Anda di halaman 1dari 19

Kredit Macet: Pengertian Ilustrasi Dan Efek Negatifnya

Edited by Cermati.com 1 September 2015

Kredit macet adalah suatu keadaan dimana debitur baik perorangan atau perusahaan tidak mampu
membayar kredit bank tepat pada waktunya. Di dunia kartu kredit, kredit macet merupakan kredit
bermasalah dimana pengguna kartu kredit tidak mampu membayar minimum pembayaran yang telah
jatuh tempo lebih dari 3 bulan. Di dunia perbankan, kredit macet lebih dikenal dengan nama Non-
Performing Loan (NPL). Istilah ini mungkin terdengar asing, tapi sangat penting sekali untuk bank untuk
menjaga NPL mereka. Apa hubungannya? NPL menjadi indikator dalam menilai kinerja suatu bank. Jika
NPL rendah, maka bank tersebut terbilang sehat. Jika NPL tinggi maka resiko yang dipikul oleh bank
tersebut tinggi. Jika NPL mereka diatas batas yang sudah diforecast sebelumnya maka bank tersebut bisa
dibilang bermasalah.

Jika NPL terlalu tinggi diatas batas yang diforecast, keberlangsungan bank tersebut bisa terancam. Itu
sebabnya bank senantiasa menjaga agar nilai NPL-nya selalu berada pada angka yang rendah jika ingin
terus beroperasi. NPL ini bukan dinilai dari kinerja bank saja, namun terutama dari para debiturnya. Hal
yang menjadi fokus utama kredit macet seringkali terjadi di kalangan para debitur. Hal ini dapat
dihindari apabila debitur memiliki inisiatif untuk mengembalikan dana yang ada sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan.

Kredit macet tidak menjadi masalah jika satu atau dua debitur saja yang tidak disiplin dalam membayar
cicilan pinjaman kartu kredit mereka, tapi kalau jumlah pengguna kartu kredit yang banyak dalam waktu
yang hampir bersamaan tidak membayar cicilan mereka maka NPL dari bank tersebut akan naik. Bank
berusaha untuk mengontrol NPL mereka dengan lebih berhati-hati dalam meng-issue kartu kredit
kepada pelanggan baru dan dengan menggenjot transaksi yang bersifat kebutuhan sehari - hari.

Untuk mencegah kredit macet kartu kredit anda, ada baiknya kalau kita mengerti cara kerja bunga kartu
kredit dan bagaimana bunga ini bisa terkumpul secara cepat jika tagihan kartu kredit tidak dibayar
secara penuh dan akhirnya bisa bisa menjadi kredit macet.

Cara Kerja Bunga Kartu Kredit Yang Anda Tidak Tahu

Kartu Kredit

Kartu Kredit via jakartakita.com


Informasi cara kerja bunga kartu kredit dikirim kepada debitur oleh pihak bank. Pengiriman dilakukan
bersamaan dengan kartu kredit. Seringkali, karena dokumen ini cukup tebal dan susah dimengerti,
pengguna kartu kredit malas untuk membacanya.

Pada umumnya, bank akan mengenakan bunga kartu kredit apabila terjadi hal berikut,

Pembayaran melampaui tanggal jatuh tempo

Pembayaran minimum atau tidak penuh

Pembayaran kurang dari minimum

Tidak melakukan pembayaran

Adanya transaksi penarikan uang tunai

Upayakan agar Anda menghindari hal-hal di atas. Semakin sering Anda melakukan hal-hal tersebut,
semakin tinggi pula tagihan Anda. Permasalahan lain yang terjadi adalah seringnya menggunakan kartu
kredit untuk mengambil uang tunai. Selain membayar pokok, Anda juga akan dikenai bunga.

Perlu diwaspadai juga apabila kartu kredit Anda lebih dari satu. Saat kartu kredit yang satu sudah
mencapai limitnya, Anda bisa jadi tergiur untuk menggunakan kartu kredit yang lain untuk mengambil
uang tunai. Pada nyatanya, kartu kredit hanya digunakan sebagai alat untuk berhutang karena
kepraktisannya, padahal manfaat kartu kredit bisa lebih dari itu.

Ilustrasi Perhitungan Bunga Kartu Kredit Yang Bisa Dibilang Tinggi

Bunga Pinjaman

Bunga yang Selalu Dibebankan Pada Nasabah via thinkglink.com


Menurut Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No.14/34/DASP, besar suku bunga kartu kredit bulanan
maksimal 2,95%, sedangkan tahunan sebesar 35,40%. Kami akan menggunakan angka ini untuk ilustrasi
bagaimana bunga kartu kredit akan dihitung jika tidak dibayar lunas.

Contoh: misalnya pada 10 Maret 2015, Anda melakukan transaksi sebesar Rp1 juta. Tagihan kartu
dicetak setiap tanggal 15 dan jatuh tempo pada tanggal 25 setiap bulannya. Pada 23 Maret, Anda
membayar tagihan Rp700 ribu. Berarti masih ada sisa Rp300 ribu. Dengan suku bunga 3%, pada 15 April,
Anda dibebani bunga dalam tagihan dengan rincian berikut ini:

Suku bunga per hari

(suku bunga 1 tahun : jumlah hari setahun)

(35,40% X 12) : 365= 0,09698%

Bunga hingga tanggal pembayaran

(nilai transaksi x selisih hari dari tanggal transaksi hingga tanggal pembayaran x suku bunga per hari)

Rp1.000.000 x 14 hari x 0,09698% = Rp13.577,20

Bunga setelah tanggal pembayaran hingga tanggal cetak tagihan berikutnya, yaitu tanggal 15 April

(Nilai transaksi – Pembayaran) x (Selisih hari dari tanggal bayar ke tanggal cetak tagihan berikutnya ) x
( suku bunga per hari)

(Rp1.000.000 – Rp700.000) x (22 hari) x (0,09698%)

= Rp300.000 x 22 x 0,09698%
= Rp6.400,68

Jadi, total bunga yang dibebankan pada tagihan bulan depan adalah

Rp13.577,20 + Rp6.400,68

= Rp19.977,88

Rumus untuk kartu anda dapat Anda cek dengan bank anda. Jika masih mengalami kesulitan untuk
memahaminya, Anda dapat menghubungi customer service atau datang langsung ke bank. Tapi dari
ilustrasi simpel ini anda bisa melihat bahwa, karena berhutang Rp300,000, anda bisa dibebankan biaya
bunga Rp20,000 atau 6.67% dari jumlah terhutang. Jika proses ini diulang beberapa kali, hutang ini akan
menjadi banyak dan akan memberatkan anda dalam melunasi hutang kartu kredit dan hutang kartu
kredit anda bisa berakhir menjadi kredit macet.

Baca juga: 6 Cara Cerdas Lunasi Kartu Kredit

Usaha Pemerintah Menanggulangi Kredit Macet

Bank Indonesia

Pemerintah Sudah Mengeluarkan Regulasi via staticflickr.com

Bank Indonesia juga berusaha meminimalisasi resiko meningkatnya hutang kartu kredit yang macet.
Untuk mengontrolnya, BI mengeluarkan PBI (Peraturan Bank Indonesia) No.14/2/PBI/2012 tentang
APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu). Tujuan utama dari aturan tersebut adalah untuk
menekan resiko dampak negatif dari penggunaan kartu kredit sebagai alat hutang hingga mencapai
batas yang berlebihan. Melalui peraturan baru ini BI mengatur berikut:
Untuk kepemilikan kartu utama, pemegang kartu minimal harus 21 tahun atau telah kawin dan
minimum berusia 17 tahun atau telah kawin untuk kartu tambahan.

Minimum pendapatan pemegang kartu adalah Rp 3 juta per bulan.

Ketiga, maksimal plafon kredit adalah 3 kali pendapatan per bulan dan penerapannya berlaku secara
industri.

Calon pemegang kartu yang pendapatan per bulannya kurang dari Rp10 juta dikenakan pembatasan
plafon serta pembatasan perolehan kartu kredit maksimum dari 2 penerbit.

Calon pemegang kartu yang pendapatan per bulannya Rp 10 juta ke atas tidak dikenakan pembatasan
jumlah plafon dan kartu dari 2 penerbit sehingga analisis kredit sepenuhnya diserahkan kepada Bank.

Maksimum bunga kartu kredit 3 persen per bulan.

Peraturan ini membatasi jumlah kartu yang bisa dimiliki oleh calon nasabah, limit dari kartu kredit yang
dimiliki dan bunya yang dapat di charge ke kustomer.

Sementara itu, Anda sebagai debitur apakah perlu peduli? Tentu saja. Hal ini karena rasio NPL tidak
hanya mempengaruhi bank saja, melainkan juga debitur yang lain bahkan anda sendiri. Dampak NPL
yang tinggi akan membuat modal bank semakin mengecil. Dengan sedikitnya modal bank akan membuat
bank sulit menyalurkan pinjaman ke debitur lain yang membutuhkan dana. Pada akhirnya, para debitur
akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman. Untuk anda sendiri, jika anda pernah
mengalami kredit macet, maka bank akan memasukan nama anda ke dalam BI checking black list dan
akan menjadi susah untuk anda untuk memperoleh pinjaman dari bank di kemudian hari. Dari segi
bank, bank berusaha keras menekan angka NPL seminimal mungkin dengan menghilangkan kredit
macet. Cara yang ditempuh bank adalah dengan menagih debitur bermasalah. Beberapa diantaranya
karena masalah keterlambatan dalam membayar tagihan. Dalam pengaplikasiannya, bank akan
mengutus debt collector untuk meminta debitur segera melunasi hutangnya.

Baca Juga: Kredit Macet: Tips Menghindari dan Mengatasinya

Jika usaha pertama tidak membuahkan hasil, bank bisa memiliki kewenangan untuk melelang aset yang
dijaminkan debitur saat meminjam dana. Melelang aset merupakan solusi bank mendapatkan dananya
kembali setelah dipinjamkan kepada debitur. Untuk pinjaman seperti kartu kredit yang diberikan tanpa
jaminan, bank bisa menuntut debitur lewat jalan hukum perdata karena melakukan wanprestasi.
Namun demikian, cara ini hanya digunakan kepada debitur bermasalah. Kelalaian debitur untuk
menyelesaikan hutang inilah yang membuat NPL bank memburuk.
Kredit Macet Bisa Membahayakan Perekonomian Negara

Ekonomi Negara

Ekonomi Negara Bisa Terancam via teropongbisnis.com

Kredit macet terbukti dapat membahayakan perekonomian suatu negara. Hal tersebut terjadi di Korea
Selatan pada 2003. Korea Selatan mengalami krisis ekonomi karena hutang kartu kredit yang sangat
besar jumlahnya. Di tahun 2003, Negara Korea Selatan menghadapi situasi NPL yang pelik dimana
jumlah total balance kartu kredit mencapai $100 billion, jumlah kartu kredit yang diterbitkan adalah 105
juta kartu yang artinya rata rata setiap orang dewasa di Korea Selatan memiliki 4.6 Kartu. Rasio antara
hutang dan disposable income untuk setiap rumah tangga mencapat 130%. Artinya, secara rata rata
untuk setiap keluarga hutang sudah 30% lebih besar dari pendapatan yang disposable. Jumlah kredit
macet kartu kredit mereka mencapai 13.5%, bahkan 30% menurut sumber yang lain, dibandingkan
4.09% di Amerika Serikat di waktu yang sama.

Hal tersebut terjadi karena penggunaan kartu kredit secara berlebihan sebagai alat untuk berhutang. Ini
terjadi karena bank tidak berhati-hati dalam menerbitkan dan memfasilitasi kartu kredit kepada para
debiturnya. Akhirnya, berdampak pada krisis ekonomi yang terjadi di Korea Selatan di 2003. Pemerintah
Korea Selatan pun harus mem bail out LG Card yang merupakan penerbit kartu kredit terbesar di Korea
Selatan. Sejak 2003 pemilikan kartu kredit di Korea selatan telah turun ke 3.5 per orang dewasa di 2005.

Hal serupa bisa saja terjadi di Indonesia. Masalah kredit macet di Indonesia bisa saja terjadi jika dilihat
dari NPL kartu kredit. Pada tahun 2011, NPL kartu kredit atau nilai tagihan yang masuk kategori kurang
lancar, diragukan, dan macet sebesar 4,26%. Angka tersebut lebih tinggi dari NPL rata-rata perbankan
sebesar 2,55% maupun NPL kredit konsumsi di angka 1,85%.

Menurut Difi A. Johansyah, Kepala Humas Bank Indonesia, cara paling mudah mengenal diri sendiri
adalah melalui penggunaan kartu kredit. Dalam kartu kredit ada unsur yang mewakili diri sendiri, seperti
kedisiplinan, kehati-hatian, batas kemampuan, boros atau pelit, kesemberonoan, gemar
menggampangkan, dan bahkan juga ketololan.

Seringkali pinjaman atau kredit dari bank memang memanjakan karena masyarakat sulit membedakan
uang sendiri dengan uang yang merupakan hutang. Biasanya hal ini berawal dari rasa percaya diri bahwa
pendapatan sendiri sudah cukup banyak untuk membayar cicilan FF. Oleh sebab itu, masyarakat berani
mengajukan aplikasi kartu kredit. Pada kenyataannya, bisa jadi pendapatan tergerus karena terlalu
banyak melakukan angsuran. Pada akhirnya, tidak mampu membayar semua hutangnya.

Perhatikan pendapatan Anda jika ingin melakukan kredit kepada bank. Jangan sampai hal yang tidak
diinginkan, seperti krisis ekonomi terjadi. Untuk itu, pelajarilah berbagai syarat dan ketentuan
penggunaan kartu kredit, terutama dengan sistem bunga. Biasanya, kurangnya perhatian terhadap
bunga ini berujung pada permasalahan penggunaan kartu kredit.

Control Penggunaan Kartu Kredit Anda, Hindari Kredit Macet

Ada banyak efek negatif yang akan terjadi kalau kita mengalami kredit macet. Kredit macet tidak hanya
memberatkan diri kita sendiri yang harus berurusan dengan debt collector, tapi jika banyak kredit yang
macet, se-Indonesia bisa terkena imbasnya dan terpuruk ke dalam krisis ekonomi seperti yang dialami
oleh Korea Selatan. Karena itu, dengan besarnya pengaruh yang bisa terjadi, cobalah sebisa mungkin
untuk mengontrol penggunaan kartu kredit anda dan selalu melunasi tagihan kartu kredit secara penuh
supaya tidak terbebani dengan hutang kartu kredit.

Menghindari Kredit Macet

Alokasikan Kredit untuk Utang Produktif

High angle view of young man using his laptop in bright living room.jpegSudah sangat jelas ada dua jenis
utang yang perlu diperhatikan, yakni utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif adalah utang
yang nilainya selalu bertumbuh dari waktu ke waktu. Jenis utang ini membantu Anda untuk
menghasilkan uang dan membantu untuk berinvestasi, dan bukan untuk berfoya-foya. Contoh utang
jenis ini misalnya kredit yang dilakukan oleh seorang desainer grafis saat membeli sebuah laptop baru,
yang dapat menunjangnya agar bisa memproduksi lebih banyak gambar berkualitas, yang
mendatangkan penghasilan tambahan. Dengan begitu, meskipun ia berutang saat membeli barang, ia
tetap dapat membayar cicilan dan bahkan masih menyisakan uang untuk ditabung.

Lain halnya dengan utang konsumtif, utang ini nilainya semakin berkurang dari waktu ke waktu, sebab
tidak ada nilai yang bisa membantu Anda menghasilkan uang. Sifat utang ini lebih boros sebab
digunakan untuk kesenangan dan keinginan semata. Contohnya seseorang yang membeli pakaian-
pakaian baru dengan kartu kredit, padahal tidak ada kebutuhan yang mewajibkannya untuk membeli
pakaian baru. Hal itu semata-mata dilakukan hanya untuk menyenangkan dirinya saja.
Setelah mengetahui perbedaannya, maka Anda sudah tahu bahwa sebaiknya selalu alokasikan utang
untuk jenis utang produktif. Hal ini dilakukan agar Anda dapat terhindar dari kredit macet, dan tetap
melakukan cicilan.

Pakai Sesuai Kemampuan Membayar

Setelah mengetahui kedua jenis utang, Anda juga harus mempertimbangkan kemampuan membayar.
Meskipun Anda sudah tahu utang tersebut akan bersifat produktif, sebaiknya perhitungkan lagi
kemampuan membayar yang Anda miliki. Jika memang Anda adalah seorang desainer grafis dan ingin
membeli sebuah jenis laptop yang dianggap dapat menunjang pekerjaan Anda, cobalah mengambil
pilihan lain dengan kualitas yang hampir sama baiknya, namun tetap dapat menunjang pekerjaan Anda.
Hal ini akan melindungi Anda dari kredit macet karena ketidaksanggupan membayar.

Ketahui Total Utang Tertunggak yang Anda Miliki

Sebelum mencari tahu cara mengatasi kredit macet, tentu saja langkah pertama harus diawali dengan
mengetahui total tagihan yang masih belum terbayarkan. Jika Anda memiliki beberapa utang sekaligus,
pastikan untuk menghitung secara teliti. Tidak lupa, perhatikan juga berapa besar bunga, serta biaya-
biaya lain yang harus diperhatikan seperti denda keterlambatan atau biaya administrasi yang juga wajib
dibayarkan. Jika memang masih memiliki tabungan untuk mulai melunasi tunggakan, Anda bisa
menggunakan metode minimum payment untuk sementara, lalu langsung melunasi sisa tunggakan agar
tidak terlalu lama menimbun utang, sebab terlalu sering membayar dengan minimum payment tidak
membantu Anda lebih cepat terbebas dari utang.

Hentikan Pengeluaran yang Tidak Perlu

Cara mengatasi kredit macet bisa juga dilakukan dengan mulai memotong semua pengeluaran yang
dilakukan. Mulailah pilah lagi mana saja jenis pengeluaran yang wajib terus dilakukan setiap bulan, lalu
pilih juga pengeluaran mana yang harus dihentikan. Perhatikan setiap jenis pengeluaran ini sampai ke
hal yang paling detil dan sering dilakukan. Misalnya, Anda tinggal di daerah pinggiran kota besar seperti
Tangerang, lalu lokasi kantor ada di daerah Jakarta Pusat. Jika Anda terbiasa berpergian ke kantor
dengan kendaraan pribadi, cobalah mulai beralih ke kendaraan umum untuk memangkas pengeluaran.

Biaya transportasi seperti bahan bakar, tol, uang parkir, tentunya akan sangat memakan pengeluaran
bulanan Anda. Untuk itu, cobalah cari opsi-opsi lain seperti mencari tahu jalur Commuter Line atau
Transjakarta yang mungkin bisa Anda ambil, untuk menuju ke kantor. Tentu saja hal ini akan membuat
Anda lebih repot karena harus berpindah-pindah, namun jika dari segi keuangan dapat memangkas
pengeluaran lebih banyak, mengapa tidak? Di saat-saat genting seperti ini, pengeluaran sekecil apapun
yang bisa ditekan bisa membantu Anda sebagai cara mengatasi kredit macet.
British wall double plug socket-1.jpegSama halnya, untuk pengeluaran-pengeluaran rumah tangga. Ada
berbagai hal yang bisa Anda mulai perhatikan agar dapat mulai mengatasi kredit macet. Berbagai

biaya rumah tangga yang harus dipangkas,

termasuk di dalamnya adalah biaya listrik, biaya air, sampai biaya untuk asisten rumah tangga. Biasanya
biaya rumah tangga memiliki peran yang cukup besar, hanya saja tidak terlalu terasa. Cobalah memulai
kebiasaan baik seperti mencabut steker listrik saat sedang tidak diperlukan, atau memperhatikan aliran
air agar tidak dipakai secara berlebihan. Di akhir bulan, Anda bisa merasakan sendiri berapa besar
pengeluaran yang bisa dipangkas.

Tidak ketinggalan, di saat-saat ini Anda juga harus mulai memberhentikan penggunaan kartu kredit. Hal
ini dilakukan agar jumlah utang tidak semakin menumpuk dan memberatkan Anda dalam melunasi
utang. Tinggalkan kartu kredit di rumah, agar Anda tidak terpancing untuk menggunakan kartu ini saat
melakukan transaksi. Untuk sementara, gunakan kartu debit atau uang tunai dalam melakukan
pembayaran agar Anda lebih dapat mengontrol keuangan.

Cari Solusi

Selanjutnya dalah mencari cara mengatasi kredit macet, ada program keringanan yang bisa Anda
manfaatkan agar dapat melunasi utang yang terus bertumpuk. Program keringanan adalah sebuah
program yang diberikan pihak bank kepada para nasabah yang merasa kesulitan untuk melunasi sisa
utangnya. Program ini terbagi menjadi tiga jenis:

Potongan / Diskon dalam Satu Kali Bayar

Jenis program keringanan yang satu ini memungkinkan nasabah agar total utangnya berkurang menjadi
lebih kecil. Sesuai dengan namanya, walaupun nasabah mendapatkan diskon dalam utangnya
(umumnya 20-50%), mereka harus langsung membayar dalam satu kali bayar. Dalam beberapa kasus,
program keringanan satu ini dapat memberikan pemilik kartu potongan diskon sampai 70%.

Cicilan yang Diperpanjang dengan Bunga Rendah

Berbeda dengan program diskon dalam satu kali bayar, program satu ini cocok bagi Anda yang secara
finansial lebih minim. Singkatnya, nasabah yang memiliki tunggakan kartu kredit atau tunggakan KTA
dapat memperpanjang tenor cicilannya agar menjadi lebih ringan, bunga yang didapat pun lebih rendah
daripada bunga yang berlaku pada umumnya. Jika bunga normal yang berjalan saat ini berada di kisaran
2,25%, maka ada kemungkinan untuk mendapatkan bunga sebesar 0-2% saja.

Diskon Cicilan

Lain lagi dengan program yang satu ini, jenis program ini merupakan gabungan dari dua jenis program di
atas, yakni nasabah mendapatkan potongan lalu sisa pembayarannya dapat dilakukan dengan cicilan.
Bank juga akan melihat kondisi yang dialami nasabah terlebih dahulu. Jika nasabah memiliki kondisi
pendukung yang membuatnya semakin sulit untuk melunasi utang, maka kemungkinan besar mereka
bisa mendapatkan program ini (dengan catatan bank yang bersangkutan memiliki program tersebut).

Untuk mendapatkan program keringanan seperti tiga pilihan di atas, Anda bisa meminta bantuan dari
perusahaan yang menyediakan jasa manajemen utang. Perusahaan yang menyediakan program
manajemen utang akan membantu Anda untuk menyediakan strategi terbaik agar Anda bisa lebih cepat
terbebas dari utang. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat kemampuan membayar serta kondisi finansial
yang sedang Anda hadapi. Mengapa begitu? Sebab perusahaan seperti ini biasanya diisi oleh tim yang
profesional dan lebih berpengalaman dalam melakukan negosiasi ke pihak bank agar Anda bisa
mendapatkan program yang lebih baik bagi Anda. Salah satu perusahaan yang bisa membantu Anda
untuk mendapatkan program seperti ini adalah amalan.

Konsultan amalanamalan international merupakan perusahaan jasa profesional berbasis teknologi


pertama di Indonesia, yang menyediakan program manajemen utang. Program ini dirancang agar
konsumen yang terlilit utang, memiliki kemampuan untuk mengendalikan keuangan mereka kembali.
amalan indonesia membantu klien melalui program manajemen utang, yang dirancang khusus sesuai
dengan kebutuhan yang berbeda bagi setiap klien. Program ini merupakan kombinasi dari edukasi
mengenai berbagai peluang untuk meningkatkan pendapatan dan menekan pengeluaran, serta
melakukan proses negosiasi terhadap persyaratan utang bank yang ada hingga mencapai jumlah
pembayaran yang sesuai dengan kemampuan. Kantor pusat amalan indonesia didirikan di Jakarta pada
tahun 2015 oleh tim pendiri yang memiliki pengalaman kolektif di bidang keuangan termasuk
penyelesaian utang selama lebih dari dua dekade. amalan menjadikan Indonesia sebagai pusat operasi
sekaligus merupakan cetak biru bagi rencana pengembangan perusahaan ke negara ASEAN lainnya.
Sejak Juli 2016, amalan indonesia menjadi perusahaan pertama di Asia yang mendapatkan akreditasi
dari International Association of Professional Debt Arbitrators (IAPDA).

Penyebab Kredit Macet

By Gumelar ArdiansyahPosted on April 13, 2020

GuruAkuntansi.co.id Kali ini akan membahas tentang pengertian kredit macet beserta penyebab, dan
juga cara penyelesaian atau penyelamatannya. Berikut penjelasannya…
Daftar Isi :

Pengertian Kredit Macet

Faktor Penyebab Kredit Macet

1. Faktor Debitur

2. Faktor Kreditur

3. Faktor Pemerintah

4. Faktor Masyarakat (terutama kegiatan ekonomi masyarakat)

1. Berdasarkan Prospek Bisnis/Usaha

2. Berdasarkan Keuangan Debitur

3. Berdasarkan Kemampuan Membayar

Penyelesaian atau Penyelamatan Kredit Macet

Share this:

Pengertian Kredit Macet

Kredit macet adalah pinjaman yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan kewajiban dari
pelanggan kepada bank/lembaga keuangan non-bank karena faktor yang disengaja atau karena faktor
eksternal di luar kemampuan kontrol debitur.

Kredit macet juga dikenal sebagai kredit macet, kredit kurang lancar atau kredit diragukan.

Menurut Keputusan Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR, Kredit Macet terjadi jika ada tunggakan
angsuran pokok dan / atau bunga yang telah melebihi 270 hari, atau kerugian operasional ditutup
dengan pinjaman baru, atau dalam hal hukum atau pasar ketentuan, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai wajar.

Berikut ini adalah definisi dan arti kredit macet dari beberapa sumber buku:

Menurut Siamat (2001)

Kredit macet dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pembayaran karena faktor
disengaja dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kontrol debitur.
Menurut Riva’i (2004)

Kredit macet adalah kesulitan pelanggan dalam menyelesaikan kewajibannya kepada bank/lembaga
keuangan non-bank, baik dalam bentuk pembayaran pokok, pembayaran bunga, dan pembayaran biaya
bank yang menjadi beban bagi pelanggan yang bersangkutan.

Menurut Hariyani (2010)

Kredit macet adalah kondisi pembiayaan yang memiliki penyimpangan dari persyaratan pinjaman yang
disepakati dalam pembayaran kembali pembiayaan sehingga ada penundaan, diperlukan tindakan
yuridis, atau ada kemungkinan potensi kerugian.

kredit macet, penyebab, penyelesaian, penyelamatan

Faktor Penyebab Kredit Macet

Kredit macet adalah suatu kondisi di mana pelanggan tidak dapat membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank atau lembaga keuangan yang disepakati.

Baca Juga : Pengertian Beragun Aset (EBA)

Menurut Manan (1993), penyebab yang menjadi sumber munculnya kredit macet adalah sebagai
berikut:

1. Faktor Debitur

Ada kemungkinan bahwa debitur tertentu tidak mempertimbangkan dengan hati-hati kemungkinan
pembayaran kembali pinjaman secara teratur dan tepat waktu.

Pinjaman dilakukan hanya dengan memanfaatkan berbagai peluang yang tidak terlalu aman atau tidak
dapat diidentifikasi secara akurat.

Bahkan untuk debitor semacam ini sejak awal ada unsur spekulasi yang berlebihan dan bahkan
kemungkinan itikad buruk untuk memenuhi semua kewajiban yang dijanjikan.
Tetapi kesulitan membayar pinjaman tidak hanya pada debitor yang kurang berhati-hati atau spekulatif.

Debitur dengan niat baik juga dapat terperosok dalam kesulitan membayar pinjaman karena berbagai
kondisi, apakah disebabkan oleh debitur itu sendiri atau faktor-faktor luar seperti penurunan ekonomi,
dan sebagainya.

2. Faktor Kreditur

Kurangnya perhatian kreditor ketika memberikan pinjaman juga bisa menjadi sumber kredit macet.

Kurangnya pengawasan dapat terjadi karena didorong untuk memperluas kegiatan yang berlebihan atau
mendorong persaingan antara kreditor.

Impuls-impuls ini memunculkan kebijaksanaan (beleid) yang menyediakan berbagai fasilitas sehingga
menjadi kurang hati-hati dalam menilai jaminan (agunan atau penjamin), prospek bisnis dan sebagainya.

Keadaan ini akan diperburuk jika aparatur kreditur tidak menjaga integritas dengan baik sehingga calon
debitur mudah dibelai.

3. Faktor Pemerintah

Kemacetan pembayaran kembali pinjaman juga dapat berasal dari berbagai tindakan atau kebijakan
pemerintah.

Kebijakan uang ketat (kebijakan uang ketat), atau berbagai kebijakan yang memengaruhi kegiatan
ekonomi seringkali menjadi penyebab sulitnya pembayaran pinjaman.

Dalam hal benar-benar terbukti bahwa kebijakan pemerintah adalah penyebab sulitnya debitur untuk
membayar kembali pinjaman.

Jadi pemerintah harus bertanggung jawab dan harus berusaha memberikan kebijakan yang tidak akan
memberi tekanan lebih pada debitor.

Baca Juga : Pengertian Leverage


4. Faktor Masyarakat (terutama kegiatan ekonomi masyarakat)

Piutang negara adalah pinjaman yang diberikan atau diperoleh untuk menjalankan berbagai kegiatan
perdagangan ekonomi, industri dan sebagainya.

Krisis ekonomi, penurunan ekonomi, baik nasional maupun internasional (global) juga akan
menghasilkan kemampuan debitur untuk memenuhi kewajibannya.

Sedangkan menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002), ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya kredit macet, yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan Prospek Bisnis/Usaha

Kontinuitas bisnis sangat diragukan, industri telah menurun dan sulit untuk dipulihkan.

Kerugian pasar sejalan dengan kondisi ekonomi yang menurun.

Manajemen sangat lemah.

Terjadi kemogokan tenaga kerja yang sangat sulit diatasi.

2. Berdasarkan Keuangan Debitur

Telah mengalami kerugian besar.

Debitur tidak dapat memenuhi semua kewajiban dan kegiatan bisnis tidak dapat dipertahankan.

Rasio hutang terhadap modal sangat tinggi.

Pinjaman baru digunakan untuk menutupi kerugian operasional.

3. Berdasarkan Kemampuan Membayar

Memiliki tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari.

Dokumentasi kredit atau pengikatan agunan tidak ada.

Penyelesaian atau Penyelamatan Kredit Macet

Kontrol kredit yang buruk adalah penetapan ketentuan prosedur pertimbangan terhadap kredit untuk
menghilangkan risiko kredit yang tidak akan lunas.

Penyelamatan kredit macet dapat dilakukan dengan merujuk pada Surat Edaran Bank Indonesia No.
26/4/BPPP yang mengatur tentang penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui
lembaga hukum, yaitu sebagai berikut:
1. Rescheduling (penjadwalan kembali),

Yang merupakan upaya hukum untuk membuat perubahan pada beberapa ketentuan perjanjian kredit
terkait dengan jadwal pembayaran/periode kredit

termasuk masa tenggang (grace priod), termasuk perubahan dalam jumlah angsuran. Jika perlu dengan
penambahan kredit.

2. Reconditioning (persyaratan kembali)

Yaitu untuk membuat perubahan pada beberapa atau semua ketentuan perjanjian, yang tidak terbatas
pada perubahan dalam jadwal angsuran, atau persyaratan kredit.

Baca Juga : Pengertian Ekonomi

Tetapi kredit berubah tanpa memberikan kredit tambahan atau tanpa mengubah seluruh atau sebagian
kredit menjadi ekuitas perusahaan.

3. Restructuring (penataan kembali)

Yang merupakan upaya untuk mengubah ketentuan perjanjian kredit dalam bentuk perpanjangan
kredit,

atau mengubah semua atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa
penjadwalan ulang atau rekondisi. Salah satunya adalah bank garansi.

Pengertian, Penyebab dan Penyelamatan Kredit Macet

Oleh Muchlisin Riadi 02 Feb, 2019 1 komentar

Apa itu Kredit Macet?

Kredit macet adalah pinjaman yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban dari nasabah
terhadap bank/lembaga keuangan non bank dikarenakan faktor kesengajaan atau karena faktor
eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Kredit macet juga dikenal dengan istilah kredit
bermasalah, kredit kurang lancar atau kredit diragukan.
Pengertian, Penyebab dan Penyelamatan Kredit Macet

Menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR, kredit Macet terjadi apabila
terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah melampaui 270 hari, atau kerugian
operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak
dapat dicairkan pada nilai wajar.

Berikut definisi dan pengertian kredit macet dari beberapa sumber buku:

Menurut Siamat (2001), kredit macet dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan
pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan
kendali debitur.

Menurut Riva’i (2004), kredit macet merupakan kesulitan nasabah di dalam penyelesaian kewajiban-
kewajibannya terhadap bank/lembaga keuangan non bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali
pokoknya, pembayaran bunga, maupun pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban bagi
nasabah yang bersangkutan.

Menurut Hariyani (2010), kredit Macet adalah suatu kondisi pembiayaan yang ada penyimpangan
(deviasi) atas terms of lending yang disepakati dalam pembayaran kembali pembiayaan itu sehingga
terjadi keterlambatan, diperlukan tindakan yuridis, atau diduga ada kemungkinan potensi loss.

Menurut Mantayborbir (2002), kredit macet ialah kredit yang telah jatuh tempo, namun belum dilunasi
dan tunggakan angsuran lebih dari 270 hari atau 9 bulan. Kredit macet juga dapat dikatakan ketika
debitur tidak mampu lagi untuk mengangsur utang pokoknya dan bunga dari hasil usaha yang dimodali
dengan fasilitas kredit.

Faktor Penyebab Kredit Macet

Kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau
seluruh kewajibannya kepada bank atau lembaga keuangan seperti yang telah diperjanjikan. Menurut
Kuncoro dan Suhardjono (2002), terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kredit macet, yaitu
sebagai berikut:

a. Berdasarkan prospek usaha

Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali.

Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun.

Manajemen yang sangat lemah.

Terjadi kemogokan tenaga kerja yang sangat sulit untuk diatasi.


b. Berdasarkan keuangan debitur

Mengalami kerugian yang besar.

Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan.

Rasio utang terhadap modal sangat tinggi.

Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional.

c. Berdasarkan kemampuan membayar

Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari.

Dokumentasi kredit atau pengikatan agunan tidak ada.

Sedangkan menurut Manan (1993), faktor penyebab yang merupakan sumber-sumber munculnya kredit
macet dapat adalah sebagai berikut:

a. Faktor debitur

Ada kemungkinan debitur tertentu memang tidak memperhitungkan dengan cermat kemungkinan
pelunasan pinjaman dengan teratur dan tepat waktu. Pinjaman dilakukan sekadar memanfaatkan
berbagai peluang yang tidak begitu terjamin atau tidak dapat diketahui secara tepat kelangsungannya.
Bahkan untuk debitur semacam ini sejak semula ada unsur spekulasi berlebihan bahkan kemungkinan
itikad kurang baik untuk memenuhi segala kewajiban yang diperjanjikan. Tetapi kesulitan pelunasan
pinjaman tidak semata-mata pada debitur yang kurang cermat atau yang serba berspekulasi. Debitur
yang beritikad baik juga dapat terperosok pada kesulitan pengembalian pinjaman karena berbagai
kondisi, baik yang ditimbulkan oleh debitur itu sendiri atau faktor-faktor di luarnya seperti kelesuan
ekonomi, dan lain sebagainya.

b. Faktor kreditur

Kekurangcermatan kreditur pada saat memberikan pinjaman juga dapat menjadi sumber kredit macet.
Kekurang cermatan tersebut dapat terjadi karena didorong melakukan ekspansi kegiatan yang
berlebihan atau dorongan persaingan antara kreditur. Dorongan-dorongan ini menimbulkan
kebijaksanaan (beleid) yang memberikan berbagai kemudahan sehingga menjadi kurang cermat dalam
menilai jaminan (agunan atau penjamin), prospek usaha dan lain sebagainya. Keadaan ini akan makin
diperburuk apabila aparat kreditur tidak menjaga integritas dengan baik sehingga mudah dibelai calon
debitur.

c. Faktor pemerintah

Kemacetan pengembalian pinjaman dapat pula bersumber dari berbagai tindakan atau kebijaksanaan
pemerintah. Kebijaksanaan uang ketat (tight money policy), atau berbagai kebijaksanaan yang
mempengaruhi kegiatan ekonomi tidak jarang menjadi sebab kesulitan mengembalikan pinjaman.
Dalam hal benar-benar terbukti kebijaksanaan pemerintah merupakan penyebab kesulitan debitur
melunasi pinjamannya. Maka sudah semestinya pemerintah ikut bertanggung jawab dan wajib berupaya
memberikan kebijaksanaan yang tidak akan lebih menekan debitur.
d. Faktor masyarakat-khususnya kegiatan ekonomi masyarakat

Piutang negara adalah kredit yang diberikan atau diperoleh untuk menjalankan berbagai kegiatan
ekonomi-perdagangan, industri dan sebagainya. Krisis ekonomi, kelesuan ekonomi, baik yang bersifat
nasional maupun internasional (global) akan berakibat pula pada kemampuan debitur untuk memenuhi
kewajibannya.

Penyelamatan Kredit Macet

Pengendalian kredit macet adalah suatu penentuan syarat-syarat prosedur pertimbangan ke arah kredit
untuk menghilangkan risiko kredit tersebut tidak akan terbayar lunas. Penyelamatan kredit macet dapat
dilakukan dengan berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP yang mengatur
penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum, yaitu sebagai berikut:

BACA JUGA

Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Pengukuran Rasio Profitabilitas

Pengertian, Fungsi, Jenis dan Rasio Likuiditas

Pengertian, Penilaian dan Perhitungan Penyusutan

Pengertian, Fungsi dan Strategi Manajemen Keuangan

Uang Elektronik atau Electronic Money (E-Money)

Rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap
beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/jangka waktu
kredit termasuk tenggang (grace priod), termasuk perubahan jumlah angsuran. Bila perlu dengan
penambahan kredit.

Reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh
persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, atau jangka
waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa
melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan.

Restructuring (penataan kembali), yaitu upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian
kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit
menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling atau reconditioning Salah satunya
adalah jaminan bank.

Sedangkan menurut Mulyono (1996), terdapat dua langkah yang diambil oleh pihak bank untuk
pengamanan kreditnya, yaitu:

a. Pengendalian Preventif

Pengendalian preventif adalah teknik pengendalian yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
kemacetan kredit. Teknik pengendalian prevenif dapat dilakukan dengan melakukan penyeleksian
debitur dengan cara melihat kelengkapan persyaratan permohonan kredit dan penilaian terhadap
dibitur dengan menggunakan prinsip 6C, yaitu: character, capacity, capital, collateral, condition of
economi dan constraint.
b. Pengendalian Represif

Pengendalian represif adalah teknik pengendalian yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit-kredit
yang telah mengalami kemacetan. Strategi penyelesaian kredit dapat dilakukan dengan beberapa
langkah, antara lain yaitu:

Melalui negosiasi bank dengan debitur, bank dapat melakukan penguasaan sebagian atau seluruh hasil
usaha, sewa barang agunan, apabila kredit belum berjalan dengan baik.

Pemberian surat tagihan 1, 2, dan 3. Pemberian surat tagihan dilakukan apabila jangka waktu
pembayaran yang ditentukan telah habis. Hal ini dilakukan dengan tujuan pihak bank memberikan
peringatan kepada debitur untuk segera mengangsur pokok pinjaman dan bunganya sesuai dengan
kesepakatan pada waktu melakukan pengajuan kredit.

Penyerahan hak penagihan piutang kepada badan-badan resmi, yang tercatat secara yuridis berhak
menagih piutang, seperti Pengadilan Negeri, Kejaksaan, dan lain-lain.

Debitur macet dinyatakan pailit karena insolvency atau bangkrut, penagihannya dapat diajukan kepada
Balai Harta Peninggalan (BHP), di mana kedudukan bank dapat sebagai kreditur preferent, bilamana
bank telah melakukan pengikatan agunan, maka bank berhak menjual secara lelang sesuai ketentuan
yang berlaku, dengan konsekuensi apabila hasil lelang masih ada sisa, maka sisa tersebut harus
diserahkan kepada BHP dan apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka sisa utang yang tidak
terbayarkan tetap merupakan utang debitur yang harus dibayar.

Daftar Pustaka

Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Ekonomi Universitas Indonesia.

Riva’i, Veithzal. 2004. Performance appraisal. Jakarta: Rajawali pers.

Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Mantayborbir, S., dkk. 2002. Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia. Medan: Pustaka Bangsa.

Suhardjono dan Kuncoro, Mudrajad. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPEE.

Manan, Bagir. 1993. Diskusi Terbuka Penyelesaian Kredit Macet Perbankan - Sarana Penanggulangan
Kredit Macet Perbankan (Makalah). Jakarta: Bank Indonesia.

Mulyono, T.P., 1996. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai