Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KIMIA KLINIK

DISUSUN OLEH
ALDENIS RADITYA R

SMK KESDAM IV/ DIPONEGORO


Tahun Pelajaran 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
yang telah memungkinkan penulis menyelesaikan makalah berjudul "(MAKALAH KIMIA
KLINIK) dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas semester 1 kelas XI di bawah bimbingan Ibu
Aulia dalam mata pelajaran Kimia Klinik.
Tujuan utama penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih luas
kepada pembaca mengenai pendidikan pertama anak yaitu orangtua dengan tujuan menambah
tingkat minat baca pada masyarakat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aulia selaku guru mata pelajaran Kimia Klinik
atas bimbingan dan tugas yang telah diberikan.
Melalui tugas ini, kami berhasil memperdalam pengetahuan kami mengenai topik yang kami
angkat. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua individu
yang turut membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis sangat sadar bahwa dalam proses penulisan makalah ini, penulis mungkin telah
melakukan beberapa kesalahan dan keterbatasan.
Oleh karena itu, dengan rendah hati, penulis meminta maaf apabila terdapat kekurangan atau
ketidaksempurnaan dalam makalah ini.
Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca apabila
menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan dalam tulisan ini.

Selamat membaca!

Magelang,6 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------------------
BAGIAN 1: URINALIS ------------------------------------------------------------------------------------
BAB I : PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS URINE ----------------------
DEFINISI URINALISIS-----------------------------------------------------------------------
PROSES PEMBENTUKAN URINE---------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URINE------------------------------------------------
MIKROSKOPIS URINE-----------------------------------------------------------------------
BAB II PEMERIKSAAN KIMIA URINE---------------------------------------------------------------
PROTEIN URINE-------------------------------------------------------------------------------
REDUKSI URINE------------------------------------------------------------------------------
KETON ------------------------------------------------------------------------------------------
BILIRUBIN--------------------------------------------------------------------------------------
UROBILIN---------------------------------------------------------------------------------------
BAB III PEMERIKSAAN FESES-------------------------------------------------------------------------
PROSES PEMBENTUKAN FESES---------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS----------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS-----------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN KIMIA----------------------------------------------------------------------
BAB IV:PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH--------------------------------------------------------

KIMIA DARAH---------------------------------------------------------------------------------
GLUKOSA DARAH----------------------------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH------------------------------------------------------
BAB V PENUTUP ------------------------------------------------------------------------------------------

3
BAB 1
PEMEKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSPIS URINE

A. DEFINISI URINALISIS

Pemeriksaan urinalisis adalah pemeriksaan urine yang memberikan fakta-fakta


tentang keadaan ginjal dan saluran kemih, dan juga mengenai faal berbagai organ dalam
tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas. korteks adrenal, dan lain-lain

B. PROSES PEMBENTUKAN URINE


Urine terbentuk dari proses pembebasan darah dari zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh. Dengan kata lain, urine berisi zat-zat buangan sisa metabolisme tubuh. Urine
merupakan produk dari sistem saluran kemih (traktus urinarius) yang meliputi ginjal,
ureter, kandung kemih (vesika urinaria), dan uretra.

Terbentuknya urine dimulai dari penyaringan darah pada glomerulus (filtrasi glomerulus).
Sebanyak 1 liter darah yang mengandung 500 cc plasma mengalir ke glomerulus dan
10%-nya disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lain
disaring. Filtrat glomerulus mengalir melalui tubula renalis dan sel-selnya menyerap
bahan yang diperlukan tubuh dan meninggalkan yang tidak diperlukan. Dalam keadaan
normal, semua glukosa diabsorpsi kembali, air sebagian besar direabsorpsi, dan
kebanyakan produk buangan dikeluarkan. Urine normal mengandung 96% air dan 4%
benda padat (terdiri atas 2% urea dan 2% produk metabolik lain).

C. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URINE

4
Pemeriksaan makroskopis urine adalah pemeriksaan keadaan urine secara visual.
Pemeriksaan yang termasuk dalam makroskopis urine antara lain volume, warna, bau,
berat jenis, kejernihan, dan derajat keasaman (pH).

A. Volume
Volume urine diukur untuk menentukan adanya gangguan fungsi ginjal, yaitu kelainan
dalam keseimbangan cairan tubuh. Volume urine yang diukur adalah urine 24 jam, urine 12
jam siang dan urine 12 jam malam, juga timed specimen untuk percobaan tertentu. Volume
urine 24 jam setiap orang berbeda-beda. Banyak faktor yang memengaruhi diuresis, antara
lain, usia, jenis kelamin, berat badan, iklim, suhu badan, aktivitas, serta makanan dan
minuman. Rata- rata volume urine 24 jam orang dewasa di daerah tropis adalah 800-1300
ml. Volume urine 12 jam siang 3-4 kali lebih banyak dari urine 12 jam malam.

Volume Perbandingan tersebut akan tetap sama meskipun makanan dan minuman yang
dikonsumsi sama antara siang dan malam hari. Namun, perbandingan tersebut tidak
sepenuhnya berlaku bagi anak-anak. Pemeriksaan urine 24 jam dan 12 jam terkait dengan
penentuan poliuria atau oliguria yang menandai keadaan klinis tertentu. Timed specimen
urine harus diukur dengan sangat teliti karena berhubungan dengan penetapan kuantitatif.
Hasil yang diinginkan bukanlah kadar zat dalam urine, melainkan volume urine mutlaknya

B. Warna

Warna urine terkadang menunjukkan adanya kelainan pada kondisi klinis tertentu. Warna
urine umumnya ditentukan oleh besarnya diuresis: semakin besar diuresis, semakin muda warna
urine tersebut (encer). Warna normal urine berkisar antara kuning muda hingga kuning rua.
Warna tersebut disebabkan oleh Pemeriksaan warna urine dilakukan dengan memindahkan urine
ke tabung reaksi hingga penuh. Lalu uji warna pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya
tembus, yaitu dengan membacanya dalam sikap adanya zat urokrom dan urobilin serong. Hasil
pemeriksaan warna urine dinyatakan dengan tidak berwana, kuning muda, kuning, kuning rua,
kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, cokelat kuning bercampur hijau,
putih seperti susu.dan lain-lain.

Bau
Bau urine abnormal sebaiknya dilaporkan. Pemeriksaan bau urine ini harus dilakukan
pada urine segar, bukan urine yang telah diawetkan. Bau urine normal disebabkan oleh
asam-asam organik yang mudah abnormal sebagai berikut.

5
1. Bau makanan. Makanan yang dikmaksud adalah makanan yang
mengandung zat zat atsiri, seperti jengkol, petai, durian, dan lain lain
2. Bau obat obatan. Obat obatan seperti terpetin, menthol, dan sebagainya
menimbulkan bau dalam urine segar.
3. Bau amoniak. Bau amoniak terjadi karena penguraian ureum oleh
bakteri. Biasanya, bau muncul apabila urine dibiarkan terlalu lama tanpa
pengawet. Dalam keadaan tertentu perombakan ureum terjadi di dalam
kandung kemih akibat infeksi bakteri tertentu.
4. Bau keton. Bau keton menyerupai bau buah buahan atau bunga
setengah kayu.
5. Bau busuk. Bau busuk yang muncul pada urine segar mungkin berasal
dari perombakan zat zat protein, seperti pada kasus karsinoma saluran
kencing. Bau dapat juga disebabkan oleh pembusukan urine yang
mengandung banyak protein di luar tubuh.

B. Berat Jenis
Berat jenis urine berhubungan dengan diuresis; semakin besar diuresis semakin
rendah berat jenis urine, begitu juga sebaliknya. Tingginya berat jenis urine
menandakan pekatnya urine sehingga ini terkait fungsi pemekat ginjal. Berat jenis
urine 24 jam normal berkisar 1016-1022. Berat jenis normal urine sewaktu
adalah 1003-1030.
Penetapan berat jenis urine dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu urinometer
dan refraktometer
1. Penetapan berat jenis urine dengan urinometer.
a. Alat:
 Urinometer
 Gelas urinometer
 Thermometerv raksa

b. Bahan:
Urine segar dengan volume yang banyak.

c. Prosedur:
 Tuang urine kedalam gelas urinometer. Urine yang diperiksa harus
bersuhu ruang. Jika terbentuk busa, hilangkan dengan
menggunakan kertas saring.
 Masukkan urinometer ke dalam gelas tersebut. Urinometer harus
bebas terapung.

6
 Pastikan urinometer tidak menempel pada dinding gelas. Untuk membuat
urinometer bebas terapung, putar urinometer itu menggunakan ibu
jari dan telunjuk.
 Setelah urinometer terapung di tengah-tengah gelas. Baca berat jenis pada
skala urinometer setinggi miniskus bawah. Koreksi suhu dapat dilakukan
jika suhu urinometer berbeda dari suhu kamar atau suhu urine.

2. Penerapan berat jenis urine dengan refraktometer

Penetapan berat jenis urine dengan refraktometer hanya memerlukan


beberapa tetes urine saja Indeks refraksi suatu cairan bertambah secara
linear dengan banyaknya zat terlarut. Jadi, indeks refraksi urine
mempunyai kaitan erat dengan berat jenis urine yang juga ditentukan oleh
kadar zat terlarut. Alat refraktometer untuk pemeriksaan laboratorium
mempunyai skala berat jenis di samping indeks refraksi sehingga berat
jenis urine bisa langsung dibaca.

C. Kejernihan
Derajat kejernihan urine perlu dilaporkan untuk dapat memperkirakan
banyaknya unsur sedimen didalam urine. Urine yeng diperiksa kejernihannya
sebaiknya urine segar karena urine normal akan menjadi agak keruh jika
dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan itu disebut nubekula dan terbentuk dari
lendir sel-sel epitel, dan leukosit yang telah mengendap. Cara menguji
kejernihan urine sama dengan menguji warna. Kejernihan urine dinyatakan
jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Penyebab urine keruh antara lain:

 Amorf fosfat dan karbonat. Adanya amorf fosfat dan karbonat dalam
jumlah besar menyebabkan kekeruhan pada urine. Hal itu mungkin terjadi
sesudah seseorang makan banyak. Sedimen akan mengandung Kristal
amorf urat dan karbonat.
 Bakteri. Kekeruhan yang disebabkan oleh bakteri oleh tidak hanya
disebabkan oleh kuman, tetapi juga peningkatan unsur sedimen, seperti sel
epitel, eritrosit, leukosit, dan lain-lain.
 Unsur unsur sedimen
a. Eritrosit. Eritrosit dalam jumlah banyak menyebabkan urine keruh
kemerahan, seperti air daging.
b. Leukosit.
c. Sel epitel
Adanya unsur-unsur sedimen dalam jumlah banyak dapat menyebabkan
kekeruhan dalam urine yang dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopis.

7
 Cyilus dan lemak. Urine keruh yang disebabkan chylus dan lemak akan
menyerupai susu encer pada pemeriksaan mikroskopis akan terlihat butir-
butir lemak.
 Benda-benda koloid. Umumnya sukar diidentifikasi jenis benda koloid dan
penyebab adanya koloid dalam urine. Urine tidak dapat dijernihkan dengan
penyaringan maupun dengan melakukan sentrifuge. Benda-benda koloid
tidak tampak pada pemeriksaan mikroskopis.
Derajat Keasaman (pH)
Pemeriksaan pH menggambarkan kondisi tubuh terkait adanya gangguan
keseimbangan asam basa Selain itu, pemeriksaan pH pada urine segar memberi
petunjuk kearah etiologi dari infeksi saluran kemih Infeksi oleh Ecoli
menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh Protas yang merombak ureum
menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi basa

Penetapan pH urine dapat dilakukan dengan menggunakan indikator pH. Caranya


adalah dengan mencelupkan indikator pH ke dalam urine sebentar, kemudian
perubahan warnay yang terjadi dibandingkan dengan skala warna yang tersedia.
pH urine normal adalah 4,6-8,5. Urine yang diperiksa derajat keasamannya harus
urine yang segar sebab urine yang dibiarkan lama akan menjadi basa akibat
amoniak hasil perombakan ureum
D. MIKROSKOPIS URINE

Pemeriksaan mikroskopis urine adalah pemeriksaan zat yang terkandung


dalam sedimen urine. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih dan berat ringannya penyakit. Urine yang
dipakai untuk pemeriksaan sebaiknya adalah urine yang segar atau yang
telah diberi pengawet formalin. Unsur-unsur yang terdapat pada sedimen
urine dibagi menjadi unsur organik dan unsur non- organik. Unsur organik
adalah unsur yang berasal dari organ atau jaringan. Unsur ini terdiri dari sel
epitel, eritrosit, leukosit, silinder dan lain-lain. Sedangkan unsur non-organik
adalah yang unsur yang bukan berasal dari jaringan, yang terdiri atas kristal-
kristal.

Unsur Organik Urine

Unsur unsur organik dalam urine meliputi berikut ini

1. Sel epitel. Sel epitel berinti satu dan ukurannya lebih besar dari leukosit. Bentuk sel
epitel berbeda beda menurut tempat asalnya.

a. Sel epitel gepeng (skuamosa). Sel epitel skuamosa berukuran besar dan bentuknya
tidak beraturan.

b. Sel epitel renal. Bentuk sel epitel renal lebih bulat dan lebih kecil dari dari epitel
skuamosa. Sel ini berasal dari pelvis ginjal dan tubuli ginjal.

8
c. Sel epitel tansisional. Sel epitel transisional bentuknya memanjang dan sering
mempunyai tonjolan. Berasal dari kandung kemih.

2. Eritosit. Eritrosit dalam urine berbentuk bulat tanpa struktur dan berwarna
kehijau hijauan.

3. Leukosit. Leukosit di dalam urine berbentuk bulat dan didalamnya


terdapat butiran halus.

4. Silinder. Jenis silinder bermacam macam yaitu:

a. silinder hailin

b silinder granular

c. silinder lilin

d. silinder fibrin

e. silinder eritroit

f. silinder leukosit

g silinder lemak

5. Oval fat bodies. Sel epitel yang mengalami degradasi lemak, bentuknya
membulat.

6. Benang lendir. Bentuknya panjang, sempit, dan berombak ombak.

7. Silindroid. Bentuknya hampir seperti silinder hailin, hanya ujungnya


menyempit menjadi halus seperti benang.

8. Spermatozoa

9. Potongan jaringan

10. Parasit.

11. Bakteri

12. Jamur

Unsur Non Organik

Amorf. Terdapat 2 jenis amorf, yaitu amorf urat (terdapat pada urine asam)
dan amorf fosfat (terdapat pada urine basa). Amorf menyebar seperti pasing.
Amorf urat berbentuk kasar sedangkan amorf fosfat lebih halus.

1. Kristal kristal

a. Calcium oksalat

b. Triple fosfat

9
c. Asam urat

d. Sistin

BAB II

PEMERIKSAAN KIMIA URINE

PROTEIN URINE
Pemeriksaan protein urine termasuk dalam pemeriksaan urine rutin. Adanya protein dalam
urine dilihat dari adanya kekeruhan. Tingkat kekeruhan itu digunakan sebagai standar
banyaknya protein yang terkandung dalam urine tersebut. Oleh sebab itu, sampel urine
yang digunakan harus benar-benar jernih agar hasil kekeruhan yang didapat bukan dari
unsur-unsur sedimen urine. Jika sampel urine keruh. sebaiknya urine disentrifuge terlebih
dahulu, dan yang digunakan untuk pemeriksaan protein adalah supernatannya.

REDUKSI URINE
Pemeriksaan glukosa urine menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Pada
pemeriksaan ini terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika
direduksi oleh glukosa. Garam kupri adalah salah satu reagen yang dapat dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi. Banyak metode pemeriksaan reduksi urine, antara lain tes
Benedict, Fehling, Nylander, dan lain-lain.

KETON
Zat-zat keton yang ada dalam urine adalah aseton, asam aseto-asetat, dan asam beta-
hidroksibutirat. Sampel urine yang digunakan harus urine yang benar-benar segar. Karena
sifat aseton mudah menguap. asam aseto-asetat dan asam beta-hidroksibutirat yang
berubah menjadi aseton kemudian akan ikut menguap. Ada beberapa metode pemeriksaan

10
keton dalam urine. Disini akan dijelaskan pemeriksaan keton urine metode
Rothera modifikasi.

BILIRUBIN
Dalam keadaan abnormal, dapat ditemukan adanya bilirubin dalam urine. Jika urine
dibiarkan, bilirubin dapat berubah menjadi biliverdin melalui proses oksidase. Perubahan
ini akan semakin cepat apabila urine terpapar sinar matahari. Pemeriksaan bilirubin pada
urine menggunakan metode Harrison.

UROBILIN
Urobilin adalah zat yang timbul dari hasil oksidase urobilinogen. Oleh sebab itu, urobilin
tidak terdapat pada urine yang segar. Untuk mempercepat reaksi oksidasi tersebut, perlu
ditambahkan larutan lugol ke dalam urine. Jika terdapat flourosensi hijau pada sampel
urine yang menandakan adanya bilirubin. Bilirubin dapat mengganggu pembacaan warna
sehingga harus dihilangkan. Caranya adalah dengan menambahkan kalsium hidroksida
padat pada sampel urine dan kemudian menyaringnya. penyaringan itulah yang
dipakai untuk sampel.

11
BAB III

PEMERIKAAN FESES

Feses atau yang sering disebut tinja merupakan hasil akhir dari proses pencernaan makanan yang
melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah proses pencernaan secara mekanik yang terjadi di
mulut dan tahap kedua adalah proses secara kimiawi yang terjadi di dalam lambung dan usus
dengan bantuan enzim pencernaan. Selanjutnya, sisa dari proses tersebut akan dikeluarkan
melalui anus. Pembuangan kotoran (feses/tinja) setiap orang berbeda, bergantung pada jenis
makanan yang dikonsumsi. Pembuangan kotoran normal dapat terjadi setiap hari atau dua hari
sekali. (Evelyn C., 2006).

PROSES PEMBENTUKAN FESES

Setelah diproses secara mekanis, makanan akan masuk ke dalam lambung secara peristaltik
melalui esofagus. Akan tetapi, perjalanan keluarnya makan dari lambung tidak berlangsung
segera. Makanan harus dibuat cair atau menyerupai bubur (kimus) terlebih dahulu. Sebanyak
kurang lebih 70 cc makanan masuk ke dalam duodenum, kemudian dilanjutkan ke dalam kolon
dan mengalami proses reabsorpsi. Kimus yang tidak mengalami reabsorpsi akan berubah
menjadi bentuk semisolid yang disebut dengan feses (Evelyn C., 2006). Selain itu, di dalam
saluran cerna banyak terdapat bakteri. Bakteri mengadakan fermentasi pada zat makanan yang
tidak dicerna. Proses fermentasi akan menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap
harinya yang kita kenal sebagai flatus. Misalnya, saat difermentasi, karbohidrat akan berubah
menjadi hidrogen, karbondioksida, dan gas metan. Apabila terjadi ganguan pencernaan
karbohidrat, akan terbentuk banyak gas yang mengakibatkan seseorang merasa kembung.
Apabila terjadi gangguan pencernaan protein, flatus dan feses yang dihasilkan akan sangat bau.

Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk
membantu klinisi menegakkan diagnosis penyakit tertentu. Feses adalah salah satu parameter
yang digunakan dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta penyelidikan suatu penyakit

12
secara lebih mendalam. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium
yang canggih, dalam beberapa kondisi pemeriksaan feses masih sangat penting yang tidak dapat
digantikan oleh pemeriksaan lain. Feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis
adanya kelainan pada sistem pencernaan, diare, infeksi parasit, perdarahan gastrointestinal, ulkus
peptikum, karsinoma dan sindrom seperti malabsorpsi.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
1. Pemeriksaan jumlah
2. Pemeriksaan warna
3. Pemeriksaan bau
4. Pemeriksaan konsistensi
5. Pemeriksaan lendir
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan nanah
8. Pemeriksaan parasit
9. Pemeriksaan sisa makanan

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Protozoa
2. Telur cacing
3. Leukosit
4. Eritrosit
5. Epitel

PEMERIKSAAN KIMIA
DARAH SAMAR
Pemeriksaan kimia feses yang terpenting adalah pemeriksaan darah samar. Pemeriksaan
darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat
dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam feses selalu
dianggap abnormal. Pada keadaan normal, tubuh kehilangan darah 0, 5-2 ml/hari. Pada
keadaan abnormal, dengan tes darah samar positif (+), tubuh kehilangan darah >2
ml/hari. Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan antara lain tes
guaiak, ortotoluidina, ortodinisidina, tes benzidin berdasarkan penentuan aktivitas
peroksidase/ oksiperoksidase eritrosit (Hb). Tes darah samar sangat penting untuk
mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopi
atau mikroskopi.
1. Metode benzindinbasa
2. Metode benzidin dihidroklorida
3. Metode guaiak

13
UROBILIN
Dalam feses normal, selalu ditemukan urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada
penderita ikterus obstruktif. Pada kasus obstruktif total, hasil tes akan menjadi negatif.
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam feses memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan tes urobilin, sebab dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresikan per 24 jam. Dengan demikian, hasil tersebut akan sangat
bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Akan tetapi,
pelaksanaan tes ini terbilang sangat rumit dan sulit sehingga jarang dilakukan di
laboratorium.
BAB IV
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

KIMIA DARAH
Pemeriksaan kimia darah merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk menganalisis zat-
zat kimia organik yang terlarut dalam darah. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui
fungsi hati, profil lemak, fungsi ginjal dan asam urat, gula darah, fungsi jantung, fungsi
pankreas, elektrolit, drug monitoring, dan dapat pula digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis anemia, Sampel yang digunakan adalah serum atau plasma.

GLUKOSA DARAH
Menurut tinjauan biokimia, glukosa termasuk karbohidrat dari golongan monosakarida.
Karbohidrat sendiri merupakan derivat (turunan) dari formaldehid atau gugus keton dari
alkohol atau zat-zat yang pada proses hidrolisis menghasilkan derivat-derivat tersebut.
Komposisi utama karbohidrat adalah C (karbon), H (hidrogen), dan O (oksigen).
Setelah melalui proses penyerapan di dinding usus halus, sebagian besar monosakarida
dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sistesis
sehingga menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO, dan H,O, atau dilepaskan untuk
dibawa bersama aliran darah ke bagian tubuh yang memerlukannya. Sebagian lain
monosakarida dibawa langsung ke sel organ tertentu dan mengalami
metabolisme lebih lanjut.
Karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh bersama makanan akan diubah menjadi glukosa
dalam saluran cerna. Glukosa ini kemudian diserap oleh pembuluh darah dan akan
didistribusikan ke seluruh rubuh anruk digunakan sebagai bahan bakar (kalori) atau sumber
tenaga.

METABOLISME GLUKOSA
1. Glikolisis
2. Glukoneogenesis
3. Glikogenesis
4. Glikogenolisis
5. Jalur pentosa fosfat

14
HORMON YANG MEMENGARUHI GLUKOSA DARAH
1. Insulin
2. Glukagon
3. Somastostatin
4. Tirosin
5. Hormon pertumbuhan (Growth hormone)
6. ACTH

15
KONDISI ABNORMAL
Setelah seseorang makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin guna mencegah kenaikan kadar gula lebih
lanjut. Insulin memasukkan glukosa ke dalam sel agar sel dapat menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau
kombinasi keduanya akan memengaruhi kadar glukosa dalam darah. Kondisi meningkatnya
kadar glukosa dalam darah disebut dengan hiperglikemia. Kondisi ini bisa disebabkan oleh
berbagai kondisi, seperti diabetes melitus, obesitas, atau pengaruh obat-obatan. Sebaliknya,
kondisi menurunnya kadar glukosa darah disebut dengan hipoglikemia. Diabetes melitus
(kencing manis) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang kronis
(menahun), tempat terjadi peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang menetap dan
glukosuria, karena tubuh kehilangan kontrol terhadap gula darah tersebut.

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH


TUJUAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan berbagai aktivitas, seperti berdiri, berjalan,
mandi, makan, bekerja, dan sebagainya. Untuk melakukan aktivitas, kita memerlukan
energi. Energi yang diperlukan ini diperoleh dari bahan yang dikonsumsi. Pada umumnya,
bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat,
protein, dan lemak. Salah satu penghasil energi terbesar adalah karbohidrat glukosa. Glukosa
merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam
tubuh. Hal ini karena semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun
polisakarida, yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati.
Glukosa ini kemudian berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi
di dalam tubuh. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemeriksaan glukosa di dalam tubuh.

METODE PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH


Salah Darah satu metode pemeriksaan glukosa darah yang lazim digunakan adalah GOD-
PAP. Metode ini sangat spesifik untuk pengukuran glukosa di dalam serum atau plasma
melalui reaksi dengan glukosa oksidase, asam glukonat, serta dibentuk hidrogen peroksida.
Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP ini dianjurkan menggunakan plasma darah yang
diambil langsung dari vena (pembuluh darah balik) di sekitar lipatan siku.

16
BAB V
KESIMPULAN

Kimia klinik adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk menganalisis substansi yang
terdapat di dalam jenis cairan tubuh yang mana di dalamnya terdapat “produk samping”.
Produk samping ini seperti urine, serum, plasma, dll. Namun, tidak selalu darah yang
biasanya dianalisis, tetapi bisa juga memakai urine.

17

Anda mungkin juga menyukai