Anda di halaman 1dari 5

I.

TUJUAN
Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare
yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan.

II. PRINSIP
Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses,
dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat atapulgit dan loperamid yang dapat
memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan
memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proteksi terhadap diare oleh oleum
ricini.

III. TEORI
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret)
dan merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lainnya.
Menurut tori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga
pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
penyebab utama diare adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya
resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses sekresi
dan reosrpsi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di
sel-sel epitel mukosa.
Proses ini di atur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin,
sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P (Vasoactive
Intestinal Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu
sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare.
Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan sekresi, dengan diare sebagai
gejala utama, sering kali terjadi pada gastroenteritis (radang lambung usus) yang
disebabkan oleh kuman dan toksinnya.
Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan empat jenis gastroenteritis dan
diare sebagai berikut:
1. diare akibat virus, misalnya ’influenza perut’ dan ’travellers diarrhoea’
yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat
pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi
menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang
terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan
sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari. Di negara-negara barat, jenis diare ini
paling sering terjadi, lebih kurang 60%
2. diare bakterial (invasif) agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang
berhubung semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri-
bakteri tertentu pada keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang
terinfeksi oleh banyak kuman, menjadi ”infvasif” dan menyerbu ke dalam
mukosa. Di sini bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan
membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang-kejang, di damping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab
terkenal dari jenis diare ini ialah bakteri Salmonella, shigella,
campylobacter, dan jenis coli tertentu.
3. diare parasiter, seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia,
Cryptosporidium, dan Cyclospora, yang terutama terjadi di daerah (sub)
tropis. Diare akibat parasit-parasit ini biasanya mencirikan mencret cairan
yang intermiten dan bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat
berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea, muntah-muntah, dan rasa
letih umum (malaise).
4. diare akibat enteroktosin. Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih
dari 50 % dari wisatawan di negara-negar berkembang dihinggapi diare
ini. Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk enteroktosin,
yang terpenting adalah E. Coli dan Vibrio cholerae, dan jarang Shigella,
Salmonella, Campylobacter, dan Entamoeba histolytica. Toksin melekat
pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini juga bersifat
”selflimiting”, artinya akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan

1
dalam lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel
mukosa baru.
IV. BAHAN DAN ALAT
Hewan percobaan : mencit putih jantan, dengan berat badan 20-25 g.
Bahan : - Loperamid HCl Tablet (2 mg dan 4 mg)
- Suspensi gom arab 3 %
- Larutan norit 10 %
- Aquadest
Alat : - Alat suntik 1 mL
- Sonde oral
- Stopwatch
- Timbangan mencit
- Bejana silinder
- Seperangkat alat bedah
V. PROSEDUR
+------------------+
| Mulai |
+------------------+
|
v
+------------------------------------+
| 1. Timbang semua bobot mencit |
+------------------------------------+
|
v
+------------------------------------+
| 2. Kelompokkan mencit secara acak |
| - Kelompok kontrol: larutan PGA |
| - Kelompok uji: Loperamid dosis |
+------------------------------------+
|

2
v
+------------------------------------+
| 3. Berikan Larutan Norit pada |
| semua kelompok pada waktu ke-45 |
+------------------------------------+
|
v
+------------------------------------+
| 4. Korbankan hewan pada waktu ke-65|
| dengan dislokasi tulang leher |
+------------------------------------+
|
v
+------------------------------------+
| 5. Keluarkan usus dengan hati-hati |
| sampai usus teregang |
+------------------------------------+
|
v
+------------------------------------+
| 6. Hitung rasio jarak marker |
| terhadap panjang usus |
| - Sajikan hasil dalam tabel |
| - Buat grafik hasil pengamatan |
+------------------------------------+
|
v
+------------------------------------+
| 7. Evaluasi hasil pengamatan |
| - Waktu muncul diare |
| - Jangka waktu berlangsung diare|

3
| - Evaluasi bobot feses secara |
| statistik dengan ANOVA dan |
| Student’s test |
+------------------------------------+
|
v
+------------------+
| Selesai |
+------------------+
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 20021.


Farmakologi Dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Muhtadi, Ahmad, Anas Subarnas, Sri Adi Sumiwi. 20014. Penuntun Praktikum
Farmakologi. Jatinangor: Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi
FMIPA UNPAD

Anda mungkin juga menyukai