http://aselhudangmanagement.blogspot.com/2013/04/promosi-kesehatan.html
Aselmus Hudang at 6:06 AM
Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan
1.1 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan
mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) tidak akan bertindak
apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respons
Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak mengganggu kegiatan atau kerja
mereka sehari-hari. anggapan bahwa tanpa bertindak gejala yang dideritanya akan lenyap
dengan sendirinya, fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas
kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsive, dan sebagainya, akhirnya alasan takut
Alasan orang atau masyarakat percaya kepada diri sendiri, dan karena pengalaman yang
lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini
pengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit
adalah lebih bersifat budaya dari pada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan
pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial-budaya masyarakat dari pada
dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat dari pada
dokter, mantri, bidan, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka seperti juga
dan sejenisnya, termasuk ketukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada
umumnya adalah obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol.
5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh
Dari uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-
sakit sangat berbeda pada setiap individu, kelompok dan masyarakat. Persepsi masyarakat
perbedan persepsi mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang
disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit
kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kategori publik terdiri dari sanitasi,
(2007:210-214)
Model demografi yang dipakai adalah umur, seks, perkawinan, besarnya keluarga.
Variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator yang berbeda, dengan
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan,dan kebangsaan.
Variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga dimasyarakat.
Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu dari aspek gaya hidup, yang
ditentukan lingkungan sosial, fisik,psikologis. Dengan kata lain pendekatan sruktur sosial
dIdasarkan pada asumsi orang dengan latar belakang struktur sosial yang bertentangan
alam model ini va Variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan
asuransi keluarga, model ini adalah kesanggupan individu untuk memperoleh pelayanan
Model ini adalah perncerminan perbedaan bentuk sistem pelayanan kesehatan meliputi
gaya praktik pengobatan, sifat pelayanan (membayar langsung atau tidak) letak
kelamin, dan umur 2) struktur sosial (pendidikan, pekerjaan ras suku) 3) Manfaat
penyembuhan.
membayar
mencari pengobatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri dan meningkatkan
(Azwar, 1996)
masyrakat tidak sulit ditemukan serta keberadannya dalam masyarakat pada setiap saat
dibutuhkan.
2. Dapat diterima secara wajar. Pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan,
3. Mudah dicapai, ditinjau dari sudut lokasi, pelayanan kesehatan yang baik pengaturan
4. Mudah dijangkau oleh masyarakat khususnya ditinjau dari segi biaya, ekonomi masyarakat
kepuasan para pemakai jasa sesuai kode etik standar yang ditetapkan.
Menurut Depkes RI, (2009) dalam undang – undang Kesehatan menyatakan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal
dan memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungannya. Oleh karena itu semua orang termasuk
pelayanan kesehatan yang bermutu, dan merata terjangkau oleh masyarakat mewujudkan
kesehatan (rehabilitatif) upaya tersebut diatas dilaksakan secara menyeluruh terpadu, dan
berkesinambungan.
Jenis pemberi pelayanan kesehatan terbagi dalam beberapa jenis antara lain :
1. Dokter Umum
pengetahuan yang lebih luas dalam obstetri, bekerja di puskesmas lebih banyak dalam
kegiatan obstetri yang mencakup seluruh proses reproduksi, pengaturan, kesuburan, baik
Menurut Syafrudin, (2009:217) dokter Ahli yaitu orang yang dapat menangulangi
semua kasus, tetapi sebagian masyarakat dapat menikmatinya (biaya mahal) jumlah
sedikit tidak menyebar dari segi pelayanan tenaga sangat terbatas kegunaannya.
2. Bidan
Menurut PP IBI (2006:1,2) bidan seseorang (wanita) yang telah mengikuti dan
menyelesaikan program pendidikan kebidanan yang telah diakui pemerintah setempat, dan
lulus ujian sesuai dengan ketentuan yang berlaku, telah memperoleh Ijazah dan terdaftar
sebagai persyaratan utama untuk melakukan praktek kebidanan. Bidan harus mampu
memberikan supervisi asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita
selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin
persalinan atas tanggungjawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.
Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu
dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat
darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Bidan mempunyai tugas penting
dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga
termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk antenatal, dan persiapan
untuk menjadi orang tua, dan meluas daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana
dan asuhan anak. Bidan bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah
Menurut Syafrudin, (2009:54) bidan adalah suatu profesi yang dinamis. Perobahan
yang terjadi begitu cepat, mengharuskan bidan secara terus menerus untuk memperbaharui
3. Perawat Kesehatan
suatu sistem pelayanan kesehatan. Kedudukan perawat dalam sistem ini sebagai anggota
wewenang dan tanggung jawab dengan kompentensi yang dipersyaratkan diperlukan untuk
mencapai tujuan pelayanan keperwatan dan kebidanan yang efektif dan efisien.
Sesuai dengan tugas perawat, tenaga perawat dapat bekerja sama baik di
Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Salah satu tugas perawat dimasyarakat dalam
melaksanakaan program KIA adalah memberikan asuhan keperawatan kepada Ibu hamil,
Ibu bersalin, Ibu nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana dalam melaksanakan
dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai
dengan sistim nilai budaya masyarakat, dukun bayi diperlakukan sebagai tokoh masyarakat
Menurut Depkes R I (2003:2-3) dukun bayi adalah orang yang dianggap trampil
dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan, perawatan ibu dan anak sesuai
kebutuhan masyarakat. Ketrampilan dukun bayi pada umumnya didapat melalui ”magang”.
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita
tradisional, dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun temurun, belajar
secara praktis, atau cara yang menjurus kearah peningkatan keterampilan melalui petugas
bagian dari masyarakat, berada ditengah-tengah masyrakat, dekat dengan masyarakat, dan
pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, dukun terkadang lebih diterima
oleh masyarakat jika dibandingkan dengan tanaga dokter,bidan,mantri dan sebagainya yang
masih asing bagi mereka dan obat-obatan yang digunakanpun merupakan hasil kebudayaan
pedagang kecil, pertolongan persalinan yang diberikan rata-rata 2-3 kali sebulan.
Pengetahuan tentang fisiologis dan patologi dalam kehamilan, persalinan serta nifas sangat
terbatas, sehingga bila timbul komplikasi ibu tidak mampu mengatasi, bahkan tidak menyadari
arti dan akibatnya. Walaupun demikian, dukun bayi dalam masyarakat mempunyai pengaruh
besar, dukun menghadiri persalinan tidak hanya memberikan pertolongan teknis, melainkan
juga memberikan “emotional security” kepada wanita yang sedang bersalin serta keluarganya,
Keberadaan dukun masih sangat kuat pengaruhnya bagi masyarakat pedesaan. Ini
terjadi karena usia dukun yang relatif tua sehingga dianggap mempunyai pengalaman yang
lebih serta dianggap sesepuh di daerahnya. Selain itu biasanya dukun bayi/beranak
melakukan pemijatan ibu hamil yang kehamilannya semakin tua. Masalah sosio kultural inilah
yang masih sulit untuk dihapuskan dari anggapan masyarakat dalam waktu yang relatif
pengobatan tradisional kepada ibu yang memerlukan. Pendekatan yang dilakukan oleh dukun
terhadap ibu yang ditolongnya adalah secara kekeluargaan, sehingga upah yang diterima
tidak hanya dalam bentuk uang tapi ia juga menerima rasa terima kasih dari orang yang
ditolongnya dalam bentuk barang. Pelayanan yang diberikan oleh dukun cukup lengkap, mulai
dari perawatan semasa hamil, persalinan dan nifas, termasuk berbagai cara yang dilakukan
1.3 Persalinan
1.3.1 Definisi
Persalinan dapat diartikan sebagai suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan tanpa bantuan atau dengan kekuatan
ibu sendiri atau dapat pula diartikan sebagai suatu proses pengeluaran janin dan plasenta
secara alamiah tanpa ada bantuan tenaga atau kekuatan lainnya (Manuaba, 2001:157).
Selanjutnya persalinan normal adalah: persalinan yang dimulai secara spontan,
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi
dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37
hingga 42 minggu lengkap setelah persalinan ibu dan bayi berada dalam kondisi sehat
(Manuaba, 2001: 157)
http://ekoratuperwira.blogspot.com/2013/04/perilaku-pencarian-pelayanan-kesehatan.html
DAFTAR PUSTAKA
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2013/10/perilaku-mencari-pelayanan-kesehatan.html
KAMIS, 11 SEPTEMBER 2014
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan
seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
2. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (Renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan Perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang
dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan
suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat
digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal dengan kerangka kerja Precede
dan Proceed. Kerangka kerja precede mempertimbangkan beberapa faktor yang membentuk status
kesehatan dan membantu perencana terfokus pada faktor tersebut sebagai target untuk intervensi.
Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja PRECEDE and PROCEED adalah
sebagai berikut:
1. Predisposing;
2. Reinforcing;
Akan memberikan wawasan spesifik menyangkut evaluasi. Kerangka kerja ini menunjukkan
sasaran yang sangat terarah untuk intervensi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah,
penetapan prioritas dan tujuan program.
1. Policy
2. Regulation
Precede mengarahkan perhatian awal pendidik kesehatan terhadap keluaran dan bukan
terhadap masukan dan memaksanya memulai proses perencanaan pendidikan kesehatan dari ujung
“Keluaran”. Ini mendorong munculnya pertanyaan “mengapa” sebelum pertanyaan “bagaimana”.
Dari sudut perencanaan, apa yang terlihat sebagai ujung yang salah sebagai tempat untuk memulai,
kenyataannya adalah sesuatu yang benar. Orang mulai dengan keluaran akhir, kemudian bertanya
tentang apa yang harus mendahului keluaran itu, yakni dengan cara menentukan sebab-sebab
keluaran itu. Dinyatakan dalam cara lain, semua faktor yang penting untuk suatu keluaran harus
didiagnosis sebelum intervensi dirancang; jika tidak, intervensi akan didasarkan atas dasar tebakan
(kira-kira) dan mempunyai resiko salah arah.
Bekerja menggunakan precede dan proceed, mengajak orang berpikir deduktif, untuk
memulai dengan akibat akhir dan bekerja ke belakang ke arah sebab-sebab yang asli.
Adapun penjelasan dari tiap fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah sebagai
berikut:
Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas hidupnya dan
aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya.
Partisipasi masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam diagnosis sosial dan telah lama
menjadi prinsip dasar bagi kesehatan dan pengembangan komunitas. Hubungan sehat dengan
kualitas hidup merupakan hubungan sebab akibat. Input pendidikan kesehatan, kebijakan,
regulasi dan organisasi menyebabkan perubahan out come, yaitu kualitas hidup. Fase ini
membantu masyarakat (community) menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada kesehatan.
Adapun untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah
kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS, Media massa),
group method.
Hubungan sebab akibat dapat terjadi secara langsung melalui kebijakan sosial, intervensi
pelayanan sosial, kebijakan kesehatan dan program kesehatan.
a. Bagian atas yaitu kebijakan sosial atau keadaan sosial, mengindikasikan masalah kesehatan
mempengaruhi kualitas hidup, sehingga kualitas hidup dapat memotivasi dan mampu
mengatasi berbagai masalah kesehatan.
Kualitas hidup sulit diukur dan sulit didefinisikan; ukuran obyektif (indikator sosial), yaitu
angka pengangguran, kepadatan hunian, kualitas air. Ukuran subyektif (informasi dari
anggota masyarakat tentang kepuasan hidup, kejadian hidup yang membuat stress, individu
dan sumber daya sosial.
b. Bagian bawah yaitu intervensi kesehatan, mengindikasikan kondisi sosial dan kualitas
hidup dipengaruhi oleh masalah kesehatan.
Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang,
baik langsung maupun tidak langsung. Yaitu penelusuran masalah-masalah kesehatan yang
dapat menjadi penyebab dari diagnosa sosial yang telah diprioritaskan. Ini perlu dilihat data
kesehatan yang ada dimasyarakat berdasarkan indikator kesehatan yang bersifat negatif yaitu
morbiditas dan mortalitas, serta yang bersifat positif yaitu angka harapan hidup, cakupan air
bersih, cakupan rumah sehat.
a. Masalah yang mempunyai dampak terbesar pada kematian, kesakitan, lama hari kehilangan
kerja, biaya rehabilitasi, dan lain-lain.
2) Treatment behaviour
b. Faktor penguat (reinforcing factor): perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, dan lain-
lain.
c. Faktor pemungkin (enabling factor): lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dan lain-lain.
Metode:
1) Formal
a) Literatur
a) Brainstorming
Menetapkan faktor mana yang menjadi obyek intervensi, dan seberapa penting dari ke-3
faktor yang ada.
Berdasarkan pertimbangan:
1) Important: prevalensi, penting dan segera di atasi menurut logis, pengalaman, data dan
teori
Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan kejadian-kejadian dalam organisasi
yang mendukung atau menghambat perkembangan promosi kesehatan.
a. Administrative diagnosis
b) Personnel
c) Budget
a) Personnel
b) Goal conflict
c) Rate of change
d) Familiarity
e) Complexity
f) Space
g) Community barriers
b. Policy diagnosis
a) Issue of loyality
b) Consistency
c) Flexibility
a) Level of analysis
c) System approach
d) Exchange theory
g) Conflict approach
Implementasi:
1. Pengalaman
5. Sense of humor
Evaluasi dan accountability:
5. Aktivitas intervensi
6. Metode
Object of interest:
1. Input
2. Intermediate effects
3. Outcome
Tingkatan Objective:
Tingkat Evaluasi:
1. Evaluasi proses
2. Evaluasi impact
Menilai efek langsung dari program pada target perilaku (predisposing, enabling,
reinforcing factors) dan lingkungan
3. Evaluasi outcome
Evaluasi terhadap masalah pokok yang pada proses awal perencanaan akan diperbaiki: satus
kesehatan dan quality of life.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai materi yang menjadi uraian makalah ini, tentu
`banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan rujukan atau referensi
yang kami peroleh. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada umumnya dan pembaca pada khususnya. Aamiin