Cattell dan Eysenck dan beberapa tim peneliti (Costa & McCrae, 1992; McCrae &
Costa, 2003;Tupes & Christal, 1961) sudah menggunakan pendekatan analisis
faktor untuk mengukur kepribadian dan seberapa banyak sifat atau disposisi
personal yang dimiliki seseorang. Studi sifat pertama kali dirintis oleh Allport dan
Odbert pada tahun 1930-an,dilanjutkan oleh Cattell di tahun 1940-an, dan
kemudian oleh Tupes, Christal, danNorman di tahun 1960-an. Identifikasi Allport
yang terbesar bagi teori sifat adalah pengidentifikasiannya terhadap hampir
18.000 sifat manusia yang ditemukan dalam kamus lengkap bahasa inggris.
Pengkategorian sifat-sifat oleh Allport ini adalah dasar bagi karya awal Cattell,
dan mereka terus menjadi pondasi bagi studi analisis faktorterbaru. Teknik
analisis faktor Eysenck menghasilkan tiga jenis faktor bipolar umum-
ekstraversi/intraversi, neurotisisme/stabilitas, psikotisme/superego. Teori lima
faktor atau big five theory merupakan kategori lima sifat utama yang mencaup
emosionalitas, aktivitas, dan faktor sosiobilitas. Faktor lima besar ini menjadi
faktor eksistensi, dimana tiap faktor menggolongkan banyak sifat tertentu dalam
hirarki kepribadian dan hampir seluas dan seabstrak Eysenck. (Cervone & Pervin,
2012). Teori lima factor (sering disebut lima besar) juga menggunakan
neurotisisme dan ekstraversi Eysenck. Namun, sisanya menggunakan istilah
keterbukaan terhadap pengalaman, persetujuan,dan kenuranian. Istilah-istilah ini
agak berbeda tetapi sifat-sifat yang melandasinya tetap serupa (Feist & Feist,
2008).
Menurut Costa dan McCrae (dalam Feist & Feist, 2008), lima faktor,
yaitu:
1. Neuroticism (N)
Neuroticism membedakan stabilitas emosional dengan serangkaian
perasaan negatif termasuk kecemasan, rasa sedih, dan mudah
terganggu (Cervone & Pervin, 2012). Neurotisme yang tinggi
cenderung mudah cemas, temperamental, mengasihani diri, sadar diri
(self-conscious), emosional, dan rapuh terhadap gangguan yang
berkaitan dengan stress. Pribadi yang skor N rendah biasanya tenang,
bertemperamen lembut, puas diri, dan tidak berperasaan (Feist &Feist,
2008).
Kelima faktor ini tampak reliabilitas dan validitas, serta relatif stabil
terhadap di sepanjang masa usia dewasa. Studi awal di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa usia memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Secara
khusus, orang dewasa yang lebih tua akan mendapatkan nilai neuroticism,
extraversion, dan openess yang lebih rendah, dan lebih lebih tinggi pada
agreeableness dan conscientiousness dibanding mereka para remaja awal usia 20-
an. Rata-rata, para remaja terlihat mudah terancam oleh rasa cemas yang
berlebihan, dan menaruh perhatian kepada penerimaan dan harga diri (N yang
lebih tinggi), menghabiskan waktu telpon dan sosial lebih banyak (E lebih tinggi),
tetapi juga meminta perhatian kepada orang tertentu dan masyarakat secara umum
(A yang lebih rendah), serta tidak segigih yang diharapkan orang lain kepada
mereka (C yang lebih rendah). Dapat dikatakan bahwa karakteristik
temperamental awal seperti sosiobilitas, aktivitas dan emosionalitas mengalami
perkembangan dan matang dalam dimensi extraversion dan neuroticism di masa
dewasa (Cervone & Pervin, 2012).
Big five theory ini bersifat deskriptif dan cara membedakan orang-orang.
Teori sederhana yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa menyebutkan bahwa
teori lima faktor diperlukan sebagai sesuatu yang benar-benar eksis, tiap faktor
dipandang sebagai struktur psikologis yang dimiliki oleh setiap individu dalam
tingkatan yang berbeda-beda. Sifat-sifat tersebut memengaruhi secara kausal
perkembangan psikologis individual. Dalam konsep nature vs nurture, McCrae
dan Costa mendukung basis biologis (nature) sebagai penentu kepribadian, dan
nurture hanya berefek sedikit pada kepribadian. konsep diri dan sikap dipengaruhi
berdasarkan sifat dasar dan pengalaman sosial, dengan sifat diri sendiri mewarisi
fitur biologis dalam teori ini (Cervone & Pervin, 2012).