Anda di halaman 1dari 11

1

STRATEGI MENINGKATKAN KOMPETENSI PELATIH PRAMUKA


DI ERA MILLENIAL

NASKAH ARTIKEL PERSYARATAN


PESERTA KURSUS PELATIH PEMBINA PRAMUKA LANJUTAN
KWARTIR DAERAH JAWA TENGAH
TAHUN 2019

Oleh
ACHMAD HUFRON, S.Pd. Jas
NKTA. 11.05.10.05.05901

GERAKAN PRAMUKA
KWARTIR CABANG KEBUMEN
2019
2

STRATEGI MENINGKATKAN KOMPETENSI PELATIH PRAMUKA


DI ERA MILLENIAL
Achmad Hufron
Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kebumen
Email: hufron_achmad@yahoo.co.id

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan Pramuka sebagai salah satu wadah untuk mendidik karakter generasi
muda Indonesia memiliki peran vital di tengah-tengah masyarakat. Dalam setiap
kegiatannya dituangkan dalam suatu proses pendidikan Kepramukaan yang
mengandung nilai-nilai luhur. Proses pendidikan dimaksudkan disini adalah cara
menata dan mengatur kegiatan yang berkaitan dan berkesinambungan. Mursitho
(2010) menerangkan bahwa sistem pendidikan dalam Gerakan Pramuka adalah sistem
yang mengatur dan menata proses pendidikan bagi anggota Gerakan Pramuka.
Gerakan Pramuka menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan. Proses pendidikan Kepramukaan pada hakikatnya berbentuk kegiatan
menarik yang mengandung pendidikan, bertujuan pendidikan, dilandasi nilai-nilai
pendidikan, dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah.
Pendidikan Kepramukaan sesuai dengan gagasan penciptanya. Lord Boden
Powell, yang mula-mula dituangkan dalam buku Scouting For Boys, pada dasarnya
ditujukan kepada pembinaan anak-anak dan pemuda, bukan untuk orang dewasa. 
Namun untuk menunjang keberhasilan pembinaan peserta didik itu, perlu adanya
pendidikan untuk orang dewasa, yang akan bertindak sebagai pamong dengan sikap
sesuai dengan sistem among, membawa peserta didik kepada tujuan Gerakan
Pramuka.
Dengan demikian maka fungsi pendidikan Kepramukaan akan berbeda yaitu
untuk anak-anak dan pemuda berfungsi sebagai permainan atau kegiatan yang
menarik, sedangkan bagi orang dewasa merupakan pengabdian dari para sukarelawan.
Maka, untuk menunjang proses pendidikan Kepramukaan berjalan sebagaimana
mestinya, dibutuhkan pembina-pembina Pramuka berkualitas di setiap satuan.  Dan
para pembina Pramuka berkualitas tersebut dapat terwujud dengan sokongan pelatih
3

pembina yang berkualitas pula. Oleh karenanya, para pelatih harus terus
meningkatkan kompetensinya dalam melatih para pembina pramuka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran pelatih pembina Pramuka masa kini dalam konteks
pendidikan orang dewasa?
2. Bagaimana urgensi peran tersebut dalam pendidikan Kepramukaan?
3. Bagaimana strategi meningkatkan kompetensi pelatih di era millenial?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, artikel ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan peran pelatih pembina Pramuka masa kini dalam kaitannya
dengan pendidikan orang dewasa;
2. Mendeskripsikan peran strategis tersebut dalam meningkatkan kualitas
pendidikan Kepramukaan; dan
3. mendeskripsikan strategi meningkatkan kompetensi pelatih pramuka di era
millenial.

PEMBAHASAN
Prinsip Dasar, Metode dan Kode Kehormatan Pramuka merupakan  Ikatan
yang tidak dapat dipisahkan dalam Proses pendidikan kepramukaan. Saka Wirakartika
Kayen (2011) menjelaskan bahwa Baden-Powell sebagai penemu sistem pendidikan
kepramukaan telah menyusun prinsip-prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan, lalu
menggunakannya untuk membina generasi muda melalui pendidikan kepramukaan.
Beberapa prinsip itu didasarkan pada kegiatan anak atau remaja sehari-hari. Prinsip
Dasar dan Metode Kepramukaan itu harus diterapkan secara menyeluruh. Bila
sebagian dari prinsip itu dihilangkan, maka organisasi itu bukan lagi gerakan
pendidikan kepramukaan. Berdasarkan AD/ART Gerakan Pramuka maka pendidikan
Kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda
Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan
mengandung pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan aturan
4

permainan, jadi bukan kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja. Karena itu lebih
tepat kita sebut saja kegiatan menarik.
2. Pengabdian bagi orang dewasa
Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas
yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai
kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian
tujuan organisasi.
3. Alat bagi masyarakat dan organisasi
Menurut Firman (2014) kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, dan juga alat bagi organisasi untuk
mencapai tujuan organisasinya. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai
latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan
pendidikannya.

A. Peran Pelatih Pembina


Pelatih pembina sebagai orang yang memberikan dan menerapkan pendidikan
orang dewasa memiliki peran-peran diantaranya: sebagai pelopor, sebagai mediator,
dan sebagai motivator. Untuk lebih jelasnya, ketiga peran tersebut dijabarkan dalam
pembahasan di bawah ini:
1. Sebagai Pelopor
Dalam ilustrasi sederhana pelopor adalah seseorang yang pertama kali
memasuki daerah tertentu, sehingga ia harus menemukan jalan untuk kemajuan
daerah tersbut. Karakteristik untuk pekerjaan pelopor (yang disebut pionir) adalah
kesulitan yang mereka jalani dan usaha besar yang harus mempertahankan banyak
fitur yang masih hilang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pelopor berarti
yg berjalan terdahulu; yang berjalan di depan. Dalam kaitannya dengan pelatih
pembina, pelatih pembina harus mampu menjadi yang pertama dalam menggagas
pembinaan Kepramukan yang berkualitas oleh para pembina. Pelatih pembina harus
memastikan bahwa pembina memiliki kompetensi yang memadai untuk membina
satuan Pramuka. Jadi pelatih pembina identik sebagai sosok individu yang berusia
produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis,
berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mecolok dari seorang pelatih
5

pembina adalah kontrol diri yang matang dengan kelebihan pelatih pembina yang
paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial
maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.
Peran penting dari seorang pelatih pembina lainnya adalah pada
kemampuannya melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu
keberhasilan dalam Gerakan Pramuka. Perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki
daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya,
terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim status quo.
Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja seseorang menjadi
lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahikar sosok pribadi yang berjiwa
optimis. Optimis bahwa hari depan Gerakan Pramuka pasti lebih baik.
Pelatih pembina sebagai pelopor menuntut pelatih pembina agar memberikan
kesempatan kepada para pembina untuk mengembangkan pribadinya, bakatnya,
kemampuannya, cita-citanya melalui konsep andragogi. Dalam hal ini, pelatih pembina
mengedepankan proses pendidikan yang berorientasi pada peserta didik ( Students-
Centered).
Selain itu, pelatih pembina Pramuka wajib bersikap dan berperilaku yang
sesuai dengan kode kehormatan Pramuka. Kemudian pelatih pembina Pramuka dapat
menerapkan model pembisaaan dalam rangka memainkan perannya sebagai pelopor.
Hal ini sejalan dengan pendidikan karakter dalam Al Quran yang menekankan
keseimbangan antara ilmu dan amal, praktik keilmuan melalui pembiasaan. Islam
sangat memperhatikan aspek penerapan ilmu karena proses pendidikan perilaku tanpa
didukung dengan pembiasaan diri, maka pendidikan itu hanya menjadi angan-angan
belaka (Syafri, 2012).
2. Sebagai Mediator
Pelatih pembina sebagai mediator adalah orang yang mampu membantu
menyelesikan permasalahan pembinaan Kepramukaan di satuan atau di daerahnya.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan
guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Jadi, peran mediator hanyalah
membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau
6

penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung kepada para


pihak.
Dalam konteks yang lebih luas Gerakan Pramuka bisa digunakan sebagai
mediator pembentukan karakter bangsa untuk menanamkan nilai positif dari
keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. oleh karena itu, pelatih
pembina harus lebih dulu mengambil alih peran mediator tersebut sebelum mendidik
dan melatih para pembina Pramuka dan para anggota Pramuka secara luas agar
menjadi agen atau mediator perubahan karakter generasi muda.
Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan Kepramukaan karena hal tersebut
merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses pendidikan
Kepramukaan. Dengan demikian jelaslah bahwa Gerakan Pramuka merupakan dasar
yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan di Indonesia.
Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya menciptakan kualitas
lingkungan yang interaktif secara maksimal, mengatur arus kegiatan pembina,
menampung semua persoalan yang diajukan para pembina dan mengembalikan lagi
persoalan tersebut kepada pembina yang lain untuk dijawab dan dipecahkannnya, lalu
pelatih pembina bersama pembina lainnya harus menarik kesimpulan atas jawaban
masalah sebagai hasil belajar. Untuk itu pelatih pembina harus terampil
mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan
berkomunikasi.
Pelatih pembina sebagai mediator juga menempatkan pelatih pembina
sebagai sumber belajar yang berarti bahwa mereka menjadi kunci dalam setiap latihan
dan kegiatan Kepramukaan. Seorang yang menjadi pelatih pembina harus dapat
merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi setiap latihan yang
diberikan. Kegiatan Kepramukaan harus dilakukan dalam bentuk kegiatan nyata
dengan contoh-contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para
peserta didik.
Dalam hal ini pelatih pembina dituntut untuk memiliki seperangkat
pengetahuan dan wawasan yang luas. Pelatih pembina wajib mempunyai ilmu dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Apabila
7

pelatih pembina memiliki kompetensi yang memadai, tentu saja proses pembinaan
Kepramukaan dapat menjamin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para
pembina lainnya. Hal ini sejalan dengan konsep andragogy bahwa pendidikan ornag
dewasa dapat melengkapi keterampilan yang diperlukan orang dewasa untuk
menemukan dan memecahkan masalah yang menekankan pemecahan dengan
keterampilan bukan isi (Suprijanto, 2007).
3. Sebagai Motivator
Peran pelatih pembina sebagai motivator harus memastikan para pembina lain
mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi. Dalam hal ini, pelatih Pembina dapat
memperhatikan unsur-unsur pendidikan melalui proses (1) belajar untuk berfikir; (2)
belajar untuk melakukan; (3) belajar untuk menjadi dirinya sendiri; dan (4) belajar
untuk hidup bersama.
Adisusilo (2012) menjelaskan bahwa motivasi adalah daya dorong yang
memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Oleh karena
itu, pelatih pembina sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi dengan cara
menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi Kepramukaan bagi kehidupan
pembina secara khusus dan peserta didik di kemudian hari. Menurut Syafri (2012)
dalam Islam, motivasi harus diberikan dengan mengikuti fitrah manusia karena
motivasi menyentuh sifat dasar manusia (fitrah) yang menyukai kebaikan dan
membenci keburukan, motivasi ini akan menyeimbangkan aspek akal, jasmani, serta
jiwa atau hati. Ketiganya harus seimbang, tidak pincang.
B. Pentingnya Peran Pelatih Dalam Meningkatkan Pendidikan
Kepramukaan
Konsep pendidikan orang dewasa atau dengan kata lain sering disebut dengan
andragogi yang dilakukan seorang pelatih pramuka sangat penting, karena hal ini
merupakan sebuah konsep yang tepat dalam implementasi pendidikan dan pelatihan
pembina Pramuka. Pelatih pembina dapat mengadopsi atau berpedoman pada konsep
Andragogi ketika melaksanakan pendidikan dan pelatihan Kepramukaan bagi pembina
Pramuka.
Andragogi berasal dan bahasa Yunani “Andros” artinya orang dewasa, dan
“Agogus” artinya memimpin. lstilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan
adalah “Pedagogi” yang ditarik dari kata “Paid” artinya anak dan “Agogus” artinya
8

memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar
anak. Karena itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak, maka
apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat, karena
mengandung makna yang bertentangan. Sementara itu, menurut Muta’alimin (2009)
menerangkan bahwa andragogi adalah ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk
kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa andragogi
merupakan cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman yang bermakna suatu
proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui
kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu. Selain itu, andragogy juga
merupakan suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus
menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi
yang selalu berubah.
Tujuan pendidikan orang dewasa adalah untuk membantu mereka melakukan
penyesuaian psikologis dengan kondisi sosial. Kemudian andagogi dapat melengkapi
keterampilan yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan
masalah yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi. Andagogi juga
untuk menolong merubah kondisi sosial orang dewasa. Selain itu, andagogi memberi
bantuan agar orang dewasa menjadi individu bebas dan otonom (Suprijanto, 2007).
Maka dapat disimpulkan bahwa Gerakan Pramuka dalam pelatihan pembina Pramuka
sangat erat bertumpu pada konsep andragogi tersebut. Andragogi adalah proses untuk
melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar seperti
yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan Gerakan Pramuka. Hal penting lainya yang
perlu diperhatikan dalam penerapan konsep pendidikan orang dewasa dalam Gerakan
Pramuka adalah bahwa filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dimana pembina
merupakaan teladan bagi sesama Pramuka.
Konsep pendidikan yang sudah dilaksanakan untuk mencapai tujuan Gerakan
Pramuka yaitu mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-Prinsip
Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan,
kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyaraka Indonesia dengan tujuan
agar:
9

1. Anggota Pramuka menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur


serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya.
2. Anggota Pramuka menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan
keterampilannya.
3. Anggota Pramuka menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.
4. Anggota Pramuka menjadi manusia yang menjadi warga negara Indonesia yang
berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup
serta mampu menyelenggarakan pembangunan bangsa dan negara.
Tujuan tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua
kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus mengarah
pada pencapaian tujuan tersebut. Sementara itu, Tugas pokok Gerakan Pramuka
adalah menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia,
menuju ke tujuan Gerakan Pramuka, sehingga dapat membentuk tenaga kader
pembangunan yang berjiwa Pancasila dan sanggup serta mampu menyelenggarakan
pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam melaksanakan pendidikan
kepramukaan tersebut Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan,
kebutuhan dan minat peserta didiknya (Pramuka Ma’arif, 2011).

C. Strategi Meningkatkan Kompetensi Pelatih Di Era Millenial


Ada beberapa strategi yang digunakan untuk meningkatkan kompetensi
pelatih diantaranya yaitu:
1. Melalui pelatihan dan kursus
Pelatihan digunakan untuk mengupgrade ilmu pengetahuan kepramukaan,
karena ilmu pengetahuan selalu berkembang. Pelatih diharapkan jangan berhenti
dalam mengembangkan cara melatih dan memberikan pemahaman kepada para
pembina sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu contohnya pelatihan yang
dilakukan oleh Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya mengembangkan sistem
pelatihan pembina pramuka. UWP melakukan Program Kemitraan Masyarakat (PKM)
dengan menyelipkan pelatihan hypnoteraphy kepada pembina. Program ini langsung
mendapatkan dukungan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristek Dikti). Karena sistem ini dinilai memiliki nilai tambah dibandingkan
10

praktik pramuka yang dilakukan selama ini. Program ini diharapkan mampu
mendukung revolusi mental, yang menitik beratkan pada pengembangan sumber daya
manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi serta tetap memegang  erat budi
pekerti yang luhur.
Selain pelatihan, kursus-kursus untuk pembina juga ditingkatkan. Pembina
dipacu untuk melanjutkan tingkatan kursus. Begitu juga dengan pelatih, pelatih
dituntuk terus mengembangkan diri dengan terus menambah pengetahuan
kepramukaan melalui kursus lanjutan.
2. Pengembangan kurikulum
Kurikulum yang digunakan harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan
zaman tanpa menghilangkan esensi pendidikan kepramukaan yang sesungguhnya.
Pelatih dituntut melek informasi dan tidak gaptek dalam tehnologi. Memasukkan unsur
kemampuan dalam menguasai tehnologi dalam kurikulum sangat penting. Misalkan
menggunakan media pertemuan tidak secara langsung melalui media atau aplikasi
yang dapat digunakan untuk melakukan pertemuan. Salah satu contoh aplikasinya
yaitu webex meeting room.
3. Perbaikan metode melatih
Metode melatih yang konvensional hanya sekedar ceramah, terasa sangat
membosankan. Hal ini dapat diubah dengan meningkatkan peran serta pembina dalam
mengikuti sebuah pelatihan. Peserta diarahkan untuk mencari sumber, menemukan,
dan mengkomunikasikan dengan peserta lain. Sehingga pengalaman yang didapat
langsung diterapkan oleh peserta dalam membina di gugus depannya.
4. Berpenampilan menarik dan smart
Pelatih zaman now diharapkan berpenampilan menarik dan smart. Hal ini
untuk menambah kepercayaan diri dan daya tarik orang lain. Sehingga memberikan
motifasi kepada peserta dalam mengikuti pelatihan atau kegiatan-kegiatan yang
diampu oleh pelatih-pelatih tersebut. Disamping itu, jika pelatih berpenampilan
menarik meningkatkan persepsi masyarakat ternyata pramuka juga luar biasa.

KESIMPULAN
Peran pelatih sangat penting dalam pengembangan pendidikan kepramukaan.
Pelatih berperan sebagai sebagai pelopor, sebagai mediator, dan sebagai motivator.
11

Konsep pendidikan yang sudah dilaksanakan untuk mencapai tujuan Gerakan Pramuka
yaitu mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-Prinsip Dasar dan
Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan
dan perkembangan bangsa dan masyaraka Indonesia. Sebagai pelatih zaman now
harus terus meningkatkan kompetensi dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan,
kursus-kursus, pengembangan kurikulum, dan kemajuan technologi.

DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT
sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif . Depok: Rajagrafindo Persada,
PT.
Firman. P. 2014. Peran Pelatih Pembina Pramuka Masa Kini. (online)
https://zubarman.wordpress.com/2014/07/21/peran-pelatih-pembina-pramuka-
masa-kini/. (diakses 11 Juni 2019 pukul 20.30 WIB)
Mursitho, Joko. 2010. Pembaharuan Bahan Kursus KMD Tahun 2010. Jakarta:
Pusdiklatnas.
Muta’allimin, M. 2009. Konsep dan Metode Pembelajaran untuk Orang Dewasa
(Online). Dapat diakses pada: http://nasacenter.blogspot.com/2009/11/konsep-
dan-metode-pembelajaran-untuk.html.
Pramuka Ma’arif. 2011. Saka Wirakartika (Online). Dapat diakses pada:
http://scoutingmaarif.wordpress.com/sakasatuan-karya/ saka-wira-kartika.
Saka Wirakartika Kayen. 2011. Saka Wirakartika (Online). Dapat diakses pada: 
http://sakawirakartikakayen.blogspot.com/
Suprijanto,H. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori hingga Aplikasi . Jakarta:
Bumi Aksara.
Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an . Depok: Rajagrafindo
Persada, PT.

Anda mungkin juga menyukai