Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

MENOMETRORARGI EC MYOMA UTERI DISERTAI ANEMIA


Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Kepaniteraan
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tk. II Dustira Cimahi
Universitas Jenderal Achmad Yani

DisusunOleh:
Wisna Dirgahasari Asmara
4151181482

Pembimbing :
Syafrial, dr., Sp.OG.

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
CIMAHI
2019
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
DAFTAR ISI

BAB I PEMBAHASAN KASUS.......................................................................................3


BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................9
2.1 Definisi.....................................................................................................................9
2.2 Epidemiologi Mioma Uteri......................................................................................9
2.3 Etiologi.....................................................................................................................9
2.4 Faktor Risiko..........................................................................................................10
2.5 Patofisiologi...........................................................................................................12
2.6 Klasifikasi..............................................................................................................13
2.7 Diagnosis................................................................................................................14
2.7.1 Gambaran Klinis.............................................................................................14
2.7.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................16
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................16
2.7.4 Gambaran Histopatologik................................................................................17
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................................19
2.8.1 Terapi Emergensi............................................................................................19
2.8.2 Terapi Khusus.................................................................................................19
2.8.3 Terapi Operasi.................................................................................................20
2.9 Komplikasi.............................................................................................................22
2.9.1 Komplikasi Pada Wanita Hamil......................................................................22
2.9.2 Komplikasi Pada Wanita Tidak Hamil............................................................23
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

2
BAB I
PEMBAHASAN KASUS

RUMAH SAKIT DUSTIRA/FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI

Nama Pasien :Ny. EA Ruangan : 5/6 RM : 374845


Jenis Kelamin :Perempuan Umur : 49 tahun Agama : Islam
Jabatan/Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga Bangsa : Indonesia Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Haji Gopur RT 01/02 gadobangkong Ngamprah, Bandung
Nama Suami : Tn. A Umur : 52 tahun Agama : Islam
Jabatan/Pekerjaan : Serabutan Bangsa : Indonesia Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Haji Gopur RT 01/02 gadobangkong Ngamprah, Bandung
No.Telp : 085885******

Dikirim Oleh : IGD Tgl. Dirawat : 09/02/2020


Tgl. Diperiksa (Co-Ass) : 09/02/2020 Tgl. Keluar : 12/02/2019
Keadaan waktu pulang : sembuh/perbaikan/tidak sembuh/pulang paksa/lain-lain
Pasien meninggal pada tgl : - Jam : -

1. Anamnesis
Keluhan utama : Perdarahan saat haid menjadi lama dan banyak
Anamnesis : Seorang wanita usia 49 tahun, Para 4 Abortus 0
datang ke poliklinik RS Dustira dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir yang berkepanjangan dan banyak
sejak  2 bulan yang lalu. Selain itu pasien juga
mengeluhkan siklus haidnya berubah menjadi 2 kali dalam
1 bulan. Lama haid menjadi 9 sampai 10 hari dan jumlah
darah  10x ganti pembalut. Keluhan disertai nyeri di

3
bagian kiri bawah perut. Keluhan pusing, mata berkunang-
kunang, pucat dirasakan sejak 2 hari yang lalu dan semakin
memberat . BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien tidak
merasa perutnya membesar.
Anamnesis tambahan : Saat ini pasien memiliki empat orang anak yang
berusia 28 tahun, 26 tahun, 24 tahun, dan 12 tahun. Pasien
pernah menggunakan suntik KB 3 bulan selama 1 tahun.
Pasien mengatakan bahwa di keluarga tidak ada yang
pernah didiagnosa mioma uteri.

Riwayat menstruasi
– Menarche : 14 tahun
– Siklus : Tidak teratur
– Lama : 5-7 hari
– Banyaknya : ± 2-3x ganti pembalut
– Sifat darah : biasa
– Dismenorhae : tidak ada

Riwayat Pernikahan
– Status pernikahan : menikah
– Pernikahan ke :1
– Usia suami menikah : 24 tahun
– Usia istri saat menikah : 21 tahun
– Lama pernikahan : 28 tahun

4
Riwayat obstetrik
Para 3, Abortus 0

Usia Jenis Ditolong


No Tahun JK BBL & PBL
kehamilan Persalinan Oleh
1992
1 P Aterm Spontan Paraji 3,0 kg
(28th)
1994
2 L Aterm Spontan Paraji 3,0 kg
(26th)
1996
3 P Aterm Spontan Paraji 3,2 kg
(24th)
2008
4 L Aterm Spontan Paraji 3,0 kg
(12 th)

Riwayat KB
- Suntik KB 3 bulan

Riwayat Sosial Ekonomi


– Respon ibu dan keluarga terhadap penyakit ibu : baik
– Jumlah keluarga di rumah yang dapat membantu ibu : 5
orang
– Pembuat keputusan dalam keluarga : suami 
– Penghasilan suami : Rp.
2.500.000/bulan

2. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
– Kesadaran : compos mentis
– Kesan sakit : sakit sedang
– Tanda vital
• TD : 110/80 mmHg
• Nadi : 82x/m r.e.i.c

5
• Respirasi : 19x/m
• Suhu : 36.7 C
– Berat badan : 62 kg
– Tinggi badan : 154 cm
– IMT : 26.1
– Kepala
• Mata : Konjungtiva anemis +/+
Sklera ikterik -/-
– Leher : KGB tidak teraba,JVP 5+0 cmH2O
– Thorax : Bentuk gerak simetris
• Cor : BJ 1 dan 2 murni regular, bunyi jantung tambahan
-, kardiomegali -
• Pulmo : VBS kanan=kiri,
sonor kanan=kiri
Ronkhi -/-, Wheezing -/-
– Abdomen : datar, lembut, bising usus + N
Hepar dan Lien tidak teraba,
teraba massa ukuran 7cm
konsistensi kenyal padat, mobile,
berbatas tegas
• Ekstremitas : Akral hangat, CRT
< 2dtk
Status Ginekologi
• Abdomen
– Inspeksi : Perut tampak datar, luka bekas operasi (-)
– Palpasi : TFU tidak teraba, nyeri tekan pada daerah perut
bagian bawah (-), teraba massa ukuran  7cm, konsistensi kenyal
padat, batas tegas, mobile
 Anogenital :
– Inspeksi :

6
Vulva/Vagina : Hiperemis (-), pembengkakan (-), fluor albus (-),
perdarahan (+)
Area bartholin : Normal, massa (-)
– Palpasi :
Vulva : pembengkakan (-), nyeri tekan (-)
Area bartholin : normal, massa (-)
– Inspekulo :
Dinding vagina : fluor albus (-), perdarahan (+)
Fornix : normal, laserasi (-), cavum douglas tidak menonjol
Portio : normal, erosi (-), warna: kemerahan
– Pemeriksaan Bimanual :
Vagina : Normal, nyeri (-), bengkak (-)
Fornix : Normal, cavum douglas tidak menonjol
Portio : Normal, tebal, nyeri goyang portio (-)
Corpus Uteri : Anteflexi, besar normal, teraba massa dengan
ukuran 7cm, konsistensi kenyal padat, batas tegas, mobile
Parametrium : Normal, massa (-), nyeri tekan (-)
Adneksa : Normal, massa (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan Lab darah rutin
 USG
Usulan Pemeriksaan :
 Biopsi PA
Pemeriksaan Penunjang:
Tanggal 24/08/2019
1. Lab darah rutin :
Hemoglobin 7.8 g/dl (11.0-16.0)
Eritrosit 3.7^6/uL (4.0-5.0)
Leukosit 6.9 10^3/uL (4.0-10.0)
Hematokrit 24,3% (36.0-48.0)
Trombosit 401 10^3/uL (150-450)

7
MCV 65,1 fL ( 75-100)
MCH 20,9 Pq (25-32)
MCHC 32,1 g/dL (32-36)
RDW 23,7 % (10-16)

Hitung Jenis:
Basofil/Eosinofil/neutrofilsegmen/Limfosit/Monosit
1.4/1,0/49,4/32,0/8,0 (0-1/1-4/50-80/25-50/4-8)
Golongan darah:
A/ RH+
2. USG : massa hipoekoik berbatas tegas dengan ukuran kurang
lebih 7cm
Diagnosa Kerja
Menometrorargia ec mioma uteri disertai anemia

Penatalaksanaan
– Umum : Edukasi pasien mengenai penyakitnya
Transfusi PRC
Observasi keadaan umum dan tanda vital
– Khusus :
Medika mentosa oral : Asam traneksamat 500mg tab 3x1
Tablet Fe 30mg tab 1x1
Antibiotik celocid 2x2gr iv
Tindakan operatif : Miomektomi
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.1 Mioma uteri disebut
juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri, dan uterine fibroid. Mioma ini
berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri
merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita.
Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.1,6

2.2 Epidemiologi Mioma Uteri


Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduktif sebanyak 20% -
25%. Pada usia melebihi 35 tahun insidensi mioma uteri lebih tinggi. Menurut
penelitian yang dilakukan di Amerika Syarikat, 3-9 kali lebih banyak pada ras
kulit berwarna dibandingkan dengan ras berkulit putih. Selama 5 dekade,
ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. Namun di
Afrika, wanita kulit putih sedikit sekali menderita mioma uteri. Perbedaan
Amerika dan Afrika dikaitkan dengan perbedaan pola hidup. Di Amerika
Syarikat, dari 650.000 histerektomi yang dilakukan per tahun, sebanyak 27%
adalah disebabkan mioma uteri. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan sebanyak
2,39%-11.7%.1, 6-9

2.3 Etiologi

Faktor-faktor pnyebab mioma uteri belum diketahui namun terdapat 2


teori:1,6,10
a. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi: 1. Mioma uteri
tumbuh lebih cepat pada masa hamil. 2. Neoplasma ini tidak pernah
ditemukan sebelum menarche. 3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi
sesudah menopause. 4. Hiperplasia endometrium ditemukan bersama
dengan mioma uteri.

9
b. Teori Cellnest
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
estrogen.

2.4 Faktor Risiko1,6,10


1. Umur
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma. Mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum
menarche. Setelah menopause kira-kira hanya 10% mioma uteri masih
tumbuh.
2. Usia Menarche
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan
mioma uteri merupakan respon dari stimulus estrogen. Insidensi mioma
uteri meningkat signifikan pada wanita yang mengalami menarche
sebelum umur 11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan
meningkatkan insidensi mioma uteri. Menarche dini(< 10 tahun)
ditemukan meningkatkan resiko relatif mioma uteri dan menarche yang
lambat (> 16 tahun) menurunkan resiko relatif mioma uteri.
3. Paritas
Mioma uteri sering terjadi pada wanita nulipara atau wanita yang hanya
mempunyai 1 anak. Penelitian yang dilakukan oleh Parker menunjukkan
bahwa semakin meningkat jumlah kehamilan akan menurunkan kejadian
mioma uteri. Suatu penelitian ditunjukkan bahwa resiko menurun hingga
70% pada wanita yang melahirkan 2 anak atau lebih.
4. Kehamilan
Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya kadar
estrogen sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma.
Jika pertumbuhan mioma terlalu cepat akan melebihi suplai darah
sehingga terjadi perubahan degeneratif tumor ini. Hasil yang paling serius
adalah nekrobiosis (degenerasi merah). Pasien dapat mengeluh nyeri dan

10
demam derajat rendah, biasanya pada kehamilan sepuluh minggu kedua.
Palpasi menunjukkan bahwa mioma sangat lunak.
5. Ras
Di negara Amerika, prevalensi mioma uteri adalah 5%-21%. Kejadian
mioma uteri antara ras Africa-American adalah sebanyak 60% dan antara
ras Caucasian adalah 40%. Resiko ini tidak berhubungan dengan faktor
lain. Walaubagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan yang
Val/Val genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen,
catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita
Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita
dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini
menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri
dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.
6. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan resiko untuk
menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi
dari VEGF-α (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan
penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma uteri.
7. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari
hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa
hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar
yang rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di bawah 10 tahun) dijumpai
peningkatan resiko (RR 1,24) dan menarke lewat (usia setelah 16 tahun)
menurunkan resiko (RR 0,68) untuk menderita mioma uteri.
8. Berat badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko

11
menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg
berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang
sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak
tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi
androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding
globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal
yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma
uteri dan pertumbuhannya.
9. Diet
Terdapat studi yang mengaitkan peningkatan terjadinya mioma uteri
dengan diet seperti daging sapi atau daging merah atau ham yang dapat
meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa
menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi
ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar
informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin,
serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri.
10. Kebiasan merokok
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang
bisa menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti:
penurunan konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim
aromatase oleh nikotin.

2.5 Patofisiologi
Penyebab mioma uteri tidak diketahui. Glukosa-6-fosfat menunjukkan bahwa
masing-masing mioma individu unisellular berasal (monoclonal). Meskipun tidak
ada bukti menunjukkan bahwa penyebab mioma adalah estrogen terlibat dalam
pertumbuhan mioma. Mioma mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi
tinggi dari miometrium sekitarnya tetapi dalam konsentrasi lebih rendah dari
endometrium. Progestrone meningkatkan aktivitas mitosis dari mioma pada
wanita muda. Progestrone memungkinkan untuk pembesaran tumor dengan
penurunan apoptosis dalam tumor. Estrogen dapat berkontribusi untuk

12
pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstrasellular. Mioma
bertambah besar dengan terapi estrogen dan selama kehamilan. Ada spekulasi
bahwa pertumbuhan mioma pada kehamilan berkaitan dengan sinergis estradiol
dan laktogen plasenta (hPL). Biasanya ukuran akan menurun setelah menopause.1-
6,10

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium


normal. Teori cellnest atau teori genitoblast membuktikan dengan pemberian
estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur.
Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde
diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor
keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar
bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut
letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosa,intramural dan subserosa.1,2,10

2.6 Klasifikasi1,2
1. Mioma submukosum: Mioma yang berada dibawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma jenis ini walaupun hanya kecil
selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Mioma
submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan
melalui saluran serviks (myomageburt).
2. Mioma Intramural: Mioma intrmural disebut juga sebagai mioma
intrepitelial, biasanya multipel. Tumor jenis ini terdapat di dinding uterus di
antara serabut miometrium, dan sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah.
3. Mioma subserosum: Lokasi tumor di subserosa korpus uteri, dapat hanya
sebagai tonjolan saja,dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan
dengan uterus melalui tangkai. Mioma dapat tumbuh di antara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, selain itu
mioma ini dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wandering/parasistic fibroid.

13
Gambar 2.1 Klasifikasi mioma uteri berdasarkan letak.1,8

2.7 Diagnosis10,11
2.7.1 Gambaran Klinis
Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma uteri
lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi pada penderita
yang hamil. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan
pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada rasa nyeri.1
Gejala klinik hanya terjadi pada 35% - 50% penderita mioma. Hampir
sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam
uterusnya, terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita
sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai
keluhan penderita dapat berupa sebagai berikut:1,2,10,11
1. Perdarahan Abnormal Uterus
Perdarahan menjadi manifestasi klinis utama pada mioma dan hal
ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat
terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam
jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat
besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh
hambatan pasokan darah endometrium, tekanan dan bendungan pembuluh
darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi endometrium di atas

14
tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan
nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum uteri
terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea
dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal
miometrium.
2. Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila
kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan
proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai
mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma
subserosa dari kavum uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi
berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang mengiritasi
selaput peritoneum (seperti peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan
rektum sehingga menimbulkan sensasi mengedan. Nyeri pinggang dapat
terjadi pada penderita mioma yang menekan pensyarafan yang berjalan di
atas permukaan tulang pelvis.
3. Efek Penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan,
tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ
dengan mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan
terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi
saluran cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan strangulasi
usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal,
perdarahan, dispareunia dan infertilitas. Bila ukuran tumor lebih besar lagi
akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum. Abortus
spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap
kavum uteri. Semua efek penekanan dapat dikenali melalui pemeriksaan
IVP, kontras saluran cerna,rontgen dan MRI.
2.7.2 Pemeriksaan Fisik1,10,11
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Kadang, mioma uteri
dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk tidak

15
teratur, gerakan bebas, tidak sakit. Bila belum jelas, terutama pada wanita gemuk,
dapat dilakukan pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan bimanual akan mengungkap
tumor pada uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke
samping, seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai
tangkai yang berhubung dengan uterus. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan
tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada
pemeriksaan pelvis, serviks biasanya normal namun pada keadaan tertentu mioma
submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada
osteum servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler.
Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus
sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.
Kavum endometrium dapat membesar karena tumor submukosa.
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang10,11
Anemia disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan
zat besi. Namun pada kebanyakkan pasien akan terjadi mekanisme eritrositosis.
Pada kasus dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi akan
ditemukan leukositosis.
1. Ultra Sonografi (USG)
Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi
transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma
kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi
kistik menunjukkan anechoic. USG menunjukkan gambaran massa padat
dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai
massa pada abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
2. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan besar,
lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak
penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium. MRI akan
menghasilkan gambaran dengan menyerap energy dari suatu gelombang
radio berfrekuensi tinggi yang menunjukkan adanya mioma.

16
3. Histerosalfingografi (HSG)
Digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah kavum
uteri pada pasien infertil. Merupakan suatu prosedur yang me nghasilkan
gambaran foto rontgen bagian dalam lavitas uterus dan u ntuk mengetahui
keadaan tuba falopii. Sejumlah cairan yang menga ndung iodine
diinjeksikan melalui cervix ke dalam uterus dan tuba falopii, hasil foto
rontgen didapatkan.
4. Urografi intravena
Digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering
terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara
ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah massa pada ureter dan ginjal.
5. Computed Tomography (CT)
CT merupakan salah satu tipe rontgen yang menggunakan komputer untuk
menghasilkan gambaran struktur tubuh seperti uterus. Walapun jarang
dibutuhkan, hasil gambaran CT dapat memperlihatkan adanya mioma.
6. Sonohistografi
Suatu prosedur ultrasonic di mana kavitas uterus dibatasi oleh sejumlah
kecil cairan. Cairan ini ditempatkan pada uterus melalui suatu selang
plastik kecil. Pasien bisa merasakan kram yang ringan. Sonohistografi
meningkatkan kemampuan pemeriksa untuk mengidentifikasi mioma yang
masuk ke dalam kavum uteri.
2.7.4 Gambaran Histopatologik1,2,11
Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut: Pada gambaran
makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpati, pada
penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran
konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya
terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan ukuran yang berbeda-
beda. Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah:
1. Degenerasi jinak:
a. Atrofi: Ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi
setelah persalinan dan menopause.

17
b. Degenerasi Hialin: Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.
Terjadi pada mioma yang matang dimana bagian yang semula aktif
tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan
berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur
menjadi cairan gelatin sebagai tanda degenerasi hialin.
c. Degenerasi Kistik: Setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut
dengan cairnya gelatine sehingga mioma konsistensinya menjadi
kistik. Adanya kompresi atau tekana fisik pada bagian tersebut dapat
menyebabkan keluarnya cairan kista kavum uteri, kavum peritoneum
atau retroperitoneum.
d. Degenerasi membatu (Calcireous Degeneration): Terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan kalsium karbonat dan fosfat pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada
foto rontgen.
e. Degenerasi Septik: Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma
mengalami nekrosis di bagian tengah tumor yang berlanjut dengan
infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut dan demam
akut.
f. Degenerasi merah (Carneous Degeneration): Perubahan ini biasanya
terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya diperkirakan
kerana suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar
dan nyeri pada perabaan.
g. Degenerasi Miksomatosa: Terjadi setelah proses degenerasi hialin dan
kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomatik.
2. Degenerasi ganas: Transformasi ke arah keganasan (menjadi miosarkoma)

18
terjadi pada 0,1% - 0,5% penderita mioma uteri.

2.8 Penatalaksanaan1,12
2.8.1 Terapi Emergensi
Transfusi darah mungkin diperlukan untuk memperbaiki anemia. Transfusi
dikemas sel darah merah lebih digunakan daripada whole blood. Operasi biasa
diindikasikan untuk pasien ketika mereka menjadi secara hemodinamik stabil.
Operasi emergensi diindikasikan untuk infeksi mioma, torsi akut, atau obstruksi
usus yang disebabkan oleh pedunkulata atau parisitik mioma.1
2.8.2 Terapi Khusus
Tujuan dari perawatan medis adalah untuk meringankan atau mengurangi
gejala. Meskipun tidak ada terapi medikasi yang pasti ada pada saat ini tersedia
untuk mioma uteri, gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis
membuktikan bahwa GnRH adalah sangat berguna untuk membatasi pertumbuhan
atau membantu mengurangi ukuran tumor. GnRH agonis dapat menyebabkan
hypogonadism melalui hipofisis desensitisasi, mengatur turun reseptor, dan
penghambatan gonadotropin. Terapi gonadotropin yang dilakukan untuk mioma
uteri untuk 3 bulan akan mencapai penyusutan maksimum mioma uteri untuk
lebih kurang 35%-60% daripada volumnya dan hasil amenorrhea akan membaiki
dalam parameter hematologik. Terapi GnRH dilimitasi oleh efek samping
hipopoestrogenik dan keropos tulang, terutama dengan terapi yang dilakukan
untuk lebih 6 bulan. Ada kembalinya cepat volume uterus dan menstruasi pada
penghentian terapi GnRH agonis mungkin berguna untuk perdarahan control
untuk mioma uteri; tingkat preoperatif hematokrit, bertindak sebagai ukuran
raguan sampai operasi dapat dijadwalkan atau menopause diantisipasi atau
penyusutan mioma akan mengizinkan histerektomi vagina. Pil kontrasepsi oral
umumnya diresepkan untuk mengontrol perdarahan uterus abnormal tetapi
terapinya tidak efektif dalam pengobatan mioma. Pil kontrasepsi oral dapat
membantu dalam mengobati kondisi hidup bersama perdarahan anovulasi yang
mungkin memberikan kontribusi untuk mioma. Suatu penelitian menunjukkan
hasil yang baik dengan penggunaan levonorgestrel-releasing intrauterine alat

19
untuk terapi menorrhagia terkait dengan beberapa mioma kecil.1,2,12,13
2.8.3 Terapi Operasi
Operasi adalah terapi yang paling penting untuk mioma. Pemeriksaan
Imaging paling sering harus disertai dengan evaluasi untuk menyingkirkan proses
neoplastik panggul lainnya. Semua pasien harus mengikuti serviks Papanicolaou
smear test dan endometrium evaluasi jikalau perdarahannya irregular. Sebelum
operasi definitive, volume darah yang diperlukan harus disediakan terlebih dahulu
dan langkah-langkah lain seperti administrasi antibiotika profilatik atau heparin
harus dipetimbangkan. Mekanikal dan persediaan antibiotika usus dapat
digunakan bila operasi panggul menjadi sukar.1,2
a. Miomektomi: Miomektomi adalah salah satu pilihan simptomatik pasien yang
ingin untuk memelihara fertilitas atau melindungi uterus. Kerugian signifikan
adalah resiko untuk mioma yang akan timbul. Pascamiomektomi setelah 5
tahun, 50% - 60% pasien akan mempunyai mioma baru yang akan dideteksi
dalam ultrasound (USG), dan lebih dari 25% pasien akan memerlukan operasi
major untuk kali kedua. Pasangan harus menjalani evaluasi infertilitas
menyeluruh sebelum wanita tersebut menjalani miomektomi untuk memajukan
fertilitas. Kebanyakkan wanita akan dinasihati untuk melambatkan kehamilan
untuk 3-6 bulan selepas miomektomi abdomen dan untuk merencanakan sektio
sesarean selepas mengeliminasi mioma transmural. Resiko untuk kerusakan
uterus disebabkan oleh paritas selepas miomektomi abdomen dilaporkan
sebanyak 0,0002%. Miomektomi yang dilakukan melalui histeroskopi dalam
kasus mioma submukosa dan melalui laparaskopi untuk mioma subserosa yang
angkanya kecil atau mioma intramural sedang meningkat. Kekuatan penutupan
uterus dalam laparaskopi mioma ialah kontroversi, dan kerusakan uterus
dilaporkan apabila masa gestasi 33 minggu. Pasien yang menginginkan
fertilitas dinasihatkan tentang resikonya. Pedunculated mioma submukosa yang
bertumbuh dalam vagina dapat disingkirkan kadang-kala dengan menggunakan
tali yang ada lengkungan atau melalui histereskopi. Tindakan ini adalah
langkah yang paling efektif jikalau tidak ada tumor yang diperlukan untuk
dieliminasi. Jikalau pedunculated mioma tidak dapat disingkirkan melalui

20
vagina maka biopsi dilakukan untuk mengelakkan miosarcoma atau
mesodermal sarcoma. Indikasi untuk miomektomi dalam kehamilan adalah
tanda torsi dalam mioma pedunculated di mana hemostasis stalk dapat dicapai
dengan keselamatan relatif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tindakan
ini mempunyai resiko yang besar untuk mendapatkan perdarahan atau transfusi.
b. Histerektomi: Mioma uteri adalah indikasi paling sering untuk histerektomi
dengan resiko kumulatif sebanyak 7% untuk semua wanita yang berusia dalam
lingkungan 25 tahun - 45 tahun. Lebih dari 50% histerektomi dilakukan pada
wanita yang kulit hitam disebabkan oleh mioma, dengan resiko kumulatif
sebanyak 20% sehingga umur 45 tahun. Histerektomi menyingkirkan gejala
dan rekuren. Uterus dengan mioma kecil mungkin dapat dieliminasikan dengan
tindakan histerektomi vagina total, terutamanya jika relaksasi vagina
membutuhkan perbaikan cystocele, rectocele, atau entrocele. Bila tumor yang
besar ditemukan banyak, histerektomi abdomen total diindikasikan. Ovari
umumnya dipelihara pada wanita premenopausal. Tidak ada komplikasi dalam
mengangkat ovary daripada wanita yang pasca menopause.
c. Embolisasi mioma uteri: Okulasi emboli arteri uterus adalah suatu alternatif
untuk operasi major pada wanita premenopausal yang tidak menginginkan
fertilitas tetapi menginginkan untuk terus memelihara uterus atau mengelakkan
efek samping daripada terapi medikasi. Dalam prosedur ini, arteriogram akan
dilaksanakan untuk mengidentifikasikan suplai darah ke mioma. Selepas itu
satu kateter akan dimasukkan ke dalam bagian distal arteri uterus, biasanya
melalui arteri femoris sebelah kanan. Arteri tersebut akan diinfusi dengan agen
embolisasi (polyvinyl alcohol particles atau tris-acryl gelatine microspheres)
sehingga alirannya terhenti. Prosedur ini akan bertahan selama 1 jam secara
menyeluruh. Studi observasi menunujukkan bahwa terapinya sama efektif
seperti histeretomi dan miomektomi, dengan banyak komplikasi minor dan
dengan komplikasi major yang sikit. Frekuensi mioma rekuren adalah sedikit
dengan embolisasi dibandingkan dengan miomektomi.
d. Ablasi Endometrium: Untuk wanita yang tidak menginginkan fertilitas, ablasi
endometrium dapat mengkontrol gejala perdarahan. Prosedur ini lebih efektif

21
jika dikombinasikan dengan miolisis.
e. Miolisis: Prosedur ini adalah teknik laparascopic thermal coagulation tidak
membutuhkan penjahitan dan senang untuk dilaksanakan. Destruksi jaringan
lokal mungkin akan mengakibatkan kerusakan pada masa kehamilan.
f. Laparaskopi uterus okulasi arteri: Tindakan ini dilaksanakan dengan kateterisasi
arteri uterus melalui laparaskopi.
g. Magnetic resonance-guided focused ultrasound surgery: Cara ini diluluskan
oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2004 untuk terapi
mioma pada wanita premenopausal yang sudah memiliki anak. Prosedur
outpatient yang menggunakan MRI untuk real-time monitoring of
thermoablative teknik yang menukarkan multipel ambangan energi ultrasound
pada volume jaringan yang kecil untuk dimatikan.

2.9 Komplikasi
2.9.1 Komplikasi Pada Wanita Hamil
Semasa trimester kedua dan ketiga kehamilan, mioma akan meningkat dalam
ukuran dan akan melalui deprivasi vaskuler dan perubahan degenratif. Secara
klinis, keadaan ini menyebabkan nyeri dan kelembutan lokal tetapi juga akan
menyebabkan persalinan premature. Manajmen kehamilan dengan istirahat
hampir setiap kali menghilangkan nyerinya tetapi tokolitik mungkin diperlukan
untuk mengkontrol kontraksi uterus. Semasa persalinan, mioma akan
memproduksi kelembaban uteri, malpresentasi janin atau obstruksi jalan
persalinan. Pada umumnya, mioma cenderung naik dari panggul sebagai
kehamilan berlanjut dan pengiriman vagina bisa dicapai. Mioma uteri mungkin
akan mengganggu kontraksi uterus yang efektif segera setelah persalinan, maka
kemungkinan hemorrhagia pascapartus harus diantisipasi.1,2

2.9.2 Komplikasi Pada Wanita Tidak Hamil


Perdarahan yang hebat dengan anemia adalah komplikasi yang paling sering
pada kasus mioma. Obstruksi saluran kemih atau usus dari mioma besar atau
parisitik lebih kurang umum dan transformasi maligna jarang terjadi. Cedera

22
ureter atau ligasi merupakan komplikasi diakui operasi untuk kasus mioma
terutama yang terhubung dengan serviks.1,2

23
BAB III
PEMBAHASAN

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur yang utamanya


adalah otot polos rahim. Mioma uteri juga dikenali sebagai leiomioma
uteri dan fibromioma uteri dan bisa didefinisikan sebagai neoplasma jinak
klonal yang timbul dari sel-sel otot polos di dinding rahim. Strukturnya
mengandung peningkatan dalam jumlah kolagen dan elastin ekstraseluler.
Pada kasus ini, pasien didiagnosis menometrorargi ec myoma uteri
disertai anemia. Pasien perempuan berusia 46 tahun datang dengan
keluhan perdarahan saat haid menjadi lama dan banyak. Pada pasien ada
rasa nyeri pada saat haid dibagian perut bawah, namun tidak terlalu nyeri.
Pada pasien terdapat keluhan pusing, mata berkunang-kunang, pucat.
Tidak terdapat gangguan BAK dan BAB, hal ini menandakan bahwa
ukuran myom pada pasien belum membesar dan belum menekan organ
lain.
Diagnosis didapatkan dari anamnesis yaitu adanya haid tidak
teratur yang menjadi lebih lama dan banyak, dan nyeri saat haid sejak  6
bulan yang lalu. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan adanya massa
di daerah supra simfisis pubis yang juga teraba pada saat pemeriksaan
bimanual corpus uteri. Berdasarkan hasil USG ditemukan adanya
gambaran massa hipoekoik berbatas tegas di uterus.
Penatalaksanaan myoma uteri berukuran kurang dari 5 cm
umumnya tidak memerlukan tindakan operatif, melainkan bisa diberikan
terapi gonadotropin atau diberi terapi progesteron. Sedangkan myom yang
berukuran lebih dari 5 cm memerlukan tindakan operatif, jika menetap
atau membesar, dapat dilakukan myomektomi atau histerektomi.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Adriaansz G. Bab 13: Tumor jinak organ genitalia dalam Ilmu Kandungan
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2011. Hal 274-279.

2. F. Gary Cunningham (Editor), Norman F. Gant MD, Kenneth J., MdLeveno,


Larry C., Iii, MdGilstrap, John C., MdHauth, Katharine D., Md. Williams
Obstetrics 21st Ed. McGraw-Hill Professional; 2001

3. Achadiat CM. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC.


2004.
4. Callahan MD MPP, Tamara L. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing.
2005.
5. Chelmow.D. GynecologicMyomectomy
Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html. (Diunduh pada 23 April
2017)
6. Joedosapoetro MS. 2003.  Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
7. Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA
Chalik. Jakata. Widya Medika,
8. Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology
Illustrated. London : Churchill Livingston

9. Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics


and Gynaecology. London : Mosby

10. Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine


Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA
School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine

25
11. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders
12. Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau
Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
13. Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC

26

Anda mungkin juga menyukai