Anda di halaman 1dari 5

CERATA Jurnal Ilmu Farmasi

CERATA Jurnal Ilmu Farmasi,ISSN


Vol. online
13. No.1, Juli 2022
2685-1229
Vol. 13. No.1, Juli 2022 Print 2089-1458

ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN PADA MAKANAN


COKELAT BATANGAN YANG BEREDAR DI
SWALAYAN X KOTA KLATEN
Choiril Hana M 1*)Anita Agustina S1), Meivi Putri 1)
1)
Program Studi D3 Farmasi, Universitas Muhammadiyah Klaten, Klaten, Indonesia
*Email: choirilhm@gmail.com

Abstract
Food chocolate bars contain alkaloid compounds. Caffeine is a type of alkaloid found in coffee
beans, tea leaves and cocoa beans. Caffeine compounds in chocolate can be beneficial and
harmful in the body. The purpose of this study was to analyze the presence or absence of caffeine
in chocolate bars.
The research method used is observational. The population in this study were chocolate bars sold
at Supermarket X, Klaten City. Sampling in this study using total sampling. The sample was tested
qualitatively using the parry reaction. Quantitative analysis using Free Water Titration.
The results showed that qualitatively there were 2 positive samples containing caffeine marked by
a change in color to green. Quantitatively, the caffeine content in sample G was 53.86 mg/g, and
sample H was 30.26 mg/g. The conclusion of this study is that two samples contain caffeine with
a level value that still meets the SNI requirements is 150 mg/day.

Keywords: Chocolate Bar; Caffeine; Water-Free Titration.

Abstrak
Makanan cokelat batangan mengandung senyawa alkaloid. Kafein adalah jenis alkaloid yang
banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh dan biji kakao. Senyawa kafein dalam cokelat dapat
bermanfaat dan merugikan dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ada atau
tidaknya kafein pada cokelat batangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah
makanan cokelat batangan yang dijual di Swalayan X Kota Klaten. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakaan total sampling. Sampel diuji secara kualitatif menggunakan reaksi
parry. Dianalisis kuantitatif menggunakan Titrasi Bebas Air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kualitatif terdapat 2 sampel positif mengandung
kafein ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau. Secara kuantitatif, kadar kafein pada
cokelat batangan sampel G sebesar 53,86 mg/g, dan kadar sampel H sebesar 30,26 mg/g.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dua sampel mengandung kafein dengan nilai kadar yang
masih memenuhi syarat SNI adalah 150 mg/hari.

Kata Kunci : Cokelat Batangan, Kafein, Titrasi Bebas Air.

21
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 13. No.1, Juli 2022

1. PENDAHULUAN dkk., 2020). Menurut SNI 01-7152 2006


Kafein merupakan senyawa alkaloid batasan maksimum kafein dalam makanan
xantina berbentuk Kristal dan berasa pahit dan minuman adalah 150 mg/hari atau 50
yang bekerja sebagai obat perangsang mg/sajian.
psikoaktif dan diuretic ringan. Kafein Metode titrimetri yaitu titrasi bebas air
biasanya ditemukan dalam bahan makanan, karena kafein merupakan golongan alkaloid
seperti biji espresso (Coffee sp), daun teh basa lemah yang sukar larut dalam air dan
(Thea sinensis), biji cola (Cola. acummate mudah larut dalam pelarut organik. Titrasi
dan Cola nitida), biji kakao (Theobroma bebas air mempunyai keuntungan yaitu
cocoa) dan lebih dari 60 spesies tanaman cocok untuk titrasi asam atau basa yang
lainnya (Anonim, 1995). sangat lemah dan mampu melarutkan
Senyawa kafein bisa menyebabkan analit-analit organik (Gandjar dan Rohman,
stimulan pada saraf pusat. Hasil penelitian 2007).
menunjukkan bahwa konsumsi dalam Penelitian ini dimaksudkan untuk
bentuk minuman kakao, atau dalam jumlah mengetahui kandungan yang signifikan
sedikit cokelat pekat dapat lebih terhadap kadar kafein pada makanan
mengembangkan sistem dilatasi aliran cokelat batangan, sehingga masyarakat
darah atau pengukuran terhadap lebih bijak dalam mengonsumsi jenis
kemampuan pembuluh arteri menjadi rileks makanan cokelat batangan apa yang
dan mempercepat akomodasi aliran darah memiliki kadar kafein paling baik dan tidak
(Melisa Darmawan dkk., 2020). Menurut hanya menjadikan cokelat sebagai makanan
studi baru terhadap subjek muda dan sehat kegemaran, tetapi cokelat akan menjadi
menggunakan pencitraan resonansi makanan yang memberi dampak positif
magnetik menemukan bahwa asupan kakao bagi tubuh bila digunakan secara tepat.
menghasilkan peningkatan aliran darah
otak, kakao mungkin berperan dalam 2. METODE
pengobatan kondisi otak seperti demensia Penelitian dimulai dengan melakukan
dan stroke, pada pria dapat disimpulkan uji kandungan pada sampel makanan
bahwa konsumsi cokelat setiap hari cokelat batangan yang diambil dari salah
mengurangi kemungkinan serangan stroke swalayan Kota Klaten. Uji kandungan
dan ditunjukkan bahwa cokelat secara akut dilakukan di Laboratorium Analisis
meningkatkan aliran darah otak (Latif, Farmasi Universitas Muhammadiyah
2013) Klaten . Pengumpulan bahan diperoleh dari
Kafein yang terkandung dalam salah satu swalayan di Kota Klaten, berupa
makanan cokelat batangan tergantung dari produk jadi makanan cokelat batangan
jenisnya. Jenis cokelat pekat terdapat 2.1. Uji Kualitatif
kandungan cokelat yang lebih tiga
Pada Uji kualitatif, Sejumlah sampel
dibanding dengan prosuk cokelat putih
dilarutkan dengan etanol 96% secukupnya,
dan cokelat susu. Amerika Serikat
kemudian ditambahkan reagen parry dan
menetapkan setidaknya 35% kandungan
ammonia encer. Larutan berwarna biru tua/
cokelat untuk cokelat pekat sementara
hijau menyatakan terdapat kafein (Dewi,
Eropa menetapkan setidaknya 43%.
2017).
Cokelat pekat yang enak memiliki
kandungan gula yang sangat rendah 2.2. Isolasi Kafein
dibandingkan dengan berbagai jenis Makanan cokelat batangan Ditimbang
cokelat dan rasanya lebih pahit (Asriati 5 gram menggunakan gelas arloji lalu

22
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 13. No.1, Juli 2022

dimasukkan ke dalam gelas kimia. sampel mengandung kafein dan 6 sampel


Kemudian ditambahkan 150 mL aquades negatif atau tidak mengandung kafein.
panas kedalamnya sambil diaduk Tabel 1. Identifikasi Kafein paa Makanan
menghasilkan larutan sampel. Larutan Cokelat Batangan
sampel yang masih panas disaring melalui Sampel Warna Hasil (+)
corong dengan kertas saring ke dalam atau (-)
Erlenmeyer. Hasil penyaringan larutan A Kekuningan Negatif
sampel ditambahkan 1,5 g padatan kalsium B Kekuningan Negatif
karbonat (CaCO3) dan diaduk. Setelah C Putih terdapat Negatif
kalsium karbonat larut semua, dimasukkan warna biru muda
ke dalam corong pisah. Selanjutnya D Kekuningan Negatif
dilakukan ekstraksi sebanyak 4 kali. Tiap E Putih Negatif
ekstraksi dilakukan dengan penambahan 25 F Kekuningan Negatif
mL kloroform. Tiap kali ekstraksi akan G Hijau lumut Positif
terdapat dua lapisan, yaitu bagian atas dan H Hijau Positif
bawah. Filtrat diuapkan (dalam cawan Jumlah 8
penguap) diatas waterbath sampai fraksi Sumber: Data Primrer, 2021
kloroform hilang sehingga didapatkan
ekstrak kafein bebas pelarut.Isolasi kafein
dilakukan dengan metode ekstraksi 3.2 Pembakuan larutan HClO4 0.1 N
fermentasi air mendidih. Pemisahan ekstrak Pembakuan larutan HClO4 0,1 N
dengan air dilakukan dengan cara partisi dilakukan dengan replikasi sebanyak 3 kali.
menggunakan kloroform. Ekstrak diuapkan Pada pembakuan HClO4 diperoleh volume
hingga fraksi kloroform hilang. rata-rata 10,83 ml dan normalitas sebesar
0,090 N.
Tabel 2. Volume Titran Pembakuan Larutan
2.3. Penetapan Kadar Kafein HClO4 0,1 N
Penetapan kadar kafein dilakukan dengan Replikasi Titrasi Volume (ml)
metode titrasi bebas air. Ditimbang I 11,50
seksama sebanyak 2 gram, dilarutkan dalam II 10,80
5 mL anhidrida asetat. Panaskan kemudian III 10,20
dinginkan. Ditambahkan benzena P Vol rata-rata (ml) 10,83
sebanyak 10 mL. Ditambahkan 2-3 tetes Normalitas (N) 0,090 N
indikator kristal violet. Titrasi dengan asam Sumber : Data Primer , 2021
perklorat 0,1 N hingga terjadi warna hijau Berdasarkan tabel 2 diperoleh volume rata-
zamrud (Anonim, 2016) rata sebesar 10,83 ml sehingga dapat
diketahui normalitas (N) larutan HClO4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN adalah 0,090 N. Normalitas yang diperoleh
3.1Uji Kualitatif Makanan Cokelat sudah mendekati dengan standar yang
Batangan diinginkan sehingga larutan tersebut dapat
Uji kualitatif kafein pada makanan cokelat digunakan sebagai larutan baku HClO4.
batangan dilakukan dengan metode parry.
Sampel positif mengandung kafein apabila 3.3 Preparasi sampel dan Ekstraksi
menghasilkan warna hijau atau hijau lumut. Kafein Makanan Cokelat Batangan
Pada hasil uji kualitatif kafein menunjukkan 2 Ekstraksi kafein pada makanan cokelat
batangan dilakukan dengan menggunakan

23
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 13. No.1, Juli 2022

metode metode fermentasi air mendidih dan Titrasi bebas air dilakukan pada
pemisahan ekstrak dengan air dilakukan senyawa yang bersifat basa lemah atau
dengan cara partisi kloroform. Sampel asam lemah serta senyawa yang tidak
makanan cokelat batangan yang sudah diiris dapat larut dalam air tetapi larut dalam
dan ditumbuk sebanyak 5 gram di larutkan
pelarut organik. (Anonim, 2016). Reaksi
menggunakan pelarut aquadest panas dan
yang terjadi pada analisis kuantitatif
ditambahkan CaCO3, diaduk sampai larut
(tidak terdapat gumpalan serbuk).
dapat dilihat pada gambar berikut ini;
Pemisahan ekstrak dengan aquadest
dilakukan dengan cara partisi menggunakan
kloroform dan dilakukan penguapan hingga
fraksi kloroform hilang, sehingga diperoleh
rendemen sebanyak 2,84 % untuk makanan
cokelat batangan sampel G dan 3,9 % untuk Warna Hijau Zamrud HClO4 + Kristal violet
makanan cokelat batangan sampel H. Gambar 1. Reaksi Analisis Kuantitatif
3.4 Penetapan Kadar Kafein Hasil penetapan kadar kafein terhadap 2
Penetapan kadar kafein dilakukan pada
sampel makanan cokelat batangan,
makanan cokelat batangan yang positif
mengandung kafein yang memiliki kadar
mengandung kafein dengan titrasi bebas air.
Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap di bawah persyaratan. Kadar kafein pada
sampel sampel G sebesar 53,86 mg/g, dan sampel
Tabel 3. Hasil Penetapan Kadar Kafein H sebesar 30,26 mg/g. Kadar kafein
N Re Vol Kadar 𝑥 Kdr x SD tersebut tidak melebihi batas penggunaan
(mg/ mg/g Kdr
plikasi (ml)
g) (%) maksimal SNI 01-7152-2006, yaitu 150
G I 7,200 62,9 mg/hari sehingga masih aman untuk
II 6,100 53,3 53,86 5,386 0,55
III 5,200 45,4
dikonsumsi. Biasanya seseorang
H I 3,700 32,3 mengkonsumsi makanan cokelat batangan
30,5
II 3,500
8
30,26 3,026 0,13 yang masih dianggap aman dalam satu atau
III 3,200 27,9 dua porsi cokelat batangan dengan ukuran
Sumber : Data Primer, 2021 30 gram perbatang setiap pekan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
(Pitakasari, 2019), artinya pada saat
mengetahui kandungan kafein yang ada
mengkonsumsi makanan cokelat batangan
pada makanan cokelat batangan Sampel
setiap pekan sampel G mengandung kafein
makanan cokelat batangan yang diteliti
807,9 mg/g perbatang dalam sepekan dan
dibeli dari salah satu swalayan di Kota
sampel H mengandung kafein 453,9 mg/g
Klaten. Kafein sendiri jika dikonsumsi
perbatang dalam sepekan. Itu artinya dosis
dengan dosis sesuai dapat meningkatkan
kafein pada makanan cokelat batangan
daya ingat karena berkaitan dengan
seberat 30 gram dalam sehari maka
perannya sebagai antagonis reseptor
seseorang telah mengkonsumsi kafein ±
asetilkolin. Pada dosis rendah-menengah
64-115 mg/g dalam sehari, sehingga
dapat meningkatkan memori jangka
penggunaan masih dianggap aman tidak
pendek dengan cara meningkatkan
lebih dari 150 mg/hari.
kewaspadaan (Nasution dkk., 2018)
Dari hasil penelitian dapat digambarkan
bahwa peningkatan kadar kafein

24
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 13. No.1, Juli 2022

dipengaruhi oleh berat rendemen makanan Gandjar, G.H. dan Rohman, A. 2007.
cokelat batangan yang digunakan. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Tingginya kafein yang dihasilkan dari Pelajar. Yogyakarta.
penelitian disebabkan oleh adanya Latif, R. 2013. Chocolate/cocoa and
penambahan kalsium karbonat pada saat human health: A review. Netherlands
pemisahan antara kafein dengan senyawa Journal of Medicine. 71(2). 63–68.
lain, sehingga kafein yang dihasilkan Maramis, R. K., Citraningtyas, G., &
dalam basa bebas semakin banyak Wehantouw, F. 2013. Analisis Kafein
(Maramis dkk., 2013) Dalam Kopi Bubuk Di Kota Manado
Menggunakan Spektrofotometri Uv-
Vis. Pharmacon Jurnal. 2(4).
4 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Melisa Darmawan, Hadi, N. S., Kusmiah,
N., Yamin, M. A., Claresta, L. J., &
dapat ditarik kesimpulan :
Purwoko, Y. 2020. Peran Cokelat
4.1 Berdasarkan hasil penelitian terhadap dalam Penanganan Stres Saat Work
8 sampel makanan cokelat batangan di From Home dan Kesehatan Mata
swalayan X ada 6 sampel negative dan Saat Terpapar Radiasi Online.
2 sampel positif mengandung kafein Prosiding Seminar Nasional
yaitu sampel G dan H, hal ini Hardiknas. 6(2). 65–70.
dibuktikan dengan terbentuknya Nasution, N., Sari, P. R., & Sastra, S. 2018.
warna hijau.. Pengaruh Kafein Terhadap Short
4.2 Kadar kafein pada sampel G sebesar Term Memory Pada Mahasiswi di
53,86 mg/g, dan sampel H sebesar Prodi Psikologi. Jurnal Psikologi
Terapan [JPT]. 1. 7–11.
30,26 mg/g.
Pitakasari, A. R. 2019. Batasan Aman
REFERENSI Makan Cokelat bagi Kesehatan.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia (https://doktersehat.com/batasan-
Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. aman-makan-cokelat/) diakses pada
Jakarta. Halaman 254. tanggal 23 Juli pukul 14.15 WIB.
Anonim. 2016. Penentuan Kadar Kafein
dengan TBA. (https://www.scribd.
com/doc/313505978/Penentuan-
Kadar-dengan-TBA) diakses pada
tanggal 25 Desember 2020 pada pukul
16.17 WIB.
Asriati, D. W., Wahyuni, Ramlah, Amalia,
A. N., & Ristanti, E. Y. 2020.
Karakteristik Kandungan Lemak Dan
Asam Lemak Cokelat Batang Yang
Terbuat Dari Oleogel Minyak Nabati
Dan Cocoa Butter Substitute (Cbs)
Komersil Dengan Oleogator Lemak
Kakao. Jurnal Industri Hasil
Perkebunan. 15(1). 74–82.

25

Anda mungkin juga menyukai