Anda di halaman 1dari 4

PENETAPAN KADAR KONSUMSI KAFEIN DALAM MINUMAN TEH

SEDUHAN YANG BEREDAR DI PASARAN SECARA


KLT - DENSITOMETRI
Verawati, Syahriar Harun, Budi Satria
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

ABSTRACT

This study was concerning in the determination of the levels of caffeine contained in tea packed in
sachets or bags in the market under the brand A, B, and C. Research was done by using TLC-
densitometry performed by measuring the area of the stain spot on TLC chromatogram of the test
compound that has been isolated and compared with standard caffeine compound. Measurement was done
by using Camag’s ® TLC scanner 4. From the results, we obtained the levels of caffeine in tea sample
preparation of brands A, B, and C were equal to 0.840% (16.42 mg/ sachet), 0.647% (14.06 mg/ sachet),
and 0.690% (13.837 mg / sachet) respectively. Daily caffeine intake (3 times daily) of each successive
product A, B, and C were 49.26 mg/ day, 42.18 mg/ day and 41.51 mg/ day respectively, which means
does not exceed the limit of BPOM RI caffeine requirement, that is 150 mg/ day.

Keywords : caffein, tea, TLC-densitometry.

PENDAHULUAN insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang


(Ganiswarna, 1995).
Kafein merupakan alkaloid dari golongan Pada penelitian ini ditentukan kadar
metilxantin yang diketahui memiliki aktivitas konsumsi kafein pada produk teh celup dengan
farmakologi yakni menstimulasi sistem saraf menggunakan metode KLT-Densitometri.
pusat. Kafein terdistribusi setidaknya pada 63 Kafein diekstraksi dengan cara penyajian biasa
jenis tumbuhan yang ada di alam baik pada yaitu diseduh dengan 250 ml air panas selama 2
bagian daun, biji dan buah. Sumber utama menit.
kafein adalah kopi, kola dan teh (Frary et al,
2005).
Teh kemasan merupakan salah satu METODE PENELITIAN
produk minuman yang digemari masyarakat.
Jumlah kafein dalam produk minuman teh Bahan
bervariasi tergantung kepada cara pengeringan, Aquadest, teh celup instant (A, B dan C)
tipe produk dan cara penyajiannya. Tiap orang yang beredar di pasaran, kloroform p.a.,
rata–rata meminum teh tiap hari tidak kurang metanol p.a., NaSO4 anhidrat, asam klorida,
dari 120 ml. Selain sebagai minuman yang kalium klorat, amoniak, NaOH, kafein
menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki pembanding kimia (No. Control 202106).
khasiat bagi kesehatan tubuh. Diantaranya,
mampu mencegah dan menyembuhkan beberapa Alat
penyakit, mulai dari kanker, jantung koroner, Timbangan analitik, spatel, alat penotolan
diabetes, mengurangi stress, mempertahankan Camag® nanomat 4, alumunium foil, kertas
berat tubuh ideal, menurunkan tekanan darah, perkamen, kertas saring, beker glas, corong
pelembut kulit dan lain-lain (Hartoyo, 2003; pisah, gelas ukur, batang pengaduk, corong, vial,
Rohdiana, 2009). Sedangkan konsumsi kafein labu ukur, peralatan rotary evaporator, bejana
yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa kromatografi (chamber) camag®, Camag® UV
dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, Lamps 254 nm dan 366 nm, plat silika 60 GF254
(Merck®). camag® TLC scanner 4.
Ekstraksi kafein dari teh celup nilai Rf (retensi faktor) dari sampel dengan
Sampel teh celup merek A, B dan C yang
kafein standar menunjukan nilai Rf yang sama,
beredar di pasar kota Padang ditimbang setara
dengan berat rata-rata satu sachet. Masukkan teh yaitu 0,54 – 0,56.
ke dalam beker glass dan ditambahkan 250 ml
air panas kedalamnya, selanjutnya diseduh
selama 2 menit sambil diaduk. Larutan teh
disaring melalui corong dengan menggunakan
kertas saring. Filtrat dipindahkan ke corong
pisah, selanjutnya difraksinasi dengan 5 x 30 mL
kloroform. Ambil lapisan kloroform, kemudian
gabungkan dan keringkan dengan menggunakan
NaSO4 anhidrat. Saring larutan dan uapkan
filtrat menggunakan rotary evaporator sampai
didapatkan ekstrak cair, kemudian cukupkan Gambar 1. Uji KLT standar kafein dan sampel
dengan kloroform dalam labu ukur 10 ml. Pipet
3 ml ekstrak cair kemudian diencerkan dengan Persamaan regresi yang diperoleh dari
kloroform hingga 10 ml dalam labu ukur. Kafein data larutan kafein standar adalah y = 7557,21 +
di dalam larutan sampel diidentifikasi dengan 1406,21x dengan koefisien korelasi (r) = 0,997.
reaksi murexid.
30000
Penentuan Kadar Kafein 20000
Larutan standar kafein dan sampel 10000
ditotolkan pada plat KLT yang sama yaitu 0 y = 1406,21x + 7557,21,
berukuran 10x20 cm menggunakan alat penotol
Camag® nanomat 4. Larutan induk kafein r = 0,997
0 510 15
standar (1000 ppm) ditotolkan dengan volume 2,
4, 6, 8, dan 10 µl secara berturut turut sedangkan Konsentrasi ( g/ spot)
volume penotolan sampel adalah 5 µl . Untuk
penentuan recovery dilakukan penotolan pada
plat yang sama yaitu 2 µl standar + 5 µl sampel. Dari persamaan regresi tersebut dapat
Perlakuan diulangi sebanyak tiga kali. Plat KLT dihitung kadar kafein dalam sampel. Sampel A
dielusi dengan fasa gerak kloroform dan metanol memiliki kadar kafein paling tinggi, diikuti oleh
(19 : 1) dengan jarak migrasi 90 mm. sampel C dan B seperti terlihat pada tabel I.
Absorban noda/pita pada plat KLT diukur Apabila dalam sehari maksimal masyarakat
dengan Camag® TLC scanner 4. Berdasarkan meminum teh adalah tiga kali, maka kadar
data luas area kromatogram dan konsentrasi konsumsi harian kafein dari teh A, B dan C
larutan standar, dapat dibuat kurva kalibrasi berturut-turut adalah 49,26 ; 42,18 dan 41,52
untuk pengukuran kadar kafein dalam sampel. mg/hari

Tabel 1. Kadar konsumsi kafein dalam masing-


HASIL DAN PEMBAHASAN masing teh celup
Analisa kafein dalam sampel secara
kualitatif dilakukan dengan memberikan reaksi
murexid. Reaksi ini spesifik untuk alkaloid
turunan xanthin yang berwarna merah violet
bila diberi uap amoniak dan hilang dengan
penambahan alkali kuat, timbulnya warna ini
karena adanya pemecahan oksidatif struktur
purin Pederson, 2006). Selain itu juga diukur
Konsen Kadar
trasi konsumsi % Kadar
Sampel
(µg/ kafein (x ± SD)
spot) (mg/sachet)
A 2,4629 16,42 0,840 ± 0,0180
B 2,1097 14,06 0,647 ± 0,0080
C 2,0754 13,84 0,690 ± 0,0159
Penentuan perolehan kembali pada
sampel A sebesar 104,50 %, sampel B sebesar
103,23 % dan sampel C sebesar 108,58 %
artinya metoda ekstraksi dan analisis kofein
yang digunakan cukup baik. Persentase
perolehan kembali yang baik yaitu 80%-120%
(AOAC, 1999).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah


dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
kadar konsumsi kafein (maksimal 3xsehari)
pada tiga sampel teh celup yang beredar di Kota
Padang, dengan menggunakan metode TLC-
Densitometri, maka kadar kafein pada ketiga
sampel tersebut tidak melebihi batas konsumsi
yang diizinkan oleh BPOM RI (No.
HK.00.05.23.3644) yaitu 150 mg/hari.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC]. Association Official of Analytical


Chemistry, 1999, Official Methods of
Analysis of AOAC International,
Maryland, AOAC International.
BPOM RI, Keputusan Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644,
2004, Jakarta.
Frary CD, Johnson RK, Wang, MQ., 2005, Food
Sources and Intakes Of Caffein in Diets of
Persons in United States, J. Am Diet
Assoc, 105 : 110-113.
Ganiswarna, S. G., 1995, Farmakologi Dan
Terapi, Edisi Keempat, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya bagi
Kesehatan, Penerbit Kasinus, Yogyakarta.
Pederson, O., 2006, Pharmaceutical Chemical
Analysis : Methods for Identification and
Limit Test, CRC Press, USA.
Rohdiana, D., 2009, Teh
ini Menyehatkan,Penerbit
Alfabeta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai