Anda di halaman 1dari 2

Kepribadian yang ada dalam diri manusia bukanlah sesuatu yang didapatnya dari lahir layaknya karunia.

Kepribadian terbentuk karena proses yang terjadi di sekitar kita, lingkungan keluarga, sekolah, sosial,
kerja, dan dunia bermain membentuk seperti apa kepribadian seseorang tersebut. Lingkungan yang
tidak baik akan membentuk pribadi seseorang menjadi tidak baik pula, begitupun sebaliknya
Konsep Pemikiran Hasan al-Banna tentang Kepribadian muslim yaitu haruslah pribadi yang sholih secara
individual (ahli ibadah) maupun sosial yang dijiwai oleh semangat al-qur’an dan al- hadits.
1. Salimul Aqidah
Makna aqidah adalah kemantapan, keteguhan, dan kekokohan terhadap pilar-pilar Islam yang dibangun
di atasnya. Aqidah itu adanya di dalam hati. Ia mengakar kuat dan tertancap padanya, senantiasa
membersamai seorang hamba yang tidak surut dan tidak pula lenyap karena kegoncangan,
kebimbangan, maupun keraguan.
Pokok-pokok aqidah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya, para rasul-Nya, hari
akhir, serta kepada takdir baik dan buruk. Iman adalah kepercayaan yang mantap yang tiada keraguan
padanya
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan
aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah swt dan dengan ikatan
yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan
dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah
2. Sahihul Ibadah
Bahwa akar kata ibadah (ubudiyyah) adalah tunduk dan patuh, dimana hanya Allah yang berhak
disembah sebagai Tuhan oleh seluruh makhluk
ibadah adalah ketaatan, dan beribadah adalah menghinakan diri serta menunjukkan kepatuhan.
Ibadah Dianggap Sah Apabila Memenuhi Syarat dan Rukunnya, Jika suatu ibadah kekurangan rukun atau
syarat maka ibadah tersebut tidak sah, atau yang bisa dinamakan oleh para ahli fiqih sebagai ibadah
yang batal.
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya,
beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Maka dapat disimpulkan bahwa
dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk/mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Rasul SAW
yang berarti tidak boleh ditambah-tambahi atau dikurang-kurangi.
3. Matinul Khuluq
Akhlak adalah kepribadian manusia, yang baik maupun yang buruk. Karena akhlak yang mulia begitu
penting bagi umat manusia, maka salah satu tugas diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk memperbaiki
akhlak manusia, dimana beliau sendiri langsung mencontohkan kepada kita bagaimana keagungan
akhlaknya sehingga diabadikan oleh ALLAH SWT di dalam Al Qur’an sesuai firman-Nya yang artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung”. (QS. al-Qalam [68]
arti kata matinul khuluq adalah sifat dan perangai baik ( akhlak ) manusia yang tangguh dan kuat yang
tidak akan goyah oleh apapun.
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam
hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk2-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan
bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
4. Qawiyyul Jismi
Kekuatan jasmani tidak hanya badan dan otot yang kuat saja, tetapi seorang muslim haruslah melatih
dirinya untuk mengeluarkan segala potensi terpendam dalam diri sebagai amanah dari Allah untuk
mengerjakan ketaatan-ketaatan yang diridhoi oleh Allah, Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan
amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari
penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai
sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-
sakitan. Bahkan Rasulullah SAW menekankan pentingnya kekuatan jasmani seorang muslim spt sabda
beliau yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim).
5. Mutsaqqaful Fikri
Mutsaqqaful fikri secara umum maknanya adalah kecakapan yang dimiliki seseorang sehingga mampu
memperoleh informasi dan keterampilan yang menjadikannya mengetahui kebenaran segala sesuatu
dan memanfaatkannya.
Dalam Islam segala perbuatan yang akan kita perbuat harus kita pikirkan dahulu. Karena itu seorang
Muslim harus memiliki wawasan keislaman serta keilmuan yang luas. Dalam Al Qur’an pun ada banyak
ayat yang merangsang manusia untuk terus berpikir seperti dalam QS Al- Baqarah : 219
Wawasan yang luas dapat kita dapatkan dengan belajar dan banyak membaca. Orang yang berilmu

lebih mudah menerima pelajaran hidup dan Hikmah seperti Firman Allah QS. 39 : 9
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu
malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai