Anda di halaman 1dari 7

UPAYA PENGEMBANGAN ANGGOTA DEWASA

DALAM MEMBENTUK GUDEP UNGGUL

Oleh : Kak Martini


Kwartir Cabang Kota Madiun

A. Pendahuluan
Gerakan pramuka merupakan organisasi edukasi diri bagi kaum muda yang
bersifat progresif. Dengan merujuk pada pendekatan pendidikan kepramukaan, masing-
masing individu dilahirkan dengan potensi unik yang dapat dikembangkan melalui arah
yang konstruktif. Menjadikan potensi ini sesuatu yang nyata melibatkan pengembangan
kapasitas seseorang secara menyeluruh – fisik, intelektual, emosional, sosial dan
spiritual. Hal ini dilakukan dengan menghadirkan suatu lingkungan belajar yang
suportif dan terorganisir yang merangsang serta menantang tiap anggota muda
sepanjang tahun-tahun tumbuh kembang mereka.
Bagian penting dari pendidikan kepramukaan dalam pembinaan anggota muda
adalah gugus depan. Program pembinaan bagi anggota muda tidak hanya merujuk pada
pelaksanaan kegiatan, melainkan juga manajemen gugus depan yang handal dan unggul.
Gugus depan sebagai garda terdepan pendidikan dan pembinaan anggota muda menjadi
tolok ukur bagaimana kepramukaan dilaksanakan. Meskipun anggota muda merupakan
pusat giat kepramukaan (memilih, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi),
dukungan anggota dewasa (adult support) merupakan sebuah kunci. Bentuk dukungan
ini bisa jadi berbeda-beda (pendidikan, organisasi dll) dan bervariasi berdasarkan
rentang usia para anggota muda. Anggota muda dalam tingkatan Siaga, misalnya,
barangkali akan membutuhkan kehadiran serta intervensi yang lebih besar dibandingkan
anggota yang berada dalam rentang usia Penegak. Sehingga bisa dikatakan, peran
anggota dewasa bisa dikatakan vital.
Kepramukaan juga dicirikan oleh fakta bahwa gerakan ini terbuka untuk semua,
bersifat sukarela, non-politis, mandiri dan relevan terhadap kaum muda masa kini. Salah

1
satu cirri berupa ‘sukarela’ inilah yang seringkali menjadi kendala dalam unsur
Pembina, bahkan juga pelatih.
Membangun gudep unggul tentu harus berangkat dari unsure utama yang salah
satunya adalah Pembina. Bagaimana Pembina seharusnya direkrut, dilatih, dididik serta
dicetak karakter dan sikapnya agar sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Tulisan sederhana ini akan mencoba memberikan ulasan jawabannya.

B. Pembahasan
Bagi gerakan pramuka yang berupaya menumbuhkan dan menawarkan
kepramukaan yang lebih baik bagi lebih banyak kaum muda, organisasi tersebut perlu
merekrut serta mempertahankan pembina-pembina dewasa yang berkualitas dan
memiliki motivasi, serta menjaga gerak mereka selama terlibat dalam organisasi.
Pengetahuan dan kesadaran mereka dalam hal bekerja bersama kaum muda juga harus
senantiasa diperbaharui secara teratur melalui kursus-kursus terbarukan.
Beberapa tahun belakangan ini, gerakan pramuka – dalam hal ini pusdiklatnas-
telah menginvestasikan waktu dan sumberdaya dalam mengindentifikasikan tren giat
sukarela. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penguatan, pengadaan dan peningkatan
mutu serta mjumlah Pembina maupun pelatih telah banyak dilakukan. Hal ini sejalan
dengan Program Revitalisasi Gerakan Pramuka yang telah direncanakan dan
dilaksanakan oleh Kwartir Nasional yang difokuskan pada pemberdayaan gugusdepan
dengan penekanan dan pengembangan pada program-program peserta didik, tenaga
pendidik serta prasarana dan sarana pendidikan. 1 Akan tetapi, apabila berbicara
kuantitas, sangat dimungkinkan untuk ditingkatkan dalam kurun waktu yang relatif
singkat. Namun ketika berbicara kualitas, tentu akan lain halnya.
Sesuai dengan keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 201 tahun
2011 tentang Sistem Pendidikan dan Pelatihan Dalam Gerakan Pramuka, bahwa kursus
pembina pramuka mahir, baik dasar maupun lanjutan, secara tersurat hanya bertujuan
untuk membekali kemampuan dan keterampilan pembina dalam membina peserta didik

1
Sambutan Kakwarnas Dalam Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 201
tahun 2011 Tentang Sistem Pendidikan Dan Pelatihan Dalam Gerakan Pramuka, hal. iii.

2
dan mengelola satuan. Dalam tataran ini, belum menyentuh tentang pembentukan sikap
mental ataupun karakter Pembina.
Padahal, sesuai dengan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor:
231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugusdepan Gerakan Pramuka,
bahwa secara umum, tugas dan tanggung jawab Pembina tidaklah mudah. Belum lagi
sikap dan perilaku yang harus ditonjolkan ketika berinteraksi dengan anggota muda.
Pembangunan modal karakter, sikap dan perilaku inilah yang menjadi ‘pekerjaan
rumah’ kita sekarang ini.
Menurut WOSM, terdapat beberapa prinsip anggota dewasa dalam kebijakan
kepramukaan, yaitu :2
1. Kesesuaian
2. Keterlibatan pemuda
3. Kesetaraan gender
4. Kepemimpinan berkelanjutan
5. Kedekatan dalam pengambilan keputusan:
6. Organisasi pembelajaran:
7. Pembelajaran yang berarti:
8. Aksesibilitas dan fleksibilitas:
9. Berbasis kompetensi:
10. Personalisasi:
11. Partisipasi:
12. Berorientasi pada teknologi
Dalam rangka mengembangkan anggota dewasa sesuai dengan prinsip-prinsip
tersebut, maka program anggota dewasa harus ditekankan pada dukungan kegiatan-
kegiatan anggota muda melalui :
Dari segi organisasi, pusdiklat tentunya harus merumuskan kebijakan dalam
mengembangkan anggota dewasa dalam usaha untuk mendukung pelaksanaan Program
anggota muda di gugus depan dengan cara:3

2
World Organization of the Scout Movement, Adults In Scouting World Policy,(Kuala Lumpur :
World Scout Bureau Adults in Scouting, 2018), hal. 44-46.
3
. Ibid, hal. 51-52.

3
1. Mengidentifikasi kebutuhan organisasi dalam kaitannya dengan kegiatan-
kegiatan anggota muda.
2. Secara jelas menjabarkan tugas-tugas yang dibutuhkan untuk mendukung
kegiatan anggota muda.
3. Menetapkan spesifikasi untuk berbagai peran yang dibutuhkan. Hal ini berarti
kesadaran bahwa orang dewasa yang bekerja dengan kelompok usia anggota muda yang
berbeda, tentu memerlukan profil yang berbeda.
4. Mempromosikan perekrutan orang dewasa yang mewakili kebutuhan setiap
profil sebagaimana no. 3.
5. Secara aktif melatih orang dewasa untuk bergabung dan mengisi peran,
mencari seluas mungkin ke berbagai segmen masyarakat.
6. Dari uraian peran, mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas terkait kegiatan anggota muda.
7. Melakukan penilaian (assesment) kompetensi anggota dewasa yang ada dan
kemudian mengeksplorasi peluang belajar, baik secara internal dan eksternal, untuk
membantu mereka meningkatkan kompetensi mereka
8. Memberikan kesempatan belajar yang fleksibel dengan memberikan pelatihan
yang memenuhi kebutuhan kegiatan anggota muda.
9. Memberikan dukungan yang tepat dan terus menerus kepada orang dewasa
10. Melakukan penilaian rutin anggota dewasa untuk mengidentifikasi masalah
potensial dan cara untuk mengatasinya.
Sebenarnya kwarnas telah memberikan panduan yang jelas tentang anggota
dewasa. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam SK Kwarnas no. 047 tahun 2018
tentang Pedoman Anggota Dewasa Gerakan Pramuka, bahwa siklus anggoat dewasa
dalam gerakan pramuka meliputi :4
1. Akuisi
2. Pelatihan, dukungan dan pengembangan diri
3. Keputusan untuk masa depan.

4
SK Kwarnas no. 047 tahun 2018 tentang Pedoman Anggota Dewasa Gerakan Pramuka, hal. 7-
8.

4
Terlihat dalam siklus ini, bahwa tahap kedua sangatlah menentukan. Adanya
bentuk pelatihan yang ideal, dukungan dari organisasi secara penuh dan iklim
manajemen yang kondusif serta media aktualisasi dan pengembangan diri yang baik,
tentu akan banyak mempengaruhi anggota dewasa di tahap ketiga.
Karena tidak jarang, kita dapati ketika anggota dewasa berproses di tahap kedua,
apa yang mereka alami, mereka rasakan, mereka peroleh, cenderung membuat mereka
merasa jera untuk melanjutkan kesukarelaan mereka dalam membina anggota muda.
Sehingga pada tahap ketiga, kebanyakan memutuskan untuk berhenti, atau paling tidak
bersikap pasif dalam organisasi pembinaan dalam hal ini gugus depan atau lainnya.
Peran pusdiklat sangatlah penting dalam memberikan pelatihan, dukungan dan
pengembangan diri bagi anggota dewasa. Selain itu, pola rekrutmen anggota dewasa
tentunya juga layak untuk diperhatikan. Sumber anggota dewasa yang berasal dari
anggota dewasa yang pernah menjadi anggota gerakan pramuka, tenaga pendidik di
satuan pendidikan formal serta masyarakat umum, mungkin juga perlu untuk dievaluasi.
Terlebih terkait sumber anggota dewasa dari tenaga pendidik dari satuan pendidikan
formal. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan bahwa kemauan kalangan tenaga
pendidik dalam bergabung di gerakan pramuka tanpa latar belakang pendidikan di
gerakan pramuka sering kali menimbulkan permasalahan. Beberapa indikasi adanya
kelonggaran dalam pelaksanaan kursus yang didominasi tenaga pendidik, tentu
membuat kita harus mengevaluasi diri.5 Karena pendidikan dan pelatihan di tingkat
calon Pembina inilah yang sebenarnya menjadi tumpuan dalam mencetak anggota
dewasa yang memiliki karakter handal utamanya dalam membentuk gudep yang unggul.
Selain itu, yang perlu juga diperhatikan bahwa Pembina adalah sumber pelatih.
Keseriusan dalam melatih Pembina pramuka berarti ekuivalen dengan melatih calon
pelatih. Sehingga ada prinsip di kalangan pelatih pramuka bahwa kalau peserta didiknya
jelek, tentu yang jelek pembinanya. Kalau pembinanya jelek, tentu yang jelek
pelatihnya. Sehingga secara sederhana bisa dikatakan, bahwa kesiapan membangun
gudep unggul melalui penyiapan Pembina pramuka yang handal harus dimulai dari diri
pelatih sendiri. Sikap keteladanan, moralitas, keterampilan dan kecakapan-kecekapan
5
Tentang hal ini, akan sangat baik kita membaca artikel di alamat
https://tatkala.co/2020/03/05/bukan-persoalan-jiwa-pramuka-semata-tanggapan-untuk-tulisan-
pembina-pramuka/

5
lainnya harus dimunculkan dan ditanamkan ke dalam pribadi calon-calon Pembina
sebagai anggota dewasa dalam gerakan pramuka.

C. Penutup
Sebagai penutup tulisan ini, bahwa usaha pengembangan anggota dewasa dalam
membangun gudep unggul secara umum dilakukan melalui :
1. Program pelatihan dan pendidikan yang ideal
2. Evaluasi program kepelatihan yang memadai.
3. Pembentukan iklim manajemen organisasi dalam gerakan pramuka yang
kondusif sehingga menjamin keberlangsungan anggota dewasa didalamnya.
Apabila dimungkinkan, salah satu isi pada tahap ketiga dalam siklus anggota
dewasa berupa purna bakti hanya ketika usia lanjut. Tidak ada anggota
dewasa yang mengundurkan diri, terlebih karena manajemen konflik
organisasi yang tidak terselesaikan.
4. Pengkaderan harus secara intensif dilakukan. Melalui pembinaan anggota
muda yang baik, tentu akan diperoleh bibit-bibit anggota dewasa yang
unggul. Karena dari sekian sumber rekrutmen anggota dewasa, kiranya
sumber dari anggota dewasa yang pernah menjadi anggota pramukalah yang
menempati tingkatan tertinggi. Bukan karena kepentingan pekerjaan atau
kepentingan jabatan dan lain sebagainya. Melainkan murni karena motivasi
dan kesukarelaan.
5. Penataan manajemen organisasi yang bagus juga layak dilakukan dalam
usaha mengembangkan anggota dewasa yang memadai. Transparansi dan
akuntabilitas organisasi kiranya bisa memberikan salah satu bentuk
kenyamanan seseorang dalam sebuah organisasi. Sehingga peluang untuk
meningkatkan anggota dewasa gerakan pramuka, baik melalui sisi kuantitas
maupun kualitas, bisa tercapai. Tidak ada lagi anggota dewasa yang akhirnya
jera menjadi Pembina atau pelatih hanya karena permasalahan penataan
organisasi yang keliru. Bahkan sebaliknya, organisasi anggota dewasa harus
menjadi contoh bagi organisasi anggota muda lainnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

World Organization of the Scout Movement. 2018. Adults In Scouting World Policy,(Kuala
Lumpur : World Scout Bureau Adults in Scouting.

Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 201 tahun 2011 Tentang Sistem
Pendidikan Dan Pelatihan Dalam Gerakan Pramuka.

Anda mungkin juga menyukai