Safir Senduk - Bijaksana Dalam Berutang PDF
Safir Senduk - Bijaksana Dalam Berutang PDF
com
Copyright Safir Senduk & Rekan 2000 (http://www.perencanakeuangan.com)
DASAR-DASAR KEUANGAN
Saya sedang menyetir mobil bersama istri saya di jalan tol dalam kota ketika
radio di mobil memutar iklan kartu kredit. Lagunya adalah gubahan dari
sebuah lagu lama dan cukup asyik apabila didengarkan. Di situ disebutkan,
kalau sering-sering memakai kartu tersebut, Anda bisa mendapat hadiah yang
dipilih sendiri.
Yang menarik adalah, beberapa hari kemudian, saya menerima surat dari
seorang ibu. Katanya, dia punya delapan kartu kredit yang semuanya aktif!
Jumlah tagihannya pun semua sudah hampir mencapai batas. Nah, jumlah
penghasilan ibu ini setiap bulan katanya hampir selalu habis untuk
membayar cicilan kartu kreditnya.
Menarik bukan? Di satu sisi, ada bank yang asyik mengiklankan dan mengajak
orang untuk aktif memakai kartu kredit, tapi di lain pihak ada orang (dan saya
yakin bukan hanya satu orang) terjebak persoalan dengan koleksi kartu-kartu
kreditnya.
Lalu, siapa yang salah di sini? Bank penerbit kartu atau si pemakai kartu?
Tulisan kali ini akan membahas persoalan-persoalan apa yang bisa dialami
pemegang kartu kredit jika ia tidak berhati-hati.
Pertama-tama, kita mesti sadar dulu bahwa kartu kredit itu hanya alat
pembayaran. Maksudnya, fungsi kartu sama seperti uang tunai yang Anda
pakai untuk membayar suatu transaksi. Bedanya, si kartu ini menjadi
"pengganti sementara" dari uang tunai. Kalau Anda beli barang seharga Rp
75.000 dan membayar dengan kartu kredit, maka bank penerbit kartu akan
menagih Rp 75.000 di akhir bulan. Jadi, pembayaran tersebut tidak dilakukan
di awal ketika barang dibeli, tapi saat tagihan datang belakangan.
Lho, terus buat apa ada kartu kredit? Keuntungan yang pokok hanya satu:
Anda tidak perlu membawa banyak uang tunai tiap kali melakukan transaksi
pembelian barang dan jasa. Bayangkan kalau Anda harus membawa-bawa
uang tunai Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta di dompet Anda, sedangkan Anda
harus sering bepergian dengan bus kota.
Kalau Anda tidak mau membayar lunas tagihan Anda, Kartu Kredit biasanya
memberikan kemudahan berupa ketentuan pembayaran minimal. Besarnya
bervariasi, sekitar 5 - 10 persen dari jumlah tagihan Anda bulan tersebut.
Masalah biasanya mulai muncul bila Anda mulai terbiasa enggan melunasi
tagihan secara penuh. Anda hanya melunasi tagihan minimal tiap bulannya.
Sementara frekuensi dan nilai pemakaian kartu kredit tersebut bukannya
berkurang tapi malah meningkat.
Contoh, total pemakaian kartu kredit bulan Juni adalah Rp 1 juta. Ketika
tagihan datang, hanya dilunasi sebesar Rp 150.000. Pada bulan Juli, total
pemakaiannya adalah Rp 1,5 juta. Ketika tagihan datang, pelunasannya
hanya sebesar Rp 250.000. Pada bulan Agustus, total pemakaiannya adalah
Rp 2 juta. Ketika tagihan datang, pelunasannya hanya sebesar Rp 350.000.
Begitu terus.
Nah, karena tiap jumlah yang tidak dilunasi akan dikenai bunga sekitar 2 - 3,5
persen per bulan, maka pada suatu saat tertentu, jumlah tagihan akan sangat
tinggi sehingga Anda tidak mampu lagi melunasinya sekaligus. Bila jumlah
kartu kredit yang Anda miliki ada banyak, makin sulitlah Anda lepas dari
jeratan tagihan.
Lalu siapa yang salah? Apakah bank penerbit kartu kredit? Tidak, Bapak dan
Ibu. Persoalannya sering kali terletak pada pemakai kartu sendiri. Banyak
yang menganggap atau menempatkan kartu kredit sebagai sarana tambahan
uang. Jadi, dalam pikiran mereka, punya kartu kredit dengan batas
pemakaian Rp 4 juta, misalnya, itu sama seperti tambahan pendapatan
sebesar Rp 4 juta.
Benar begitu? Tidak. Kartu itu cuma alat pengganti uang tunai. Tiap kali Anda
memakai kartu, berarti ada uang Anda yang berkurang untuk membayar
harga barang atau jasa yang Anda beli.
Memang, ada beberapa bank penerbit Kartu Kredit yang memberikan nilai
tambah kepada kartunya, seperti aneka asuransi, barang-barang elektronik,
sampai liburan gratis ke luar negeri. Bagus, tapi tetap saja Anda harus sadar,
fungsi kartu kredit cuma satu: pengganti sementara uang tunai.
Bicara tentang kartu kredit, juga sering saya temukan bahwa masalah
penggunaan kartu kredit sering muncul karena sistem yang kurang tepat
dalam pengelolaan keuangan di keluarga.
Beberapa diantara Anda mungkin pernah membaca Komik Donal Bebek yang
sangat terkenal itu. Dikisahkan Donal Bebek memiliki seorang paman yang
kaya sekali bernama Paman Gober. Paman Gober adalah bebek yang luar
biasa kayanya sehingga ia bisa membangun sebuah gudang yang sangat
besar yang bisa digunakannya untuk menyimpan semua tumpukan uangnya,
baik uang kertas maupun uang logam.
Saking banyaknya uang yang dia miliki, tumpukan uangnya seringkali tampak
menggunung sehingga Paman Gober yang digambarkan sebagai orang yang
rakus - seringkali berendam di antara tumpukan uangnya.
Tulisan kali ini tentu saja tidak akan membahas tentang Paman Gober dan
tumpukan uangnya. Namun bila kita berbicara mengenai bank, bisa dikatakan
sebanyak itu juga mungkin uang yang dimiliki oleh bank tempat Anda
menyimpan uang. Meski begitu Anda tak perlu khawatir bank menumpuk
semua uangnya di dalam satu gudang seperti Paman Gober itu.
Kebanyakan dari uang di bank itu adalah uang nasabah. Kalau bank
menyimpan semua uang nasabah itu dalam satu tempat, berarti uang itu
tidak produktif. Padahal, bank juga harus mencari pendapatan agar bisa
membayar bunga tabungan dan deposito yang Anda simpan pada mereka,
kan? Itu sebabnya, bank lalu "melemparkan" kembali sebagian besar uang
masyarakat itu ke dalam bentuk pinjaman (kredit).
Dapatkah Anda bayangkan ada berapa banyak dana bisa dipinjamkan oleh
bank bila ada ribuan orang yang menyimpan uangnya di bank? Pada
kenyataannya, bank tentu saja tidak melempar 100 persen uang nasabahnya
ke dalam bentuk kredit. Ini karena setiap hari ada saja anggota masyarakat
yang menarik simpanan uangnya di bank. Nah, kalau 100 persen uang
nasabah dilempar dalam bentuk kredit, maka jika ada nasabah yang mau
menarik uangnya bakal kesulitan. Itu sebabnya, bank pasti memiliki
persediaan uang tunai agar selalu tersedia uang bagi nasabah yang ingin
menarik simpanan uangnya di bank.
Persediaan uang tunai tersebut oleh bank akan disebar ke semua kantor
cabang dan juga ke mesin-mesin ATM. Tentu saja jumlahnya dibatasi. Itu
sebabnya penarikan uang di ATM seringkali dibatasi jumlahnya. Ada bank
yang membatasi penarikan uang di ATM sebesar Rp 7,5 juta dalam satu hari,
ada juga yang hanya Rp 5 juta dalam satu harinya. Kalau Anda ingin menarik
uang dalam jumlah yang lebih besar dari itu, Anda harus datang langsung ke
loket kasir di bank.
Jadi pembaca, selain bisa MENYIMPAN uang di bank, Anda juga bisa
MEMINJAM uang di bank. Karena itu, tidak ada salahnya bila Anda berkenalan
lebih dulu dengan produk-produk pinjaman (kredit) di bank. Siapa tahu Anda
kelak memang perlu meminjam uang dari bank sehingga tulisan ini mungkin
bisa menambah pengetahuan Anda mengenai hal itu.
1. Kredit Usaha
2. Kredit Konsumsi
3. Kredit Serba Guna
Selain dua jenis kredit tadi, ada pula Kredit Serba Guna. Seperti tertulis di
namanya, Kredit Serba Guna adalah kredit yang bisa digunakan untuk tujuan
apa saja, bisa untuk konsumsi maupun untuk usaha. Nah, salah satu produk
kredit serba guna yang sering dipasarkan adalah Kredit Tanpa Agunan.
Agunan adalah nama lain dari Jaminan. Lo, bukankah meminjam uang dari
bank biasanya harus pakai jaminan?
Betul. Pada umumnya, bila Anda ingin mendapatkan kredit, Anda harus
menjaminkan salah satu harta yang Anda miliki kepada bank sehingga apabila
Anda tidak mampu mengembalikan pinjaman tersebut, bank akan menyita
harta yang Anda jaminkan tersebut. Tentunya nilai Barang Jaminan itu harus
lebih besar atau minimal harus sama dengan nilai uang yang Anda pinjam.
Tapi pada produk Kredit Tanpa Agunan, Anda tidak harus menyerahkan
Barang Jaminan kepada bank. Anda hanya disyaratkan untuk memiliki jumlah
penghasilan tertentu setiap bulannya dan menyerahkan sejumlah bukti yang
Tentu saja, bagi bank bersangkutan, risiko gagal bayar dari nasabah akan
menjadi lebih besar lagi karena bank tidak memiliki barang jaminan dari Anda
dan bank juga tidak mengawasi akan digunakan untuk apa uang yang mereka
pinjamkan kepada Anda itu (pada nomor-nomor mendatang kita akan
membahas khusus tentang salah satu produk kredit tanpa Agunan yang
sekarang sedang gencar dipasarkan di masyarakat).
Pada nomor yang lalu, kita telah berkenalan sekilas dengan produk kredit di
bank. Sekarang, kita akan berbicara tentang bagaimana syarat-syarat
mengajukan kredit di bank. Seperti layaknya saat akan membuka tabungan di
bank, Anda akan diminta menyerahkan kopi identitas diri seperti KTP, SIM,
atau paspor. Anda juga diminta mengisi formulir pembukaan tabungan yang
berisi datadata pribadi diri Anda. Tujuannya agar Bank memiliki informasi
yang benar, sehingga dapat mengidentifikasi diri Anda sebagai orang yang
sah dan berhak melakukan transaksi dari rekening Anda.
Itu kalau Anda mau menabung di bank. Sekarang bagaimana jika Anda mau
meminjam uang dari bank? Di sini, bank sebagai pihak yang meminjamkan
dana disebut kreditur dan pihak yang meminjam dana dari bank disebut
debitur.
Nah, untuk menilai apakah si calon debitur layak diberikan kredit, maka bank
harus mendapatkan informasi yang benar dan akurat, seperti karakter si
debitur, dana yang dimilikinya saat ini, pengaruh kondisi ekonomi saat ini
terhadap penghasilan debitur, jaminan yang diajukan, dan masih banyak lagi.
Kurang lebih sama seperti Anda, bank pun dalam menerima proposal
pengajuan kredit yang masuk melaksanakan prinsip kehatian-hatian dalam
meminjamkan uangnya. Hal ini memang disyaratkan oleh undangundang
yang mengatur mengenai perbankan di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Ingatlah bahwa dari setiap sen yang disalurkan lagi ke masyarakat oleh bank
adalah milik masyarakat juga. Untuk tiap dana nasabah yang disimpan di
bank, bank berjanji akan mengembalikannya kepada nasabah setiap saat
berikut bunganya. Karena itu bank selalu melakukan berbagai macam analisa
Siapa pun dapat mengajukan kredit ke bank asalkan memenuhi syarat. Pada
umumnya, bank membagi debiturnya ke dalam dua golongan besar,yaitu
debitur perorangan dan debitur perusahaan (sekali lagi, debitur adalah pihak
yang meminjam uang dari bank).
DEBITUR PERORANGAN
Debitur perorangan terdiri dari berbagai macam latar belakang profesi. Bisa
dokter, artis, pegawai negeri, perancang busana, arsitek, karyawan swasta,
pedagang, dan lain sebagainya. Tiaptiap profesi mempunyai ciri khasnya
sendiri yang oleh bank dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu
wirausahawan, karyawan, dan profesional.
Bank meminta salinan akte nikah bagi debitur yang sudah menikah
adalah untuk mengetahui apakah harta yang dijaminkan merupakan
harta bersama suami-istri atau bukan, sehingga baik istri atau suami
debitur dapat dimintai persetujuannya dan turut bertanggung jawab
terhadap harta yang dijaminkan ke bank berikut sejumlah hutangnya.
Sama seperti nomor 2 di atas dan juga untuk mengetahui apakah calon
debitur juga menanggung biaya hidup oang lain selain dirinya sendiri.
Syarat ini hanya diberlakukan untuk calon debitur yang bekerja di suatu
perusahaan, pemerintah maupun swasta. Tujuannya untuk memastikan
bahwa calon debitur memang bekerja di situ dan memiliki penghasilan
tetap setiap bulannya.
Debitur yang berbentuk perusahaan meliputi bentuk badan usaha seperti CV,
PT, firma, dan lain-lain. Persyaratan yang diminta antara lain:
1. Kopi identitas diri dari para pengurus perusahaan (direktur & komisaris)
2. Kopi NPWP (Nomor Pokok wajib pajak)
3. Kopi SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan )
4. Kopi Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris
5. Kopi TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Jaminan yang diminta oleh Bank untuk Kredit Pemilikan Rumah biasanya
adalah rumah yang akan dibeli tersebut. Pada Kredit Pemilikan Mobil, maka
mobil yang akan dibeli itulah yang biasa dijadikan jaminannya.
Sedangkan untuk Kredit Usaha dan Kredit Serba Guna, jaminan yang diminta
biasanya lebih bervariasi seperti tanah, rumah tinggal, ruko, apartemen,
kendaraan, pabrik dan lain -lain.
Untuk menilai apakah jaminan yang diajukan layak untuk dijaminkan maka
Bank akan menilai kembali jaminan yang diajukan, biasanya Bank memiliki
tim penilai sendiri dalam menilai jaminan tersebut, walaupun terkadang bank
juga sesekali memakai tim penilai jaminan dari luar.
Nah, mudah-mudahan dengan penjelasan ini Anda tidak perlu ragu lagi untuk
meminjam uang dari bank. Entah itu untuk keperluan membeli rumah,
kendaraan, modal usaha, dan sebagainya.
Masih soal kredit. Pada beberapa nomor yang lalu, kita telah membahas
tentang produk-produk kredit di bank. Sekarang, saya akan membahas
tentang produk kredit yang beberapa bulan terakhir ini cukup gencar
dipromosikan: KREDIT TANPA AGUNAN.
Kita anggap saja Anda ingin membuka usaha yang berskala kecil, renovasi
rumah, bayar uang muka kendaraan, atau bahkan untuk membeli komputer
seperti permintaan anak Anda. Tapi Anda tidak punya uang. Padahal,
keperluan tersebut di atas kelihatannya tidak bisa ditunda lagi. Kalau
menunggu Anda mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, mungkin keperluan
tersebut baru akan terbeli satu dua tahun lagi. Wah, kelihatannya tidak ada
jalan lain. Anda harus pinjam uang. Pinjam ke teman atau keluarga,
wahgengsi dong.
Anda lalu berpikir, wah saya sudah punya rumah dan mobil. Boleh juga nih,
begitu pikir Anda. Oke deh. Anda lalu mengisi formulir aplikasi kredit yang
diberikan bank kepada Anda. Anda mulai mengisi nama Anda, alamat,
pekerjaan, termasuk nilai rumah atau mobil yang Anda miliki.
Selain itu, bank juga memiliki sejumlah pertimbangan lain dalam menilai
jaminan Anda, seperti bagaimana kondisinya, lokasinya, nilai penyusutannya,
keabsahan dokumennya, dan lain sebagainya sehingga secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa harta yang Anda jaminkan tersebut tidak berisiko,
cukup layak, dan bisa dijual dengan mudah.
Situasi seperti itulah yang mungkin menjadi kendala buat sebagian dari
mereka yang ingin meminjam uang dari bank, di mana mereka tidak memiliki
harta yang "cukup" untuk bisa dijaminkan. Nah, disinilah bank lalu
mengeluarkan produk kredit yang tidak mensyaratkan adanya jaminan, dan
lebih bagus lagi kalau pinjaman tersebut bisa digunakan untuk tujuan apa
saja. Produk kredit seperti ini disebut Kredit Tanpa Agunan (selanjutnya kita
sebut KTA).
Wah, enak ya? Kita bisa pinjam uang tanpa perlu menjaminkan harta yang
kita miliki. Betul, memang enak. Pada saat ini sudah ada beberapa bank yang
mengeluarkan produk KTA. Sebagian dari Anda mungkin sudah sering melihat
produk seperti ini diiklankan besar-besar di pinggir jalan, atau bahkan di
media massa.
KTA dapat diajukan oleh siapa pun, baik karyawan, profesional, maupun
wirausahawan. Termasuk Anda. Bedanya dari produk pinjaman biasa, nilai
pinjaman Anda dibatasi. Ini karena tidak adanya harta yang dijaminkan
sehingga otomatis risiko bank sebagai pemberi pinjaman akan semakin tinggi.
Di sinilah biasanya nilai pinjaman pada produk KTA dibatasi, yaitu antara Rp 5
juta sampai dengan Rp 50 juta saja. Jangka waktu kreditnya juga dibatasi
agar tidak terlalu panjang, yaitu antara 1 sampai dengan 3 tahun.
KTA dapat Anda manfaatkan untuk tujuan apa saja. Anda bisa
menggunakannya untuk tujuan konsumtif, seperti membayar biaya
pendidikan anak Anda, membiayai pernikahan, atau merenovasi rumah. Di
Atau bila Anda ingin membeli rumah baru secara kredit melalui KPR (Kredit
Pemilikan Rumah), maka bank biasanya tidak akan membiayai seluruhnya. Ia
akan meminta Anda membayar uang muka dari Anda sebesar sekitar 30%,
dan sisanya dibiayai oleh bank untuk lalu Anda cicil. Nah, bila Anda tidak
memiliki uang muka yang 30% itu, Anda bisa mendapatkannya dengan
mengambil KTA.
Dengan demikian, KTA dapat memenuhi tujuan keuangan apa saja sehingga
dapat digunakan dalam situasi dan kondisi kebutuhan Anda. Walaupun
demikian, saya tidak menyarankan Anda mengambil KTA jika kebutuhan yang
harus Anda biayai tersebut masih bisa dicukupi dengan dana Anda saat ini.
Jadi, lihat dulu situasi dan kondisi keuangan Anda sebelum Anda mengambil
KTA. Karena produk kredit seharusnya dibuat untuk memudahkan hidup
Anda, bukan malah memperberat Anda. Selamat mempertimbangkan.
Ya, kebutuhan akan uang tunai terkadang menjadi kebutuhan yang segera
pada waktu-waktu tertentu. Kita seringkali membutuhkan uang dalam jumlah
besar ketika mendekati saat-saat anak mulai masuk sekolah, Lebaran, atau
bahkan ketika anak kita akan menikah.
Kalau Anda meminjam uang tunai ke bank, selain Anda harus memiliki
agunan, prosesnya juga bisa memakan waktu berhari-hari, karena pengajuan
kredit Anda perlu dianalisa terlebih dahulu oleh bagian kredit di bank tersebut.
Tapi di Pegadaian, Anda tinggal membawa barang pribadi Anda dan
menunjukkannya di loket penaksir.
Mudah memang, tapi tentunya semua itu tidak gratis lho! Artinya masih ada
beban bunga yang harus Anda bayar setiap 15 hari kalau memang Anda
berniat untuk menebusnya kembali. Beban bunga itu bervariasi, tergantung
dari nilai pinjaman Anda. Untuk pinjaman Rp 5.000 hingga Rp 40.000
dikenakan bunga 1,25%. Untuk pinjaman Rp 40.100 hingga Rp 150.000
dikenakan bunga 1,5%, sedangkan untuk pinjaman di atas Rp 150.100
dikenakan bunga 1,75%.
Lalu bagaimana kalau nantinya Anda tidak mampu menebus kembali barang
Anda tersebut? Pegadaian akan melelang barang tersebut. Lelang adalah
proses penjualan barang di mana barang yang bersangkutan akan dijual
kepada penawar yang berani membeli dengan harga tertinggi. Tentu saja
lelang tersebut akan dilakukan dengan sepengetahuan pemiliknya. Jadi
tenang saja, karena sebelum barang Anda dilelang, Anda akan diberi tahu
terlebih dulu. Syukur-syukur kalau nilai barang Anda memang lebih tinggi dari
pinjaman Anda. Karena selisihnya, setelah dikurangi bunga, akan
dikembalikan kepada Anda.
Jasa-jasa Lain
Selain jasa pegadaian, ada 2 jasa lain yang juga ditawarkan oleh pegadaian.
Mereka adalah :
Koin Emas ONH adalah emas yang berbentuk koin yang bisa digunakan
untuk tujuan persiapan dana pergi haji bagi pembelinya. Anda tinggal
membeli sejumlah koin emas ONH (yang tersedia dalam berbagai
pilihan berat), baik sekali saja maupun secara rutin. Setelah koin emas
ONH Anda dianggap mencukupi (biasanya sekitar 250-300 gram), maka
secara otomatis Anda akan didaftarkan sebagai calon jemaah haji
Bila Anda akan meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama,
kenapa Anda tidak menitipkan barang-barang Anda di Pegadaian? Ini
karena Pegadaian juga memiliki jasa penitipan barang yang bisa Anda
manfaatkan. Keunggulan yang dimiliki jasa penitipan pegadaian adalah,
bahwa selain tarifnya sangat terjangkau (tanyakan kepada Kantor
Pegadaian di dekat rumah Anda mengenai jumlah persisnya), barang-
barang yang Anda titipkan juga dilindungi oleh asuransi.
BEBERAPA TIPS
Ada beberapa orang yang malu ke pegadaian entah karena memang tidak
tahu apa-apa tentang pegadaian, atau karena selama ini banyak orang
menganggap bahwa pegadaian hanyalah untuk orang-orang susah. Anggapan
itu tidaklah benar, karena banyak juga orang-orang golongan menengah ke
atas yang menggadaikan barang-barangnya. Ada beberapa tips yang perlu
Anda perhatikan:
PEGADAIAN
MENJELANG LEBARAN
Apakah suami Anda (atau Anda) adalah pekerja atau karyawan di sebuah
perusahaan? Bagi para pekerja ataupun karyawan perusahaan, biasanya
setahun sekali akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR). THR ini
besarnya bervariasi. Ada yang satu bulan gaji, dua bulan gaji, bahkan ada
yang lebih, tergantung dari kebijaksanaan perusahaan. Dan biasanya, THR ini
diterima pada saat mendekati lebaran. Bahkan ada yang diberikan sesudah
hari Lebaran.
Banyak orang, karena mereka yakin akan mendapatkan THR, mereka banyak
meminjam uang dengan cara menggadaikan barangnya di Pegadaian pada
sekitar awal bulan puasa. Setelah mendapatkan THR, biasanya barang yang
digadaikan akan segera ditebus. Uang hasil menggadaikan barang tersebut
lalu digunakan untuk membeli kebutuhan pokok sebelum harga-harganya
naik.