasi sangat penting
◉ Tidak memperhitungkan potensi pembeli

o Jenis barang dagangan Potensi pembeli diprediksi dan
dievaluasi
tidak terarah
◉ Tidak ada seleksi merek ◉ Seleksi merek barang dagangan
◉ Kurang memperhatikan sangat ketat


pemasok
Pencatatan penjualan
◉ Ketat seleksi pemasok
sangat sederhana ◉ Penjualan dicatat dan dipelajari
Ritel tradisonal vs ritel modern

◉ Profit per produk tidak dievaluasi ◉ Profit per produk dievaluasi utk
◉ Melayani hutang penetapan strategi bauran ritel

◉ Kurang memperhatikan efesiensi ◉ Penjualan tunai atau kartu kredit

◉ Arus kas tidak terencana ◉ Sangat memperhatikan efesiensi

◉ Keuangan tercampur dengan keuangan ◉ Arus kas sangat terencana


keluarga ◉ Keuangan terpisah jelas
◉ Pengembangan bisnis ◉ Pengembangan bisnis terencana
tidak terencana
Fungsi Ritel :

1. Meyediakan berbagai macam produk dan jasa


2. Memecah ukuran produk menjadi lebih kecil
3. Perusahaan menyimpan stok atau persediaan dengan ukuran kecil
4. Menyediakan jasa (providing service) spt delivery service atau pelayanan
kefarmasian oleh apoteker
5. Meningkatkan nilai produk dan jasa

Pembelian salah satu barang ke ritel tersebut akan menambah nilai barang
tsb terhadap kebutuhan konsumen
Kelompok Ritel

Karakteristik dasar :
♥ berdasarkan unsur-unsur yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan konsumen

Unsur tersebut adalah sebagai berikut :


1. Jenis barang dagangan yang dijual
2. Perbedaan dan banyaknya barang yang dijual
3. Tingkat layanan konsumen
4. Harga barang dagangan
5. Fisik gedung
Retail Pharmacy
Drug store in USA
CHEMIST SHOP in AUSTRALIA
16
17
18
PRICING :
proses menetapkan harga

◉ ♣ obat-obatan yang diresepkan (customer must be advised on the


proper way to consume or use them)
◉ ♣ Obat-obatan tanpa resep (individual preference) Apoteker harus
menetapkan
◉ ♣ produk komoditi non obat ( consumers are familiar,less harga
effort/services) berdasarkan
“ professional
judgement”,
karena untuk
masing2 kategori
tsb seharusnya
dibedakan
TUJUAN PRICING :
1. Memberikan nilai produk kepada pelanggan
ketika membeli barang dagangan atau jasa
Nilai : hubungan antara apa yang diperoleh pelanggan
(barang dan jasa) dan apa yang harus dia bayar
untuk mendapatkan manfaat barang tsb

V (Value) = FB (Functional Benefit) + EB (Emotional Benefit)


P (Price) + OE (Other Expenses)

2. Memaksimalkan perolehan profit


Strategi Penetapan Harga :
1. Market oriented pricing
a. Pricing below market
b. Above market pricing ( home care supplies, delivery service and extended
store hours
2. Discount pricing (leader and loss leader)
3, Traditional pricing (markup on cost and grand margin pricing)
PRICING POLICY

1. Market oriented pricing


a. Pricing below market
- kebijakan menberi diskon untuk
menarik pengunjung dan
meningkatkan sales

b. Above market pricing


- kebijakan untuk produk yang
spesifik/unik ,yang tidak didapat 2. Discount pricing
ditempat lain dan berikut jasa (leader and loss leader)
home care supplies, delivery ♣ tujuan kebijakan memberi diskon
service and extended store hours untuk volume maupun nominal
penjualan meningkat (no services)
PRICING POLICY
3, Traditional pricing
(markup on cost and grand margin pricing)
ÿ Grand/Gross margin pricing adalah kebijakan harga
yang banyak dipakai di bisnis ritel farmasi,
berdasarkan:
§ harga pokok pembelian/harga perolehan
( termasuk diskon atau tidak)
§ one price policy for consumers
§ Label HET tercantum pada setiap kemasan
Contoh :
Misal : Berapa harga jual obat (x) bila HNA/Harga pokok: Rp.1000,-
dan ingin mendapat gross margin 30% ?
Rp.1000,- + 0,30 X = X
Rp.1000,- = x – 0,30 x
X = 1000 = Rp, 1428 à Rp.1430,-
0,70
Harga jual eceran : Rp. 1430 tidak sama dengan
margin yang diperoleh bila “mark up” adalah 43%,
karena HNA/Harga Beli dianggap sebagai biaya
MARKUP COST :

Dasarnya:
% PENAMBAHAN dari harga BELI tsb
Contoh :
Markup cost : 43%
HARGA JUAL : Rp.1000,- + (0,43 x Rp.1000,)
= Rp.1430,-
MarkUP = MENAIKAN HARGA saja

♣ GRAND MARGIN PRICING


SUKSES MENGELOLA APOTEK
SUKSES
MENGELOLA
APOTEK SDM

KEUAN INVENT
GAN ORY

OPERASI
ONAL
MERCH
MARKE ANDISI
TING NG
PELAN
GGAN

JAMINAN MUTU
MANAJERIAL
Pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PERENCA
NAAN

PENCATATAN &
PELAPORAN PENGADAAN

PENGENDALIAN PENERIMAAN

PEMUSNAHAN PENYIMPANAN

PERMENKES No. 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDART KEFARMASIAN DI APOTEK


Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PERENCANAAN

• APA YANG HARUS DI BELI


Tahap • BERAPA BANYAK YG HARUS DIBELI
Pemilihan • KAPAN HARUS MEMBELI
• KEMANA HARUS BELI
Obat • BAGAIMANA CARA PEMBELIAN

Tahap
• Metode Konsumsi
Perhitungan • Metode Morbiditas
Persediaan • Metode ABC (Pareto)
Obat
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENGADAAN
SISTEM FORECAST Apotek Menerima
Barang Pesanan
MinMax

Membaca Penjualan PBF akan mengirimkan


Obat 3 bulan SP Narkotik, barang pemesanan ke
sebelumnya Psikotropik dan Apotek
Prekursor akan
dipesankan sendiri
oleh apotek
Sistem akan menarik PBF akan memproses
Data Hasil Forecast pesanan

Data Hasil Forecast Bagian Pengadaan Surat Pesanan akan


akan di olah di bagian akan membuat SP dikirim ke PBF yang di
Pengadaan (Surat Pesanan) tunjuk
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENGADAAN
BPBA/ENGGRO
(Bon Permintaan
Barang Apotek)

Apotek Menerima
Apotek akan membuat Barang Pesanan BPBA
BPBA dengan sistem SP Narkotik,
POS Psikotropik dan
Prekursor akan
dipesankan sendiri
Hasil pembuatan BPBA oleh apotek PBF akan mengirimkan
akan di proses di barang pemesanan ke
bagian pengadaan Apotek

Bagian Pengadaan Surat Pesanan akan


akan membuat SP dikirim ke PBF yang PBF akan memproses
sesuai dengan barang di tunjuk pesanan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENGADAAN

Apotek akan membuat Bagian Pengadaan


Pengadaan CITO pesana ke bagian akan Membuat SP
Pengadaan seuai pesanan

PBF akan menyiapkan


PBF akan mengirimkan barang pesanan (Lebih Bagian Pengadaan
barang secepat Didahulukan) akan mengirimkan SP
mungkin ke PBF

Barang di terima oleh


Apotek
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PENGADAAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN,
PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA,
DAN PREKURSOR FARMASI

Apotek membuat Surat Surat pesanan Narkotika


Pesanan hanya dapat digunakan
Barang Narkotika menggunakan Formulir untuk 1 (satu) jenis
N-9 Narkotika.

Surat Pesanan Surat pesanan Narkotika di SP wajib di tanda tangan


akan di proses tujukan ke PBF milik Negara oleh APJ yang memiliki
oleh PBF (Kimia Farma). izin

Penerimaan Barang diapotek


Jika sudah di verifikasi maka Barang pesanan hanya dapat di terima oleh
barang akan di siapkan oleh di kirim ke Apotek APOTEKER yang memiliki izin
PBF sesuai pesanan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PENGADAAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN,
PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA,
DAN PREKURSOR FARMASI

Surat pesanan Psikotropika


Barang Psikotropika dan Apotek membuat Surat atau Prekursor Farmasi
Prekursor Farmasi Pesanan hanya dapat digunakan untuk
1 (satu) atau beberapa jenis
Psikotropika atau Prekursor
Farmasi

Surat Pesanan Surat pesanan Psikotropika & SP wajib di tanda tangan


akan di proses Prekursor di tujukan ke PBF oleh APJ yang memiliki
oleh PBF yang ditunjuk izin

Penerimaan Barang diapotek


Jika sudah di verifikasi maka Barang pesanan hanya dapat di terima oleh
barang akan di siapkan oleh di kirim ke Apotek APOTEKER yang memiliki izin
PBF sesuai pesanan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENERIMAAN Pastikan bahwa


nama apotek
sudah benar

Yang di pastikan :
1. Obat yang di
pesankan
sesuai
2. Keadaan
Barang
3. Kesesuaian
no Batch
4. Kesesuaian
harga
5. Kesesuaian
Jumlah

Tanda tangan
dan cap serta
No. SIPA
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PENERIMAAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN,


PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
Pastikan bahwa
nama apotek
sudah benar

Yang di pastikan :
1. Obat yang di
pesankan
sesuai
2. Keadaan
Barang
3. Kesesuaian
no Batch
4. Kesesuaian
harga
5. Kesesuaian
Jumlah

Untuk Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor Farmasi WAJIB
di TTD Apoteker berizin
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENERIMAAN

1. Faktur penerimaan barang akan


di arsipkan per Tanggal dan per
nomor Penerimaan barang
2. Faktur narkotika dan
psikotropika di pisahkan
pengarsipannya
3. Faktur akan di musnakah
setelah 3 tahun berjalan
4. Jika ada barang yang ingin di
Retur harus menyertakan bukti
Faktur asli
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN,
PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENYIMPANAN
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli
dari pabrik.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada
kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan
dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan
untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan
memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First
Expire First Out) dan FIFO (First In First Out)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENYIMPANAN

Penyimpanan di Kimia Farma


:
1. Berdasarkan kelas Terapi
2. Berdasarkan bentuk sediaan
3. Berdasarkan Secara Alfabetis
4. Berdasarkan FEFO dan FIFO
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENYIMPANAN

Tempat penyimpanan Narkotika,


Tempat penyimpanan Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dapat berupa gudang,
Narkotika, Psikotropika, ruangan, atau lemari khusus.
dan Prekursor Farmasi di
fasilitas produksi, fasilitas
distribusi, dan fasilitas Tempat penyimpanan Narkotika
dilarang digunakan untuk
pelayanan kefarmasian menyimpan barang selain
harus mampu menjaga Narkotika.

keamanan, khasiat, dan


mutu Narkotika, Tempat penyimpanan
Psikotropika dilarang
Psikotropika, dan digunakan untuk menyimpan
barang selain Psikotropika.
Prekursor Farmasi.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PENYIMPANAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN,
PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA,
DAN PREKURSOR FARMASI

Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. terbuat dari bahan yang kuat
2. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2
(dua) buah kunci yang berbeda
3. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut
gudang, untuk Instalasi Farmasi Pemerintah
4. diletakkan di tempat yang aman dan tidak
terlihat oleh umum, untuk Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan
5. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker
penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk
dan pegawai lain yang dikuasakan.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PEMUSNAHAN

Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan


dilaksanakan terhadap sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang :
1. Diproduksi tanpa memenuhi persyaratan yang
berlaku
2. Telah kadaluwarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan.
4. Dicabut izin edarnya
5. Berhubungan dengan tindak pidanya dibidang
sediaan farmasi dan alat kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 72 TAHUN 1998 TENTANG PENGAMANAN
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PEMUSNAHAN

Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau


rusak yang mengandung narkotika
atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika


dilakukan oleh Apoteker
dan
disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin
kerja
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PEMUSNAHAN

Pemusnahan dan
penarikan Sediaan
Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai
yang tidak dapat
digunakan harus
dilaksanakan dengan
cara yang sesuai
dengan ketentuan
peraturan
perundangundangan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PEMUSNAHAN

Resep yang telah disimpan


melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan
oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain
di Apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN


2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENGENDALIA
N

Kartu Stok

Uji Petik

Stok Opname
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENCATATAN &
PELAPORAN

Pencatatan dilakukan pada


setiap proses pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN
2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENCATATAN &
PELAPORAN
Narkotika dan Psikotropika

Tembusan Ke Balai
POM

Dinas Rekapitulasi
Kota/ Laporan
Kab Nasional
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

PENCATATAN & Sipnap di Laporkan setiap tanggakl 10 Bulan berjalan


PELAPORAN
PENGELOLAAN SUMBER PEMASUKAN :
UANG DI APOTEK • PENJUALAN TUNAI
• PENERIMAAN PIUTANG
• PENERIMAAN LAINYA
• TAMBAHAN MODAL

PENGGUNAAN UANG :
• PEMBAYARAN GAJI
• BIAYA OPERASIONAL
• PEMBAYARAN HUTANG
• PAJAK DLL
LAPORAN
KEUANGAN LAPORAN HARIAN :
APOTEK • LIPH ( LAPORAN IKHTIAR
PENJUALAN HARIAN )
• DETIL LIPH
• BSK ( BUKTI SETORAN KAS )
LAPORAN MINGGUAN :
• RPDKK
LAPORAN BULANAN
q LAPORAN CASH FLOW
q LAPORAN SALDO KAS DAN SALDO
BANK
q LAPORAN REDATA ( LABA RUGI )
q BUKU BESAR
q PAJAK
q LAPORAN HUTANG DAN PIUTANG
CONTOH LAPORAN LABA
RUGI

REALISASI ANGGARAN PERUSAHAAN


PERIODE : JANUARI S/D MARET 2016
TOTAL LAYANAN GABUMHAN (APOTEK,KLINIK)
AP S/D BLN LAP AP BLN LAP REAL S/D BLN LALU REAL BLN LAP REAL S/D BLN LAP REAL THN LALU S/D BLN LAP GROWTH (%)
NO. URAIAN
Rp % ase Rp % ase Rp % ase Rp % ase % AP Rp % ase % AP Rp % ase (B:A) (B:C)
A B C
I PENJUALAN
1 Tunai 22,162,114 96.31 7,475,667 96.20 14,850,610 96.35 7,960,172 95.30 106.48 22,810,782 95.98 102.93 18,022,632 95.45 102.93 126.57
2 Kredit 849,635 3.69 295,415 3.80 563,104 3.65 392,275 4.70 132.79 955,379 4.02 112.45 858,677 4.55 112.45 111.26
TOTAL 23,011,750 100.00 7,771,083 100.00 15,413,714 100.00 8,352,447 100.00 107.48 23,766,161 100.00 103.28 18,881,309 100.00 103.28 125.87
II PEMBELIAN / HPP
- SALDO AWAL - - - - - - 6,236,132 74.66 6,236,132 26.24 5,246,923 27.79 118.85
- PEMBELIAN 17,218,375 74.82 5,814,554 74.82 12,421,650 80.59 7,106,993 85.09 122.23 19,528,643 82.17 113.42 15,280,605 80.93 113.42 127.80
- SALDO AKHIR - - - - - - 7,943,767 95.11 7,943,767 33.42 6,681,950 35.39 118.88
II. HARGA POKOK PENJUALAN 17,218,375 74.82 5,814,554 74.82 12,421,650 80.59 5,399,358 64.64 92.86 17,821,008 74.98 103.50 13,845,578 73.33 103.50 128.71
- -
III MARGIN 5,793,374 25.18 1,956,528 25.18 2,992,064 19.41 2,953,089 35.36 150.94 5,945,153 25.02 102.62 5,035,731 26.67 102.62 118.06
- -
IV BIAYA USAHA -
1. BIAYA PEGAWAI 1,438,882 6.25 484,993 6.24 1,281,316 8.31 589,278 7.06 121.50 1,870,594 7.87 130.00 1,259,544 6.67 130.00 148.51
1. 1. BY. PEGAWAI 1,169,577 5.08 395,225 5.09 1,281,316 8.31 589,278 7.06 149.10 1,870,594 7.87 159.94 1,165,690 6.17 159.94 160.47
1. 2. BY. IURAN & AKTUARIS MAN.
269,304
PENSIUN 1.17 89,768 1.16 - - - - - - - - 93,854 0.50 - -
2. BIAYA TAK LANGSUNG 238,123 1.03 84,814 1.09 178,376 1.16 110,222 1.32 129.96 288,598 1.21 121.20 206,088 1.09 121.20 140.04
3. BIAYA ASSURANSI 1,794 0.01 631 0.01 - - - - - - - - 3,486 0.02 - -
3.1. BY. ASSURANSI - - - - - - - - - - -
3.2. BY ASS.KEBAKARAN & KEBONGKARAN
1,794 0.01 631 0.01 - - - - - - - - 3,486 0.02 - -
4. BIAYA PAJAK 13,539 0.06 4,513 0.06 3,910 0.03 1,961 0.02 43.45 5,871 0.02 43.36 2,281 0.01 43.36 257.39
5. BIAYA PEMELIHARAAN 226,985 0.99 64,146 0.83 70,821 0.46 130,917 1.57 204.09 201,738 0.85 88.88 175,075 0.93 88.88 115.23
6. BIAYA UMUM 214,283 0.93 71,972 0.93 162,272 1.05 135,940 1.63 188.88 298,212 1.25 139.17 281,182 1.49 139.17 106.06
6.1. BY UMUM 212,399 0.92 71,344 0.92 162,272 1.05 135,940 1.63 190.54 298,212 1.25 140.40 191,560 1.01 140.40 155.68
6. 2.BY AKTUARIS MAN. PEGAWAI1,883 0.01 628 0.01 - - - - - - - - 89,622 0.47 - -
7. BIAYA SERBA SERBI 139,105 0.60 62,636 0.81 123,544 0.80 121,617 1.46 194.16 245,161 1.03 176.24 132,507 0.70 176.24 185.02
8. BIAYA PENYUSUTAN 239,532 1.04 79,844 1.03 - - - - - - - - 46,641 0.25 - -
9. BIAYA PENJUALAN 381,134 1.66 138,819 1.79 92,302 0.60 74,171 0.89 53.43 166,473 0.70 43.68 477,839 2.53 43.68 34.84
9.1. BIAYA PENJUALAN 282,490 1.23 73,507 0.95 92,302 0.60 74,171 0.89 100.90 166,473 0.70 58.93 286,341 1.52 58.93 58.14
9.2. BY.AMORTISASI 98,644 0.43 65,312 0.84 - - - - - - - - 191,498 1.01 - -
TOTAL BIAYA USAHA 2,893,378 12.57 992,367 12.77 1,912,541 12.41 1,164,106 13.94 117.31 3,076,647 12.95 106.33 2,584,644 13.69 106.33 119.04
V LABA / RUGI OPERASI 2,899,996 12.60 964,161 12.41 1,079,523 7.00 1,788,983 21.42 185.55 2,868,506 12.07 98.91 2,451,088 12.98 98.91 117.03
PELAJARI REGULASI

Surat Keputusan Menteri Kesehatan


No. 069/MenKes/SK/II/2006

Tentang Pencantuman Harga Eceran Tertinggi (HET) pada label obat

Memutuskan :
Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dicantumkan pada label obat
adalah Harga Netto Apotek (HNA) ditambah PPN 10% ditambah
margin apotik 25%

HNA + PPN 10% + Margin apotek 25%


RUMUS & PERHITUNGAN FAKTOR JUAL
HARGA JUAL APOTEK = ( HARGA BELI + % MARGIN dari HJA) + PPN
10%
(X) = (Rp.1000,- + 25% dari X ) + PPN 10%
X – 0,25X = Rp.1000,- + PPN 10%
0,75 X = Rp.1000,-
X = Rp.1000,- = Rp.1333,33 = Rp.1333,33 + PPN 10%
0,75
HJA + PPN 10% = Rp.1466,66= Rp.1467
FAKTOR JUAL = Rp.1333,33 = 1,33
Rp.1000,-

COGS (COST OF GOOD SOLD) = HARGA POKOK PENJUALAN:

PEMBELIAN + STOK AWAL – STOK AKHIR X 100 %


PENJUALAN
MARGIN = PENJUALAN – HPP
atau MARGIN = Biaya operasional + Profit
25 % = 100 % - HPP
HPP = 75% à Faktor Jual : 100 = 1,33
75
◉ APAKAH MARGIN = LABA/PROFIT
?

Penjualan = HPP + MARGIN


LABA = MARGIN – B.OPERASIONAL
MARGIN = PENJUALAN – HPP
LABA = PENJUALAN – HPP – B.OPERASIONAL
Rencana Anggaran Perusahaan ( A )

uraian FRONT DISPENSARY total (%)


SHOP (RESEP)
(OTC)
PENJUALAN 600.000. 400.000. 1.000.000. 100,00
COST OF GOOD 450.000. 240.000 690.000. 69,00
SOLD
(HPP) ( 75 % ) ( 60 %)
GROSS MARGIN 150.000. 160.000. 310.000. 31,00

(25%) (40%) (31%)


WAGES 140.000. 14,00
(Gaji PEGAWAI)
Occupancy 30.000. 3,00
(sewa gedung)
BIAYA LAIN2 80.000. 8,00
Total biaya 250.000. 25,00
NET PROFIT 60.000. 6,00
Margin (%) =
Penjualan - HPP

MARGIN OTC =
600.000 – 450.000
• Penjualan R/ =
HPP + margin
• Resep: • HPP = Penj –
margin
• 240.000 +
160.000 = • HPP = 400.000 –
400.000 160.000
• 240.000

HPP HPP
HPP
SIM

◉ Suatu alat yang bisa menghasilkan informasi dalam


mengambil keputusan

SIM Informasi Keputusan


Manager
(Decision
Maker)
Planning
Organizing
Decision Executing
Controlling

Information + Model

SIM Explicit Implicit

DATA
Clossing remark

62
◉ Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit : pmk 72/2016
◉ Standar pelayanan kefarmasian di apotek : pmk 73/2016
◉ Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas : pmk 74/2016
◉ Standar pelayanan kefarmasian di klinik : pmk 34/2021
◉ CPOB : PerBPOM 34/2018
◉ CDOB : PerBPOM 6/2020

63
CLOSING REMARKS

— The first major lesson


in life is understand
and beliefs why you
do what you
do.(IQ,EQ,SQ)
PENGELOLAAN PERBEKALAN
FARMASI
Mengapa Obat Menjadi Permasalahan ?

● Obat “to Save Life & Improve Health”


◼ Obat ‘to promote trust & partcipation in health
service’
◼ Obat mempunyai sifat “costly”
◼ Obat berbeda dg produk lain
◼ Obat sebagai substantif yang terus membengkak
dalam penyediaannya.
◼ Obat sebagai pisau bermata dua… “It’s ..
dangers”?
PENGELOLAAN PF

Pengelolaan PF adalah suatu proses yang


merupakan siklus Kegiatan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan.
PF adalah Sediaan farmasi yang terdiri
dari obat, bahan obat, alat kesehatan,
reagensia, radio farmasi dan gas medis.
 Tujuan umum :
a. Mengelola PF yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam
pelayanan.
c. Meningkatkan kompetensi / kemampuan
tenaga farmasi.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen
berdaya guna dan tepat guna.
e. Melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.
Tujuan Khusus :

◼ Tersedianya PF yg bermutu dg jumlah


dan waktu yg tepat
◼ Menurunnya jumlah PF yg kadaluarsa,
rusak atau hilang
• Tersedianya data perbekalan
farmasi yg akurat sbg bahan
evaluasi
• Terpenuhi kebutuhan konsumen
Kebijakan
• Perlu dibuat kebijakan tentang pengelolaan
PF meliputi :
- Perencanaan
- Pengadaan : Pembelian dan produksi
- Penerimaan
- Penyimpanan
- Pendistribusian
- lain-lain sesuai kondisi
Kebijakan tsb merujuk pd peraturan
perundangan yg berlaku
SIKLUS PERBEKALAN FARMASI

Perencanaan

Penghapusan Penganggaran

Pengendalian

Pemeliharaan
Pengadaan
Penyimpanan &
Pendistribusian
SELEKSI
Proses kegiatan yang diawali dari :
Definisi
➢meninjau masalah kesehatan yang ada di RS
Seleksi merupakan
➢identifikasi pemilihan terapi, bentuk, dosis, harga,
kegiatan utk menetapkan
ketersediaan di pasaran
jenis sediaan farmasi, alat ➢menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan

kesehatan, dan bahan obat vital dan esensial

medis habis pakai sesuai ➢standarisasi, sosialisasi, edukasi, monitoring, evaluasi dan
revisi
dengan kebutuhan.
KRITERIA PEMILIHAN OBAT UNTUK MASUK
DASAR PEMILIHAN FORMULARIUM RS (PMK NO 72 TH 2016)
❑ Formularium dan standar terapi 1) Mengutamakan penggunaan Obat generik
2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
❑ Standar sediaan farmasi, alat
penderita
kesehatan, dan BMHP yang telah
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
ditetapkan 4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan

❑ Pola penyakit 5) praktis dalam penggunaan dan penyerahan;


6) menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
❑ Efektifitas dan keamanan
7) memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
❑ Pengobatan berbasis bukti
biaya langsung dan tidak lansung;
❑ Mutu 8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based

❑ Harga medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang
terjangkau.
❑ Ketersediaan di pasaran
PERENCANAAN
Merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat TUJUAN :
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai •Menjamin terpenuhinya kebutuhan obat
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin •Menghindari kekosongan obat

terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,


METODE :
tepat waktu dan efisien.
▪Metode Konsumsi
▪Metode Epidemiologi
Out Put
▪Kombinasi Metode Konsumsi dan
Epidemiologi
Daftar Perencanaan Kebutuhan Obat
PEDOMAN PERTIMBANGAN

• FORNAS a. anggaran yang tersedia;


• DOEN
b. penetapan prioritas;
• FORMULARIUM RUMAH SAKIT
• STANDAR TERAPI RS
c. sisa persediaan;
• DATA CATATAN MEDIK d. data pemakaian periode yang lalu;
e. waktu tunggu pemesanan; dan
f. rencana pengembangan.
I. PERENCANAAN
Perencanaan yang baik :
● Tepat Jenis
● Tepat Jumlah
● Tepat waktu
PERENCANAAN
• Pola penyakit
• Kemampuan masyarakat
• Budaya masyarakat
Tahapan perencanaan : Pemilihan
Fungsi pemilihan utk menentukan agar PF sesuai
kebutuhan

Dasar pemilihan
Jenis : minim & harga relatif murah
Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali mempunyai
efek lebih baik
Jika jenis obat banyak. Dipilih obat pilihan dari penyakit
prevalensi tinggi
• Pemilihan obat merujuk pada ketentuan yang
berlaku seperti :
- Standar baku pemerintah, misalnya:
DOEN
- Standar yang ditetapkan jika ada
- Ketentuan lain yg berlaku dan ‘up to
date’
• Pemilihan alkes dapat berdasar :
- Data Pemakaian
- Standar ISO
2. Kompilasi penggunaan
Fungsi : Mengetahui penggunaan bulanan masing-
masing jenis PF

■ Data yang didapat


a. Jumlah penggunaan
b. Prosentasi penggunaan
c. Pengunaan rata-rata
METODE KONSUMSI

Perhitungan kebutuhan didasarkan pada data riil konsumsi obat


periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

Digunakan untuk obat atau alkes yang sudah mempunyai data


konsumsi yang mantap, yang tidak bisa dihitung dengan kasus per
kasus penyakit.
Misal : - Infus cairan dasar (RL, D5%, NACL dll).
- Injeksi antibiotika generik (Ceftriaxon, Cefotaxim)
- Alat kesehatan habis pakai spuit, infuset, IV Cateter dll.
LANGKAH-LANGKAH METODE KONSUMSI
1. Lakukan Evaluasi :
a. Evaluasi rasionalitas pola pengobatan
periode lalu. 3. Penerapan perhitungan
b. Evaluasi suplai obat periode lalu ➢ Penetapan periode konsumsi
c. Evaluasi data stock, distribusi dan ➢ Perhitungan penggunaan tiap jenis obat
penggunaan obat periode lalu periode lalu.
d. Evaluasi kehilangan / defisit obat ➢ Lakukan koreksi terhadap kehilangan / defisit
➢ Lakukan koreksi terhadap stock-out
➢ Hitung lead time untuk menentukan safety
2. Estimasi jumlah kebutuhan obat periode
stock
mendatang dengan memperhatikan :
perubahan cakupan pelayanan
perubahan pola morbiditas
perubahan fasilitas pelayanan
3. Perhitungan kebutuhan.
A. Metode Konsumsi
Dasar : data riil periode lalu dg penyesuaian hal yang
harus diperhatikan.

Contoh :
Jumlah pengadaan paracetamol tablet
Januari- Desember : 2.000.000 Tablet
( habis dalam 10 bulan → jadi kosong 2 bulan,
sisa per 31 Desember = 0 )
a. Pemakaian rata-rata /bulan 2.000.000 /10 =
200.000
b. Kebutuhan 1 tahun = 12 X 200.000 = 2.400.000
c. Stok pengaman ( 10% - 20% ) =
20% X 2.400.000 = 480.000
d. Waktu tunggu 3 bulan = 3 X 200.000 = 600.000
e. Kebutuhan paracetamol tablet 2008 adalah :
b + c + d (2.400.000 + 480.000 + 600.000 ) =
3.480.000 = e
f. Jadi pengadaan tahun berikut adalah e – sisa
stock ( 3.480.000 – 0) = 3.480.000 tablet =
3.480 kaleng @ 1000 tablet
RUMUS METODE KONSUMSI
CT = (CA x T) + SS – sisa stok

Keterangan :
CT = Rencana Kebutuhan per periode waktu
CA = Konsumsi rata-rata per bulan
T = Lama kebutuhan (bulan/tahun)
LT = Lead Time (waktu tunggu pengadaan)
SS = Safety Stock (CA X LT)

CT = (CA x T) + (CA X LT) – sisa stok


KELEBIHAN KEKURANGAN
❑ Tidak membutuhkan data epidemiologi ❑ Data konsumsi dan data obat yang dapat
maupun standar pengobatan diandalkan mungkin sulit diperoleh.
❑ Perhitungan lebih mudah dan sederhana ❑ Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji
❑ Bermanfaat untuk RS dimana masalah penggunaan obat dan perbaikan pola preskripsi.
kesehatan amat banyak dan kompleks ❑ Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan
❑ Dapat diandalkan jika data konsumsi dicatat stok obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih /
dg baik, pola preskripsi tidak berubah dan macet, atau adanya kehilangan.
kebutuhan relatif konstan ❑ Pencatatan data morbiditas yang baik tidak
didorong.
B. Metode morbiditas / epidemologi
Dasar : pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan
dan waktu tunggu (lead time )

Langkah
1. Menentukan jml pasien
2. Menentukan jml kunjungan kasus berdasar
prevalensi penyakit
3. Menyediakan formularium / standar
4. Menghitung perkiraan kebutuhan
5. Penyesuaian dg alokasi dana
METODE EPIDEMIOLOGI
❑ Data yang diperlukan berupa : data jenis penyakit
Metode Perencanaan berdasarkan pada yang penting pada periode lalu, jumlah episode
penyakit yg ada di rumah sakit atau yang
paling sering muncul dimasyarakat setiap penyakit per periode, standard terapi, lama
terapi.
❑ Sangat cocok bila ada data statistik kesehatan
Bertujuan untuk : yang lengkap dan program kesehatan yang

❖ Mengetahui kebutuhan perbekalan mapan, standar terapi yg mantap.


kesehatan suatu populasi masyarakat ❑ Tidak cocok apabila data statistik kesehatan tidak
tertentu (obat program KB, obat
program imunisasi) baik dan variasi kondisi antar daerah sangat

❖ Memperkirakan kebutuhan obat atas besar, standar terapi yang kurang dipatuhi
dasar data epidemiologi
Rumus Epidemiologi
CT = (CE x T) + SS – Sisa stock

Keterangan :
CT= Kebutuhan per periode waktu
CE= Perhitungan standar pengobatan
versus epidemilogi
T = Lama kebutuhan (bulan/tahun)
SS = Safety stock = CE X LT
• Contoh :
a. 1 siklus pengobatan diare perlu 6 bungkus
oralit @ 1 L
jumlah kasus 550
jumlah oralit yang diperlukan
6 X 550 = 3300 bungkus / 1 L
b. selain perhitungan diatas juga harus
memperhitungkan :
- perkiraan perub kunjungan
- lead time
- stok pengaman
KELEBIHAN KEKURANGAN

❑ Tidak membutuhkan data konsumsi obat ❑ Rumit (perlu waktu yg banyak dan tenaga yg
terampil)
❑ Didasarkan pada preskripsi yg rasional
sehingga dapat dijadikan dasar untuk ❑ Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan
mengkaji pola penggunaan obat. kemungkinan terdapat penyakit yg tidak ierlaporkan
❑ Mendorong terlaksananya pencatatan data ❑ Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan.
epidemioligi yang baik, dan pemantapan ❑ Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama
standar terapi
❑ Dapat terjadi kekurangan obat bila ada wabah,
kebutuhan insidental yg tidak terpenuhuhi, dan
variasi obat yg terlal luas.
• Kombinasi metode konsumsi dan morbiditas
di sesuaikan dg anggaran yang tersedia.
1. Standar dan kebijakan setempat.
2. Data catatan medik
3. Anggaran
4. Penetapan prioritas
5. Pola penyakit
6. Sisa persediaan
7. Data penggunaan periode yang lalu
8. Rencana pengembangan
METODE KOMBINASI : KONSUMSI DAN EPIDEMIOLOGI

• Berupa perhitungan keb. obat/alkes yg mempunyai data konsumsi MANTAP namun


kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun).
• Gabungan perhitungan metode konsumsi dgn koreksi epidemiologi yang sudah
dihitung dengan suatu prediksi.
• Koreksi tsb dapat berupa penambahan bila kasus epid naik, berupa pengurangan bila
kasus epid turun
• Digunakan untuk obat & alkes yg terkadang fluktuatif, maka dapat menggunakan
metode konsumsi dg koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan jenis/jumlah tindakan,
perubahan pola peresepan, perubahan kebijakan pelayanan.
RUMUS
C KOMBINASI = ((CA + CE) X T) + SS – SISA STOCK

• CA = Kebutuhan konsumsi rata-rata


• CE = Kebutuhan yang dihitung dg metode
epidemiologi
• SS = Safety stock, dihitung terhadap data
konsumsi dan epid
Perbandingan metode konsumsi & morbiditas :
Konsumsi Morbiditas
- Pilihan pertama dalam - Lebih akurat & mendekati
perencanaan dan pengadan kebt. Yg sebenarnya
- Lebih mudah dan lebih - Pengobatan lebih rasional
cepat dalam perhitungan - Perhitungan lebih rumit
- Kurang tepat dalam - Tidak dapat di gunakan
penentuan jenis dan jumlah untuk senua penyakit
- Mendukung ketidak - Data yg di perlukan :
rasionalan dalam a Kunjungan pasien
penggunaan
b Sepuluh besar pola penykt
c Prosentase dewasa dan
anak
4. Evaluasi perencanaan.
Tehnik evaluasi
- Analisa ABC. → aspek ekonomi
- AnalisaVEN → aspek medik /peresepan
- Kombinasi ABC & VEN
- Revisi daftar PF
1). Analisa ABC
Urutan langkah :
a. Kumpulkan data kebutuhan yang diperoleh dari
salah 1 metode perencanaan, daftar harga, biaya
yang diperlukan untuk tiap nama dagang →
kelompokkan dalam katagori → jumlah perjenis
b. jumlahkan Anggaran total → hitung masing-masing
jenis PF
c. Urutkan mulai dari prosentase biaya
terbanyak
d. Hitung prosentase kumulatif
e. Identifikasi jenis yang menyerap ± 70%
A : 70%
B : 20%
C : 10%
Contoh .
1. Hitung jumlah dana untuk masing-masing
obat (jumlah X harga)
2. Tentukan rangking mulai terbesar
3. Hitung prosentase
4. Hitung kumulasi persen
5. A : kumulasi 70%
B : kumulasi 71 – 90%
C : kumulasi 90 – 100%
2). Analisa VEN.
Analisa sesuai prioritas
V1 : Vital → life saving
E : Esensial → efektif
N : Non esensial → kurang diperlukan.
misal : mahal tapi tidak lebih baik dari
dibanding sejenis lain.
3). Analisa kombinasi ABC dan VEN

A B C
V VA VB VC
E EA EB EC
N NA NB NC

metode gabungan di gunakan u/


pengurangan
• Mekanisme :
tahap I :
NC : prioritas 1 utk di kurangi / dihilangkan
NB : prioritas 2 dikurangi
NA : prioritas 3 dikurangi
Tahap II :
EC : prioritas 1 dikurangi / dihilangkan
EB : prioritas 2 dikurangi
EA : prioritas 3 dikurangi

4). Revisi daftar PF


jika Perlu cepat → revisi dg kriteria
II. PENGADAAN :

Tujuan : mendapatkan PF dg harga yg


layak, mutu yg baik, pengiriman brg
terjamin dan tepat wkt, proses berjalan
lancar dan tidak memerlukan tenaga serta
wkt berlebihan.
pengadaan dpt melalui:
1. Pembelian
2. Produksi / pembuatan
3. sumbangan / droping / hibah
PENGADAAN
• Untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Kriteria yg perlu :
- Mutu produk
- Reputasi produk
- Harga
- Mutu pelayanan pemasok
- Ketepan waktu pengiriman
- Dpt dipercaya
- Kebijakan ttg brg di kembalikan
- Pengemasan
PENYIMPANAN
• Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah
asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau
darurat saat dimana isi dipindahkan pada wadah
lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
yang baru, wadah sekurang-kurangnya memuat
nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa
• Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi
yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan
bahan
III. PENYIMPANAN
Tujuan :
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari pengg. yg tdk bertanggung jwb
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan

Metode berdasarkan :
a. Kelas terapi
b. Bentuk sediaan dg FEFO & FIFO
c. Alfabets
• Proses pengadaan ada 3 elemen penting

1. Pengadaan yg dipilih
2. Penyusunan dan persyaratan kontrak Kerja
(CS, MSDS, Dll)
3. Order agar tepat jenis, waktu
III. PENERIMAAN

Tujuan : menjamin PF yg di terima sesuai


kontrak baik spesifikasi mutu, jml
maupun wkt kedatangan.
Semua PF yg diterima hrs diperiksa dan
disesuaikan dg spesifikasi pd order pembelian
- Jenis & jumlah
- Material Safety Data Sheet (B3)
- certificat of origin (alkes)
- Certificate of Analysis
• Untuk kemudahan penyimpanan dan
pencarian perlu dipertimbangkan hal-hal sbb :
1. bentuk denah / gudang → kemudahan
bergerak
2. sirkulasi udara yg baik
3. rak / pallet
4. kondisi penyimpanan khusus :
- mudah terbakar
- narkotik dan psikotropik

5. Pencegahan kebakaran.
- Hindarkan bhn mudah terbakar
- Hrs ada pemadam kebakaran → diperiksa
berkala utk pastikan berfungsi.
❖ PENYUSUNAN STOK.
utk memudahkan pengendalian stok, perlu
langkah2 :
1. Prinsip FEFO & FIFO
2. Susun dlm kemasan besar diatas palet
3. Narkotik lemari khusus
4. Utk PF yg di pengaruhi temperatur udara
dan cahaya, kontaminasi bakteri hrs dlm
tempat sesuai
5. Simpan dlm rak & beri kode
- Obat dalam
terpisah
- Obat luar
6. Cantumkan nama PF pd rak ( jumlah besar
tetap dlm box )
7. PF yg sama di tempatkan pd 1 lokasi meski
anggaran berbeda.
1,7
Ergononomic Consideration
Light, bulky goods

Normal bulk, frequent acces

Small goods

1,2 m: min. aisle


Heavy goods, frequent acces
1,5 m: two-way aisle

Heavy bulky goods, liquids 1,75 m: two-way trolley aisle

2,7
V. PENGENDALIAN

Tujuan : Agar tidak terjadi kelebihan &


kekosongan PF di unit pelayanan
Kegiatan :
1. Menghitung pemakaian rata-rata periode
tersebut→ stok kerja
2. Menentukan
 Stok optimum
 Stok pengaman
3 Waktu tunggu
VI. PENGHAPUSAN
Tujuan : utk menjamin PF yg sudah tdk
memenuhi syarat.

❑Dg penghapusan akan mengurangi beban


penyimpanan maupun mengurangi resiko
terjadi penggunaan obat yg sub standar
❑ Penghapusan merupakan kegiatan membebaskan
diri dari pertanggungjawaban mengelola barang
❑ Nilai pakai tidak sesuai dg biaya yang
dikeluarkan
❑ Menetapkan apakah obat masih laik edar dan
harus dihapus / dimusnahkan
(rusak, khasiat diragukan, kadaluarsa)
H. PENCATATAN & PELAPORAN
Tujuan : Memonitor pemasukan &
pengeluaran PF
Pencatatan dg menggunakan kartu stok
& kartu stok induk
Fungsi kartu stok :
a. Mencatat mutasi PF (penerimaan,
pengeluaran, hutang, rusak & kadaluarsa)
b. Tiap lembar kartu stok hanya untuk 1 jenis PF
dari 1 sumber anggaran
c. Data digunakan untuk :
 Menyusun laporan
 Perencanaan
 Distribusi
Yang perlu diperhatikan :
a. Diletakkan berdekatan dg PF ybs
b. Pencatatan setiap ada transaksi/mutasi
c. Penerimaan & pengeluaran dijumlahkan pd
setiap akhir bulan
Cara Pengisian
a. Bagian judul diisi
1. Nama PF
2. Kemasan
3. Isi kemasan
4. Nama sumber dana /asal PF
b. Kolom diisi
1. Tanggal penerimaan
2. No. dokumen penerimaan/pengeluaran
3. Sumber asal/kepada siapa dikirim
4. No. bets/no. lot
5. Tanggal kadaluarsa
6. Jumlah penerimaan
7. Jumlah pengeluaran
8. Sisa stok
9. Paraf Petugas
VII. PELAPORAN
Tujuan :
- tersedianya :
- data yg akurat sbg bahan evaluasi
- informasi yg akurat
- arsip yg memudahkan penelusuran
surat dan laporan
- data / laporan yg lengkap utk membuat
Jenis laporan yg dibuat IFRS meliputi
No Jenis laporan Kegunaan / keterangan
1. Keuangan ( laporan yg utk keperluan audit,
telah dikeluarkan oleh wajib dibuat
farmasi )
2 Mutasi perbekalan Utk keperluan
farmasi perencanaan, wajib
dibuat
3 Penulisan resep generik Utk keperluan
dan non generik pengadaan, wajib
dibuat
4 Psikotropik dan narkotik Utk audit POM &
keperluan perencanaan,
wajib dibuat
5 Stok opname Utk keperluan audit &
perencanaan, wajib
dibuat
6 Pendistribusian berupa Utk keperluan audit &
jumlah dan rupiah perencanaan, wajib
dibuat
7 Penggunaan obat Utk keperluan audit &
program perencanaan, wajib dibuat
8 Pemakaian Utk keperluan audit &
PFaskeskin perencanaan, wajib dibuat

9 Jumlah resep Utk keperluan perencanaan

10 Kepatuhan Utk keperluan


terhadap perencanaan, informasi utk
formularium KFT
11 Penggunaan obat Utk keperluan
terbatas perencanaan, informasi
utk KFT
12 Penggunaan antibiotik Utk keperluan
perencanaan, informasi
utk KFT
13 kinerja Untuk audit
VIII. MONITORING & EVALUASI
Tujuan : Meningkatkan produktivitas para
pengelola PF agar dpt di tingkatkan scr
optimum
Indikator Dana
Kesesuaian dana : Dana yang tersedia
x 100 %
Total kebutuhan dana
Ketepatan perencanaan
Ketepatan perencanaan obat =
kuantum obat yg direncanakan
jml pemakaian dlm 1 th X 100%

Prosentase dan nilai obat rusak


Prosentase obat rusak :
jumlah obat rusak
X 100%
jumlah obat tersedia
Prosentase penggunaan antibiotik pd ISPA
ISPA non preumonia => tdk perlu antibiotik
Prosentase penggunaan antibiotik ISPA =
jml resep ISPA yg menggunakan antibiotik X 100%
jumlah seluruh resep ISPA
Contoh
Jml resep ISPA yg menggunakan antibiotik : 200
jml seluruh resep ISPA : 1000
200
% penggunaan antibiotik ISPA : 1000 X 100% : 20%

Ideal 0%
PENGENDALIAN MUTU

Kriteria mutu :
 Kemurnian
 Potensi
 Keseragaman btk sed
 Bioavailabilitas
 Stabilitas
Tujuan : Menjamin mutu obat sesuai dengna standar
yang berlaku
Kegiatan pengendalian mutu yang dapat dilakukan di
IFRS
a. Pengendalian secara organoleptis
Tanda-tanda perubahan mutu obat :
1. Tablet
- terjadi perub warna, bau, rasa
- kerusakanberua noda, bintik, lubang,
sumbing pecah, retak, & atau terdapat benda
asing, jadi bubuk dan lembab
- Wadah rusak shg mempengaruhi mutu
2. Kapsul
- perubahan warna
- kapsul terbuka, kosong, rusak, atau melekat satu dg
yg lain
3. Tablet salut
- pecah, warna berubah,
- basah dan lengket
- wadah rusak
4. Cairan
- keruh/timbul enadapan
- konsistensi berubah
- warna / rasa berubah
- wadah rusak
5. Salep
- warna / bau berubah
- konsistensi berubah
- wadah rusak

6. Injeksi
- kebocoran wadah
- terdapat partikel asing
- warna berubah
- larutan yg harusnya jernih tampak keruh
Pengamatan mutu alkes
- Masa kadaluarsa
- Waktu produksi
- Kesamasan
- Penampilan fisik
- Konsultasi dg user

Anda mungkin juga menyukai