BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
fisiologis seperti keadaan semula keadaan ini disebut involusi. Fundus uteri yang
besar terdiri dari miometrium yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh desidua
basalis. Dinding posterior dan anterior dalam jarak yang terdekat, masing-masing
tebalnya 4 sampai 5 cm. Pada saat post partum, berat uterus kira-kira menjadi
1.000 g.1,3
Selama nifas, terjadi destruksi dan dekonstruksi yang luar biasa pada uterus.
Dua hari setelah persalinan, uterus mulai berinvolusi, dan pada minggu pertama
beratnya sekitar 500 g. Pada minggu kedua beratnya sekitar 300 g. Sekitar 4
minggu setelah melahirkan, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100 g
atau kurang. Uterus biasanya kembali ke ukuran semula setelah sekitar 4 bulan.
Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang cukup besar. Akan tetapi ukuran masing-
masing sel menurun secara bermakna dari 500-800µm kali 5-10 µm saat aterm
Dalam 2 atau 3 hari setelah persalinan, desidual yang tersisa di dalam uterus
terlepas dalam bentuk lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium
yang berisi fundus kelenjar endometrium tetap utuh dan merupakan sumber
endometrium baru.3
Tabel 1 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi 3
Proses involusi uterus yang terjadi pada pada masa nifas melalui tahapan
berikut:2
a. Autolysis
7
otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula
yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya
b. Atrofi jaringan
Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
(lokal iskhemia). Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi
yang cukup lama seperti tersebut di atas tetapi disebabkan oleh pengurangan
aliran darah ke uterus, karena pada masa hamil uterus harus membesar
bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi. Maka pengaliran darah berkurang, kembali
seperti biasa.
c. Efek oksitosin
kompleks dan terjadi karena adanya pertemuan aktin dan myosin. Dengan
demikian aktin dan myosin merupakan komponen kontraksi. Pertemuan aktin dan
myosin disebabkan kaena adanya myocin light chine kinase (MLCK) dan
dependent myosin ATP ase, prose ini dapat dipercepat oleh banyaknya ion kalsium
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan menurangi pedarahan. Selama
1 sampai 2 jam pertama masa nifas intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tertatur, karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi
pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif
untuk kembali ke keadaan tidak hamil. Penyebab paling umum adalah infeksi
plasenta
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 kkal per hari,
kebutuhan tambahan energi adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada
proses involusi menuju normal. Kekurangan energi pada ibu nifas dapat
berjalan lambat.
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, laktasi ini dapat dipercepat
dengan memberiksan rangsangan puting susu (isapan bayi). Pada puting susu
terdapat saraf – saraf sensorik yang jika mendapat rangsangan (isapan bayi) maka
bagian depan dan belakang. Pada kelenjar hipofisis bagian depan akan
pengeluaran hormon oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar serta
memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus berlangsung lebih cepat.
4. Kurang mobilisasi
kotraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan
5. Usia
Proses involusi uterus sangat dipangaruhi oleh usia ibu yang melahirkan.
Usia 20 – 30 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses
involusi yang baik. Hal ini disebakan karena faktor elastisitas dari otot uterus
mengingat ibu yang telah berusia 35 tahun lebih elastisitas ototnya berkurang.
Pada usia kurang dari 20 tahu elastisitasnya belum maksimal karena organ
reproduksi yang belum matang. Sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi
ibu yang usianya lebih tua proses involusi banyak dipengaruhi oleh proses
otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat. Bila proses ini
dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan
6. Paritas
primipara kekuatan kontraksi uterus lebih tinggi dan uterus terasa lebih keras,
sedangkan pada multipara kontraksi uterus dan retraksi uterus berlangsung lebih
lama begitu juga ukuran uterus pada primipara ataupun multipara memiliki
otot rahim selama 9 bulan kemudian. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan,
semakin dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu
pengeluaran lokia, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lokia.
Akan tetapi karena kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung
sudah tidak terlalu kuat maka proses involusi berjalan lebih lambat.
10. Inflamasi
2.4 Patofisiologi
uterus pada masa kehamilan menjadi 2 kali lipat dari keadaan sebelum hamil.
Pada saat bayi lahir, maka pengaliran darah ke uterus akan berkurang, kembali
seperti biasa. Pembuluh darah akan berkurang akibat kontraksi uterus yang baik
pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga pendarahan terjadi
involusi yang mestinya terjadi setelah nifas terganggu karena akibat dari
permasalah-permasalahan diatas.1,2
2.6 Diagnosis3,5
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
record, dll.
b. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini : pengeluaran lochia yang tetap
berwarna merah (dalam bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau
menyengat)
c. Riwayat penyakit
menular.
e. Riwayat obstetrik
Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lama siklusnya,
ada abortus
2) Riwayat persalinan meliputi: Tuanya kehamilan, cara persalinan,
anak lahir hidup / mati, berat badan & panjang anak waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi : keadaan lochia, apakah ada perdarahan,
kontraksi.
4) Riwayat kehamilan sekarang
a) Hamil muda: keluhan selama hamil muda
b) Hamil tua: keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu
jahitan
g. Vulva, dilihat apakah ada edema atau tidak
h. Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun / berkurang
3. Pemeriksaan penunjang
USG
16
2.7 Penatalaksanaan
1. Pemberian antibiotik
2. Pemberian uterotonika1,3
a. Oksitosin
b. Metilergonovine 0,2 mg setiap 3 sampai 4 jam selama 24 sampai 48 jam
3. Pemberian transfusi
4. Dilakukan kuretase bila disebabkan karena tertinggalnya sisa-sisa plasenta
2.8 Komplikasi
pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi
darah sebanyak 500cc atau lebih yang terjadi setelah bayi lahir baik sebelum, selama, atau
sesudah kelahiran plasenta. Penyebab utamanya adalah subinvolusi uterus, yaitu kondisi