Anda di halaman 1dari 9

Analisis Biaya Tarik Tunai Dengan Kartu Kredit Mandiri

Analisis biaya tarik tunai kartu kredit dan


keuntnung bank mandiri

Analisis Keuntungan Bank Dengan


Penarikan Tunai Menggunakan Kartu
Kredit (studi kasus bank mandiri)

Judul jurnal Analisis kerugian Penarikan Tunai


dengan Kartu Kredit (studi kasus bank mandiri)

Kerugian dari tarik tunai menggunakan kartu kredit tentu saja cukup banyak. Pertama
yang harus menjadi perhatian adalah besaran bunga dan biaya yang dikenakan oleh
bank penerbit kartu kredit. Seperti telah disampaikan sebelumnya, rata rata bank
penerbit kartu kredit mengeluarkan bunga tarik tunai dan biaya tarik tunai sebesar 4%
atau Rp 50.000, mana yang lebih besar itulah yang akan menjadi acuan. Belum lagi
ditambah bunga kartu kredit sebesar maksimal 2,95% dari total tagihan (dalam case ini
setiap bank penerbit mengeluarkan besaran bunga berbeda beda, namun menurut
peraturan Bank Indonesia, bunga kartu kredit paling besar adalah 2,95%). Bunga
sebesar 2,95% tersebut akan terus berkembang jika tidak segera Anda lunasi total
tagihannya.

akarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mengestimasi


sekitar 15 persen dari rata-rata transaksi bulanan kartu kredit yang mencapai Rp 22
triliun merupakan aksi gesek tunai (Gestun) yang ilegal. Secara nominal nilai transaksi
gestun dalam sebulan mencapai Rp 3,1 triliun dan itu merupakan kerugian yang harus
ditanggung oleh perbankan.

"Size bisnis ini besar dan volumenya bervariasi. Kalau 15 persen transaksi sebulan Rp
22 triliun maka Rp 3,1 triliun itu diputer tanpa keringet dan bank harus bayar cost of fund
yang tinggi," ujar Ketua Umum ASPI, Darmadi Sutanto di Jakarta, Jumat (19/6).

Meski Bank Indonesia (BI) melarang praktik Gestun, Darmadi mengatakan merchant
penyedia jasa Gestun sampai saat ini terang-terangan melakukan aktivitas tersebut,
bahkan sepengetahuan bank penerbit kartu kredit.

Ia menjabarkan proses praktik Gestun, pertama nasabah kartu kredit melakukan


transaksi gesek tunai di sebuah toko/merchant akan mendapatkan dana tunai dengan
kesepakatan bunga yang ditawarkan sang penyedia jasa. Lalu di kemudian hari tagihan
sang nasabah akan dibayarkan oleh bank penerbit kartu kredit kepada sang penyedia
jasa gestun (pemilik merchant).

Darmadi mengatakan dengan praktik ini pemilik merchant akan mendapat untung dari
adanya perjanjian bunga pada saat nasabah melakukan gesek tunai.

Penyedia jasa gestun selama ini diuntungkan karena menawarkan patokan bunga tarik
tunai lebih rendah yakni 1,7 - 2,5 persen lebih rendah dibandingka

PILIHAN REDAKSI

 Dinilai Mengkhawatirkan, BI akan Berantas Praktik Gesek Tunai


 Penggunaan MasterCard di Lotte Mart Naik 25 Persen
 Program Jahat Juga Incar Pelanggan Operator Seluler
n dengan bunga tarik tunai di mesin ATM maupun teller bank yang mematok hingga 4
persen.

"Yang jelas ini merugikan bank karena mereka menikmati perbedaan suku bunga.
Karena saat mereka gestun merchant sudah dibayar oleh bank," kata Darmadi.

Bagi perbankan, lanjut Darmadi, transaksi gesek tunai bisa menggenjot pertumbuhan
transaksi kartu kredit. Namun, praktik ilegal demikian membuat bank harus menanggung
cost of fund yang tinggi dan tidak baik bagi kesehatan keuangan bank karena memici
kredit macet (Non performing loan/NPL).

"Kami akui bagi perbankan ini sangat menggiurkan karena bisa meningkatkan
achievement tapi risikonya sangat tinggi dan berbahaya," tuturnya.

Oleh sebab itu pihaknya sangat mendukung langkah BI yang melarang praktik gestun di
masyarakat. Dari pihak perbankan, Ia juga akan lebih selektif dalam memfasilitasi toko
dengan alat pembayaran (electronic data capture/EDC).

Di zaman modern seperti sekarang ini, aktivitas dapat berjalan dengan


mudah dan lancar dengan adanya dukungan teknologi. Salah satu
contohnya adalah keberadaan kartu kredit yang hadir karena pemanfaatan
kemajuan teknologi. Dengan kartu kredit, banyak orang dengan mudah
melakukan transaksi dan mendapatkan diskon atau reward khusus yang
diberikan oleh penerbit kartu kredit.

Meskipun demikian, kredit macet pada pemakaian kartu kredit masih saja
terbilang tinggi. Apa yang terjadi? Apakah ini kesalahan para pengguna
kartu kredit yang kurang bijak dalam pemakaiannya atau ada ‘lintah darat’
yang bersembunyi di balik setiap transaksi kartu kredit yang Anda lakukan?

Pada dasarnya, selagi pengguna kartu kredit menggunakan pemakaian


kartu dengan sewajarnya dan membayar tagihan tepat waktu, maka tidak
akan terjerat kredit macet. Sementara itu, beberapa pengguna kartu kredit
gemar memanfaatkan program maupun fasilitas yang diberikan oleh si
kartu kredit seperti reward, diskon, hingga fasilitas tambahan untuk
menikmati ruang layanan publik. Sebagai contoh, para calon penumpang di
bandara yang memiliki kartu kredit khusus dapat mengakses
fasilitas lounge bandara dan akan dimanjakan dengan pelayanan yang
tersedia.

Pertanyaannya, khusus untuk para pengguna kartu kredit: mau dijadikan


apakah kartu kredit Anda? Apakah sekadar untuk gaya hidup, sebagai alat
untuk mengatur cash flow keuangan, sebagai alternatif dari fasilitas
pembayaran transaksi, atau justru hanya ingin dijadikan sapi perah
semata, laksana peribahasa “habis manis sepah dibuang”

Lalu bagaimana jika ada anggapan bahwa kartu kredit membuat orang jadi
boros berbelanja? Anggapan ini bisa saja benar, tetapi masih perlu
dicermati lagi, karena boros belanja hanya berlaku bagi pengguna kartu
kredit yang tidak cerdas. Pengguna kartu kredit yang cerdas adalah
mereka yang tidak dengan mudah memanfaatkannya sebagai alat
konsumsi, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan di lapangan
membuktikan bahwa kartu kredit lebih sering digunakan sebagai alat
pembayaran transaksi yang bersifat konsumtif. Sebagai contoh,
belakangan ini di Jakarta marak sekali para wanita yang melakukan
tindakan konsumtif dengan memanfaatkan adanya program sale dan
diskon besar-besaran di pusat perbelanjaan.

Kartu Kredit sebagai Alat Penarikan Tunai di ATM

Di era informasi seperti sekarang ini, nyatanya masih ada pengguna kartu
kredit yang kurang bijak dalam menggunakan kartu kreditnya. Dalam
konteks ini, kartu kredit yang dimiliki dijadikan sebagai kartu tarik tunai di
berbagai automated teller machine (ATM).
Tarik tunai kartu kredit merupakan salah satu langkah mudah untuk
mendapatkan dana dari kartu kredit. Cukup dengan melalui langkah mudah
berikut saja:

1. Kunjungi ATM yang bekerja sama dengan pihak bank kartu kredit Anda
2. Masukan kartu kredit Anda ke mesin ATM
3. Masukan nomor PIN kartu kredit Anda
4. Tentukan jumlah yang ingin Anda tarik. Ingat umumnya akan tersedia biaya
penarikan dan jumlah yang dapat ditarik tergantung kartu kredit.

Memang tarik tunai itu dapat membantu keuangan di saat darurat. Akan
tetapi, pertanyaan yang perlu diperhatikan adalah sadarkah para pengguna
kartu kredit ini terhadap risiko yang akan mereka tanggung dari penarikan
tunai?

Salah satu risiko ini adalah biaya bunga maksimum sebesar 2,95% yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan juga biaya tarik tunai sebesar 4 %
yang langsung dibebankan saat penarikan. Dengan begitu semakin banyak
Anda melakukan tarik tunai kartu kredit maka semakin besar biaya yang
Anda keluarkan.

Penarikan uang tunai dari kartu kredit itu sebenarnya bisa dilakukan
dengan dua cara yakni melalui mesin ATM atau gesek tunai di toko yang
menyediakan mesin tarik tunai. Keduanya memiliki kelebihan dan
kekuarangan masing-masing.

Tarik Tunai Kartu Kredit via ATM atau Gestun, Lebih Murah Mana
Sih? Menjawab pertanyaan tersebut, biaya tarik tunai via ATM sudah
dijelaskan di atas. Sementara gesek tunai hanya dikenakan biaya rata-rata
sampai 2,5% dari nilai yang ditarik tunai. Memang lebih murah biayanya
ketimbang tarik tunai di ATM.

Khusus untuk fungsi tarik tunai dari kartu kredit ini, perlu dicatat bahwa
tarik tunai hendaknya dilakukan saat keadaan darurat dan mendesak saja,
karena biaya penarikan di mukanya dapat menjadi beban biaya tambahan
bagi pengguna kartu kredit. Singkat kata, tarik tunai boleh dilakukan jika:

 Dilakukan dalam kondisi darurat akibat tidak membawa uang tunai atau
kartu debit/kartu ATM
 Ada kepastian untuk membayar tagihan tepat waktu untuk meminimalisir
risiko bertambahnya beban bunga kartu kredit.
 Sedang ada kebutuhan darurat dan pengajuan KTA Anda ditolak
Jika penerbit kartu kredit Anda memberikan poin untuk setiap transaksi
yang dilakukan seperti saat berbelanja di tempat ritel atau swalayan,
umumnya penarikan tunai melalui ATM merupakan pengecualian dalam
pemberian poin ini. Intinya, dalam penggunaan kartu kredit Anda, hindari
penarikan tunai kartu kredit semaksimal mungkin, karena akibatnya yang
merugikan. Gunakanlah kartu kredit dengan semestinya berdasarkan nilai
kebutuhan dan kendalikan diri Anda saat menggunakannya.

Kami berharap penjelasan di atas dapat bermanfaat bagi Anda dalam


menentukan pilihan kartu kredit berikut penggunaannya. Periksa
juga informasi lebih lanjut mengenai cara buat kartu kredit dan
informasi pinjaman tanpa agunan lainnya.

Jika Anda ingin mengetahui tentang manfaat lain kartu kredit, baca
artikel cara memaksimalkan manfaat kartu kredit.

Gesek tunai atau dikenal dengan gestun sudah menjadi salah satu solusi
buat pemilik kartu kredit yang ingin mendapatkan uang tunai selain tarik
tunai melalui anjungan tunai mandiri (ATM). Cukup dengan mendatangi
gerai, merchants atau toko yang memiliki mesin gesek kartu kredit, Anda
bisa menarik uang dengan kartu kredit dengan cara gestun.
Sebenarnya apa sih Gestun itu? Gestun adalah aksi menarik sejumlah
uang dengan cara menggunakan kartu kredit di merchant tertentu yang
menyediakan layanan tersebut. Dengan melakukannya, si pemegang kartu
kredit seolah-olah melakukan pembelanjaan lewat merchant tersebut, tapi
yang diperoleh bukan barang, melainkan uang.

Gestun Sangat Disukai

Gestun Sangat Disukai via ccr.web.id

Perlu diakui penarikan tunai kartu kredit lewat gestun lebih disukai banyak
nasabah dikarenakan beberapa hal di bawah ini:

1. Biaya Penarikan Lebih Rendah


Dibanding dengan ATM yang mengharuskan nasabah membayar 4 persen
atau minimal Rp 50.000 untuk biaya setiap penarikan uang tunai, gestun
hanya meminta nasabah membayar hanya 2-3 persen untuk biaya
penarikan alias lebih murah.
2. Tidak Ada Limit
Penarikan uang di ATM memiliki limit jumlah tertentu yang mengharuskan
Anda menarik uang berkali-kali sekaligus membayar 4 persen biaya
penarikan setiap transaksi. Sementara dengan mengunakan transaksi
gestun, Anda cuma butuh mengesek sekali dan mendapatkan semua dana
yang dibutuhkan. Bahkan dengan gestun, Anda bisa menarik uang dari
kartu kredit hingga batas limit yang diberikan kartu kredit.

3. Bunga
Bunga yang dikenakan untuk penarikan tunai lewat gestun ternyata jauh
lebih rendah dibanding lewat ATM karena dianggap transaksi ritel.

4. Tagihan
Gestun memotong biaya penagihan langsung saat Anda menarik uang
tunai. Sebagai contoh Anda menarik tunai dengan gestun sebanyak Rp 2
juta rupiah, maka yang akan dapatkan adalah Rp1.940.000 karena sudah
dipotong 3 persen sebagai biaya penarikan.

Hal ini sangat berbeda dengan penarikan tunai lewat ATM, dimana bank
akan memberikan tagihan biaya penarikan di akhir bulan.

Dilarang Bank Indonesia


Bank Indonesia via blogspot.com

Meskipun banyak kemudahan yang didapat oleh nasabah dengan


melakukan tarik tunai kartu kredit lewat gestun, Bank Indonesia (BI)
ternyata melarang transaksi gestun kartu kredit. Mengapa gestun
merupakan transaksi kartu kredit terlarang? Nah karena dianggap “rentan”
dan bisa merugikan pihak nasabah, bank, maupun negara. Beberapa
kerugian yang ditimbulkan oleh Gestun misalnya

1. Bisa Menimbulkan Kredit Macet


Dikarenakan pihak nasabah bisa mengambil uang hingga batas limit, maka
hal ini berpotensi kredit macet (non performing loan) di mana nasabah
tidak mampu membayar semua tagihan yang begitu besar. Lebih celaka
lagi tagihan yang tak terbayarkan itu akan terus berbunga sehingga
nasabah akan terjebak dalam hutang tanpa akhir. Data YLKI yang
dikumpulkan dalam rentang Juli-Agustus 2010 misalnya menunjukkan
kalau penguna layanan gestun naik 1,02 persen. Tetapi kredit macet yang
timbul akibat kartu kredit juga naik hingga 0,45 persen.
2. Rentan Money Laundering (Pencucian Uang)
Pengunaan gestun juga bisa dimanfaatkan oknum tidak bertanggung jawab
atau kriminal untuk aktivitas pencucian uang.

3. Transaksi yang Salah


Kartu kredit merupakan alat pembayaran, bukan alat berhutang.
Penggunaan gestun untuk menarik uang tunai telah disalahgunakan oleh
penggunanya hanya karena ingin menarik uang tunai dengan mudah.

Baca Juga: 5 Cara Menutup Kartu Kredit


Gestun Mulai Diberantas

Gestun Diberantas via huffpost.com

Kendati sudah dilarang, masih banyak merchants atau pun pihak-pihak


yang tetap melakukan transaksi Gestun. Tak heran bulan Juni 2015 lalu, BI
mendorong Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Asosiasi
Kartu Kredit Indonesia (AKKI) untuk bekerja sama dalam permberantasan
transaksi tunai lewat gestun. Kerja sama itu dikuatkan dalam nota
kesepahaman Penutupan Pedagang Penarikan/Gesek Tunai yang
ditandatangani tanggal 12 Juni 2015. Ada 23 bank dan 13 acquirer yang
ikut dalam nota kesepahaman tersebut.

Oh ya, acquirer yang dimaksud disini adalah bank atau Lembaga Selain
Bank yang melakukan kerja sama dengan pedagang. Acquirer ini dapat
melakukan proses pendataan Alat Pembayaran dengan Mengunakan Kartu
(AMPK) yang diterbitkan pihak lain. Sebenarnya pelarangan gestun itu
sudah dilakukan sejak tahun 2009 loh pada saat BI mengeluarkan
Peraturan Bank Indonesia No 11.11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran dengan Mengunakan Kartu (APMK). Dalam
pasal 8 ayat 2 menyatakan kalau acquirer wajib menghentikan kerjasama
dengan pedagang yang melakukan tindakan yang merugikan.

Secara terperinci kata “merugikan” tersebut dijelaskan dalam bagian


penjelasan peraturan tersebut, yaitu segala tindakan pedagang yang
merugikan principal, penerbit, acquirer, pemegang kartu antara lain
pedagang diketahui melakukan kerjasama dengan pelaku kejahatan
(fraudster), memproses penarikan/gesek tunai (cash withdrawal
transaction) kartu kredit atau memproses tambahan biaya transaksi
(surcharge). Diharapkan nota kesepahaman bersama yang baru disepakati
bulan Juni lalu itu bisa lebih memperkuat komitmen bank untuk
memberantas merchant nakal yang masih coba-coba melakukan gestun.

Baca juga: Ciri Orang Kecanduan Kartu Kredit, Apa Anda


Salah Satunya?
Perlu Edukasi Dari Bank
Selain aksi untuk memberantas merchants atau pihak-pihak yang
memfasilitasi transaksi gestun kartu kredit, pihak bank juga akan
mengedukasi nasabahnya soal bagaimana seharusnya pengunaan kartu
kredit yang cerdas dan bertanggung jawab.

Harus diakui masih banyak orang yang menganggap kartu kredit sebagai
solusi untuk berhutang, ketimbang sebagai alat pembayaran. Padahal
pengunaan kartu kredit secara bijak bisa menguntungkan karena
banyak promo menarik kartu kredit yang bisa Anda nikmati.

Anda mungkin juga menyukai