Anda di halaman 1dari 30

EKSPOS KINERJA KEPALA SEKOLAH

TINGKAT SEKOLAH DASAR


TAHUN 2018

SDN .......................

DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG


INSTRUMEN EKSPOS KINERJA KEPALA SEKOLAH
TINGKAT SEKOLAH DASAR TAHUN 2018
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG
___________________________________________________________________________________________________

Petunjuk Pengisisian :
1. Tim Penilai Kinerja Kepala sekolah menyimak Presentasi /Ekspos kepala sekolah yang akan dinilai.
2. Presentasi Kepala sekolah yang dinilai menjelaskan keberhasilan dari 6 komponen
3. Skore setiap indikator penilaian diberi nilai 1 - 5
4. Skore maksimal keseluruhan 100

SKOR
NO. KOMPONEN INDIKATOR
1-5
1. KURIKULUM a. Memiliki Tujuan
b. Isi dan struktur kurikulum
c. Strategi pelaksanaan PBM
d. Evaluasi ( Penilaian )

2. SARANA PRASARANA a. Perencanaan sarana prasarana


b. Penyimpanan sarana prasarana
c. Inventarisasi sarana prasarana
d. Pengawasan sarana prasarana

3. KOMITE SEKOLAH a. Peduli terhadap pendidikan yang bermutu


b. Memotivasi orang tua/masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
c. Menggalang dana masyarakat
d. Memberi masukan tentang program sekolah dengan anggarannnya

4. KERJASAMA a. Memiliki program kerjasama dengan lembaga/institusi lain


b. Kerjasama dengan seluruh warga sekolah dalam mengimplementasikan target
5. PRESTASI SEKOLAH a. Bidang akademik
b. Bidang non akademik 4

6. KEUNGGULAN SEKOLAH a. Pengembangan suasana belajar


b. Pengembangan budaya sekolah
c. Pengembangan Pendidikan Karakter
d. Budaya Literasi

Jumlah

Bandung, ..........................................2018

TIM PENILAI

............................... .........................................
NIP. NIP.
PENJELASAN INDIKATOR SETIAP KOMPONEN

1. KURIKULUM
Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia
yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa
dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan,
maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka:

1. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,


2. Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-
tujuan itu,
3. Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan


2. Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi:
 Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
 Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
 Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.

Fungsi Kurikulum Bagi Guru


Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembangan kurikulum
dalam rangaka pelaksanaan kurikulum tersebut.
Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum
yang berlaku.
Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor)
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat
Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan yang
dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah.
a. Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik.
Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan
umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan umum pendidikan dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni Pancasila.
Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia indonesia, yakni manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Makna tujuan umum pendidikan di atas pada hakikatnya membentuk menusia indonesia yang bisa mandiri dalam konteks
kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkehidupan sebagai mahluk yang
berketuhanan Yang Maha Esa (beragama). Itulah sebabnya manusia indonesia yang diharapkan dan harus diupayakan melalui
pendidikan adalah manusia yang bermoral, berilmu, berkepribadian dan beramal bagi kepentingan manusia, masyarakat,
bangsa dan negara.
Berdasarkan hakikat dari tujuan di atas diturunkan atau dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan
pendidikan, tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi sampai kepada tujuan-tujuan pengajaran. Rumusan tujuan
kurikulum tersebut harus terlebih dahulu ditetapkan sebelum menyusun dan menentukan isi kurikulum, strategi pelaksanaan
kurikulum dan penilaian/evaluasi kurikulum. Hal ini dilakukan mengingat
(a) tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan
(b) tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan
(c) tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari para pelaksana pendidikan.

b. Isi dan Struktur Kurikulum


Isi kurikulum berkenaan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa untuk dapat
mencapai tujuan pendidikan. Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan ilmiah maupun
pengalaman belajar disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat
menyangkut tuntutan dan kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah barang tentu tidak
lepas dari kondisi anak didik dalam pengertian pertumbuhan dan perkembangannya pada setiap jenjang dan tingkat
pendidikana. Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya adalah kebudayaan manusia, yakni hasil cipta-karya dan karsa manusia yang
telah diterima secara universal.
Ada tiga pengetahuan dasar manusia, Pertama Pengetahuan benar-salah (logika), yakni pengetahuan yang berkenaan dengan
ilmu yang telah diterima secara universal dan teruji kebenarannya melalui penelitian keilmuan. Kedua, pengetahuan baik-buruk
atau etika, yakni pengetahuan yang berkenaan dengan nilai-nilai moral dan nilai sosial yang juga telah diterima di masyarakat
sebagai acuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ketiga, pengetahuan yang berkenaan dengan indah
jelek, yakni berkenaan dengan nilai-nilai seni. Sebagai akibat kebudayaan manusia, ketiga pengetahuan tersebut berkembang
demikian pesat sehingga melahirkan beberapa cabang pengetahuan di muka bumi ini.
Ada beberapa alasan mengapa perlu dilakukan pilihan dalam menetapkan isi kurikulum. Alasan – alasan tersebut adalah :
- tugas dan tanggung jawab sekolah dalam mencerdaskan anak didik sangat terbatas, baik dari segi waktu maupun sumber-
sumber yang tersedia. Tugas pokok sekolah hanya sebagian saja dari upaya mendewasakan anak atau pendidikan anak yang
secara hakiki berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan di sekolah merupakan tahap lanjut dari pendidikan dalam keluarga, dan
sebagai landasan bagi pendidikan di masyarakat. Oleh sebab itu keterbatasan ini menuntut pentingnya seleksi isi kurikulum
sebagai program pendidikan.

a. Kriteria Memilih Isi Kurikulum


Ada beberapa kriteria yang dapat membantu para perancang kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria tersebut
antara lain :
- Isi Kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. Artinya, sejalan dengan tahap perkembangan anak.
- Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
- Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya mengandung aspek intelektual, moral, sosial secara seimbang
- Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya tidak cepat lapuk hanya karena perubahan
tuntutan hidup sehari-hari.
- Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep yang terdapat di dalamnya bukan hanyaa sekadar
informasi faktual.
- Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Isi kurikulum disusun dalam bentuk program pendidikan
yang nantinya dijabarkan dan dilaksanakan melalui proses pengajaran/pengalaman belajar anak didik. Sesuai dengan makan
yang terkandung dalam pengertian kurikulum maka isi kurikulum bukan hanya pengetahuan ilmiah yang terorganisasikan dalam
bentuk mata pelajaran/bidang studi saja tetapi juga kegiatan dan pengalaman yang diberikan kepada akan didik/siswa sebagai
bagian yang integral dari proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

c. Strategi Pelaksanaan PBM

Prinsippembelajaranadalahkerangkateoretis, petunjuk-petunjukteoretisbagipenyusunansebuahmetodepembelajaran
dalamhal :
 pemilihandanpeyusunanbahanpembelajaran yang akandibelajarkan;
 pengaturan proses belajarmengajarnya: bagaimanamengajarkandanmempelajarinya, hal-hal yang
berhubungandenganpendekatan, teknik, media, dansebagainya;
 guru yang akanmengajarkannya, persyaratan yang harusdimiliki, sertaaktivitas yang harusdilaksanakan;
 siswa yang mempelajarinya, berkenaandenganaktivitasnya;
 Hal-hal lain yang terlibatdalam proses belajarmengajar.
Prinsipumum,yaituprinsippembelajaran yang dapatdiberlakukan/berlakuuntuksemuamatapelajaran di
suatusekolah/program pendidikan.Prinsip-prinsipumumpembelajaran di antaranya :1) Prinsipmotivasi, 2)
Prinsipbelajarsambilbekerja/mengalami, 3) Prinsippemecahanmasalah, 4) Prinsipperbedaan individual,
Prinsipkhusus,yaituprinsip-prinsippembelajaran yang hanyaberlakuuntuksatumatapelajarantertentu,
dansetiapmatapelajaranmemilikibanyakprinsipkhusus.

Pendekatanpembelajaran (teaching approach)


adalahsuatuancanganataukebijaksanaandalammemulaisertamelaksanakanpengajaransuatubidangstudi/matapelajaran
yang memberiarahdancorakkepadametodepengajarannyadandidasarkanpadaasumsi yang berkaitan.
Seringdikatakanbahwapendekatanmelahirkanmetode.Artinya, metodesuatubidangstudi, ditentukanolehpendekatan
yang digunakan.Sebagaicontohdalampengajaranbahasa.Pendekatan SAS melahirkanmetode
SAS.Pendekatanlangsungmelahirkanmetodelangsung.Pendekatankomunikatifmelahirkarmetodekomuniatif.

Strategipembelajaranmerupakanperpaduandariurutankegiatan, carapengorganisasianmateripelajarandansiswa,
peralatandanbahan, sertawaktu yang digunakandalam proses pembelajaranuntukmencapaitujuanpembelajaran.
Dengan kata lain, strategipembelajaranadalahcara yang
sistematikdalammengkomunikasikanisipelajarankepadasiswauntukmencapaitujuanpembelajarantertentu.

Metodepembelajarandapatdiartikansebagaicara-caramenyeluruh (dariawalsampaiakhir) denganurutan yang


sistematisberdasarkanpendekatantertentuuntukmencapaitujuan-tujuanpembelajaran.Jadi,
metodemerupakancaramelaksanakanpekerjaan, sedangkanpendekatanbersifatfilosofis, ataubersifataksioma.
Dengandemikian, metodebersifatprosedural, artinyamenggambarkanprosedurbagaimanamencapaitujuan-
tujuanpengajaran.

Teknikpengajaranataumengajaradalahdayaupaya, usaha-usaha, cara-caraatausiasat yang digunakan guru


untukmelaksanakanpengajaranataumengajar di
kelaspadawaktutatapmukadalamrangkamenyajikandanmemantapkanbahanpelajaran agar
tercapaitujuanpembelajaran.
Karenaitu, teknikbersifatimplementasional (pelaksanaan) danterjadinyapadatahappelaksanaanpengajaran
(penyajiandanpemantapan).

Model pembelajaranadalahkerangkakonseptual yang menggambarkanprosedursistematik (teratur)


dalampengorganisasiankegiatan (pengalaman) belajaruntukmencapaitujuanbelajar (kompetensibelajar).Dengan kata
lain, model pembelajaranadalahrancangankegiatanbelajar agar pelaksanaan KBM dapatberjalandenganbaik, menarik,
mudahdipahami, dansesuaidenganurutan yang logis.

d. Evaluasi /Penilaian

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran
dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam
menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun
peserta didik untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut. Hal ini hanya dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi,
baik evaluasi terhadap proses maupun produk pembelajaran. Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata
lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Siapapun yang melakukan tugas mengajar, perlu mengetahui akibat dari
pekerjaan-nya. Pendidik harus mengetahui sejauhmana peserta didik telah menyerap dan menguasai materi yang telah
diajarkan. Sebaliknya, peserta didik juga membutuhkan informasi tentang hasil pekerjaannya. Hal ini hanya dapat diketahui jika
seorang pendidik (guru) melakukan evaluasi
Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan
siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus,
mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia
nyata di luar lingkungan sekolah (Hymes, 1991). Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi
(performance) siswa yang ditemui di dalam praktik dunia nyata.
Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan siswa. Dalam penilaian
autentik, keterlibatan siswa sangat penting. Asumsinya peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar secara lebih baik jika
mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam
rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang
lebih tinggi. Pada penilaian autentik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan,
dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik karena berfokus pada kemampuan
mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar
itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus
dilakukan.

2. SARANA PRASARANA
Sebuah sekolah akan maju dan berprestasi harus dibangun dengan sarana yang lengkap,sarana pendidikanmerupakan media fisik yang dapat digunakan sebagai
media dalam proses belajar mengajar.Kemudian sarana yang selama ini dirasakan harus dibenahi, agar perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi
berkembang cepat, demikian pula persaingan antar sekolahterus berkembang dengan cepat.Kemudahan dalam proses belajar mengajar sangat
ditentukan oleh kelengkapan sarana peserta didik akan memperoleh ilmu pengetahuan yang cepat dan mudah sebab transfer ilmu menggunakan
media sarana yang lengkap.
Peran sarana pendidikan sangat penting dalam memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran. Satu sisi harapan yang dibebankan pada
dunia pendidikan sangat banyak, tetapi di sisi lain dunia pendidikan mempunyai banyak masalah yang menghambat dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu masalah yang dihadapi oleh sekolah adalah masalah sarana pendidikan.
Dalam rangka mengatur substansi fasilitas atau sarana di sekolah di gunakan suatu pendekatan administratif tertentu yang disebut juga
manajemen sarana pendidikan. Manajemen sendiri merupakan proses pendayagunaan semua sumber daya dalam rangka mencapai
tujuan yang telah di tetapkan. Pendayagunaan melalui tahapan proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan.

a. Perencanaan sarana pendidikan

Penentuan kebutuhan merupakan perencanaan pengadaan sarana pendidikan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas pendidikan terlebih dahulu harus melalui prosedur yang benar, yaitu melihat dan
memeriksa kembali keadaan dan kekayaan yang telah ada, agar tidak terjadi sarana pendidikan yang mubazir, seperti pengadaan kembali
sarana yang masih memadai dari segi kuantitas maupun kualitas atau pengadaan alat-alat yang tidak diperlukan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Setelah melalui prosedur yang benar, baru bisa ditentukan jenis sarana yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan
di sekolah bersangkutan.
Penentuan sarana pendidikan sekolah juga harus mempertimbangkan siapa-siapa saja yang memfasilitasi atau membiayai pengadaan
sarana tersebut. Pihak sekolah bisa mengajukan permohonan pengadaan sarana pendidikan kepada istansi atasan seperti kepada
pemerintah melalui Disdikpora provinsi, kabupaten/kota, bisa juga kepada pihak komite sekolah mengajukan RAPBS (Rencana Anggaran
Penerimaan dan Belanja Sekolah) pada waktu awal tahun pelajaran atau mungkin sumbangan dari masyarakat. Apabila pengajuan
pengadaan sarana pendidikan tersebut hanya sebagian yang disetujui, maka harus menentukan sekala prioritas atau sarana yang paling
penting dan mendesak diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk memudahkan mengetahui sarana yang paling penting dan
mendesak dalam keperluan pendidikan, maka pada daftar pengadaan sarana harus diurut dari nomor terkecil untuk sarana/fasiltas yang
paling penting atau mendesak kemudian diikuti sarana yang lain sesuai dengan tingkat kepentingan.
Akhir-akhir ini telah banyak teoritisi mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan perlengkapan pendidikan di sakolah, antara lain
adalah seorang teoritisi administrasi pendidikan, yaitu Jame J. Jones (1969). Jones menegaskan bahwa perencanaan pengadaan
perlengkapan pendidikan di sekolah di awali dengan menganalisis jenis pengalaman pendidikan yang di berikan di sekolah itu. Janes
mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah sebagai berikut :
a) Menganalisis kebutuhan pendidikan suatu masyarakat dan menetapakan program untuk masa yang akan datang sebagai dasar untuk
mengevaluasi keberadaan fasilitas dan membuat model perencanaan perlengkapan yang akan datang.
b) Melakuakan survei keseluruh unit sekolah untuk menyususn master plan untuk jangka waktu tertentu.
c) Memilih kebutuhan utama berdasarkan hasil survei.
d) Mengembangkan educational specification untuk setiap proyek yang terpisah-pisah dalam usaha master plan.
e) Merancang setiap proyek yang terpisah-pisah sesuai dengan spesifikasi pendidikan yang diusulkan.
f) Mengembangkan dan menguatkan tawaran atau kontrak dan melaksanakan sesuai dengan gambaran kerja yang diusulkan.
g) Melenkapi perlengkapan gedung dan meletakannya sehingga siap untuk digunakan.
Berdasarkan uraian tentang prosedur perencanaan pengadaan di atas dapat ditegaskan bahwa perencanaan perencanaan perlengkapan
sekolah tidaklah mudah. Perencanaan perlengkapan pendidikan bukan sekedar sebagai upaya mencari ilham, melainkan upaya
memikirkan perlengkapan yang diperlukan di masa yang akan datang dan bagaimana pengadaannya secara sistematis, rinci, dan teliti
berdasarkan informasi dan realistis tentang kondisi sekolah.
Agar prisip-prinsip tersebut betul-betul terpenuhi, semua pihak yang dilibatkan atau ditunjuk sebagai panitia perencanaan pengadaan
perlengkapan sekolah perlu mengetahui dan mempertimbangkan program pendidikan, perlengkapan yang sudah dimiliki, dana yang
tersedia, dan harga pasar. Dalam hubungannya dengan program pendidikan yang perlu di perhatikan adalah organisasi kurikulum sekolah,
metode pengajaran, dan media pengajaran yang di perlukan.
Ada beberapa karakteristik esensial perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah, yaitu sebagai berikut :
a) Merupakan proses menetapkan dan memikirkan.
b) Objek pikir dalam perencanaan perlengkapan sekolah adalah upaya memenuhi sarana prasarana pendidikan yang di butuhkan sekolah.
c) Tujuan perencanaan perlengkapan sekolah adalah efektifitas dan efisiensi dalam pengadaan perlengkapan sekolah.
d) Perencanaan perlengkapan sekolah seherusnya memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Harus betul-betul merupakan proses intelektual
2. Didasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi komprehensif menganai masyarakat sekolah dan kemungkinan pertumbuhannya,
serta prediksi populasi sekolah
3. Harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran
4. Visualisasi hasil perencanaan perlengkapan sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya.
b.Penyimpanan Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Cara menyimpan barang yang baik dan benar antara lain:


1) Barang yang sudah diterima, dicatat, digudangkan, diatur, dirawat, dan dijaga secara tertib, rapi, dan aman.
2) Dibuatkan daftar nama tempat barang penyimpanan agar mudah ditemukan.
3) Barang yang mudah rusak dimasukan ke dalam pelindung (lemari).
4) Barang-barang yang kecil seperti barang ATK disimpan dalam sebuah wadah yang mudah dijangkau dan ditemukan.
5) Barang-barang yang besar ditempatkan dengan aman dan nyaman.
6) Barang elektronik sebaiknya disimpan di ruangan yang lebih aman seperti besi teralis.
7) Barang yang terbuat dari kertas diusahakan jauh dari tempat basah, lembab, dan air.
8) Barang yang disimpan dalam lemari sebaiknya sering dibuka untuk menghindari penjamuran bila lembab.
9) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat yang bebas dari faktor perusak seperti panas, lembab, dan lapuk.
10) Mudah ditemukan bila sewaktu-waktu diperlukan.
11) Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dulu digunakan.
12) Harus diadakan inventarisasi secara berkala.
13) Sebaiknya dilakukan kontrol atau service terhadap barang-barang tertentu agar tidak mudah rusak.
14) Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c.Inventarisasi Sarana Prasarana Pendidikan

Pengertian inventanrisasi adalah kegiatan melaksanakan pengurusan penyelenggaraan, pengaturan, dan pencatatan barang-barang,
menyusun daftar barang yang menjadi milik sekolah yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang secara teratur dan menurut
ketentuan yang berlaku.

Tujuan inventarisasi a. Tujuan umum : Inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang
efektif terhadap barang- barang milik negara atau swasta. b. Tujuan khusus adalah
1) Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi barang milik negara yang dimiliki oleh suatu organisasi.
2) Untuk menghemat keuangan negara baik dalam pengadaan maupun pemeliharaan dan penghapusan barang.
3) Bahan/pedoman untuk menghitung kekayaan negara dalam bentuk materiil yang dapat dinilai dengan uang.
4) Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian barang.
3. Fungsi inventarisasi
Inventarisasi juga memberikan masukan yang sangat berharga, analisis kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pengeluaran, pemeliharaan,
rehabilitasi, dan penghapusan.
Daftarbarang inventaris adalah suatu dokumen berisi jenis dan jumlah barang yang menjadi milik dan dikuasai negara, serta berada
dibawah tanggung jawab sekolah. Daftar inventarisasi barang yang disusun dalam suatu organisasi yang lengkap, teratur, dan
berkelanjutan dapat berfungsi untuk:
a. Menyediakan data dan informasi dalam rangka menentukan kebutuhan dan menyusun rencana kebutuhan barang.
b. Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam pengarahan pengadaan barang.
c. Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam penyaluran barang.
d. Memberikan data dan infromasi dalam menentukan keadaan barang sebagai dasar untuk menentukan penghapusannya.
e. Memberikan data dan informasi dalam rangka memudahkan pengawasan dan pengendalian barang.
Ketentuan pelaksanaan inventarisasi
Tiap kantor/satuan kerja organisasi yang merupakan satu kesatuan administrasi tersendiri harus menyelenggarakan administrasi barang
milik negara yang diurus dan dikuasai secara rinci, lengkap, teratur menurut ketentuan yang berlaku.
a) Jika perlatan terpelihara baik umumnya akan awet yang berarti tidak perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.
b) Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminimal mungkin.
c) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, akan lebih terkontrol sehingga menghindari kehilangan.
d) Dengan adanya pemeliharaan yang baik akan sedap dilihat dan dipandang.
e) Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
Penataan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Sebelum diadakan penataan dan pengaturan kebutuhan, diperlukan perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan dan penempatan
barang.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penempatan diantaranya adalah: a. Mudah dijangkau, b.Jauh dari keramaian
c.Jauh dari tempat berbahaya,d.Lingkungan yang aman dan kondusif
Penataan sarana dan prasarana pendidikan dapat dibagi menjadi:
a. Penataan barang bergerakadalah barang yang dapat dipindahkan dari penempatan sebelumnya, misalnya kursi, meja, dan lain-lain.
b. Penataan barang tidak bergerakadalah barang yang tidak dapat dipindahkan, seperti tanah, gedung, halaman, lapangan, dan lain-lain.
Dalam hal ini sebelum dibangun, terlebih dahulu dilakukan perencanaan yang matang agar tidak terjadi perbaikan yang menimbulkan
pemborosan.
c. Penataan barang habis pakaiadalah barang yang tidak tahan lama, cepat susut, dan habis setelah digunakan atau dipakai, contoh kertas,
karbon, kapur, spidol, dan lain-lain.
d. Penataan barang barang tidak habis pakaiYaitu dengan cara mengatur barang yang ada dengan memberikan nomor dan kode pada
barang tersebut sesuai dengan sandi yang berlaku. Hal ini dilakukan agar petugas dan pemakai lebih mudah memakai dan mengawasi
pemakaiannya.
Pengaturan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan
Setelah kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dapat terpenuhi dan tertata sesuai dengan pemakaiannya maka perlu diadakan
pengaturan bagi pengguna sarana dan prasarana tersebut yaitu dengan cara:
a. Alat pelajaran diangkut ke kelas yang membutuhkan dan saat dikembalikan jumlah harus sama.
b. Alat pelajaran disimpan di suatu tempat, bila siswa ingin menggunakan, siswa mengajak guru yang mengajar untuk membawa barang
tersebut.
Untuk menjamin kelancaran pengaturan sarana dan prasarana pendidikan maka sangat penting dipenuhi beberapa hal:
a. Sekolah mempunyai guru yang betul-betul konsern terhadapkeberadaan barang yang ada di sekolahnya demi kemajuan pendidikan.
b. Pihak sekolah benar-benar taat asas dan disiplin dalam melaksanakan ketentuan manajemen sarana dan prasarana, hal ini diharapkan
dapat menekan sekecil mungkin kesalahan.
c. Kepala sekolah hendaknya selalu mengecek keberadaan barang inventaris dan memberikan tanggung jawab penuh pengawasan
keberadaan barang yang berada dalam ruangan tersebut pada guru yang bersangkutan.
d. Kepala sekolah hendaknya memberikan pembagian tugas selain pengurus barang, hendaknya ada petugas khusus yang bertanggung
jawab atas ruangan-ruangan khusus.
e. Untuk mengatasi apabila tidak ada gudang,maka kepala sekolah dapat menugaskan kepada penjaga sekolah untuk membuatkan ruang
sementara yang dapat digunakan untuk menyimpan barang-barang.

d.Pengawasan Sarana Prasarana Pendidikan


Pengertian pengawasan :Pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan. Pengawasan bukan
hanyamencari kesalahan saja, tetapi juga mencari hal-hal yang sudah baik untuk dikembangkan lebih lanjut.
Tujuan pengawasan ; Agar hasil pekerjaan diperoleh secara berdaya guna yaituhasil yang sesuai dan tepat dengan pengeluaran yang
seminimalmungkin dan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana pendidikan, adapun salahsatu
tujuannya adalah untuk menghindari adanya penyelewengan.Tanggung jawab kepala sekolah untuk melakukan pengawasandan koreksi
terhadap kondisi sarana dan prasarana termasuk ruangan sekolah dan terus menerus ruang lainnya dan halamanserta perlengkapannya
harus dilaksanakan terus menerus danteratur. Dalam melaksanakan tugas tersebut perlu diadakanpertemuan dengan penjaga kebersihan
sekolah mengenaimasalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang harus diatasi.Pengawasan harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga hal-halyang sekecil-kecilnya pun tidak lepas dari tanggung jawabnya.Salah satu tujuan yang akan dicapai dalam pengawasan
adalah menciptakan kondisi lingkungan yang sehat dan membudayakanbersih kepada siswa.

3. KOMITE SEKOLAH

Partisipasi yang berlaku pada masyarakat kita, masih belum diartikan secara universal. Para perencana pembangunan mengartikan
partisipasi sebagai dukungan terhadap rencana atau proyek pembangunan yang direncanakan dan ditentukan oleh pemerintah. Ukuran
partisipasi masyarakat diukur oleh berapa besar sumbangan yang diberikan masyarakat untuk ikut menanggung biaya pembangunan, baik
berupa uang maupun tenaga yang diberikan kepada pemerintah. Partisipasi yang berlaku secara universal adalah kerja sama yang erat
antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah
dicapai.

Sebagai konsekuensi perluasan makna partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka
perlu dibentuk suatu wadah untuk menampung dan menyalurkannya yang diberi nama Komite Sekolah. Komite Sekolah adalah badan
mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Komite Sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non profit dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis
oleh para stake-holder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab
terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.

Komite Sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan pendidikan, baik jalur sekolah maupun luar sekolah, atau
beberapa satuan pendidikan yang sama di satu kompleks yang sama. Nama Komite Sekolah merupakan nama generik. Artinya, bahwa
nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan,
Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan Sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lainnya yang disepakati.
Dengan demikian, organisasi yang ada tersebut dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaannya sesuai dengan panduan ini atau
melebur menjadi organisasi baru, yang bernama Komite Sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). Peleburan BP3 atau bentuk-bentuk
organisasi lain yang ada di sekolah, kewenangannya akan berkembang sesuai kebutuhan dalam wadah Komite Sekolah.

a. Peduli terhadap pendidikan yang bermutu


Tanggung jawab pengembangan pendidikan sebagai proses sosialisasi adalah berada pada orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat
yang berkepentingan. Tanggung jawab tersebut tidak pernah lepas tetapi pernah mengendor, sejalan dengan dominannya paradigm
pembangunan sentralistik. Oleh karena paradigma tersebut telah bergeser menuju kepada peluang yang lebar bagi teraktualisasikannya
kembali partisipasi masyarakat, maka perlu segera dilakukan upaya pemulihan dan pengembalian tanggung jawab masyarakat terhadap
pengembangan pendidikan baik dalam skala mikro maupun skala makro. Inilah yang saya sebut sebagai reaktualisasi partisipasi
masyarakat, karena sebenarnya yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah justru masyarakat itu sendiri. Mengacu pada lingkup
partisipasi masyarakat, maka dalam pengembangan pendidikan, masyarakat harus dilibatkan sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan hasil dan evaluasinya.
Program-program pembelajaran di sekolah berupa desain kurikulum dan pelaksanaannya, kegiatan-kegiatan nonkurikuler sampai pada
pengadaan kebutuhan sumber daya untuk suatu sekolah agar dapat berjalan lancar, tampaknya harus sudah mulai diberikan ruang
partisipasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Memotivasi orang tua/masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

Orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat harus dilibatkan dalam pengembangan pendidikan sejak dari proses perencanaan,
pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasinya.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama tidak bisa dibebankan kesalah satu pihak. Pendidikan yang dilandasi oleh kebersamaan
dalam penyelenggaraannya akan terjamin keberlangsungan, mutu serta hasil dari pada proses belajar mengajar yang diharapkan.
Masyarakat selaku pengguna jasa lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk mengembangkan serta menjaga keberlangsungan
penyelenggaraan proses pendidikan

c. Melakukan kerjasama dengan masyarakat

Cara untuk penyaluran partisipasi dapat diciptakan dengan berbagai variasi cara sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah atau
komunitas tempat masyarakat dan lembaga pendidikan itu berada. Kondisi ini menuntut kesigapan para pemegang kebijakan dan
manajer pendidikan untuk mendistribusi peran dan kekuasaannya agar bisa menampung sumbangan partisipasi masyarakat.
Sebaliknya, dari pihak masyarakat (termasuk orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat) juga harus belajar untuk kemudian bisa
memiliki kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam pengembangan pendidikan.
Sebagai contoh adalah tanggungjawab dunia usaha/industri.
Mereka tidak bisa tinggal diam menunggu dari suatu lembaga pendidikan/sekolah sampai dapat meluluskan alumninya, lalu
menggunakannya jika menghasilkan output yang baik dan mengkritiknya jika terdapat output yang tidak baik. Partisipasi dunia
usaha/industri terhadap lembaga pendidikan harus ikut ber tanggung jawab untuk menghasilkan output yang baik sesuai dengan
rumusan harapan bersama. Demikian juga kelompokkelompok masyarakat lain, termasuk orang tua siswa. Dengan cara demikian, maka
mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara lembaga pendidikan dan komponen-komponen
lainnya di masyarakat tersebut.
Bagaimana dengan tanggungjawab negara terhadap pengembangan pendidikan? Uraian di atas bukan bermaksud untuk mengurangi
tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam bidang pendidikan. Sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas,
2003 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan
pendidikan, serta berkewajiban memberikan layanan dan kemudahan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah dan pemerintah daerah juga wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara dari usia tujuh sampai usia lima belas tahun. Lebih dari itu, sebenarnya peluang
bagi orang tua/warga dan kelompok masyarakat masih sangatlah luas.
Untuk itu, maka dalam kondisi kualitas layanan dan output pendidikan sedang banyak dipertanyakan mutu dan relevansinya, maka
pemerintah seharusnya memberikan peluang yang luas bagi partisipasi masyarakat. Lebih dari itu, pemerintah perlu menyusun
mekanisme sehingga orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat dapat berpartisipasi secara optimal dalam pengembangan
pendidikan di Indonesia.

d. Memberi masukan tentang program sekolah dengan anggarannnya

Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:


1) kebijakan dan program pendidikan;
2) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);
3) kriteria kinerja satuan pendidikan;
4) kriteria tenaga kependidikan;
5) kriteria fasilitas pendidikan; dan
6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
d. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan.
e. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
f. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.

Komite Sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas sebagai berikut.
a. Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa
keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah.
b. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun
bergerak), maupun non materi (tenaga, pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat.

4. KERJASAMA

a. Memiliki program kerjasama dengan lembaga/institusi lain


Sekolah yang berkeinginan untuk membangun kemitraan Sister-School, harus memiliki hal sebagai berikut: 1) Komitmen. 2) Kesiapan
siswa, orang tua siswa, guru , dan staf. 3) Perangkat pendukung antara lain adalah beberapa set komputer yang dilengkapi dengan
jaringan internet. 4) Kesiapan materi pertukaran seperti kurikulum sekolah, tatatertib, topik pelajaran, produk ketrampilan/karya cipta
siswa . 5) Identifikasi keunggulan sekolah. 6) Identifikasi kebutuhan sekolah. 7) Penentukan sekolah mitra. 8) Pembuatan nota
kesepahaman (memorandum of understanding). 9) Penetapkan jadwal kegiatan, Program kemitraan dapat ditetapkan sebagai program
satu tahun.
Kepala sekolah membentuk tim kerja pengembangan kerjasama dan kemitraan satuan pendidikan. 2. Kepala sekolah memberikan
arahan teknis tentang pengembangan kerja sama dan kemitraan satuan pendidikan. Arahan teknis kepala sekolah memuat: a. Rencana
pengembangan kerjasama dan kemitraan satuan pendidikan . b. Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan pengembangan
kerjasama dan kemitraan satuan pendidikan. c. Manfaat program pengembangan kerjasama dan kemitraan satuan pendidikan .
d. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam program pengembangan kerjasama dan kemitraan satuan pendidikan .
e. Mekanisme program pengembangan kerjasama dan kemitraan satuan pendidikan .

b. Kerjasama dengan seluruh warga sekolah dalam mengimplementasikan target


Cara membangun semangat kerjasama di lingkungan sekolah, Michael Maginn (2004) mengemukakan 14 (empat belas) cara, yakni:
1. Tentukan tujuan bersama dengan jelas. Sebuah tim bagaikan sebuah kapal yang berlayar di lautan luas. Jika tim tidak memiliki
tujuan atau arah yang jelas, tim tidak akan menghasilkan apa-apa. Tujuan memerupakan pernyataan apa yang harus diraih oleh tim,
dan memberikan daya memotivasi setiap anggota untuk bekerja. Contohnya, sekolah yang telah merumuskan visi dan misi sekolah
hendaknya menjadi tujuan bersama. Selain mengetahui tujuan bersama, masing-masing bagian seharusnya mengetahui tugas dan
tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

2. Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota. Setiap anggota tim harus menjadi pemain di dalam tim. Masing-masing
bertanggung jawab terhadap suatu bidang atau jenis pekerjaan/tugas. Di lingkungan sekolah, para guru selain melaksanakan proses
pembelajaran biasanya diberikan tugas-tugas tambahan, seperti menjadi wali kelas, mengelola laboratorium, koperasi, dan lain-lain.
Agar terbentuk kerja sama yang baik, maka pemberian tugas tambahan tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-
masing.

3. Sediakan waktu untuk menentukan cara bekerjasama. Meskipun setiap orang telah menyadari bahwa tujuan hanya bisa dicapai
melalui kerja sama, namun bagaimana kerja sama itu harus dilakukan perlu adanya pedoman. Pedoman tersebut sebaiknya
merupakan kesepakatan semua pihak yang terlibat. Pedoman dapat dituangkan secara tertulis atau sekedar sebagai konvensi.

4. Hindari masalah yang bisa diprediksi. Artinya mengantisipasi masalah yang bisa terjadi. Seorang pemimpin yang baik harus
dapatmengarahkan anak buahnya untuk mengantisipasi masalah yang akan muncul, bukan sekedar menyelesaikan masalah. Dengan
mengantisipasi, apa lagi kalau dapat mengenali sumber-sumber masalah, maka organisasi tidak akan disibukkan kemunculan masalah
yang silih berganti harus ditangani.

5. Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati bersama. Peraturan tim akan banyak membantu mengendalikan tim
dalam menyelesaikan pekerjaannya dan menyediakan petunjuk ketika ada hal yang salah. Selain itu perlu juga ada konsensus tim
dalam mengerjakan satu pekerjaan..

6. Ajarkan rekan baru satu tim agar anggota baru mengetahui bagaimana tim beroperasi dan bagaimana perilaku antaranggota tim
berinteraksi. Yang dibutuhkan anggota tim adalah gambaran jelas tentang cara kerja, norma, dan nilai-nilai tim. Di lingkungan sekolah
ada guru baru atau guru pindahan dari sekolah lain, sebagai anggota baru yang baru perlu ”diajari” bagaimana bekerja di lingkungan
tim kerja di sekolah. Suatu sekolah terkadang sudah memiliki budaya saling pengertian, tanpa ada perintah setiap guru mengambil
inisiatif untuk menegur siswa jika tidak disiplin. Cara kerja ini mungkin belum diketahui oleh guru baru sehingga perlu disampaikan
agar tim sekolah tetap solid dan kehadiran guru baru tidak merusak sistem.

7. Selalulah bekerjasama, caranya dengan membuka pintu gagasan orang lain. Tim seharusnya menciptakan lingkunganyang terbuka
dengan gagasan setiap anggota. Misalnya sekolah sedang menghadapi masalah keamanan dan ketertiban, sebaiknya dibicarakan
secara bersama-sama sehingga kerjasama tim dapat berfungsi dengan baik.

8. Wujudkan gagasan menjadi kenyataan. Caranya dengan menggali atau memacu kreativitas tim dan mewujudkan menjadi suatu
kenyataan. Di sekolah banyak sekali gagasan yang kreatif, karena itu usahakan untuk diwujudkan agar tim bersemangat untuk meraih
tujuan. Dalam menggali gagasan perlu mencari kesamaan pandangan.

9. Aturlah perbedaan secara aktif. Perbedaan pandangan atau bahkan konflik adalah hal yang biasa terjadi di sebuah lembaga atau
organisasi. Organisasi yang baik dapat memanfaatkan perbedaan dan mengarahkannya sebagai kekuatan untuk memecahkan
masalah. Cara yang paling baik adalah mengadaptasi perbedaan menjadi bagian konsensus yang produktif.

10.Perangi virus konflik, dan jangan sekali-kali ”memproduksi” konflik. Di sekolah terkadang ada saja sumber konflik misalnya
pembagian tugas yang tidak merata ada yang terlalu berat tetapi ada juga yang sangat ringan. Ini sumber konflik dan perlu dicegah
agar tidak meruncing. Konflik dapat melumpuhkan tim kerja jika tidak segera ditangani.

11. Saling percaya. Jika kepercayaan antaranggota hilang, sulit bagi tim untuk bekerja bersama. Apalagi terjadi, anggota tim cenderung
menjaga jarak, tidak siap berbagi informasi, tidak terbuka dan saling curiga.. Situasi ini tidak baik bagi tim. Sumber saling
ketidakpercayaan di sekolah biasanya berawal dari kebijakan yang tidak transparan atau konsensus yang dilanggar oleh pihak-
pihak tertentu dan kepala sekolah tidak bertindak apapun. Membiarkan situasi yang saling tidak percaya antar-anggota tim dapat
memicu konflik.

12. Saling memberi penghargaan. Faktor nomor satu yang memotivasi karyawan adalah perasaan bahwa mereka telah berkontribusi
terhadap pekerjaan danm prestasi organisasi. Setelah sebuah pekerjaan besar selesai atau ketika pekerjaan yang sulit membuat tim
lelah, kumpulkan anggota tim untuk merayakannya. Di sekolah dapat dilakukan sesering mungkin setiap akhir kegiatan besar
seperti akhir semester, akhir ujian nasional, dan lain-lain.

13. Evaluasilah tim secara teratur. Tim yang efektif akan menyediakan waktu untuk melihat proses dan hasil kerja tim. Setiap anggota
diminta untuk berpendapat tentang kinerja tim, evaluasi kembali tujuan tim, dan konstitusi tim.

14. Jangan menyerah. Terkadang tim menghadapi tugas yang sangat sulit dengan kemungkinan untuk berhasil sangat kecil. Tim bisa
menyerah dan mengizinkan kekalahan ketika semua jalan kreativitas dan sumberdaya yang ada telah dipakai. Untuk meningkatkan
semangat anggotanya antara lain dengan cara memperjelas mengapa tujuan tertentu menjadi penting dan begitu vital untuk
dicapai. Tujuan merupakan sumber energi tim. Setelah itu bangkitkan kreativitas tim yaitu dengan cara menggunakan kerangka fikir
dan pendekatan baru terhadap masalah.

5. PRESTASI SEKOLAH

a. Bidang akademik

Akademik adalah seluruh lembaga pendidikan yang bersifat akademis. Artinya bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori tanpa
arti praktis yg langsung. Akademik ini bersifat formal baik pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan
kejuruan maupun perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan atau seni tertentu.

b. Bidang non akademik

Kegiatan non akademik di sekolah biasa disebut dengan kegiatan ekstrakulikuler. Yakni kegiatan diluar materi pelajaran wajib sekolah.
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada
pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan
kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah
maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.

6. KEUNGGULAN SEKOLAH

a. Suasana belajar yang kondusif

Menciptakan kondisi belajar yang kondusif adalah :

1. Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Dalam
sistem pembelajaran kelasikal, sebagian peserta didik akan sulit untuk mengikuti pembelajaran secara optimal dan menuntut
peran ekstra guru untuk memberikan pembelajaran remedial

2. Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah. Dalam sistem
pembelajaran kelasikal, sebagian peserta didik akan sulit untuk mengikuti pelajaran secara optimal. Dan menuntut peran serta
guru untuk memberikan pembelajaran remedial

3. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta
didik, serta pengelolaan kelas yang tepat, efektif dan efisien

4. Menciptakan kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan
pengelola pembelajaran lain. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-
luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut mendapatkan sangsi atau dipermalukan.

5. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu
memposisikan diri sebagai pembimbing dan manusia sumber. Sekali-kali cobalah untuk melibatkan peserta didik dalam proses
perencanaan pembelajaran, agar mereka merasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
6. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih
banyak bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar.

7. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri ( self evaluation ). Dalam
hal ini guru sebagai fasilitator harus mampu membantu peserta didik untuk menilai bagaimana mereka memperoleh kemajuan
dalam proses belajar yang dilaluinya. Dengan terkondisinya iklim belajar yang kondusif, akan mendorong terwujudnya proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efetktif dan bermakna yang lebih menekankan pada belajar mengetahui ( learning to know ),
belajar berkarya ( learning to do ), belajar menjadi diri sendiri ( learning to be ) dan belajar hidup bersama-sama secara
harmonis ( learning tog live together ). Suasana seperti itu akan memupuk tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya
ketergantungan di kalangan siswa, bersifat adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa enterprenership ulet, inovatif, percaya diri,
bertanggung jawab, kerja keras, disiplin, menghargai kualitas dan berani mengambil resiko.

b. Pengembangan budaya sekolah


Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap
semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan
norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk
oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah,
guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan budaya sekolah, diantaranya : (1) menjamin kualitas kerja yang lebih
baik; (2) membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; (3) lebih
terbuka dan transparan; (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas dan rasa
kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap
perkembangan IPTEK. Selain beberapa manfaat di atas, manfaat lain bagi individu (pribadi) dan kelompok adalah : (1) meningkatkan
kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan
untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi
sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.

c. Pengembangan Pendidikan Karakter

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan pendidikan karakter antara lain:
 Perancangan :
1)Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter yang perlu dikuasai, dan
direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik direalisasikan
dalam dua kelompok kegiatan, yaitu (a) terpadu dengan pembelajaran pada mata pelajaran; dan (b) terpadu melalui kegiatan
ekstra kurikuler. 2) Mengembangkan materi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan di sekolah 3) Mengembangkan rancangan
pelaksanaan setiap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan
pelaksanaan, evaluasi) 4) Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pembentukan karakter di sekolah Perencanaan
kegiatan program pendidikan karakter di sekolah mengacu pada jenis-jenis kegiatan, yang setidaknya memuat unsur-unsur:
Tujuan, Sasaran kegiatan, Substansi kegiatan, Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, Mekanisme Pelaksanaan,
Keorganisasian, Waktu dan Tempat, serta fasilitas pendukung.
 Implementasi Pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan dalam dua kelompok kegiatan, yaitu terpadu dengan kegiatan
pembelajaran, dan terpadu dengan kegiatan ekstrakurikuler. Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman
dan ketaqwaan, dll) dirancang dan diimplementasikan dalam pembelajaran mata pelajaran-mata pelajaran yang terkait, baik
dalam kelompok mata pelajaran normatif, adaptif, dan kejuruan. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang memuat pembentukan karakter antara lain: Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu
tangkis, tenis meja, dll), Keagamaan (baca tulis Al Qur’an, kajian 7 hadis, ibadah, dll), Seni Budaya (menari, menyanyi, melukis,
teater), KIR, Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar
Bendera Pusaka (PASKIBRAKA), Pameran, Lokakarya, Kesehatan, dan lain-lainnya.
 Monitoring dan Evaluasi Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau proses pelaksanaan program
pembinaan pendidikan karakter. Fokus kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program pendidikan
karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauhmana
efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil monitoring digunakan
sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter.
Monitoring dan Evaluasi secara umum bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan
pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Lebih lanjut secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi
pembentukan karakter adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan
program pendidikan karakter di sekolah. 2. Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum. 3. Melihat
kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi
yang komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai. 4. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan
di lapangan untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program pendidikan karakter ke depan. 5. Memberikan
masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter. 6.
Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan pendidikan karakter di sekolah.
 Tindak Lanjut Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai
acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas,
sumber daya manusia, dan manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program.

d. Budaya Literasi

Pembelajaran berbasis budaya literasi akan mengondisikan peserta didik untuk menjadi seorang literat. Peningkatan kemampuan
literasi dalam belajar sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Pemerolehan tujuan ini dapat dilakukan siswa jika mereka
telah menjadi sosok literat. Para siswa memiliki bekal literasi dalam dirinya sehingga mampu melengkapi diri dengan kemampuan
yang diharapkan.
Proses pengembangan kemampuan berbahasa dan bersastra dilaksanakan dengan cara mengembangkan kemampuan kognitif,
analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi melalui suatu kajian langsung terhadap kondisi sosial dengan menggunakan kemampuan
berpikir cermat dan kritis. Proses pemahaman peserta didik terhadap fenomena sosial dengan pengenalan secara langsung akan
lebih memudahkan bagi pembelajar dalam mengembangkan kompetensinya. Peserta didik harus terbiasa dengan membaca
berbagai informasi dan mengakses informasi dari media elektronis maupun media tertulis. Selain itu, ia perlu mengikuti
perkembangan peradaban yang sedang terjadi secara faktual. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kompetensi berbahasa
dan bersastra berbasis literasi perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas dalam membangun insan literat.
Aktivitas pendidik dalam kelas ketika melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis literasi lebih ringan, yaitu (1)
mengarahkan aktivitas peserta didik; (2) memilih dan menyiapkan bahan pembelajaran; (3) memerika hasil kerja peserta didik; (4)
mengarahkan sistem berkomunikasi keilmuan; (5) berkoordinasi dalam menyiapkan latar kelas untuk kegiatan literasi.
dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasTujuan
kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat
kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan by.nitumum
pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan umum pendidikan dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni Pancasila.
Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia indonesia, yakni manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Makna tujuan umum pendidikan di atas pada hakikatnya membentuk menusia indonesia yang bisa mandiri dalam konteks
kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkehidupan sebagai mahluk yang
berketuhanan Yang Maha Esa (beragama). Itulah sebabnya manusia indonesia yang diharapkan dan harus diupayakan melalui
pendidikan adalah manusia yang bermoral, berilmu, berkepribadian dan beramal bagi kepentingan manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan hakikat dari tujuan di atas diturunkan atau dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan,
tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi sampai kepada tujuan-tujuan pengajaran. Rumusan tujuan kurikulum tersebut harus terlebih
dahulu ditetapkan sebelum menyusun dan menentukan isi kurikulum, strategi pelaksanaan kurikulum dan penilaian/evaluasi kurikulum. Hal
ini dilakukan mengingat
(a) tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan
(b) tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan
(c) tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari para pelaksana pendidikan.Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah
tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan umum
pendidikan dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas
manusia indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Makna tujuan umum pendidikan di atas pada hakikatnya membentuk menusia indonesia yang bisa mandiri dalam konteks kehidupan
pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkehidupan sebagai mahluk yang berketuhanan Yang Maha Esa
(beragama). Itulah sebabnya manusia indonesia yang diharapkan dan harus diupayakan melalui pendidikan adalah manusia yang bermoral,
berilmu, berkepribadian dan beramal bagi kepentingan manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan hakikat dari tujuan di atas diturunkan atau dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan,
tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi sampai kepada tujuan-tujuan pengajaran. Rumusan tujuan kurikulum tersebut harus terlebih
dahulu ditetapkan sebelum menyusun dan menentukan isi kurikulum, strategi pelaksanaan kurikulum dan penilaian/evaluasi kurikulum. Hal
ini dilakukan mengingat
(a) tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan
(b) tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan
(c) tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari para pelaksana pendidikan.Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah
tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan umum
pendidikan dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas
manusia indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Makna tujuan umum pendidikan di atas pada hakikatnya membentuk menusia indonesia yang bisa mandiri dalam konteks kehidupan
pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkehidupan sebagai mahluk yang berketuhanan Yang Maha Esa
(beragama). Itulah sebabnya manusia indonesia yang diharapkan dan harus diupayakan melalui pendidikan adalah manusia yang bermoral,
berilmu, berkepribadian dan beramal bagi kepentingan manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan hakikat dari tujuan di atas diturunkan atau dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan,
tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi sampai kepada tujuan-tujuan pengajaran. Rumusan tujuan kurikulum tersebut harus terlebih
dahulu ditetapkan sebelum menyusun dan menentukan isi kurikulum, strategi pelaksanaan kurikulum dan penilaian/evaluasi kurikulum. Hal
ini dilakukan mengingat
(a) tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan
(b) tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan
(c) tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari para pelaksana pendidikan.ional, tujuan umum pendidikan dijabarkan dari
falsafah bangsa, yakni Pancasila. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia indonesia, yakni
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Makna tujuan umum pendidikan di atas pada hakikatnya membentuk menusia indonesia yang bisa mandiri dalam konteks kehidupan
pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkehidupan sebagai mahluk yang berketuhanan Yang Maha Esa
(beragama). Itulah sebabnya manusia indonesia yang diharapkan dan harus diupayakan melalui pendidikan adalah manusia yang bermoral,
berilmu, berkepribadian dan beramal bagi kepentingan manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan hakikat dari tujuan di atas diturunkan atau dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan,
tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi sampai kepada tujuan-tujuan pengajaran. Rumusan tujuan kurikulum tersebut harus terlebih
dahulu ditetapkan sebelum menyusun dan menentukan isi kurikulum, strategi pelaksanaan kurikulum dan penilaian/evaluasi kurikulum. Hal
ini dilakukan mengingat
(a) tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan
(b) tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan
(c) tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari para pelaksana pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai