Anda di halaman 1dari 17

SEKRETARIAT

BADAN KERJASAMA PEMBANGUNAN JABODETABEKJUR


GEDUNG MITRA PRAJA, Jl. Sunter Permai Raya No.1 Lt.3, Jakarta Utara 14350
Telp./Fax (021) 6517831 E-Mail : bkspjabodetabekjur@yahoo.com

NOTULEN RAPAT

Notulen Rapat Diskusi Kelompok Terarah Peningkatan Kualitas Pendidikan Non


Formal melalui Sinergitas Pendidikan Formal di Wilayah Jabodetabekjur, sebagai
berikut :

A. Rapat FGD dilaksanakan pada :


Hari/Tanggal : Senin, 21 Oktober 2019
Waktu : 09.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Hotel Grand Orchadz, Ruang Camara (Ground Floor)
Jl. Rajawali Selatan Raya No. 1b Kemayoran, Jakarta
Pusat
Acara : Peningkatan Kualitas Pendidikan Non Formal melalui
Sinergitas Pendidikan Formal di Wilayah Jabodetabekjur
Pimpinan Rapat : Drs. H. Ahmad Nurcahya, M.Si
1. DR. Ir. M. Bakrun, MM
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kemendikbud RI
2. DR. H. Abdul Kahar, Direktur Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan
Kemendikbud RI
3. DR. Tetty Sufianty Zafar, MM
B. Pelaksanaan Rapat :
1. Sambutan Rapat Diskusi Kelompok Terarah Peningkatan Kualitas
Pendidikan Non Formal melalui Sinergitas Pendidikan Formal di
Wilayah Jabodetabekjur dipimpin oleh Drs. H. Ahmad Nurcahya, M.Si
Diskusi kelompok terarah ini sebagai tindak lanjut hasil pelaksanaan
Rapat Koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2019 di
Kemendikbud RI.
Permasalahan yang dihadapi diantaranya mengenai sistem zonasi,
persoalan PPDB, kuota peserta didik, sarana prasarana dan lain
sebagainya. Di sini lah peran BKSP Jabodetabekjur sebagai fasilitator
untuk mengumpulkan informasi terlebih dahulu dari wilayah
Kabupaten/kota se-Jabodetabekjur terkait apa saja yang menjadi
permasalahan di tiap daerah.
2. Pembukaan oleh Tri Kurniadi, selaku Sekretaris BKSP Jabodetabekjur :
Ucapan terima kasih kepada :
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
2. Bapak DR. Ir. M. Bakrun, MM
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud RI
3. DR. H. Abdul Kahar,
Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan
Kemendikbud RI
4. Para Kepala Dinas atau yang mewakili di Wilayah Jabodetabekjur
yang membidangi pendidikan
5. DR. Tetty Sufianty Zafar, MM
Tim Narasumber

Maksud : Mengidentifikasi permasalahan kualitas pendidikan non


formal di wilayah Jabodetabekjur.
Tujuan : Tersusunnya rekomendasi bersama dalam penguatan
sinergitas pendidikan formal dan non formal

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan non formal,


pemerintah berupaya menstandarisasikan program pendidikan non
formal yang disetarakan dengan pendidikan formal

Didalam mensinergikan pendidikan formal dan non formal di wilayah


Jabodetabekjur diperlukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan
sarana prasarana pendidikan, hal ini diperlukan kerjasama antar
daerah. Sekretariat BKSP Jabodetabekjur melalui tugas pokok dan
fungsinya akan mengikat kerjasama tersebut melalui Kesepakatan
Bersama antar Kepala Daerah di Wilayah Jabodetabekjur yang
didasari oleh hasil rekomendasi tersebut pada tahun 2020

Diharapkan hasil pelaksanaan Diskusi Kelompok Terarah ini, Dinas


yang membidangi pendidikan dapat bersama-sama mengklarifikasikan
permasalahan dalam mengimplementasikan program pendidikan non
formal serta melahirkan solusi bersama khususnya di wilayah
Jabodetabekjur, sehingga tersusunnya program bersama dalam
bentuk rekomendasi bersama yang serasi, selaras dan terpadu
sebagai dasar dalam merealisasikan naskah kerjasama.

Demikian Rapat Diskusi Kelompok Terarah Peningkatan Kualitas


Pendidikan Non Formal melalui Sinergitas Pendidikan Formal di
Wilayah Jabodetabekjur, saya nyatakan dimulai.
3. Paparan DR. Tetty Sufianty Zafar, MM, Tim Narasumber :
Adakah yang mewakili daerah masing-masing di FGD1 ini yang tidak
mengikuti Rakor? Dan Release sudah di sampaikan, sebelum dimulai
kami ingatkan kembali bahwa rangkaian kegiatan Pendidikan yang
temanya adalah Peningkatan Kualitas Pendidikan Non Formal
melalui Sinergitas Pendidikan Formal di Wilayah
Jabodetabekjur.
Kami sudah meminta untuk menyampaikan beberapa permasalahan
yang menyangkut tentang pendidikan Formal dan Non Formal di
daerah masing - masing. Karena pada pelaksana FGD2 nanti kita
sudah dapat merumuskan rekomendasi yang akan di sampaikan
kepada kepala Daerah maing-masing. Rekomendasi ini tentu harus
mewakili daerah masing-masing. 0leh karena itu kami berharap ada
masukan - masukan tapi sampai hari ini baru ada 4 Kabupaten/Kota
yang sudah memberikan masukannya, bagi yang belum
menyampaikan masukannya kami menunggu untuk bisa mendapatkan
rekomendasi. Kalau masukan Ibu dan Bapak tidak sampai ke tangan
kami, khawatir nanti rekomendasi tidak mewakili kepentingan Ibu dan
Bapak. Oleh karena itu 4 Kabupaten/Kota yang sudah menyampaikan
kami ucapkan terima kasih dan masih banyak yang belum memberikan
masukan - masukannya, supaya pada saat FGD 2 rumusan
rekomendasi sudah di publish oleh kami pada saat Rakor yang dibuka
adalah Bapak Sekjen yang sangat mengapresiasi dan memberikan
dukungan penuh terhadap kegiatan ini di FGD2 kita
merekomendasikan untuk disampaikan kepada Kepala Daerah pada
saat Rapat Paripurna.
Masukan dari beberapa daerah kenapa terkait Pendidikan Formal dan
Formal ini diangkat karena adanya isu kurang sinergisnya berjalan di
lapangan di Kabupaten/Kota masing – masing. Setelah isu itu kami
terima ,kami konsultasikan dengan Bapak Sekjen melalui Kementerian,
beliau mengamini kondisi seperti itu. Oleh karena itu melalui Rakor
dan FGD ini dengan narasumber yang sangat kompeten dibidangnya,
kami mohon memberikan masukan untuk apa yang kami lakukan di
lapangan kepada kepala daerah sehingga pada saat perumusan
rekomendasi di sampaikan bisa langsung untuk di tindak lanjuti.
(Paparan terlampir)
4. Paparan oleh Bapak DR. Ir. M. Bakrun, MM
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud RI :
REVITALISASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (Paparan terlampir)
5. Paparan oleh Bapak DR. H. Abdul Kahar, Direktur Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Kemendikbud RI :
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI
SINERGITAS PENDIDIKAN FORMAL (Paparan terlampir)
C. Tanya :
I. Dinas Pendidikan Kota Depok
(Bapak Bambang Pramudiyono) Kepala Seksi Dikmas
1. Sarana dan Prasarana Pendidikan Non Formal baik yang di
lembaga Pemerintahan (SKG) dan juga PKBM - PKBM yang
ada di Depok masih lemah.
2. Kompetensi tenaga pendidik kesetaraannya masih sangat
sedikit pelatihan dari Kementerian juga sangat terbatas,
pendidik berjumlah 400 yang keseteraan.
3. Untuk Paud tenaga pendidik khususnya yang di kelompok
belajar Paud yang Formal tenaga pendidiknya sudah
memadai.

II. Dinas Pendidikan Provinsi Dki Jakarta


(Bapak Wawan) Kepala Seksi Kesetaraan Bidang Paud dan
Dikmas
1. Keterbatasannya Sarana dan Prasana
2. Kondisi yang ada Pendidikan kesetaraan memang berbeda
dengan Pendidikan Non Formal. Pendidikan kesetaraan
harus memiliki keterampilan
3. SMK di DKI Jakarta sudah banyak jurusannya dan termasuk
juga uji Kompetensi yang dilakukan oleh SMA/SMK belum
tersentuh pada pendidikan kesetaraannya
4. Kebijakan kolaborasi di Dinas Pendidikan DKI Jakarta sudah
merangkul pendidikan formal bisa dimanfaatkan menjadi
pendidikan non formal
5. DKI Jakarta 3 tahun ini 100% sudah melaksanakan UNBK
yang formal.
6. Uji petik dari kunjungan BPK adalah mempertanyakan
OPKBN itu bagaimana mutu yang diberikan kepada
pendidikan kesetaraan, pertanyaan juga sama dengan yang
formal bagaimana satuan pendidikan PKBM tentang evaluasi
mutu kepada Tutornya.
7. Mohon 1 kebijakan bukan saja Sarana dan Prasarana yang
bisa bersinergi tetapi juga bagaimana pelaksanaan evaluasi
mutu yang dilakukan oleh pendidikan kesetaraan.
8. Bagaimana kebijakan-kebijakan di tingkat Kementerian
sehingga yang di daerah bisa menukil ketentuannya
sehingga tidak di batasan diskusi saja tetapi ada ketentuan
yang bisa menjadi pegangan sehingga dalam pelaksanaan
dilapangan cukup banyak sekali.
III. Dinas Pendidikan Kota Tangerang
(Bapak H. Muhammad Adli) Kepala Bidang Paud dan Pendidikan
Non Formal
1. Untuk pengelola BKPN yang terlihat kompeten hanya 1 atau
2 orang saja, artinya bahwa untuk melaksanakan Bintek
ataupun pembinaan bagi pengelola.
2. Keterbatasan Sarana dan Prasarana
3. Kemendikbud menyelenggarakan bantuan DAK BOP yang
ada dalam Permendikbud No. 97 tahun 2019 tentang DAK
BOP Non Fisik untuk pendidikan kesetaraan.
Kota Tangerang sejak tahun 2016 memberikan BOP untuk
tingkat pendidikan kesetaraan paket A,B dan C
Tahun ini kami untuk DAK BOP Non Fisik kesetaraan tidak
kami cairkan dikarenakan dikhawatirkan overlap menjadi
masalah karena memberikan BOP.
-. Yang berhak mendapatkan DAK BOP Non Fisik itu adalah
bagi PKBM yang tidak memungut kepada warga belajar
-. Tidak berlaku bagi PKBM yang mendapatkan bantuan
dari APBD 2
-. 3 bulan yang lalu sempat konsultasi ke Direktorat (Bpk.
Cecep) sarannya untuk dicairkan dan diserap untuk warga
diluar Kota Tangerang. Sementara kami pernah bertemu
dengan Irjen Kemendikbud, kalau bahasa itu tidak tertulis
atau tidak berunsur jangan dicairkan lagi nanti
bermasalah.
Untuk tahun 2020 DAK BOP mungkin bisa tidak berkaitan
dengan sarana dan prasarana (contoh pengadaan
komputer atau laptop) untuk kepentingan Ujian Nasional
(UNBK).
-. Ada semacam kekhawatiran ketika penandatanganan
Ijazah paket A, B dan C itu oleh Kepala PKBM atau
Pengelola, yang ditandatangani oleh Dinas kadang masih
terjadi masalah apalagi yang ditandatangi oleh Pengelola.
Dan diblangko ijazah paket A,B dan C itu rata – rata
nama dikosongkan dibawah ada NIP.
-. Warga belajar kota Tangerang Paket B dan C banyak yang
menjadi guru dan Satpam. Pada saat ujian mereka tidak
dapat ijin untuk mengikuti UNBK karena belajarnya
banyak yang mengambil hari sabtu sore, minggu pagi dan
sore.
-. Tutor rata- rata diambil dari guru formal yang jamnya
kurang atau juga yang dari swasta (SMP dan SMA)
-. Pelayanan pendidikan kesetaraan mulai 2018 untuk Tutor
selain mendapatkan honor mendapatkan insentif juga.
-. Untuk warga belajar paket A, B dan C mulai 2018 sudah
kita bantu SPP Paket A, B dan C masing-masing 1 bulan
Rp.100.000,-
-. Untuk Tutor kami berikan insentif selain honor 1 bulan Rp.
350.000,- (untuk 3 bulan)
-. Untuk Guru PAUD Non Formal kami berikan insentif selain
honor 1 bulan Rp. 350.000,- (untuk 3 bulan)
-. Untuk Guru PAUD Formal (TK dan RH) kami berikan
insentif selain honor 1 bulan Rp. 650.000,- (untuk 3
bulan)

IV. Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi


(Ibu Hj. Agustini Sri Wahyuni, MPD) Kepala Bidang Paud
Pendidikan Masyarakat)
1. Tahun 2019 memutuskan untuk tidak menyerap BOP
kesetaraan karena berhubungan dengan Juknis yang tidak
memungut kepada masyarakat karena dilapangan PKBM
sudah 1 tahun pelajaran sudah mulai memungut. Ini yang
membuat kami ragu-ragu untuk menyerap.
2. Untuk tahun 2020 kami akan menyerap BOP tetapi
kendalanya tahun anggaran dan tahun pelajaran berbeda.
BOP Kesetaraan diawal tahun anggaran (Januari),
sedangkan PKBM menerima murid baru dibulan Juli dan
Agustus, sehingga ada 1 semester yang mereka ini ibarat
tidak boleh memungut berarti tidak ada biaya. Kalaupun
harus memungut berarti hanya 1 semester.
-. Kabupaten Bekasi membuat komitmen dengan PKBM
bahwa diperbolehkan memungut hanya 1 semester
persiapan untuk tahun 2020.
Jadi di Juknisnya agak sedikit membingungkan karena
ada masa lain yang membantu penyelenggaran kegiatan
belajar kembali.
-. Kemudian di akhir PKBM yang mendapatkan BOP
kesetaraan adalah PKBM atau lembaga yang tidak
memungut kepada masyarakat.
Kalaupun semua PKBM memenuhi hal itu (tidak
memungut), artinya kita yang mencari anak-anak yang
mungkin ganda atau belum memenuhi paket (belum
lulus SD,SMP,SMA).
-. Di kabupaten Bekasi kenapa tidak mengikuti paket
karena biayanya mahal. Kalau sekarang ada bantuan
BOP luar biasa sekali, kami akan menyisir anak-anak
yang memenuhi atau belum sampai lulus SD,SMP,SMA.
3. Untuk PAUD ada PAUD Formal dan Non Formal, tetapi kita
melihatnya PAUD itu 1 rumah yang didalamnya ada TK, KB,
TPA dan PAUD SPS, agak rancu terutama dipemilik itu hanya
ada di PAUD Non Formal

V. Dinas Pendidikan Kota Bekasi


(Ibu Dewi Rosita)
Permasalahan sama dengan Kota Tangerang dan Kota
Depok tapi ada beberapa kendala yang dihadapi :
1. Terkait dengan SKB baru 1 yang sampai saat ini belum ada
gedungnya. Sedang berusaha untuk mencari lokasinya,
karena di kota Bekasi sangat terbatas sekali tanah kalaupun
tanahnya ada tapi mahal.
PKBN di Kota Bekasi banyak sekali yang sarana dan
prasarananya seadanya dan masih menumpang di sekolah-
sekolah formal biasanya menumpang disekolah- sekolah
dasar hari sabtu dan ahad.
Setuju dengan adanya kesetaraan di PKBM terkait dengan
paket C sinergi dengan SMK. Tetapi kendalanya yang
mudah-mudahan kedepan bisa diaplikasikan di
implomentasikan karena kesulitan banyak PKBM yang
mengeluh ketika UNBK tidak mempunyai sanprasnya, tidak
punya laboratoriumnya pindah ke SMK harus sewa dan sewa
bernegosiasi seperti berdagang.

2. Terkait dengan pemilik Dikmas di Kota Bekasi hanya


mempunyai 3 dari 52 PKBM.
-.Pemilik PAUD hanya 18 orang dari jumlah PAUD 1.300
sangat minim sekali
-.Belum mempunyai pengawas untuk TK
-.Bisa diselenggarakan apabila APBD menyediakan, jika
APBD tidak menyediakan kami kesulitan, Karena dari
LP2KS syaratnya tidak boleh mandiri. Kalau kami
menunggu dari APBN dan APBD sampai kapan kami punya
Pengawas. Yang sebelumnya boleh mandiri kerjasama
dengan LP2KS melalui LPP baik LPP dari DKI Jakarta
maupun LPP Jawa Barat ternyata ini sudah tidak
diperbolehkan lagi. Sementara sangat membutuhkan
Pengawas, karena guru – guru TK sudah bersertifikasi.
Bagaimana bisa dinilai oleh para pemilik yang belum
pernah mengikuti tentang uji sertifikasi itu? Secara
logikanya TK harus ada Pengawas.
-.Masih terkendala tentang akreditasi sulit mendorong LKP
maupun LKBN untuk daftar akreditasi. Karena PKBM dari
52 itu hanya 18 yang sudah mengikuti akreditasi.
Sedangkan jumlah LKP 101 yang mau di akreditasi baru
12. Kami tidak berdiam diri tetapi terus mendorong karena
banyak lembaga – lembaga tersebut tidak merespon dan
mungkin persyaratan - persyaratannya terlalu
memberatkan.

3. Mohon bantuan dari Kemendikbud bagaimana PKBM ini


berkaitan juga dengan BOP Kota Bekasi tahun ini menyerap
dan kami juga mendengar kabupaten lain tidak menyerap.
Cukup khawatir juga karena DAK nya sudah turun, hari ini
sedang didalami terkait dengan BOP. Mudah-mudahan tidak
ada temuan yang berarti.

4. APBD Kota Bekasi terkait dengan pendidikan non formal ada


kegiatan High Skill dari dana DED Pak Walikota
menyediakan dana sebesar 900 juta, dana ini diserahkan
kepada LKP-LKP. Diantaranya tahun ini terselenggara
tentang pelatihan menjahit, komputer dan tata rias.

5. Untuk Kesejahteraan APBD Kota Bekasi telah memberikan


Insentif dari mulai tahun 2016 kepada Tutor, guru-guru TK,
KB, SBS, TPA dan Tutor dari PKBM. Walaupun nilainya
masih minimalis karena jumlah yang di suport juga sekitar
4.600.

VI. Dinas Pendidikan Kota Tangerang


(Bapak H. Muhammad Adli) Kepala Bidang Paud dan Pendidikan
Non Formal
1. Terkait ketika UNBK, Pengelola PKBM yang memungkinkan
penyelenggaraan bidang SMP/SMA/SMK yang mumpuni,
ketika SMA/SMK sudah kewenangan Provinsi, harapannya
murah dan ringan sukur-sukur gratis ini masih kesulitan
karena mereka memasang target dengan harga yang tidak
normal yang kembali lagi ke warga belajar.

2. Kemendikbud Nomor 84 tahun 2014 berkaitan dengan


Persetaraan pendidikan PAUD baik formal maupun non
formal secara teknis harus tertib adminstrasi.
Kemendikbud Nomor 84 tahun 2014 tidak muncul 150 meter
lokasi dan jarak 500 meter, usul kami untuk merevisi
karena membingungkan.
3. 3 bulan yang lalu didatangi oleh Pak Sianturi berkaitan
dengan Bimba A,I,U,E,O sudah memberikan surat jawaban
berkaitan dengan Bimba ini. Informasi dari Pengelola PAUD
baik formal maupun non formal merasa terusik.
Sangat mudah berdiri kemudian Dirjendik PAUD sepakat
tidak menganjurkan PAUD Calistung, praktek mereka
Calistung. Karena anak – anak usia 3-4 tahun sudah bisa
membaca jadi tidak usah masuk PAUD dan TK tapi masuk
Bimba saja.
1 bulan yang lalu kami memerintahkan 24 pemilik sekolah
untuk memverifikasi survey ke lapangan di 48 Bimba
ternyata 48 Bimba itu tidak satupun yang berijin. Sekiranya
itu anak usia patuh, kalau prakteknya lebih pola khusus.
Di Paud non formal belum muncul ada bahasa Bimba tetapi
PAS, Paud, BIA, PAK.
1 minggu yang lalu kami sudah menyiapkan laporan hasil
survey lapangan yang kami padukan dengan edaran yang
ditandatangi oleh Pak Direktur, tapi diedaran itu tidak
muncul nama Bimba A, I, U, E, O.

D. Jawab : DR. H. Abdul Kahar, Direktur Pembinaan Pendidikan


Keaksaraan dan Kesetaraan Kemendikbud RI
I. Sarana dan Prasarana
Khusus untuk SKB selain sebelum tahun 2018 ada barkod untuk
fisik :
1. Rehab untuk penambahan kelas baru
2. Sarana dan Prasarana
Tapi sejak tahun 2018 sudah berjalan 2 tahun kami minta dan
kami sosialisasikan dalam rakor bahwa untuk SKB baik fisik atau
sanprasnya sudah disiapkan dalam aplikasi KRISNA, artinya
semua kebutuhan SKB sudah disiapkan dalam aplikasi KRISNA.
Jadi kalau ada daerah yang belum ada mungkin belum melihat
kebutuhannya bagaimana urgensi keberadaan SKB. Kalau ingin
menghadirkan SKB pasti kebutuhan dasarnya dulu lahan,
menyiapkan organisasi, ruang pembelajaran bukan kantornya.
Kalau kantor hanya daerah yang punya termasuk jalannya itu
adalah tanggung jawab daerah.
Yang bisa dibantu KRISNA ada 12 Jendela antara lain adalah
ruang belajar yang rusak, media pembelajarannya yang rusak,
sanpras rusak dan lain – lain.
Artinya apabila KRISNA belum dimaksimalkan dengan teman-
teman, sayang sekali karena kami sudah siapkan.
Contoh tahun 2018 kami siapkan anggaran 600 milyar untuk
pembangunan SKB yang terserap hanya sekitar 300 milyar lebih.
Itu pun terserap usulan dana yang sudah di sahkan, belum tentu
realisasi di lapangannya dalam bentuk fisik juga 100%.
Banyak yang sudah mengusulkan tapi takut, padahal sudah kami
minta tolong bangun SKB sebagai mercusuarnya pendidikan non
formal sebagai etalasenya pendidikan non formal. Etalase itu
adalah ada masyarakat mau bangun, ada masyarakat mau
kesetaraan, ada masyarakat mau kursus.

Perwakilan Dinas Pendidikan banyak sekali keluhan persepsinya


yang belum selaras dengan keinginan di Pusat.
Ada daerah yang enggan menganggarkan masuk di Aplikasi
KRISNA sebesar-besarnya pembangunan SKB, kenapa?
Asumsinya kalau dibesarkan dalam pembangunan SKB diambil
jatahnya yang formal nanti berkurang pembangunan yang formal
padahal salah, justru ini menambah aset daerah karena
mendapat bantuan yang formal dan non formal.

Ada juga persepsinya kalau Dinas Pendidikan yang mindsetnya


formal minded. Contoh, buat apa mengusulkan sebesar-
sebesarnya toh selama ini sulit dikoordinasikan.

Kita harus lebih percaya kepada Instansi Pemerintah dibanding


yang PKBM nya belum terakreditas.
Swasta harus kita dorong perannya , karena kita tidak mungkin
semua Pemerintah.

Ada juga PKBM yang baru tumbuh belum punya kinerja yang
baik, programnya belum jelas tapi SKB nya nonstop, padahal rugi
kalau tidak dimanfaatkan secara maksimal. Karena asetnya
negara kemudian SDM nya dari Pemerintah. Artinya negara rugi
kalau tidak memaksimalkan aturan Pemerintah.

Kenapa teman-teman yaitu Kepala Bidang coba dipakai model


kepekaannya bidang yang di formal. Ada anak-anak bermasalah
di formal, ada sekolah rubuh/rusak yang sudah tidak memadai
yang dicari adalah Kepala Bidangnya atau Kepala Seksinya.

PKBM tahun 2020 dengan usulan KRISNA di tahun 2019 ini untuk
sarana pembelajaran sudah ada 2 jendela di Aplikasi KRISNA.
Untuk tahun 2020 sudah bisa diusulkan di PKBM tinggal teman-
teman di Dinas Pendidikan sudah periksa belum Aplikasi KRISNA?
Supaya teman-teman PKBM bisa juga mengusulkan sarana
komputer dan sarana pembelajaran. Sarana pembelajaran contoh
LCD, Laptop dan lain-lain bisa diusulkan dalam KRISNA.
II. Kompetensi bagi GTK
Mudah-mudahan SOTK di Kementerian baru ada wajah baru di
Kemendikbud, karena semenjak yang menangani GTK berbeda,
kita juga kesulitan.
Belum tentu percepatan yang ada di Direktorat Teknis diikuti
peningkatan percepatan kompetensi SDM yang ada di GTK, ini
juga masalah. Ini terjadi formal dan non formal tidak ada
bedanya.

Teman-teman didaerah perhatian dalam rangka bagaimana


menghadirkan pamong belajar di SKB sebagai gurunya di
pendidikan formal.

Tahun ini kita sudah meminta jatah CPNS 2.500 pamong belajar.
Tapi ternyata seperti tahun lalu kita sudah meminta jatah 2.500
begitu sampai didaerah, menjadi semua tenaga honorer formal
yang diangkat, tidak ada 1 pun pamong belajar.

III. Kurikulum
Teman-teman tinggal mendorong bagaimana persetaraan
pendidikan non formal, karena kurikulum kita sekarang sudah
instruksikan untuk di implementasikan tahun 2019 ini.
Untuk pendidikan kesetaraan semua umumnya sudah Inbup.
Sekarang bisa dibuka di Android, ketik emodul.kepdikbud.go.id

473 modul semua sudah inbup. Tahun depan modul-modul


ekstracas sudah interaktif.

IV. Pokasi
Pusat belum pernah ada niat ingin membentuk Paket C Kejuruan.
Tahun 2007 pernah ada Permendikbudnya, kenapa Permendikbud
ini lahir? Karena waktu itu kasusnya adalah banyaknya
pendidikan formal yang tidak lulus ujian nasional, sehingga anak
SMA yang tidak lulus langsung dibuka kesetaraan 2 tahap ujian
nasionalnya. SMA Paket C umum dan SMK Paket C Kejuruan,
padahal tidak ada pembelajaran seperti ini. Dilakukan untuk
menyelamatkan anak-anak formal yang banyak tidak lulus ujian
nasional bahkan banyak orang tua murid demo dan anak murid
gantung diri.
Masih ada lagi penolakan dari orang tua murid karena meragukan
ijazahnya yang sekolah 3 tahun tapi ujung-ujungnya dapat ijazah
Paket C?
Keluarlah surat edaran nomor 7 tahun 2007 dengan hak
intimiliditas pemegang ijazah kesetaraan. Yang bunyinya :
1. Pemegang ijazah Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP)
dan Paket C (setara SMA) sama hak nya dengan pemegang
ijazah SD, SMP dan SMA dalam rangka melanjutkan pedidikan.
2. Pemegang ijazah Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP)
dan Paket C (setara SMA) sama hak nya dengan pemegang
ijazah SD, SMP dan SMA untuk memperoleh pekerjaan.
3. Bagi Lembaga yang tidak mengindahkan surat edaran ini
dianggap melanggar hak azasi manusia.

Karena waktu itu duduk bersama Bapak Menteri dengan


Komnasham menandatangi surat itu. Dan untuk menjamin ijazah
ini.

Tapi didalam praktek lapangannya Paket C kejuruan sebenarnya


tidak ada program paket C kejuruan.
Yang ada adalah paket C pokasi nama ini sama dengan SMA plus.
Artinya apa SMA plus? Bisa plusnya bidang IT, Bahasa Inggris,
Keagamaan dan lain-lain.
Tapi karena satuan pendidikan kita belum bisa menyelenggarakan
plusnya, maka bermitralah dengan Lembaga lain. Apakah itu LKP,
DUDI atau SMK. Karena disana ada TUK Uji Kompetensi. Ini yang
kita bangun sekarang ini.
Jadi SMK itu bukan kejuruan, paket C pokasi itu bukan paket C
kejuruan.

V. UNBK
April Tahun 2019 sudah mencapai 99,5% diatasnya formal. MA
(Madrasah Aliyah) 99,7%.
Persoalan sinergitas tiap tahun sudah ada surat edarannya

Untuk pemanfaatan /sharing SDM di lapangan artinya komputer


yang ada di formal silahkan di manfaatkan dalam rangka
memfasilitasi ujian kesetaraan. Tiap tahun ada cuman prakteknya
di lapangan seperti yang dihadapai Provinsi / Kabuten / Kota
sekalian. Jika Provinsi / Kabupaten / Kota dan LSM mengadukan
tentang sekolah yang menyewakan komputernya bisa di kenakan
hukuman. Karena asset Negara tidak boleh di sewakan, walaupun
boleh di sewakan harus masuk BNBP pendapatan non pajak.
Jadi permasalah ini harusnya tidak ada bila kita bisa duduk
bersama-sama. Mudah-mudahan dengan fasilitasi dari BKSP
JABODETABEKJUR tidak lagi muncul permasalahn seperti ini, dan
bisa di pecahkan oleh BKSP JABODETABEKJUR bagaimana
dengan sinergitas itu bukan hanya lebel daerah program tapi
kenyataannya di lapangan harus terlaksana.
VI. DAK
Di juknis kami kata tidak boleh memungut sebenarnya dalam
rangka membentengi berhaknya peserta didik supaya kalau
sudah di anggarkan oleh pemerintah tidak di pungut lagi oleh
lembaga –lembaga yang nakal. Ada juga kelemahannya, begitu
ada APBD tidak masuk karena di asumsikan double cashing.
Padahal sebenarnya bisa berbeda, APBD itu menomenklaturnya
untuk pembiayaan Tutor baru, lalu di DOP juga digunakan
komponen Tutornya. Karena di bahasa juknis pemerintah ada
kata maksimal dan minimal untuk Tutor. Kata minimal artinya ke
atas boleh, contohnya seperti transport Tutor hanya di katakana
maksimal dapat digunakan sekian persen artinya kalo tidak di
gunakan tidak apa-apa. Jadi sebenarnya boleh tidak di ambil dari
APBD masukan honor Tutor ini yang namanya tidak double
posting.

Juknis pemerintah tahun ini kami perjuangkan luar biasa karena


oleh biro hukum sudah harus di cabut untuk transport Tutor
karena pembelajaran bukan untuk kesejahteraan Tutor. Rananya
berbeda.

Jadi pusat menyiapkan BOP itu untuk penyelenggaraan


pendidikan bukan untuk kesejahteraan Tutor dan ini masih lolos
masuk artinya teman-teman dari Provinsi/Kabupaten/Kota bisa
memanfaatkan potensi itu dengan tidak membelanjalkan
komponen Tutor karena ada dikatakan kata maksimal. Jadi
artinya tidak di gunakan tidak apa-apa.

Berbeda dengan kata minimal di komponen pembelanjaan di


katakana sekian 65% karena harapan kita semakin besar asetnya
berarti semakin bagus penyelenggaraannya. Maka dari itu ada
nomenklatur maksimal dan minimal sehingga mempunyai
fleksibilitas di pembelanjaannya.

Tahun depan didalam juknis kita juga mencabut kata dilarang


memungut biaya karena yang namanya BOP bantuan tidak akan
mencukupi semuanya jadi bisa sharing dari APBD dan
masyarakat.

VII. Untuk Kota Bekasi dan Kota Tangerang yang tidak


membelanjakan BOP

Catatan dari kami hanya satu :


Yang namanya DAK kalau tidak terserat menjadi silfa. Kalau silfa
baik fisik/non fisik tidak boleh di refisi peruntukannya artinya
daerah akan rugi.
Contoh kalau tahun ini di anggarkan 2 Milyar tidak dibelanjakan,
maka tahun depan Negara menganggarkan lagi 2,5 Milyar dari
keuangan Negara akan mentransfer 350 Juta saja karena silfanya
sudah ada 2 Milyar jadi artinya dana tidak bertambah.

VIII. Pemilik baik itu TK, Pengawas, dan kekurangan pemilik

Pada dasarnya kita berharap semua kelengkapan-kelengkapan


tenaga kependidikan senantiasa melakukan komunikasi ke BKD
nya masing-masing, agar semua perangkat tenaga kependidikan
termasud pendidik bisa tersedia dengan baik dan mencukupi,
karena pusat tidak mungkin memenuhi hal-hal yang seperti ini
bisa di interfensi.

IX. Ijazah

Mulai dari izin para guru menjadi persoalan di pusat.

Data ujian nasional di 2019 sangat menyedihkan sekali di banding


tahun 2015 kenapa bisa menyedihkan?
1. Nilai anjlok total secara Nasional.
2. Partisipasi Ujian Nasional jumlahnya anjlok.
Tahun 2018 partisipasi Ujian Nasional mencapai 98,7%
artinya antara yang terdaftar dalam UN dan yang hadir dalam
UN 98,7% tapi tahun ini menjadi 78% secara Nasional artinya
setiap delta antara pendaftar dan yang mengikuti UN
memunculkan kerugian Negara kenapa ada kerugian Negara?
Karena banyak naskah yang kita cetak sampai 30 Milyar untuk
setiap penyelenggara, yang kecil saja blangko ijazah yang
kami lelang kandidatnya bukan dari pesertanya tapi calon
peserta itulah yang kami lelangkan.

Jadi pesan kami atau PR yang kami titipkan untuk Provinsi/


Kabupaten/ Kota tolong tertibkan pendidikan dan DAPODIK .
Admin yang ada di Dinas Pendidikan jangan menerima data dari
satuan pendidikan untuk di entry dalam DAPODIK karena 2
minggu yang lalu kami tes kis PDSPK untuk menguji DAPODIK
nya betul tidak DAPODIK kami tidak bocor karena angka peserta
UN sangat signifikan hampir 100% dan setiap tahunnya 200 ribu
menjadi 400 ribu peserta UN apa ini tidak ada kebocoran? Potensi
untuk bocor peluangnya besar.
Dan potensi itulah yang di pakai oleh banyak lembaga karena
besarnya adana BOP, potensi kecurangan sangat terbuka.
Filternya ada di dinas pendidikan Provinsi/ Kabupaten/ Kota.
Karena kalau yang di pusat tidak mungkin memfilter semua itu
sebab usulan dari satuan pendidikan yang melakukan identifikasi
pendataan peserta pendidik.

Pusat setelah menggeluarkan data longlist di persilahkan Provinsi/


Kabupaten/ Kota melakukan verifikasi jangan menjadikan data
yang langsung di SK kan oleh Bupati.

Asumsi dari Pusat :


1. Kenapa nilai UN turun karena banyak peserta yang memang
hanya tidak ikut pembelajaran tetapi ujung-ujungnya ikut
walaupun melalui mekanisme DAPODIK.
2. Bisa jadi betul-betul banyak data yang fiktif.

X. Paud Calistung

Berkali kali Bapak Menteri mengeluarkan surat edaran bahwa itu


tidak boleh karena secara aturan dan psikologi tidak di
perbolehkan. Tapi ada lagi akal-akalan teman-teman yang
dilapangan “Kita tidak melakukan pembelajaran tapi tidak
menggunakan metode asosiasi “.

Pada prinsipnya Calistung belum boleh di terapkan oleh anak-


anak usia dini.
Sekali lagi ini menjadi kewenangan Provinsi/ Kabupaten/ Kota
mau memberikan surat izin dan mencabut surat izin.

D. Penutup
Demikian Notulen Rapat Diskusi Kelompok Terarah Peningkatan Kualitas
Pendidikan Non Formal melalui Sinergitas Pendidikan Formal di Wilayah
Jabodetabekjur ini dibuat, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

NOTULIS

ARI SUSANTI, A.Md ............................

Anda mungkin juga menyukai