Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing:
Lilis Lismayanti, M. Kep
Nina Pamelasari, M.Kep
Miftahulfalah, MSN
Disusun Oleh:
Dea Nurfatimah
C1614201009
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap.
Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan
hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah
140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
B. EFIDEMIOLOGI
Risiko hipertensi meningkat bermakna sejalan bertambahnya usia, yang mana kelompok usia 25-34 tahun
mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan yang berusia 18-24 tahun. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang berjudul Epidemiology of hypertension in the elderly yang menunjukkan hasil bahwa
prevalensi hipertensi mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan usia. Tekanan diastolic berhubungan
dengan usia, yang mana akan mengalami peningkatan pada usia diatas 55 tahun, sedangkan tekanan sistolik akan
terus meningkat seiiring dengan penambahan umur. Gaya hidup merupakan faktor risiko penting timbulnya
hipertensi pada seseorang termasuk usia dewasa muda (2140 tahun). Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh
gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga,
mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan stres. Hasil penelitian ini tentang faktor risiko hipertensi pada
masyarakat di Desa Kabongan Kidul yang membuktikan bahwa semakin tua usia seseorang, maka semakin besar
risiko terserang hipertensi. Hasil analisis penelitiannya menunjukkan bahwa responden yang berusia ≥60 tahun
berisiko 5,216 kali mengalami hipertensi dibandingkan yang berusia <60 tahun. Prevalensi hipertensi akan semakin
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hal ini lebih tinggi terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai usia
seseorang tersebut mencapai 55 tahun, meskipun itu meningkat pada wanita postmenopausal. Hal ini terjadi karena
wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk estrogen yang akan meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL) sehingga melindungi terjadinya penebalan dinding pembuluh darah atau arterosklerosis. Proses
ini terus berlanjut dimana jumlah hormon estrogen tersebut makin berkurang secara alami seiring dengan
meningkatnya usia, yang umumnya mulai terjadi pada wanita berumur 45-55 tahun . Peningkatan volume sekuncup
yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan
renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh
ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi
peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan
tekanan sistolik dan juga diastol
C. TANDA DAN GEJALA
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala hipertensi paling umum yang mungkin terjadi:
Bercak merah yang terdapa pada mata (pendarahan subkonjungtiva) adalah salah satu gejala tekanan darah tinggi yang paling
umum ditemukan.
Selain karena hipertensi, gejala ini juga terkadang ditemukan pada pasien penderita diabetes.
Kondisi ini berbeda dengan adanya bayang-bayang atau bercak lain pada mata. Maka itu, Anda sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter apabila terdapat keanehan pada mata Anda.
Dokter mata (oftamologi) dapat mendeteksi adanya kerusakan pada saraf optik mata Anda, yang mungkin disebabkan oleh
tekanan darah tinggi.
2. Wajah memerah
Wajah yang memerah terjadi akibat pembesaran pada pembuluh darah wajah Anda. Kondisi ini biasanya dapat terjadi secara
mendadak, atau merupakan respon dari kondisi tertentu, seperti terpapar sinar matahari, udara dingin, makanan pedas, angin,
minuman panas, atau produk perawatan wajah tertentu.
Kemerahan pada wajah juga dapat terjadi akibat adanya tekanan psikis atau stres, terkena air panas, konsumsi alkohol, dan
olahraga. Kondisi-kondisi tersebt dapat meningkatkan tekanan darah Anda untuk sementara waktu.
Meskipun kondisi kemerahan pada wajah dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi, kondisi ini tidak selalu disebabkan oleh
penyakit ini.
3. Pusing
Pusing adalah efek samping atau gejala dari berbagai macam kondisi. Bahkan, konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat
mengakibatkan pusing muncul.
Tak semua jenis pusing dapat disebabkan oleh hipertensi. Namun, Anda sebaiknya tidak meremehkan gejala tersebut, terlebih
lagi jika pusing muncul secara mendadak.
Anda juga perlu waspada apabila pusing disertai dengan gejala-gejala teanan darah tinggi lainnya, seperti tubuh kehilangan
keseimbangan dan kesulitan berjalan. Kondisi ini berpotensi memicu terjadinya stroke.
4. Sakit kepala
Berbeda dengan pusing yang umumnya hanya berupa sensasi berputar di kepala, sakit kepala adalah gejala hipertensi yang
lebih serius. Anda mungkin akan merasakan nyeri yang berdenyut (throbbing) di bagian kepala Anda.
Gejala sakit kepala biasanya disebabkan oleh tekanan pada tulang tempurung kepala akibat meningkatkan tekanan darah. Hal
tersebut yang membedakan sakit kepala hipertensi dengan sakit kepala biasa.
5. Sesak napas
Jika tekanan darah tinggi memengaruhi pembuluh darah yang berada di jantung dan paru-paru Anda, kemungkinan gejala
tekanan darah tinggi yang akan Anda rasakan adalah sesak napas.
Kondisi ini disebut dengan hipertensi pulmonal, yaitu ketika bagian kanan jantung kesulitan memompa darah melewati paru-
paru, sehingga darah yang mengandung oksigen tidak dapat dialirkan dengan baik.
Saat Anda buang air kecil dan terdapat darah di dalam urin Anda, ada kemungkinan hipertensi yang Anda alami berkaitan
dengan masalah pada ginjal, misalnya penyakit polikistik ginjal atau pembengkakan ginjal.
Darah mungkin juga tidak dapat terlihat pada urin, namun sel darah merah akan terlihat apabila diperiksa menggunakan
mikroskop.
Kondisi urin berdarah ini disebut dengan hematuria. Salah satu penyebab utamanya adalah pecahnya kista di dalam ginjal,
atau adanya pembuluh-pembuluh darah kecil di sekitar kista. Gejala ini biasanya berlangsung selama sehari atau beberapa
hari.
Gejala lain dari hipertensi adalah palpitasi, atau detak jantung tidak beraturan.
Kondisi ini umumnya terjadi ketika jantung berdebar terlalu cepat, tidak teratur, atau bahkan berhenti berdetak selama
sepersekian detik.
Selain itu, Anda mungkin merasakan jantung Anda berdetak terlalu kuat atau dipaksakan. Terkadang, Anda juga akan
merasakan sensasi tersebut di tenggorakan, leher, dan rahang.
Mimisan atau hidung berdarah merupakan gejala hipertensi yang tidak terlalu umum. Para ahli masih memperdebatkan apa
yang menyebabkan kondisi ini. Namun, diperkirakan kondisi ini terjadi akibat penipisan pembuluh darah, terutama pada
kasus hipertensi kronis.
Umumnya, mimisan tidak disebabkan secara langsung oleh hipertensi. Mimisan biasanya terjadi karena kenaikan tekanan
darah yang mendadak, dan disertai dengan gejala kecemasan (anxiety).
Maka itu, pengobatan biasanya berfokus pada mengurangi pendarahan dan meredakan gejala cemas, sebagai upaya
mengurangi tekanan darah yang melonjak secara tiba-tiba.
Tanda-tanda dan gejala tekanan darah tinggi lainnya yang mungkin muncul apabila kondisi Anda sudah cukup parah meliputi:
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan sakit kepala akibat dari tekanan darah tinggi yang terjadi secara tiba tiba
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan, akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
digambarkan dengan istilah kerusakan (international Association for the Study of Pain); awitan yang tiba tiba atau
perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya lebih dari enam bulan
b. Batasan Karakteristik
Subjektif
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan ( nyeri ) dengan isyarat
Objektif
- Perubahan tonus otot
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Respon autonomik (misalnya,diaforesis ; perubahan tekanan darah,pernafasan,atau nadi; dilatasi pupil )
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misal : mondar-mandir,mrncari orang atau aktivitas lain,aktivitas berulang )
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Wajah topeng (nyeri)
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu,gerakan tidak teratur atau tidak menentu,dan menyeringai)
c. Faktor yang berhubungan
agens-agens penyebab cedera (misal: biologis,kimia,fisik,dan psikologis)
2. Ansietas berhubungan dengan kecemasan lansia terhadap penyakit yang dirasakan oleh lansia
a. Definisi
Perasaan yang tidak nyaman atau kekhawatiran yang samardisertai respons autonom (sunber sering kali tidak
spesifikk atau tidak diketahui oelh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingati bahaya yang akan terjadi dan memampukan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
b. Batasan karakteristik
Perilaku
- Penurunan produktivitas
- Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup
- Gelisah
- Memandang sekilas
- Insomnia
- Kontak mata buruk
- Resah
- Menyelidik dan tidak wasapada
Afektif
- Gelisah
- Distres
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Fokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Gugup
- Gembira berlebihan
- Marah
- Menyesal
- Perasaan takut
- Ketidakpastian
- Khawatir
Fisiologis
- Wajah tegang
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Terguncang
- Gemetar atau tremor di tangan
- Suara bergetar
Parasimpatis
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan nadi
- Diare
- Pingsan
- Keletihan
- Mual
- Gangguan tiidur
- Kesemutan pada ekstermitas
- Sering berkemih
- Urgensi berkemih
Simpatis
- Anoreksia
- Eksitasi kardiovaskular
- Diare
- Mulut kering
- Wajah kemerahan
- Jantung berdebar
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan nadi
- Peningkatan pernafasan
- Dilatasi pupil
- Kesulitan bernafas
- Kedutan otot
- Kelemahan
Kognitif
- Kesadaran tergadap gejala-gejala fisiologis
- Blocking pikiran
- Penurunan lapang pandang
- Kesulitan untuk berkonsentrasi
- Keterbatasan menyelesaikan masalah
- Keterbatasan untuk belajar
- Mudah lupa
- Gangguan perhatian
- Melamun
- Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
4. INTERVENSI
Promosi kesehatan
intruksikan pasien untuk
menginformasikan
kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak
dapat dicapai
informasikan kepada
pasien tentang prosedur
yang dapat meningkatkan
nyeri dan strategi koping
yang disarankan
Perbaiki kesalahan
persepsi tentang
analgesik narkotik atau
opioid (misal, resiko
ketergantungan dan
overdosis
Sertakan instruksi
pemulangan pasien obat
khusus yang harus di
minum,frequensi
pemberian,kemungkinan
efek
samping,kemungkinan
interaksi obat,pembatasan
aktivitas fisik
2 Luaran utama Pasien akan Tindakan Fokus
Ansietas Perasaan Kecemasan Observasi Intervensi utama
berhubun tidak berkurang Kaji dan Bimbingan Antisipasi :
gan nyaman Menggunakan dkomunetasikan mempersiapkan pasien
dengan atau tingkat kecemasan
teknik relaksasi menghadapi kemungkinan
kecemasa pasien, termasuk
kekhawatir untuk meredakan krisis perkembangan atau
reaksi fisik, setiap___
n lansia an ansietas situasional
Gali bersama pasien
terhadap Cemas Meneruskan tentang teknik yang Teknik Menenangkan
penyakit Gelisah aktivitas yang berhasil dan tidak Diri : Meredakan
yang Resah dibutuhkan berhasil menurunkan kecemasan pada pasien
dirasakan Distress meskipun ansietas di masa lalu yang mengalami distress
oleh lansia ketakutan mengalami Reduksi ansietas (NIC): akut
kecemasan menentukan Dukungan Emosi :
Mengomunikasikan kemampuan
kebutuhan dan Memberikan penenangan,
pengambilan
perasaan negatif penerimaan dan
keputusan pasien
secara tepat bantuan/dukungan selama
Edukasi
Memiliki tanda- masa stres
Pada saat ansietas
tanda vital dalam Intervensi pendukung
berat, dampingi
batas normal Beri dorongan kepada
pasien,bicara dengan
pasien untuk
tenang dan berikan
mengungkapkan secara
ketenangan serta rasa
nyaman verbal pikiran dan perasaan
Sediakan pengalihan untuk
melalui mengeksternalisasikan
televisi,radio,permaina ansietas
n,serta terapi okupasi Coba teknik, seperti
untuk menurunkan imajinasi bimbing (antall &
ansietas dan kresevis,2004) dan
memperluas fokus relaksasi progresif
Dorong pasien untuk Sarankan terapi alternatif
mengekspresikan untuk mengurangi ansietas
kemarahan dan yang dapat diterima oleh
iritasi,serta izinkan pasien
pasien untuk menangis Komplementer
Singkirkan sumber- Memberikan terapi musik
sumber ansietas clasik yang membuat
Kolaborasi tenang pada pasien
ansietas, musik bisa di stell
Penurunan Ansietas dalam berupa
(NIC) : berikan obat flashdisk,kaset maupun
untuk menurunkan intrumental secara
ansietas,jika perlu langsung
Terapi musik terbukti
menurunkan
ansietas,stress,depresi serta
meningkatkan kualitas
hidup pasien
Referensi jurnal ,
moradipanah F,
Mohammadi E,
Mohammadil AZ..Effect of
music on anxiety 2009 ,
Pendidikan kesehatan
Informasikan tentang gejala
ansietas
Ajarkan anggota keluarga
bagaimana membedakan
antara serangan panik dan
gejala penyakit fisik
Buat rencana penyuluhan
dengan tujuan yang
realistis, termasuk
kebutuhan untuk
pengulangan,dukungan dan
pujian terhadap tugas-tugas
yang telah dipelajari
Penurunan Ansietas (NIC)
- Instruksikan pasien
tentang penggunaan
teknik relaksasi
- Jelaskan semua
prosedur,termasuk
sensasi yang biasanya di
alami selama prosedur
Terapi komplementer
Pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam sebagai terapi tambahan
terhadap penurunan tekanan
darah pasien hipertensi tingkat 1
[ CITATION war151 \l 1057 ]
3 Intolerans Luaran utama Pasien akan : Tindakan Fokus
i aktivitas Mengidentifikasi Observasi Intervensi utama
Ketidaknya
berhubun aktivitas atau Kaji tingkat kemampuan Terapi latihan
manan atau
gan situasi yang pasien untuk berpindah fisik:pengendalian otot :
dispneu
dengan menimbulkan dari tempat menggunakan aktivitas atau
saat
ketidakma kecemasan yang tidur,beridiri,ambulasi,dan protokol latihan yang
beraktivita
mpuan dapat melakukan AKS dan AKSI spesifik untuk
s
lansia mengakibatkan Kaji respon emosi,sosial meningkatkan atau
untuk Luaran tambahan intolerasi aktivitas dan spiritual terhadap memulihkan gerakan tubuh
berjalan Fisik yang Berpartisipasi aktivitas yang terkontrol
jauh mulai dalam aktivitas Evaluasi motivasi dan Manajemen energi :
berkurang fisik yang keinginan pasien untuk mengatur penggunaan
saat dibutuhkan dengan meningkatkan aktivitas energi untuk mengatasi
beraktivita peningkatan Manajemen Energi (NIC) atau mencegah kelelahan
s normal denyut - Tentukan penyebab dan mengoptimalkan fungsi
Mobilisasi jantung,frequensi keletihan (misal : Manajemen lingkunga:
pernafasan dan perawatan,nyeri,dan memanipulasi lingkungan
tekanan darah pengobatan ) sekitar pasien untuk
tinggi serta - Pantau asupan nutrisi memeperoleh manfaat
memantau pola untuk memastikan teraupeutik, stimulasi
dalam batas sumber-sumber energi sensorik, dan kesejahteraan
normal yang adekuat psikologis
Mengungkapkan - Pantau dan Terapi latihan fisik :
secara verbal dokumentasikan pola mobilitas sendi :
pemahaman tidur pasien dan menggunakan gerakan
tentang kebutuhan lamanya waktu tidur tubuh aktif atau pasif untuk
oksigen,obat,dan/a dalam jam oleh keluarga mempertahankan atau
tau peralatan yang Edukasi memperbaiki fleksibelitas
dapat Instruksikan kepada klien sendi
meningkatkan dan keluarga klien Intervensi pendukung
toleransi terhadap dalam : Bantuan perawatan diri
aktivitas Penggunaan teknik Manajemen alam perasaan
napas terkontrol selama Bantuan pemeliharaan
aktivitas,jika perlu rumah
Mengenali tanda dan Komplementer
gejala intoleransi Terapi relaksasi progresif
aktivitas,jika perlu
Pentingnya asupan Teknik relaksasi progresif
nutrisi yang baik menghasilkan respon
Penggunaan fisiologi yang terintegritasi
peralatan,seperti dan juga mengganggu
oksigen,selama aktivitas bagian dari kesadaran yang
Penggunaan teknik dikenal sebagai” repons
relaksasi (misa, relaksasi benson”. Respon
distraksi,visualisasi) relaksasi ini diperkirakan
selama aktivitas
menhambat sistem saraf
otonom dan sistem daraf
pusat dan meningkatkan
aktivitas parasimpatis yang
di karakteristikan dengan
menurunya otot
rangka,tonus otot jantung,
dan mengganggu fungsi
neuroendokrin agar
memperoleh manfaat dari
respon relaksasi, ketika
melakukan teknik ini
diperlukan lingkungan yang
tenang, posisi yang nyaman
( endang 2014)
Promosi kesehatan
Penggunaan teknik nafas
terkontrol selama aktivitas,
jika perlu
Pentingnya nutrisi yang
baik
Penggunaan
peralatan,seperti
oksigen,selama aktivitas
Tindakan untuk
menghemat energi, sebagai
contoh : menyimpan alat
yang sering digunakan di
tempat yang mudah di
jangkau
6. REFERENSI
1. hubungan aktivitas fisik dengan derajat hipertensi pada pasein rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas tagulandang. 2018, hal. 1.
2. terapi relaksasi dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Kedungwuni Pekalongan : s.n.,
2016.
3. hubungan antara perilaku olahraga,stress dan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lanjut usia
di posyandu lansia kelurahan gebang putih . surabaya : s.n., 2013.
4. hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas harapan raya pekan baru. Pekanbaru, RIAU :
s.n., 2018.
5. hubungan antara hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri pada lansia dengan atrial fibrilasi. diponogor :
UNDIP, 2014.
7. pengaruh edukasi suportif terhadap tingkat kemandirian activity living lansia hipertensi. semarang :
poltekes kemenkes malang, 2017.
8. hubungan keaktifan lansia mengikuti posyandu dan peran kader dengan tingkat kemandirian lansia di
dusun krapyak wetan, Bantul. hendrayati. bantul : s.n., 2016.
9. pelaksanaan diet dan status gizi serta kemandirian penderita hipertensi lansia di desa bonto
marantau. makasar : media gizi pangan, 2019.
10. tingkat kesepian pada lansia di panti werdha. malang : poltekes kemenkes malang, 2017.
11. pengaruh tingkat kemandirian keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat lansia dengan
hipertensi di wilayah kalibanteng kulon. semarang : s.n., 2019.
12. melatih teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi tekanan darah tinggi. erviana. 2016, hal. 3.
13. PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA LANSIA DENGAN
ARTRITIS RHEUMATOID. DINA DEWI SLI, SETYOADI, NI MADE WIDASTRA. 2009, JURNAL KEPERAWATAN
SOEDIRMAN, hal. 46-55.
14. PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA LANSIA
DENGAN RHEUMATOID ARTRITIS. ULINNUHA, TOMY NUR. 2017.
15. PENGERAH KOMPRES SEREI HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI ARTRITIS RHEUMATOID PADA
LANSIA. ANDRIANI, MARLINA. 2016, JURNAL IPTEKS TERAPAN, hal. 34-47.
16. PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI ARTRITIS RHEUMATOID
PADA LANJUT USIA DI KELURAHAN TAROK DIPO WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUGUK PANJANG
BUKITTINGGI TAHUN 2013. HYULITA, SRI. 2013, 'AFIYAH, hal. 1-13.
17. Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Monilitas Fisik pada Lansia Di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Hermina Desianes Hastini Uda, Mulih Thomas Aquino. 2016,
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, hal. 169-177.
18. (IBM) dengan Metode Gerakan Persendian Range Of Motion Aplikasi Keterampilan Tangan Bagi
Lansia Preentif Rheumatoid Arthritis Di PSTW. Chairil, Ismaniar dkk. 2017, JURNAL Untuk Mu negeRI,
hal. 29-35.
19. PENGARUH LATIHAN GERAK AKTIF TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK PADA LANSIA. ADI
ANTONI, NURHABIBAH LUBIS. 2018, JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA, hal. 18-22.
20. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA TENTANG PERAWATAN ARTHTIS
RHEUMATOID PADA LANSIA DI DESA PAMALAYAN KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS.
Daniel Akbar Wibowo, Dini Nurbaeti Zen. 2017, Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, hal. 339-357.
21. PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat, 2017.
22. —. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat, 2017.
23. —. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat, 2017.