Anda di halaman 1dari 29

Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus

Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aspek utama dalam menunjang berbagai aktifitas

yang dilakukan oleh manusia. Hal ini secara nyata menunjukkan keterkaitan yang

sangat kuat diantara keduanya. Melihat pada hal tersebut, manusia pada dasarnya

memiliki berbagai cara dalam menjaga kesehatan sesuai dengan pilihan-pilihan

yang mereka tetapkan baik secara individual maupun kolektif. Proses pemilihan

layanan kesehatan ini tentu saja didasari oleh berbagai pertimbangan yang telah

ada sebelumnya. Kualitas dari suatu pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu

hal yang cukup penting untuk dilihat. Standarisasi tentang aturan dan kualifikasi

penyembuh serta pelayanan ketika melakukan treatment pada pasien secara

profesional dengan tidak melihat latar belakang sosial merupakan beberapa hal

dasar yang seharusnya dimiliki oleh suatu sistem medis (Whitehead, 1992).

Istilah mengenai sistem medis merupakan suatu unsur universal dari

kebudayaan, istilah ini harus digunakan dalam artian komprehensif yang

mencakup semua aktifitas klinik dan non klinik, pranata-pranata formal dan

informal serta segala aktifitas lain yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan

kelompok serta meningkatkan fungsi masyarakat secara optimal (Foster dan

Anderson, 2006). Di tengah perkembangan sistem medis modern yang sangat

pesat seperti saat ini, masyarakat tidak begitu saja menjatuhkan pilihannya untuk

menggunakan pola medis secara ilmiah tersebut. Terdapat berbagai faktor yang

1
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

turut mempengaruhi keputusan masyarakat, salah satu faktor yang menyebabkan

hal ini terjadi adalah masih kuatnya nilai-nilai kultural yang berkembang di

masyarakat mengenai efektivitas sistem medis secara tradisional.

Pengobatan tradisional merupakan sebuah konsep pengobatan atau

perawatan kesehatan dimana cara pengobatan dan obat yang digunakan mengacu

kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/pelatihan

yang diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat

(Kepmenkes, 2003). Bila kita membahas secara terminologi tentang pengobatan

tradisional dan pengobatan alternatif maka keduanya merupakan dua terminologi

yang sama untuk menyebutkan satu sistem pengobatan di luar pengobatan modern

yang berasal dari barat. Badan kesehatan dunia (WHO) menyebut hal tersebut

dengan traditional medicine atau pengobatan tradisional sedangkan kalangan

ilmiah banyak yang menyebut dengan traditional healing atau penyembuhan

tradisional bahkan ada juga yang menyebutnya dengan folk medicine, ethno

medicine, indigenous medicine dan alternative medicine (Agoes, 1992).

Pemilihan cara penyembuhan secara tradisional juga tidak lepas dari usaha

untuk memperoleh kesehatan, pada hakekatnya kesehatan mencakup sebagian

besar aspek kehidupan manusia mulai dari proses terbentuknya seseorang sampai

dengan akhir kehidupannya (Ardani, 2013). World Health Organitation (WHO)

menyatakan bahwa pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni pengobatan

berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktik, baik yang dapat

diterangkan secara ilmiah maupun tidak dalam melakukan diagnosis, prevensi dan

pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial. Dewasa ini

2
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pengobatan tradisional tidak hanya hadir sebagai fenomena medis dan ekonomi,

tetapi cakupannya lebih luas lagi yakni sebagai suatu fenomena sosial budaya dan

hal ini terjadi di dalam kehidupan masyarakat (Kasniyah, 1997).

Secara keilmuan pola-pola yang ada pada sistem medis modern berbeda

dengan pola yang terdapat dalam sistem medis tradisional. Hal ini tentu saja

disebabkan oleh berbagai faktor yang terdapat di dalam kedua sistem medis

tersebut. Perbedaan yang sangat mencolok dari dua sistem medis ini diantaranya

adalah (Helman, 1994) :

Tabel 1.1 Perbedaan Sistem Medis Modern dan Sistem Medis Tradisional

Sistem Medis Modern : Sistem Medis Tradisional :

Rasionalitas secara keilmuan Penafsiran pribadi penyembuh


Bersifat objektif melalui sistem Bersifat umum dan cenderung
perhitungan yang rinci menggunakan perkiraan-perkiraan
Berpatokan pada data-data valid secara Tidak ada patokan yang valid dalam
kimiawi diagnosa
Melihat pada sudut pandang “disease” Melihat pada sudut pandang pribadi
sebagai suatu entitas penyembuh
Lebih terfokus pada pasien secara Melayani pasien secara individual
individual dibandingkan dengan maupun kolektif
keluarga atau komunitas

Kesehatan dan penyakit merupakan permasalahan utama yang dihadapi

oleh umat manusia sejak awal keberadaan umat manusia itu sendiri. Berbagai

cerita mengenai penyakit selalu muncul dalam setiap peradaban masyarakat dari

masa ke masa (Prasetya, 2009). Ketika individu sedang menderita suatu penyakit,

maka usaha untuk memperoleh kesembuhan akan terus dilakukan. Perilaku

pencarian pelayanan kesehatan secara sederhana terdiri dari beberapa tahapan

yakni : (1) tidak bertindak apa-apa atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no

3
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

action); (2) tindakan mengobati sendiri (self treatment); (3) mencari pengobatan

ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy); (4) mencari

pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop);

(5) mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan

oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikategorikan ke

dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit (goverment public medicine)

dan; (6) mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang

diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine) (Notoatmodjo, 2007).

Lebih jauh lagi Goule dalam Sciortino (1999) memaparkan bahwa pola

pengobatan tradisional lebih dominan dipilih oleh masyarakat yang memiliki

tingkat sosial, ekonomi serta pendidikan yang lebih rendah. Sementara

masyarakat yang termasuk dalam tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang

lebih tinggi cenderung untuk mendukung dan menggunakan pola pengobatan

modern. Adanya perbedaan pandangan masyarakat dalam memilih bentuk

pelayanan kesehatan yang ideal bagi mereka secara nyata telah menjadi faktor

utama munculnya berbagai pilihan layanan kesehatan baik secara tradisional

maupun modern.

Keberadaan sistem pengobatan yang berorientasi pada aspek-aspek medis

tradisional secara umum telah mampu menyatu dengan masyarakat, hal tersebut

terlihat melalui penggunaan konsep medis tradisional didalam mengatasi berbagai

masalah kesehatan baik di desa maupun di kota (Azwar, 1996). Di Indonesia

sendiri sebagian masyarakatnya masih menggunakan pelayanan kesehatan melalui

sistem pengobatan tradisional. Pada tahun 2003, sebanyak 20,67% dari penduduk

4
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Indonesia lebih memilih untuk menggunakan sistem pengobatan secara

tradisional.1 Jumlah ini kemudian mengalami perkembangan yang cukup

signifikan dari tahun ke tahun, yakni sebanyak 22,26% pada tahun 2008, 24,24%

tahun 2009, dan 27,58% di tahun 2010.2

Berbicara mengenai proses pengambilan keputusan bagi masyarakat dalam

hal pengobatan, maka koneksi diantara kesadaran dan pengetahuan terhadap

penyakit juga sangat menentukan. Kesadaran seseorang dalam memahami apakah

dirinya sedang sehat atau sakit pada hakikatnya tidak dapat terlepas dari

pengetahuan yang dimilikinya serta gejala-gejala apa saja yang dirasakannya.

Lebih lanjut Sarwono (2004) menjelaskan bahwa secara ilmiah penyakit (disease)

itu diartikan sebagai gangguan terhadap fungsi fisiologis dari suatu organisme

yang berasal dari infeksi atau tekanan yang terjadi di lingkungan tersebut,

sehingga penyakit itu bersifat objektif. Sebaliknya sakit (illness) adalah hasil

penilaian individu terhadap pengalamannya ketika menderita suatu penyakit.

Fenomena subjektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak dan hal-hal lainnya.

Mungkin saja terjadi keadaan dimana secara objektif individu terserang suatu

penyakit dan salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya namun individu

tersebut tidak merasa sakit dan tetap menjalankan tugasnya sehari-hari.

Sebaliknya, seseorang mungkin saja bisa merasa sakit namun secara medis tidak

diperoleh bukti bahwa dia sakit. Permasalahan seperti ini sangat berkaitan erat

dengan kondisi sosial budaya yang ada di dalam masyarakat.

1
Data Statistik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2003

2
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2010

5
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dalam konteks masyarakat Jawa, terdapat dua jenis penyakit yang bersifat

pokok yakni : (1) penyakit yang bisa ditemukan sebab-sebab fisiknya dan bisa

disembuhkan melalui pengobatan dokter yang dididik secara medis barat. (2)

penyakit yang tidak bisa ditemukan sebab-sebab secara medis, namun si pasien

masih saja merasakan sakit. Jenis penyakit yang kedua inilah yang seringkali

hanya mampu diobati oleh para dukun (Geertz, 1989).

Melihat pada latar belakang dan karakteristiknya, ilmu Antropologi

sebenarnya juga melakukan pengamatan tentang perilaku kesehatan serta

bagaimana individu tersebut kemudian merespon kondisi kesehatan mereka.

Selain itu, melakukan diagnosa terhadap diri sendiri dan orang lain serta pilihan

untuk berkonsultasi atau membuat keputusan dengan anggota keluarga dalam hal

pemilihan layanan kesehatan juga telah menjadi perhatian dalam ranah ilmu

Antropologi Kesehatan (Hahn, 1999). Antropologi Kesehatan adalah disiplin bio-

budaya yang memberikan perhatian terhadap aspek-aspek biologis dan sosial

budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi diantara

keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan

dan penyakit (Foster dan Anderson, 2006).

Menengok pada berbagai ulasan di atas, terdapat beberapa hal menarik

yang kemudian muncul di dalam kajian perkembangan pengobatan tradisional

saat ini. Salah satunya adalah jika dahulu penyembuh tradisional identik dengan

orang tua yang dipanggil dengan julukan “mbah”3, maka seiring dengan

perkembangan media komunikasi yang semakin maju saat ini tidak sedikit dari

3
Sebutan Untuk Penyembuh Tradisional Dalam Bahasa Jawa

6
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

para pelaku atau praktisi penyembuh tradisional tersebut yang mulai membangun

citra dirinya melalui media cetak, radio dan televisi. Hal ini terbukti dengan

semakin banyaknya program acara pengobatan tradisional yang ada di berbagai

stasiun televisi serta radio dengan narasumber praktisi atau penyembuh tradisional

yang mendapat julukan “Gus” (laki-laki) atau “Jeng” (perempuan). Melalui fakta

ini terungkap sebuah keadaan jika di jaman modern seperti saat ini masih banyak

masyarakat yang lebih mendahulukan berobat ke praktisi medis tradisional

daripada ke medis modern. Pilihan masyarakat tersebut juga didukung oleh

berbagai faktor, salah satunya adalah ketidaksembuhan pasien yang pergi berobat

ke medis modern sehingga beranggapan jika berpindah ke medis tradisional maka

nantinya mereka akan mendapatkan kesembuhan yang di inginkan.

Hal penting lainnya yang juga memiliki peranan dalam perkembangan

pilihan sistem medis adalah mengenai pesatnya arus globalisasi. Globalisasi

dalam dunia kesehatan akan memberikan dampak yang sangat luas, dampak ini

diperkirakan akan mampu memberikan pengaruh terhadap penggunaan teknologi

kesehatan, sistem pelayanan kesehatan, penyakit-penyakit baru hingga kondisi

sosial kemasyarakatan lainnya (Achmadi, 2008). Proses globalisasi mempunyai

implikasi yang sangat krusial terhadap potensi-potensi apa saja yang akan

mengarah pada hal-hal yang bersifat positif maupun negatif dalam dunia medis

dan arus globalisasi ini akan terus berlanjut dan berkembang dari masa ke masa.

Proses globalisasi yang menyangkut pada hal-hal mengenai kebudayaaan

secara tidak langsung akan membuat perubahan budaya semakin mudah terjadi,

hal tersebut juga akan merambah pada kajian budaya dalam konteks kesehatan.

7
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Hasil yang kemudian muncul dari proses ini salah satunya adalah mengenai

perubahan pola pikir dan cara pandang masyarakat tentang masalah-masalah

sosial budaya dan kesehatan yang ada di sekitarnya. Fenomena semacam ini

merupakan proses perubahan sosial yang relatif baru dan hal-hal baru tersebut

meliputi proses perubahan ide yang semakin cepat, citra, gaya dan media

informasi apa yang akan dipilihnya nanti (Baum, 2008).

Saat ini dimana proses sosialisasi mengenai asuransi kesehatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan kalangan swasta semakin gencar digalakkan

tidak begitu saja merubah mind set (cara pandang) masyarakat untuk mengikuti

alur tersebut. Banyak dari masyarakat yang tetap bertahan pada pola pelayanan

medis secara tradisional, hal tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai

pertimbangan. Salah satu pertimbangan yang cukup menarik bagi masyarakat

adalah semakin menjamurnya iklan pengobatan tradisional yang memberikan janji

penyembuhan secara instan melalui media televisi. Hal semacam ini tentu saja

sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut karena meskipun berbagai tawaran

asuransi kesehatan telah menjamur, namun keberadaan pengobatan tradisional

tidak begitu saja sepi peminat. Semakin maraknya perkembangan dunia

penyembuhan secara tradisional di era konsumsi seperti saat ini seringkali

dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dimana mereka

hanya mementingkan proses pembentukan citra diri agar dapat menarik perhatian

masyarakat. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat

yang benar-benar ingin mencari kesembuhan melalui pelayanan medis secara

tradisional.

8
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Bahasan mengenai perubahan pola promosi yang dilakukan oleh

penyembuh tradisional di era saat ini memang menarik untuk dibahas lebih lanjut.

Salah satu penjelasannya adalah jika dahulu proses promosi yang dilakukan oleh

penyembuh tradisional hanya sebatas dari mulut ke mulut (atau dalam istilah Jawa

disebut dengan “getok tular”), namun seiring dengan perkembangan media dan

teknologi yang ada saat ini banyak penyembuh tradisional yang kemudian

memilih cara promosi secara modern. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur

pesan-pesan kesehatan, media promosi secara modern yang dimaksud kemudian

terbagi menjadi tiga bentuk, yakni (1) media cetak (surat kabar, majalah, pamflet,

brosur), (2) media elektronik (televisi, radio) dan (3) media papan (papan nama

praktik) (Notoatmojo, 2007).

Fenomena mengenai menjamurnya praktik pengobatan tradisional sudah

banyak ditemukan di berbagai daerah, termasuk di Propinsi Jawa Timur tepatnya

di Kota Surabaya. Sebagai kota metropolitan nomer dua di Indonesia, Kota

Surabaya banyak dilirik oleh pemerhati bisnis tidak terkecuali dalam bisnis

pengobatan tradisional. Untuk menarik perhatian calon pasien agar menjatuhkan

pilihan pengobatannya kepada praktik pengobatan tradisional banyak penyembuh

tradisional yang kemudian mengubah cara mereka dalam melakukan promosi.

Beberapa hal menarik yang dapat dilihat dari fenomena tersebut adalah mengenai

proses pemasaran atau promosi yang dipilih oleh masing-masing penyembuh

tradisional agar tempat praktiknya dapat tetap eksis. Banyak dari penyembuh

tradisional yang kemudian berani meniru cara medis modern dalam menjalankan

praktik pengobatannya agar dapat meyakinkan calon pasien. Hal ini tentu saja

9
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

merupakan sebuah gebrakan besar dalam perkembangan pengobatan tradisional

karena secara umum apa yang diterapkan oleh sistem medis tradisional sangat

berbeda dengan apa yang diterapkan oleh sistem medis modern.

Maraknya penyembuh tradisional yang beriklan dapat dilihat dari

banyaknya kemunculan mereka di berbagai media baik cetak maupun visual.

Melalui iklan praktik pengobatan tradisional, seringkali penyembuh tradisional

tersebut memberikan janji yang menggiurkan kepada pasien antara lain dapat

memperoleh kesembuhan dari penyakit yang dideritanya dalam jangka waktu

tertentu, menggunakan metode pengobatan tanpa efek samping, tenaga

ahli/konsultan pengobatan yang berpengalaman, hingga penggunaan bahan-bahan

herbal yang menggunakan resep eksklusif ramuan tertentu. Testimoni beberapa

pasien yang menyatakan kondisi kesehatannya membaik atau sembuh setelah

berobat juga merupakan salah satu bahan iklan yang dianggap akan menarik

perhatian calon pasien.

Perubahan pola promosi yang dilakukan oleh para penyembuh tradisional

ini dapat dikatakan sebagai sebuah strategi untuk menjaga eksistensi mereka di

tengah masyarakat. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa strategi merupakan

cara untuk mencapai atau mewujudkan tujuan secara efektif dan efisien, hal inilah

yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh para penyembuh tradisional melalui

strategi media promosi modern berupa iklan. Dengan semakin banyak praktisi

penyembuh tradisional yang mengiklankan usahanya maka akan muncul dua sisi

pendekatan yakni di satu sisi dapat membuat masyarakat yang menggunakan pola

pengobatan tradisional menjadi semakin mempunyai banyak pilihan namun di sisi

10
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

lain jika masyarakat kurang teliti terhadap hal tersebut maka mereka dapat

menjadi korban janji-janji manis (Kristiana, 2013).

Pemilihan media promosi melalui konsep modern seperti halnya iklan bagi

penyembuh tradisional merupakan sebuah trend baru yang cukup marak dalam

kurun waktu belakangan ini. Hal tersebut dapat dilihat dari data PPPI (Persatuan

Perusahaan Periklanan Indonesia) pada tahun 2004 yang menyatakan bahwa total

belanja iklan televisi mengenai pengobatan tradisional menduduki peringkat ke-11

dari 20 besar belanja iklan secara nasional dengan total anggaran mencapai Rp

121 Milyar. Kemudian terjadi peningkatan belanja iklan televisi pengobatan

tradisional pada tahun berikutnya yaitu dengan total anggaran Rp 136 Milyar.

Peringkat yang ada juga ikut naik yaitu dari peringkat ke-11 menuju peringkat 8

pada 20 besar belanja iklan secara nasional. 4

Pola promosi secara modern yang digunakan oleh penyembuh tradisional

seperti halnya melalui program talkshow di televisi dan radio, iklan di surat kabar,

hingga penyebaran brosur merupakan salah satu bukti jika proses promosi yang

dilakukan oleh penyembuh tradisional tersebut sudah mengalami perubahan. Bila

kita lihat lebih dalam, saat ini penyampaian iklan melalui media televisi lebih

banyak dipilih oleh penyembuh tradisional dan hal tersebut tentu saja dibumbui

oleh aroma komersialisasi. Morissan (2010) menjelaskan bahwa proses

komersialisasi selalu mengacu pada usaha memaksimalisasi keuntungan.

Pandangan semacam inilah yang saat ini menyelimuti para penyembuh tradisional

sehingga promosi melalui iklan di televisi kemudian dipilih oleh mereka. Usaha

4
www.anneahira.com/belanja-iklan.html

11
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

untuk dapat mengumpulkan keuntungan melalui media promosi di televisi seolah-

olah menjadi agenda utama bagi para penyembuh tradisional. Berangkat dari hal

inilah kemudian penulis menjadi tertarik untuk mengupas lebih jauh mengenai

fenomena tersebut. Media iklan yang merupakan bentuk budaya kapitalis saat ini

hadir dan digunakan oleh para penyembuh tradisional didalam memasarkan

usahanya. Meskipun demikian, hal tersebut tidak serta merta menghilangkan

secara penuh tradisi “getok tular” yang bersumber dari pengalaman pasien

dimana ia pernah sembuh setelah menjalani pengobatan tradisional.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat pada uraian latar belakang masalah yang telah diangkat

sebelumnya, maka beberapa pertanyaan penelitian yang muncul adalah :

1. Mengapa cara promosi modern melalui iklan di televisi dipilih oleh para

penyembuh tradisional?

2. Bagaimana pandangan kacamata praktisi medis modern terkait penyembuh

tradisional yang melakukan promosi melalui iklan di televisi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami

bagaimanakah proses perubahan yang terjadi di dalam cara promosi atau

pemasaran yang dipilih oleh penyembuh tradisional melalui media iklan di

televisi. Selain itu, alasan apa saja yang mendasari para penyembuh tradisional

12
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tersebut memilih media iklan sebagai alat promosi atau pemasaran menjadi

penting untuk dijabarkan. Yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengetahui

dinamika serta pandangan kacamata medis modern mengenai penggunaan media

iklan sebagai alat promosi atau pemasaran oleh penyembuh tradisional. Ketiga hal

tersebut sangat penting untuk dikaji lebih dalam agar nantinya didapatkan

jawaban yang relevan mengenai permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

Manfaat akademis atau teoritis yang diharapkan akan muncul dalam

penelitian ini adalah peneliti dapat memberikan gambaran dan juga pemaparan

yang cukup jelas mengenai hal-hal yang terkait dengan permasalahan mengenai

kajian kesehatan dalam perspektif Antropologi Kesehatan. Dalam penelitian ini

hal utama yang ingin dikupas lebih lanjut adalah mengenai perubahan konsep

promosi yang dipilih oleh para penyembuh tradisional melalui media modern.

Perkembangan media yang pesat dihubungkan dengan perkembangan

praktik pengobatan tradisional yang menjamur saat ini menjadi kajian yang cukup

menarik untuk dibahas karena nantinya masyarakat akan mengetahui lebih jauh

tentang dinamika yang muncul diantara keduanya. Tidak lupa, diharapkan hasil

penelitian ini dapat menambah literature dan juga referensi khususnya bagi

peneliti lain yang ingin mengambil tema serupa atau mendekati kajian yang

dilakukan oleh penulis.

1.4 Tinjauan Pustaka

Secara umum dalam studi ilmu Antropologi khususnya Antropologi

Kesehatan belum terlalu banyak peneliti yang memfokuskan kajian pada pola

13
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

perubahan promosi layanan kesehatan yang dilakukan oleh penyembuh

tradisional. Salah satu hasil penelitian yang membahas mengenai permasalahan ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Irfan Syuhudi, M. Yamin Sani,

dan M. Basir Said (2012) dengan judul “Etnografi Dukun : Studi Antropologi

Tentang Praktik Pengobatan Dukun di Kota Makassar”. Penelitian ini lebih

banyak membahas mengenai teknik-teknik pengobatan yang dilakukan oleh

dukun di Kota Makassar, meskipun demikian pada beberapa bahasan di dalam

penelitian ini juga disinggung mengenai pola promosi beberapa dukun yang sudah

mulai beralih ke pola modern. Beberapa hasil yang dijabarkan dalam tulisan

tersebut yakni karena melihat ketertarikan sebagian masyarakat untuk berobat ke

dukun maka beberapa dukun menggunakan berbagai cara untuk mempromosikan

keahliannya supaya dikenal atau menjadi terkenal. Beberapa dukun ada yang

menggunakan media sosial seperti memasang iklan di koran, televisi, dan radio.

Ada pula dukun yang membuat brosur dan kemudian mengedarkannya di jalan-

jalan besar tertentu hingga ada juga dukun yang memasang reklame di depan

rumah atau tempat praktiknya. Hal ini mereka lakukan semata-mata sebagai

proses adaptasi untuk bertahan di tengah pluralisme medis yang ada di lingkungan

perkotaan.

Kalangie (1994) menjelaskan bahwa pada dasarnya sistem medis terbagi

ke dalam dua golongan besar, yaitu (1) sistem medis ilmiah yang merupakan hasil

perkembangan ilmu pengetahuan (terutama dalam dunia barat) dan (2) sistem

non-medis (tradisional) yang berasal dari aneka warna kebudayaan manusia. Hal

lain yang membedakan kedua golongan ini adalah pengobatan modern berbasis

14
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pada pembuktian ilmiah, sedangkan pengobatan tradisional berdasarkan kearifan

lokal yang berasal dari kebudayaan masyarakat termasuk di antaranya pengobatan

dukun yang mengobati penyakit menggunakan tenaga gaib atau kekuatan

supranatural.

Pengobatan maupun diagnosis yang dilakukan dukun selalu identik dengan

campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuatan rasio dan

batin (Agoes, 1996). Bruce Kapferer dalam Alkumayi (2011) menyatakan jika

kepercayaan kepada dukun dan praktik perdukunan merupakan local beliefs

(kepercayaan lokal) yang tertanam dalam kebudayaan suatu masyarakat. Sebagai

local beliefs, keduanya (dukun dan praktik perdukunan) tidak bisa dinilai dari

sudut pandang rasionalitas ilmu karena memiliki nalar dan logika sendiri yang

disebut rationality behind irrationality (rasionalitas di belakang irasionalitas).

Pihak-pihak yang kemudian mempercayai dukun dan praktik perdukunan tidak

lantas digolongkan ke dalam masyarakat tradisional yang melambangkan

keterbelakangan.

Pengobatan dukun telah menjadi bagian dalam sistem kognitif masyarakat

yang terdiri atas pengetahuan, kepercayaan, gagasan, dan nilai yang berada

didalam pikiran anggota-anggota individual masyarakat (Goodenough dalam

Kalangie, 1994). Ketika ada orang yang datang berobat kepada dukun kemudian

ia berhasil disembuhkan, maka jasa pengobatan dukun tersebut biasanya akan

terus digunakan oleh si pasien. Salah satu ciri pengobatan dukun adalah

penggunaan doa-doa atau bacaan-bacaan, air putih, dan ramuan tradisional. Para

dukun di Jawa menggunakan teknik-teknik ilmu gaib, ucapan mantra-mantra, dan

15
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

memberikan jamu tradisional untuk mengobati pasiennya. Tidak ada sekolah-

sekolah formal atau sekolah khusus perdukunan. Ada kesan, keahlian menjadi

dukun itu disebabkan atau diwariskan secara turun temurun kepada keturunannya

(Koentjaraningrat, 1984). Namun kenyataannya tidak semua keturunan bisa

mewarisi ilmu dukun dari orang tuanya terlebih jika yang bersangkutan

(keturunannya itu) dianggap tidak memiliki bakat menjadi seorang dukun.

Sebelum mendapat keahlian mengobati, seorang dukun biasanya mengalami

beberapa kali mimpi bertemu orang yang usianya sudah tua dan memakai pakaian

serba putih.

Pengobatan dukun juga mengenal istilah “jodoh-jodohan”, artinya dukun

juga terkadang tidak berhasil menyembuhkan penyakit seseorang meskipun

penyakit yang dialami oleh orang itu pernah dialami orang lain bahkan berhasil

disembuhkan oleh sang dukun (Geertz, 1989). Hal inilah yang kemudian dianggap

sebagai suatu konsep cocok dan tidak cocok, tergantung kepada masing-masing

individu yang mengalaminya.

Hasil penelitian lain yang turut mengulik tentang konsep promosi

penyembuh tradisional secara modern adalah penelitian yang dilakukan oleh Lusi

Kristiana, Pramita Andarwati dan Syarifah Nuraini (2013) dengan judul “Kajian

Regulasi Iklan Sarana Pengobatan Tradisional di Surat Kabar”. Dalam penelitian

ini didapatkan hasil pengamatan jika melalui iklan penyembuh tradisional

seringkali memberikan berbagai janji menggiurkan kepada pasien antara lain

kepastian kesembuhan, tanpa efek samping, tenaga berpengalaman, resep

eksklusif, dan kesaksian pasien yang sembuh. Bentuk iklan dengan janji yang

16
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

masih diragukan kebenarannya ini mungkin turut berperan juga dalam

kecenderungan masyarakat untuk beralih kepada penyembuh tradisional, bahkan

ada dugaan terjadi pelanggaran periklanan oleh pihak penyembuh tradisional.

Pesatnya perkembangan media ternyata turut membantu keberadaan pengobatan

tradisional agar dapat semakin dikenal oleh masyarakat luas. Maraknya iklan

mengenai keberadaan pengobatan tradisional serta tempat praktiknya akhir-akhir

ini dapat dilihat dari tingginya intensitas kemunculan mereka baik di media cetak

maupun televisi. Testimoni beberapa pasien yang menyatakan kondisi

kesehatannya membaik atau sembuh setelah berobat ke penyembuh tradisional

ternyata dapat dijadikan sebagai salah satu bahan iklan agar bisa menarik

konsumen lebih banyak.

Penelitian selanjutnya yang juga menyinggung mengenai keputusan

penyembuh tradisional untuk beriklan sebagai upaya menjaga eksistensinya

adalah tulisan dari Titik Kuntari (2010). Ia memaparkan bahwa paradigma

pemahaman tentang konsep berobat pada pengobatan tradisional yang diketahui

dari iklan sebenarnya merupakan ekspresi dari rasa frustasi dan respon masyarakat

terhadap tingginya biaya pengobatan dan kesehatan secara medis modern.

Hebatnya lagi tidak jarang masyarakat awam menganggap bahwa suatu metode

pengobatan secara tradisional seringkali dianggap dapat mengakomodir semua

jenis penyakit, pemikiran seperti ini biasanya disebabkan oleh efek dari iklan

pengobatan yang sering muncul di televisi. Dalam program talkshow pengobatan

tradisional biasanya seorang penyembuh tradisional mengaku sanggup untuk

mengobati sakit mata, jantung, prostat dan penyakit mematikan lainnya tanpa

17
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

harus operasi. Berbagai penyakit seperti halnya kanker ganas konon bisa

disembuhkan dengan cara memindahkan penyakit tersebut melalui media hewan

atau ke dalam telur. Sugesti yang diciptakan oleh penyembuh tradisional semacam

ini sangat tidak bisa diterima oleh medis modern. Ilmu Kedokteran sendiri yang

sudah berkembang selama berabad-abad (sejak zaman Hipocrates-sebelum

masehi) saja untuk setiap keahlian dibutuhkan tahapan pendidikan yang panjang

agar dapat memperoleh kemampuan spesialisasi terhadap penyakit.

Bila berbicara mengenai biaya yang harus dikeluarkan oleh calon pasien

untuk memperoleh kesembuhan, maka jika kita kalkulasikan dengan cermat upaya

ikhtiar mencari kesembuhan dengan berobat ke dukun, paranormal dan jasa

penyembuh tradisional lainnya biasanya biaya yang harus dikeluarkan bisa jadi

lebih mahal dibandingkan dengan biaya pengobatan medis secara ilmiah. Fakta

lain juga menyebutkan bahwa tidak sedikit dari pasien pengobatan tradisional

yang berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyakit yang

bertambah parah hingga kematian.

Tidak dapat dipungkiri seringkali pasien baru kembali berobat ke medis

modern ketika efek pengobatan tradisional yang dicobanya melalui iklan di

televisi malah menunjukkan gejala-gejala yang semakin berbahaya/memburuk.

Banyak dokter yang mau tidak mau harus menerima kondisi pasien setelah

“digempur” oleh berbagai jenis terapi yang bisa saja memberikan efek buruk bagi

tubuh bahkan dapat memperlambat pemberian terapi secara medis. Persepsi yang

ditanamkan kepada publik bahwa biaya pengobatan medis modern itu mahal

secara nyata telah menumbuh kembangkan opsi agar mereka berobat ke

18
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penyembuh tradisional yang dianggap lebih mujarab. Masyarakat bahkan tidak

jarang rela mengeluarkan uang untuk menyiapkan “ubarampe” dalam proses

pengobatan tradisional dibandingkan dengan membeli obat dari resep dokter atau

di apotik. Sebenarnya anggapan bahwa berobat ke dokter itu mahal pada dasarnya

sama saja seperti biaya yang harus dikeluarkan oleh si pasien ketika mendatangi

penyembuh tradisional satu ke penyembuh tradisional lainnya, padahal kegiatan

seperti ini lebih mahal biayanya. Banyak masyarakat yang tidak

mempermasalahkan hal tersebut karena mereka masih mempercayai bahwa

pengobatan tradisional merupakan jenis pengobatan yang lebih familiar bagi

mereka.

1.5 Kerangka Pemikiran

Malefyt dan Morais (2012) dalam bukunya Advertising and Anthropology

: Ethnographic Practice and Cultural Perspectives menjelaskan bahwa posisi

media memiliki peranan yang besar dalam menyampaikan sebuah pesan yang

bersifat komersial. Pendekatan Antropologis dapat digunakan untuk mengamati

dan menggambarkan dari dalam mengenai fenomena iklan yang berkembang

hingga saat ini. Maksud dari pesan yang bersifat komersial jika dikorelasikan

dengan penelitian ini adalah iklan program talkshow kesehatan yang digunakan

oleh penyembuh tradisional. Melalui iklan di televisi, penyembuh tradisional

memiliki cara untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang praktik

pengobatan tradisional yang dimilikinya. Proses penyampaian ini tentu saja diikuti

oleh tujuan komersialisasi agar penonton tertarik datang dan berobat kepadanya.

19
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Iklan atau dalam Bahasa Inggris Advertise berasal dari Bahasa Latin, yaitu

advere yang berarti menyampaikan pikiran dan gagasan kepada orang lain. Lebih

jauh pengertian iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu layanan yang

disampaikan lewat media dan dibiayai oleh pemrakarsa itu sendiri serta ditujukan

kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Restaty, 2005).

Fenomena beriklan juga dipengaruhi oleh efek globalisasi, dampak yang

ditimbulkan dari proses globalisasi terhadap dunia kesehatan memang sangat

kompleks dan hal tersebut bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Dampak langsung misalnya efek terhadap harga obat-obatan yang semakin mahal

karena bahan yang harus di import dari luar negeri. Pada umumnya harga bahan

obat ini disesuaikan dengan ukuran kurs dolar Amerika yang tidak stabil atau

fluktuatif. Hal ini tentu saja menyebabkan kebingungan bagi masyarakat untuk

memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kantong mereka. Dampak tidak

langsung pada dasarnya dapat dilihat melalui perkembangan ekonomi di masing-

masing negara, permasalahan mengenai perekonomian sedikit banyak akan

berpengaruh pula pada masalah-masalah kesehatan di negara tersebut (Achmadi,

2008).

Proses pemilihan layanan kesehatan bagi masyarakat tentu saja berkorelasi

dengan apa yang mereka ketahui sebelumnya. Pengetahuan masyarakat tersebut

juga dipengaruhi oleh informasi yang mereka dapatkan, tidak terkecuali yang

berasal dari media cetak maupun visual. Studi-studi Antropologis menunjukkan

bahwa proses globalisasi merupakan proses untuk menciptakan konsep

“masyarakat global” (Sahlins, 1994). Lebih lanjut Alam (1998) menjelaskan

20
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

bahwa bentuk-bentuk kebudayaan yang ada saat ini sudah sangat dipengaruhi oleh

arus globalisasi.

Kehadiran televisi merupakan tanda dari suatu perubahan peradaban yang

berasal dari satu ujung garis kontinuum budaya kemudian berlanjut ke ujung garis

kontinuum yang lain. Pada saat televisi mulai menggantikan institusi keluarga,

teman dan komunitas sebagai titik pusat peradaban maka titik interaksi dan

pembentukan nilai akan berpusat pada televisi (Abdullah, 2006). Dalam topik

penelitian ini, keterangan tersebut dapat dikoneksikan dengan pergeseran pola

promosi yang digunakan oleh para penyembuh tradisional. Apabila dahulu

penyembuh tradisional lebih banyak mengandalkan efek langsung dari budaya

getok tular (proses promosi dari mulut ke mulut) namun dengan proses perubahan

modernitas yang ada saat ini para penyembuh tradisional kemudian lebih berani

untuk mengambil cara promosi melalui iklan televisi yang dianggap dapat

langsung diterima secara visual oleh masyarakat.

Media sejatinya menyediakan ruang dan waktu bagi pelaku bisnis untuk

memperkenalkan jasa ataupun produk yang mereka miliki, tidak terkecuali pelaku

pengobatan tradisional. Iklan merupakan informasi yang bersifat komersial atau

berupa layanan masyarakat untuk menawarkan tentang ketersediaan jasa, barang,

dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak luas dengan atau tanpa

imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan (Permenkes, 2010).

Melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 tersebut

proses promosi melalui iklan yang digunakan oleh para penyembuh tradisional

diharuskan sesuai dengan aturan yang berlaku karena hal ini akan diakses oleh

21
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pihak luas. Penjelasan tersebut kemudian seolah-olah menjadi tumpang tindih

ketika orientasi yang dipikirkan oleh pelaku iklan dalam hal ini adalah para

penyembuh tradisional lebih mementingkan pada prospek keuntungan dan bukan

kualitas layanan kesehatan yang diberikan.

McCreery (1995) menyatakan jika iklan yang terdapat dalam program

televisi pada dasarnya memiliki magnet yang sangat kuat untuk menarik penonton

sehingga memperdalam pemahaman mengenai iklan akan sangat penting bagi

individu yang akan atau sedang beriklan. Konsep iklan yang dilakukan oleh

penyembuh tradisional pada umumnya memiliki fungsi persuasif, hal itu

seringkali disebut sebagai fungsi mempengaruhi. Fungsi persuasif merupakan

bentuk fungsi komunikasi untuk menyebarkan informasi yang mampu

mempengaruhi atau mengubah sikap penerima agar dia menentukan sikap dan

perilaku yang sesuai dengan kehendak si pengirim (Liliweri, 2007). Melalui iklan,

penyembuh tradisional dapat dengan leluasa menyisipkan pesan-pesan bernada

rayuan kepada calon pasien. Dalam proses modernisasi dewasa ini sistem nilai

tradisional secara nyata mulai digantikan oleh sistem nilai modern sehingga

referensi yang ada tidak lagi berkiblat pada tradisi, tetapi pada nilai-nilai

modernitas dengan logika berpikir yang berbeda (Abdullah, 2006). Hal ini jelas

terlihat pada perubahan pola promosi yang dilakukan oleh para penyembuh

tradisional saat ini, pemilihan media promosi secara modern dianggap sebagai

jalan pintas bagi mereka.

Pengiklan yang cerdik selalu berusaha untuk dapat menciptakan hal baru

bagi pemirsanya, hal ini dirancang agar menimbulkan ketertarikan (Cook, 1997).

22
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Berbagai cara kreatif yang digunakan oleh penyembuh tradisional secara nyata

merupakan bentuk usaha mereka untuk keluar dari konsep promosi yang dianggap

kuno. Pada dasarnya apa yang disampaikan melalui iklan biasanya memanipulasi

realitas bukan merefleksikan realitas, hal ini biasanya dilakukan dengan

memanipulasi isi yang ditampilkan secara visual melawan verbal (Liliweri, 2007).

Melalui program talkshow yang ditayangkan oleh pihak stasiun televisi,

penyembuh tradisional dapat dengan mudah memberikan penekanan terhadap apa

yang ingin mereka sampaikan kepada calon pasiennya.

Daya persuasif atau pengaruh suatu pesan sangat tergantung pada media

apa yang dipilih oleh komunikator dalam upaya memindahkan pesan atau

informasi tentang permasalahan kesehatan. Keputusan yang diambil oleh

penyembuh tradisional (komunikator) untuk menggunakan media perantara iklan

di televisi dianggap sebagai bentuk usaha persuasif yang dilakukan kepada calon

pasiennya. Peranan media sangat besar dalam konsep komunikasi kesehatan,

semua yang terjadi tergantung pada peranan komunikator untuk memanfaatkan

atau memanipulasi peranan media tersebut (Liliweri, 2007).

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian dengan melakukan

pengamatan langsung (observasi) dan wawancara dengan para infoman yang

terlibat di dalam permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan pendekatan kualitatif

adalah sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah

23
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

manusia berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk melalui

kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, kemudian disusun

dalam sebuah latar ilmiah (Creswell dalam Patilima, 2005).

Data kualitatif menurut Ahimsa-Putra (2009) yakni merupakan

pernyataan-pernyataan mengenai isi, sifat, ciri dan keadaan dari sesuatu atau

gejala, atau bisa juga pernyataan-pernyataan mengenai hubungan-hubungan antara

sesuatu dengan sesuatu yang lain. Meskipun ada berbagai macam jenis metode

analisis, namun secara umum kita dapat mengatakan bahwa tujuan akhir analisis

adalah untuk menetapkan hubungan-hubungan diantara suatu variabel atau gejala

atau unsur tertentu dengan variabel atau gejala atau unsur yang lain lalu

menetapkan jenis hubungan apa yang nantinya akan dilihat lebih dalam.

Penelitian ini bermuara pada kajian Antropologis sehingga penggunaan

metode penelitian secara etnografis juga tidak dapat dilepaskan dalam penelitian

ini. Proses pengumpulan data empiris yang relatif tidak terstruktur, sejumlah kecil

kasus, pelaporan dan teknik analisis yang lebih bersifat interpretatif dengan cara

merangkum berbagai deskripsi fenomena merupakan beberapa hal yang identik

dengan metode etnografis (Denzin dan Lincoln, 2009). Berkaca dari hal tersebut,

metode penelitian secara etnografis menjadi penting untuk digunakan dalam

penelitian ini.

1.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Surabaya, Jawa Timur selama kurun

waktu lima bulan yakni mulai bulan September 2014 hingga Januari 2015. Alasan

24
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

utama yang mendasari pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena Kota

Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dan sekaligus menjadi salah

satu pusat perkembangan menjamurnya praktik-praktik pengobatan tradisional.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyembuh tradisional yang ada di Kota

Surabaya bahkan tidak sedikit dari mereka yang menggunakan media iklan dalam

berpromosi. Melalui stasiun-stasiun televisi lokal yang tersebar begitu banyak di

Kota Surabaya menjadikan kota ini banyak dipilih oleh penyembuh tradisional

sebagai tempat untuk mengembangkan ekspansi praktik pengobatan

tradisionalnya dengan beriklan. Lokasi penelitian merupakan unsur penting dalam

suatu penelitian, bertumpu pada hal tersebut maka pemilihan Kota Surabaya

sebagai lokasi penelitian tentu saja didasari oleh berbagai pertimbangan.

Ketersedian data dan adanya fenomena yang diteliti menjadi dasar pemilihan

lokasi tersebut.

1.6.2 Pemilihan Informan

Dalam sebuah penelitian kualitatif, informan merupakan faktor penting

yang harus selalu diperhatikan. Maksud dari kata “diperhatikan” di sini adalah

informan merupakan ujung tombak dari keberhasilan peneliti dalam menemukan

informasi yang sesuai dengan apa yang dicarinya. Hal ini disebabkan oleh peran

informan yang sangat dibutuhkan untuk menjawab berbagai permasalahan yang

diangkat oleh peneliti.

Secara jelas Spradley (2007) menjelaskan bahwa informan merupakan

pembicara asli (native speaker) yang memiliki kontribusi penuh dalam

25
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menentukan hasil akhir suatu penelitian. Lebih jauh Benard dalam Endraswara

(2006) menyebutkan jika informan kunci (key-informan) merupakan individu

yang dapat bercerita secara mudah, paham terhadap informasi yang dibutuhkan,

serta dapat dengan jelas memberikan informasi kepada peneliti. Melihat pada

fungsi pokok yang sangat dominan dalam suatu penelitian, maka posisi informan

seolah-olah menjadi titik utama agar dapat memperoleh jawaban penelitian yang

akurat.

Dalam penelitian ini informan yang dipilih meliputi :

1. Penyembuh tradisional yang menggunakan media iklan televisi (TV) lewat

acara talkshow kesehatan.

2. Pasien yang menggunakan jasa pengobatan tradisional dari iklan di televisi

(TV).

3. Praktisi kesehatan modern, pihak televisi (TV) serta instansi terkait.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan tahapan

penting yang harus dikerjakan dengan teliti. Dalam penelitian ini beberapa

tahapan dilakukan demi mendapatkan data yang relevan sehingga dapat digunakan

dalam proses analisis data nantinya. Tahapan tersebut diantaranya :

1. Kajian Pustaka : Peneliti melakukan studi literature melalui buku-buku

yang berhubungan dengan perkembangan pengobatan tradisional.

Berbagai jurnal serta unduhan online di internet juga menjadi bahan

26
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tambahan dalam menentukan konsep penelitian yang ingin dibuat. Metode

ini merupakan langkah awal yang cukup penting dalam penelitian karena

peneliti membutuhkan sumber data sekunder yang akan mendukung

penelitian dan juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana ilmu yang

berhubungan dengan penelitian tersebut telah berkembang (Nazir, 1998).

2. Observasi : Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan peneliti

terhadap pola promosi yang dilakukan oleh penyembuh tradisional,

aktifitas praktik hingga saat program talkhsow berlangsung di televisi.

Peneliti juga melakukan observasi partisipasi dengan cara mengunjungi

tempat praktik yang dimiliki oleh penyembuh tradisional secara rutin serta

mengikuti kegiatan penyembuh tradisional ketika sedang mengisi program

talkshow kesehatan di televisi. Memperhatikan secara akurat, mencatat

fenomena yang muncul, serta mempertimbangkan hubungan diantara

aspek-aspek dalam fenomena tersebut merupakan perhatian utama peneliti

(Poerwandari, 2005).

3. Wawancara Mendalam (Indepth-Interview) : Kegiatan ini dilakukan

kepada para informan yang telah ditentukan sebelumnya, tujuan dari

penentuan informan disini adalah untuk mendapatkan data yang relevan

dengan apa yang ingin diteliti. Penyembuh tradisional yang beriklan di

televisi melalui program talkshow kesehatan menjadi informan pokok

dalam penelitian ini. Proses wawancara juga dilakukan pada pasien, pihak

perwakilan stasiun televisi, praktisi medis modern serta instansi terkait

demi memperoleh data secara penuh.

27
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4. Dokumentasi : Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan proses

dokumentasi melalui pengumpulan foto-foto yang diambil menggunakan

kamera digital. Sumber data pendukung lainnya juga dikumpulkan melalui

arsip-arsip yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya serta pihak

stasiun televisi. Tujuan utama dari hal ini adalah diharapkan nantinya akan

dapat membantu peneliti dalam melengkapi data penelitian yang disajikan.

1.6.4 Analisis Data

Tahapan akhir yang paling penting dalam suatu penelitian adalah analisis

data, hal ini merupakan usaha untuk menggabungkan berbagai data yang telah

diperoleh untuk dikaji lebih lanjut. Analisis data pada dasarnya merujuk pada

praktik pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-

bagiannya, hubungan diantara bagian-bagian, serta hubungan bagian-bagian itu

dengan keseluruhannya (Spradley, 1997). Lebih jauh Milles dan Huberman

(1992) menjelaskan bahwa melalui interactive model analysis kegiatan

pengumpulan data dan analisis data tidak dapat dipisahkan begitu saja.

Pengumpulan data ditempatkan sebagai salah satu komponen yang harus ada

dalam kegiatan analisis data.

Hal tersebut dapat dirumuskan melalui tahapan-tahapan yang dilakukan

dalam penelitian ini yakni : proses reduksi data dilakukan dengan cara

mengumpulkan terlebih dahulu data kasar dan masih mentah yang berlangsung

secara terus menerus selama penelitian, lalu kemudian membuat ringkasan data.

Setelah itu data diolah dan disajikan dengan cara penyampaian berbagai informasi

28
Pasang Iklan Di Televisi : Media Penyembuh Tradisional Jawa Di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
Di
Kota Surabaya)
DENY WAHYU APRIADI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang telah didapatkan oleh peneliti selama di lapangan. Data yang telah terkumpul

selanjutnya disusun secara runtut dalam bentuk naratif sehingga mudah dipahami.

Setelah data tersusun dan terklasifikasi dalam bab-bab bahasan maka tahapan

proses analisis yang terakhir adalah dengan membuat penarikan kesimpulan

sehingga peneliti dapat memperoleh hasil akhir dari penelitian ini.

29

Anda mungkin juga menyukai