Glider merupakan pesawat tanpa mesin dan sering disebut sebagai pesawat
layang. Lilienthal adalah pelopornya. Dengan glider, Lilienthal melakukan
penyelidikan untuk mengetahui apa dan bagaimana aerodinamika bekerja.
Wright bersaudara meniru kerja Lilienthal dengan membuat glider yang
memiliki lebar sayap sepanjang 20 kaki.
1902 Glider sukses. Di tahun itu, 700 hingga 1.000 kali penerbangan “1902
Glider” dilakukan Wright bersaudara. Setahun berselang, Wright Flyer lahir.
Wright Flyer merupakan pesawat heavier-than-air bermesin yang diciptakan
Wright bersaudara. Pesawat dibuat memanfaatkan kayu cemara dan mesin
khusus berkekuatan 12 tenaga kuda.
Wright Flyer sukses diujicoba untuk terbang empat kali, antara Kill Devil Hills
hingga Kitty Hawk di North Carolina, Amerika Serikat, dengan jarak tempuh
sejauh 6,4 kilometer, pada 1903. Dan kakak-adik ini akhirnya menerima
paten “Flying Machine” bernomor US821393A pada 22 Mei 1906, tepat hari
ini 113 tahun lalu.
Misi dari glider adalah untuk memiliki endurance sebaik mungkin sehingga
dapat terbang dalam durasi yang lama. Selain optimasi aerodinamika, glider
juga memanfaatkan alam untuk meningkatkan performanya. Glider
memanfaatkan aliran udara ke atas untuk menjaganya tetap terbang. Aliran
udara ke atas ini dapat diperoleh dengan terbang di atas ground yang
hangat, terbang di bawah awan, dan terbang di atas permukaan laut. Pilot
glider harus mempunyai kemampuan melihat lingkungannya dan mencari
upwash (aliran udara ke atas). Rekor nasional Indonesia untuk durasi
terbang glider adalah 17 jam non-stop, tanpa mesin. Rekor ini dibuat di
Pacitan, Jawa Timur.