Panduan Praktis Caregiver 2019
Panduan Praktis Caregiver 2019
97
Ind
P
ISBN 978-602-416-524-6
1. Judul I. GERIATRICS
II. GERIATRICS NURSING III. GERIATRICS PSYCHIATRY
IV. COMMUNITY HEALTH SERVICES
DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA DIREKTORAT
JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2019 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Panduan
Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia
ini dapat disusun.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Panduan
Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia
ini dapat disusun.
ii ii i
dan kompetensi caregiver informal di komunitas, serta pada berbagai
wahana PJP di wilayah kerja Puskesmas.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………….……………….. 1
B. Tujuan ……………………………………………………. 2
C. Sasaran ……………………………………………………. 2
BAB II PERAWATAN JANGKA PANJANG PADA LANSIA
A. Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia …................... 3
B. Pengelompokan Kondisi Lansia Berdasarkan
Tingkat Kemandirian ……..…………………………………... 3
C. Caregiver Lansia …………………………………………… 4
D. Pengertian dan Prinsip Perawatan Jangka Panjang ……... 6
E. Perawatan Secara Umum ……….………………….. 7
1. Pemeliharaan Kebersihan Diri ………………….. 10
2. Pencegahan Masalah Kesehatan Kulit …………. 19
3. Pemeliharaan Kebersihan dan Keamanan Lingkungan 20
4. Mempertahankan Tingkat Kemandirian Lansia ……… 25
5. Pajanan Sinar Matahari .........…………………… 39
6. Komunikasi …………………………………………... 39
7. Rekreasi …………………………………………… 43
8. Pemantauan Penggunaan Obat …………………. 45
9. Pelaksanaan Ibadah ………………………………….. 46
F. Perawatan Khusus Sesuai Masalah Yang Sering
Terjadi pada Lansia
1. Membantu Lansia yang Mengalami Gangguan Gerak
2. Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia
8 iiii
ii
3. Membantu Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air
Besar (BAB) .........……………………………………... 77
4. Menangani Gangguan Perilaku pada Lansia
dengan Pikun/Demensia ……….................................. 82
5. Pengelolaan Stres ……………………………………. 86
G. Mendukung Lansia Mempertahankan Aktivitas
Instrumental Kehidupan Sehari-hari (AIKS)/
Activity Daily Living (IADL)................................................ 95
H. Pertolongan Pertama Pada Keadaan Darurat ………… 98
I. Asuhan Mandiri Kesehatan Tr adisional Pemanfaatan
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Akupresur ........... 109
BAB III MERUJUK LANSIA KE FASILITAS KESEHATAN ………. 119
BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN ……………………….. 122
BAB V PENUTUP …………………………………………………… 127
Lansia ………………………………………………………. 45
Perilaku ……………………………………………………. 88
1 v
0
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Semakin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang
mengalami permasalahan fisik, fisiologis, mental, spiritual, ekonomi
dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada
lanjut usia (lansia) adalah masalah kesehatan akibat proses
kemunduran fungsi tubuh yang terjadi secara bertahap yang berujung
pada kerusakan jaringan atau organ. Adapun definisi lansia menurut
Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia,
adalah penduduk berusia di atas 60 tahun dimana mereka
merupakan salah satu kelompok berisiko yang membutuhkan
penanganan khusus.
1 1
kualitas hidup lansia yang optimal. Sehingga dirasakan perlu untuk
menyusun suatu buku panduan praktis bagi caregiver.
B. Tujuan
Sebagai panduan bagi caregiver dalam melakukan PJP bagi
lansia, yang meliputi: perawatan umum bagi lansia, perawatan
khusus bagi lansia, penatalaksanaan masalah kesehatan lansia
dengan cara tradisional, penanganan pada keadaan darurat, merujuk
lansia, serta pencatatan dalam PJP.
C. Sasaran
B. Caregiver Lansia
Yang dimaksud caregiver dalam panduan ini adalah caregiver
informal yaitu tenaga caregiver yang berasal dari keluarga, relawan,
dan kader yang memberikan bantuan dan pendampingan kepada
lansia. Tugas caregiver memberikan bantuan dalam aspek fisik,
mental, sosial budaya dan spiritual. Caregiver lansia harus
memiliki pengetahuan dasar tentang pendampingan dan pemberian
bantuan yang tepat untuk lansia yang membutuhkan PJP.
Seorang caregiver dapat berperan di dalam PJP bagi lansia
untuk: mengurangi ketergantungan, mengurangi keluhan lansia
akibat penyakit, mencegah komplikasi dan kecelakaan, dan
mempertahankan/meningkatkan kualitas hidup yang optimal dan
bermartabat hingga akhir hayatnya. Dalam hal pendampingan hingga
akhir hayat, tugas caregiver adalah memastikan agar seluruh proses
yang dihadapi pada akhir kehidupan sesuai dengan pilihan lansia,
seperti pendampingan spiritual sesuai dengan kepercayaannya
sehingga apa yang menjadi keinginan lansia dapat disampaikan
kepada keluarganya dan jika ada kesulitan dapat dicarikan alternatif
solusi bersama.
Pelajari jadwal harian caregiver untuk mengembangkan
rencana kegiatan secara rutin. Sesuaikan kegiatan rutin yang telah
disusun dengan kebiasaan lansia agar lebih koperatif/tidak terlalu
bingung. Kondisi lansia bisa berubah-ubah, sehingga perlu fleksibel
dan menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Pertimbangkan untuk
memanfaatkan layanan asuhan siang/daycare (jika ada), atau
dititipkan pada keluarga agar beban pendampingan tidak terlalu
berat, sehingga caregiver bisa beristirahat.
Rencanakan dan antisipasi hal-hal yang dapat terjadi sewaktu-
waktu, termasuk menyiapkan dokumen-dokumen penting yang
diperlukan untuk pembiayaan dan perawatan lebih lanjut, hingga
penyiapan akhir hayat.
Dalam melakukan perawatan pada lansia, caregiver tidak
dapat bekerja sendiri, namun perlu bekerjasama dengan anggota
keluarga lainnya, kader/relawan, dan berkonsultasi dengan tenaga
kesehatan khususnya dalam hal perawatan yang dapat dilakukan di
rumah atau tempat tinggal lainnya. Apabila menemukan kendala
dalam melakukan suatu tindakan perawatan pada lansia, diharapkan
dapat segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Selain itu
tenaga kesehatan di Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang
memiliki peranan selain sebagai pemberi layanan formal/profesional
juga membina caregiver di lapangan.
Dalam melakukan PJP, caregiver juga harus menjaga
kesehatan diri sendiri, termasuk kesehatan fisik dan mental, agar
lebih mampu merawat lansia dengan baik, mengingat memberikan
asuhan pada lansia merupakan pekerjaan yang membutuhkan
ketahanan fisik, ketelitian dan kesabaran.
10
yang masih bisa duduk, kaki dimasukkan ke
dalam baskom dengan hati-hati kemudian kaki
dibersihkan dan keringkan dengan handuk
kering,
o Miringkan lansia dan geser ke tepi tempat
tidur,
o Letakkan handuk di sisi punggung dan buka
selimut mandi hingga punggung terbuka,
bersihkan tengkuk, bahu, punggung, pantat
dan bagian atas paha,
o Telentangkan kembali,
o Bersihkan daerah kemaluan. Jika lansia dapat
melakukan sendiri, sediakan air, sabun, dan
handuk di tempat yang mudah dijangkau,
(lihat pembahasan perawatan alat kelamin
dan sekitarnya pada hal. 18)
o Setelah selesai dimandikan dan dikeringkan
oleskan krim/ losion berpelembab ke seluruh
tubuh. Tunggu beberapa saat, kemudian bantu
mengenakan pakaian kembali,
o Sisir rambut dan rapihkan tempat tidur,
o Ajaklah lansia bekerjasama pada setiap
tahapan sesuai dengan kondisinya.
11
o Gulung perlak anti air membentuk setengah
lingkaran dengan ujung menjuntai ke ember
yang telah disiapkan di sisi tempat tidur
o Tempatkan gulungan perlak dibawah leher
lansia
12
kemudian keringkan dengan handuk kering,
o Apabila terjadi iritasi atau infeksi segera
konsultasikan pada tenaga kesehatan.
13
o Jangan memasukkan air dan benda apapun
ke dalam lubang hidung,
o Segera lap dengan air dan kemudian
keringkan dengan tisu wajah.
Perawatan Hal yang perlu diperhatikan :
mulut dan gigi o Cara menyikat gigi yang baik dan benar serta
waktu menyikat gigi,
o Hindari makanan yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut, misalnya makanan yang
lengket (contoh: dodol, dll), terlalu manis, terlalu
panas, terlalu dingin dan terlalu asam,
o Paling sedikit menyikat gigi sehari dua kali,
yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur.
Cara menyikat gigi yang baik dan benar
14
d. Bagian geraham (gigi paling belakang)
e. Bagian lidah dari dalam ke luar (pangkal
ke ujung)
Demikian juga halnya dengan lansia yang
menggunakan gigi palsu, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan gigi palsu antara lain:
15
• Rendam dalam wadah bersih berisi air setelah
dibersihkan,
16
o Bila kuku retak atau terkelupas oleskan krim/
losion berpelembab.
Perawatan kaki Hal-hal yang perlu diperhatikan:
o Jika kaki suka berkeringat, seringlah dicuci dan
keringkan,
o Gunakan ukuran sepatu yang sesuai, sol
sepatu yang lentur dan tidak licin,
o Gunakan kaos kaki yang terbuat dari bahan
katun,
o selalu gunakan alas kaki yang tertutup agar
terlindung dari benda tajam, terutama untuk
lansia yang menderita kencing manis,
17
Perawatan alat Cara membersihkan alat kelamin:
kelamin dan o Siapkan sabun berpelembab dan air hangat,
sekitarnya o Pasang pispot senyaman mungkin,
o Siram dengan air dan cuci daerah alat kelamin
dan sekitarnya dengan sabun kemudian bilas
dengan air,
o Arah membersihkan alat kelamin:
Laki-laki: dari ujung kemaluan ke arah pangkal
kemaluan hingga anus,
Wanita: dari arah atas ke bawah, meliputi bibir
dalam dan luar kemaluan hingga anus.
o Keringkan dengan handuk bersih
o Apabila lansia masih mampu dan berkeinginan
untuk membersihkan alat kelamin dan
sekitarnya secara mandiri, dapat diberikan
dengan air, sabun, dan washlap basah. Ganti
celana dalam setiap selesai mandi dan setiap
kali jika terkena kotoran/basah. Hindari
penggunaan tisu basah agar tidak terjadi
iritasi.
18
Ingat beberapa hal yang harus dilakukan saat membantu lansia
merawat kebersihan diri:
1. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah membantu lansia
2. Gunakan masker/penutup hidung dan mulut
3. Mengikat rambut atau menggunakan penutup kepala agar tidak
mengganggu pandangan dan tidak mengkontaminasi
19 19
d. Hindari penggunaan bedak karena membuat kulit bertambah
kering,
e. Paparan sinar matahari secukupnya dan dilakukan pada pagi hari.
Masalah gatal dapat ditimbulkan karena gigitan serangga, kulit
yang kering atau tidak diketahui penyebabnya. Penanganan
disesuaikan dengan penyebab gatal tersebut. Apabila gatal terjadi
karena gigitan nyamuk atau serangga, dapat diredakan dengan
menggunakan krim/ losion pelembab. Bila gatal tidak berkurang
atau diketahui penyebabnya dapat berkonsultasi kepada tenaga
kesehatan.
Untuk mengurangi terjadinya masalah kesehatan kulit yang
lebih buruk agar diperhatikan:
• Cegah lansia menggaruk kulit,
• Pastikan kuku jari tangan lansia dalam keadaan pendek dan bersih.
3) Upayakan jalur yang dilalui oleh lansia aman dan dapat dilewati
kursi roda (bila lansia menggunakan kursi roda). Terdapat
pegangan pada dinding koridor/selasar, dengan tinggi yang sesuai
dengan lansia.
4) Lantai rata, mudah dibersihkan
tidak licin dan tidak banyak
perbedaan ketinggian. Jika
terdapat perbedaan tinggi lantai
(undakan), harus diberi warna ubin
yang berbeda atau mencolok agar
jelas terlihat, bila perlu diberikan
pegangan/ handrail di dinding.
INGAT!!!
Gambar 2
Tangan kanan memegang bahu kiri, dan siku kanan
diangkat dengan tangan kiri dan didorong ke arah
belakang, sehingga otot lengan kanan belakang terasa
teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10 detik.
Lakukan pada lengan kiri.
Gambar 3
Lengan kanan ditekuk ke atas, tangan kanan memegang
punggung di belakang kepala. Tangan kiri memegang
siku kanan, ditarik ke arah kiri sehingga otot sayap
lengan kanan terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan
dalam 10 detik. Lakukan pada lengan kiri.
Gambar 4
Kedua tangan dirapatkan di depan dada, dorong ke
arah depan sampai lurus dan otot-otot lengan samping
terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10
detik.
Gambar 5
Kedua tangan dirapatkan di atas kepala, dorong ke atas
sampai lurus dan otot lengan samping terasa teregang.
Tahan selama 8 hitungan dalam 10 menit.
• Tempatkan kedua tangan caregiver secara tumpang tindih pada tangan lansia, dengan
satu tangan menahan pergelangan tangan lansia.
• Secara perlahan tekuk sendi jari lansia, buka kepalan dan sendi jari yang ditekuk.
• Jangan gerakkan pergelangan tangan lansia.
• Tempatkan kedua tangan caregiver secara tumpang tindih pada tangan lansia, dengan
satu tangan menahan pergelangan tangan lansia.
• Secara perlahan tekuk sendi jari lansia secara perlahan sampai membentuk sebuah
kepalan
Satu persatu, tekuk ibu jari dan jari-jari lainnya ke pangkal yang
kecil, dimulai dengan membuka jari telunjuk dan jari tengah,
dilanjutkan dengan jari-jari yang lain.
6. Komunikasi
Komunikasi harus dilakukan dengan baik, agar pesan ingin
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik.
a. Manfaat Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik akan menguntungkan dua belah pihak yaitu
caregiver maupun lansia, diantaranya:
o Membangun hubungan dan kepercayaan yang baik
o Meningkatkan hubungan baik dan saling memahami
o Mengurangi stres
9. Pelaksanaan Ibadah
Kegiatan ibadah merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan lansia, karena dengan melaksanakan kewajibannya lansia
akan merasa lebih dekat dengan Tuhan dan lebih merasa tenang.
Caregiver dapat membantu memfasilitasi lansia melaksanakan
beribadah dengan cara:
1) Mengingatkan apabila sudah masuk waktu ibadah
2) Menawarkan bantuan pada lansia dalam pelaksanaan ibadah
sesuai dengan kondisinya
3) Memastikan lansia dalam keadaan bersih agar lansia dapat
beribadah dengan baik dan tenang
4) Meletakkan perlengkapan ibadah di tempat yang mudah dilihat
dan dijangkau
5) Memfasilitasi lansia untuk mendapatkan bimbingan rohani lebih
lanjut dari pemuka/ guru agama atau pembimbing rohani di
lingkungan terdekat sesuai dengan agama dan keyakinan lansia.
F. Perawatan Khusus Sesuai Masalah yang Sering Terjadi pada
Lansia
1. Membantu Lansia yang Mengalami Gangguan Gerak
Lansia dengan masalah gangguan gerak memiliki
kebutuhan yang berbeda dibandingkan dengan yang tidak
mengalami gangguan gerak. Sehingga kebutuhan akan
perawatan fisiknyapun berbeda berdasarkan tingkat beratnya
gangguan gerak yang dialami. Lansia yang hanya terbaring di
atas tempat tidur atau ketergantungan berat dan total (C)
memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap perawatan fisik
yang dilakukan oleh caregiver. Pada kondisi lansia seperti ini
caregiver harus mendorong agar lansia tetap bergerak
sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisinya.
55 55
55
mengikat kursi/bangku dekat dengan posisi tepi tempat tidur,
pastikan ikatan kuat dan aman, serta bimbing lansia cara berganti
posisi dari tidur ke duduk, sebagai berikut:
57
a) 1 (satu) caregiver berdiri di belakang, kemudian masukkan
kedua tangan pada bagian ketiak/lengan lansia untuk
menopang bagian tubuh atas.
b) 1 (satu) caregiver lainnya berdiri di depan (menghadap ke
arah kaki lansia) dan masukkan kedua tangan kebawah kaki
lansia untuk menopang tubuh lansia bagian bawah.
c) Berikan aba-aba, angkat tubuh lansia secara bersamaan
dengan hati-hati, lalu pindahkan ke tempat yang diinginkan.
58
• Cagiver dapat
menstabilkan posisi
lansia dengan
menempatkan lutut
caregiver berlawanan
dengan lutut lansia
59
Hal yang perlu diperhatikan dalam membantu lansia dengan
kursi roda
• Turun undakan dengan roda kursi bagian belakang terlebih
dahulu, naik undakan dengan roda kursi bagian depan terlebih
dahulu
60
60
Pakaian atau selimut yang bergeser pada Terkadang tangan lansia yang lemah
saat mendorong kursi roda mungkin dapat dapat jatuh dan tergesek roda. Posisikan
terjepit di roda. Selalu cek dan pastikan tangan lansia di atas lutut lansia, bukan
pakaian lansia dalam keadaan aman. pada sandaran tangan kursi roda.
61 61
Bagi lansia yang menggunakan kursi roda dan masih mampu
berpindah sendiri dapat dilakukan dengan cara:
walker
Tongkat kaki 3 atau 4
tongkat
Kruk
Ada banyak jenis alat bantu jalan untuk lansia dengan keterbatasan gerak.
Pastikan ukuran tinggi alat bantu sesuai dengan tubuh lansia.
1) Tongkat:
• Pegang tongkat di sisi tubuh yang lemah atau terluka untuk
menjaga ayunan lengan yang baik, meningkatkan pemindahan
berat badan, dan mendukung pola berjalan normal.
• Saat melangkah maka tongkat dan kaki yang sakit maju
terlebih dahulu, kemudian baru kaki yang sehat maju. Hal ini
juga berlaku untuk penggunaan kruk dan walker.
2) Kruk/tongkat ketiak
• Berdiri tegak dan menempatkan ujung kedua kruk di lantai,
sekitar 15 cm dari sisi masing-masing kaki.
• Lengan dapat beristirahat dengan nyaman di sisi tubuh lansia,
sesuaikan ketinggian kruk hingga terdapat jarak 5 cm (sekitar
tiga jari) antara ketiak lansia dan ujung atas kruk, lengan dapat
ditekuk sedikit (lihat gambar berikut)
• Saat melangkah maka kruk dan kaki yang sakit maju terlebih
dahulu, kemudian baru kaki yang sehat maju.
5 cm
15 cm 20-300
h. Penggunaan Alat Bantu Jalan Untuk Naik-Turun Tangga
Berdiri
Perhatikan:
b) Gizi seimbang
Makanan yang bergizi baik tidak harus selalu mahal dan
mewah, penting diingat bahwa komposisi tiap-tiap jenis makanan
atau kandungan zat gizinya harus seimbang, jangan sampai salah
satu jenis makanan terlalu banyak. Contoh perbandingan jumlah
yang dianjurkan dapat dilihat dari diagram “Isi PiringKu”, dimana
setengan piring terdiri dari sayur dan buah, sepertiga lagi terdiri dari
lauk pauk dan sisanya (2/3 porsi) terdiri dari makanan pokok.
Perhatikan:
Selalu berkonsultasi dengan petugas kesehatan dalam
menentukan pilihan diet sesuai dengan kondisi kesehatan.
e) Keamanan Pangan
Agar keamanan pangan pada lansia terjamin untuk menghindari
penularan penyakit akibat makanan yang tercemar, harus
diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan.
2) Pastikan semua masakan matang sempurna
3) Selalu tutup kembali makanan apabila telah selesai diambil
4) Untuk makanan yang telah dimasak, pastikan makanan diluar
ruangan hanya dalam kurun waktu 4 jam dan dalam keadaan
tertutup
5) Ambil dalam porsi sedikit dan tambahkan jika perlu. Tidak
mencampurkan sisa masakan dengan masakan yang baru.
INGAT :
• Selang harus dipasang oleh tenaga kesehatan.
• Caregiver yang membantu memberikan makan melalui
NGT, sebelumnya harus mendapat pelatihan atau di bawah
pengawasan oleh tenaga kesehatan.
• Pastikan ujung selang bersih dari sisa makanan karena
dapat mengakibatkan diare.
• Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu
tenaga kesehatan.
• Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera.
• Jangan lakukan tindakan yang dirasa masih ragu-ragu
• Selalu berhati hati saat membantu lansia minum atau
makan karena berisiko tersedak, jika hal tersebut terjadi
segera miringkan lansia dan tepuk punggung hingga dapat
dimuntahkan. Jangan memasukkan air Ke dalam mulut
atau NGT pada saat lansia tersedak.
• Untuk pemberian makan baik oral/mulut maupun NGT
dianjurkan dengan posisi duduk atau minimal 45º dapat
dengan cara disangga bantal dengan posisi kepala tegak.
3. Membantu Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB)
Pada kondisi tertentu, lansia membutuhkan bantuan caregiver
untuk melakukan BAK dan BAB. Diantaranya pada lansia yang
mengalami masalah pergerakan, penurunan kesadaran, kelemahan
dan sebagainya, sehingga perlu menggunakan kateter, popok sekali
pakai, pispot, kursi komod atau pergi ke kamar mandi menggunakan
kursi roda.
Berikut adalah persiapan dan langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh caregiver pada saat membantu lansia BAK dan BAB
di tempat tidur. Peralatan dan bahan umum yang perlu disiapkan
adalah :
• Sarung tangan (bila tersedia)
• Air
• Kapas dibasahi air untuk cebok (kapas cebok)
• Baskom/ tempat menampung air
• Tisue Kering /Handuk bersih
• Perlak atau underpad
• Kantung sampah
Gambar underpad
Langkah 2:
o Mulai pejamkan mata nikmati ketenangan,
kemudian tarik nafas perlahan melalui hidung
tahan sebentar selanjutnya keluarkan melalui
mulut secara perlahan (usahakan saat
mengeluarkan nafas mulut membentuk huruf
O) usahakan konsentrasi dan nikmati aliran
udara yang masuk
dan keluar.
o Saat menarik napas, bayangkan udara
memasuki hidung dan masuk memenuhi rongga
dada.
o Rasakan perut mengembang diikuti oleh dada,
dan nikmati aliran udara yang masuk dan keluar.
o Lakukan berulang hingga Lansia atau caregiver
sudah merasa lebih tenang dan merasa nyaman.
Teknik relaksasi dengan pernafasan dalam ini bisa dilakukan
sehari-hari, untuk latihan bisa dilakukan dua kali dalam sehari
dan lakukan saat merasa stres.
2) Terapi Autogenik
Terapi autogenik merupakan suatu teknik untuk mengurangi
ketegangan dengan cara memberi sugesti kepada diri sendiri.
a) Persiapan
Terdapat tiga posisi dasar dalam melakukan relaksasi autogenik
yaitu duduk di kursi menyandar di atas kursi, atau berbaring.
Posisi tidur merupakan posisi tubuh terbaik melakukan relaksasi
autogenik:
o Sebaiknya dengan berbaring dilantai berkarpet atau tempat
tidur.
o Kedua tangan disamping tubuh dan telapak tangan
menghadap ke atas dan tungkai lurus sehingga tumit di
permukaan lantai.
o Bantal tipis diletakkan di bawah kepala atau lutut, dan
punggung lurus.
b) Konsentrasi
o Ketika pertama kali melakukan latihan ini, yang akan
dirasakan adalah pikiran menerawang ke hal-hal yang
tampaknya lebih penting.
o Yang dimaksud konsentrasi dalam latihan ini adalah pikiran
hanya disini dan untuk saat ini, terutama dalam keadaan
tubuh saat ini.
o Jika pada awalnya menemukan pikiran lain yang berusaha
mengalihkan pikiran tersebut, fokuskan kembali pikiran
pada konsentrasi tersebut.
2. Berbelanja
a) Tanyakan mengenai kebutuhan lansia yang ingin dibeli.
b) Tanyakan apakah lansia menginginkan untuk berbelanja
sendiri.
c) Apabila masih memungkinkan maka sedapat mungkin lansia
didampingi untuk berbelanja sendiri sesuai dengan kondisinya
misalnya mobilisasi dengan menggunakan tongkat atau
dengan kursi roda.
d) Perhatikan jarak dari tempat tinggal dengan tempat belanja
serta kondisi fisik lansia.
3. Menyiapkan makanan
a) Buat perencanaan menu bersama lansia sehingga jenis
makanan lebih sesuai dengan selera lansia.
b) Sedapat mungkin melibatkan lansia di dalam proses penyiapan
dan penyajian makanan sesuai dengan kemampuan dan
kondisinya.
4. Mengurus rumah
a) Pada lansia yang kondisi fisiknya masih memungkinkan, dapat
ditanyakan apakah lansia menginginkan terlibat dalam
mengurus rumah.
b) Bila sesuai dengan kondisi fisik dan keinginan lansia, maka
dapat dilibatkan dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang
ringan seperti mencuci piring, menyiangi sayuran yang akan
dimasak, merapihkan tempat tidur, dan sebagainya.
6. Menggunakan transportasi
a) Pada lansia yang memiliki tingkat ketergantungan sedang
kemungkinan masih dapat menggunakan tongkat atau kursi
roda menuju kendaraan yang telah disediakan untuk
transportasi, sedangkan pada lansia yang tingkat
ketergantungan berat atau total perlu bantuan penuh untuk
menuju kendaraan.
b) Caregiver sedapat mungkin membantu lansia dalam
memutuskan cara yang paling tepat untuk menuju kendaraan
dan melakukan transportasi ke tempat yang diinginkan sesuai
dengan kondisinya.
c) Pastikan lansia selalu didampingi dalam proses perpindahan
ketika naik atau turun kendaraan, sehingga selalu terjamin
keamanan dan kenyamanannya.
7. Menyiapkan dan meminum obat
a) Sediakan tempat penyimpanan obat-
obatan khusus milik lansia dengan
pemisahan setiap jenis obat. Letakkan di
tempat yang mudah dijangkau oleh lansia.
b) Bantu lansia untuk memilah-milah obat
sesuai dengan waktu meminum obat
setiap harinya, dan beri label tulisan yang
jelas. Dapat digunakan tempat obat yang
sudah memiliki sekat-sekat untuk
memilah obat.
c) Sediakan catatan pemantauan minum obat, sedapat mungkin
ajak lansia secara aktif berperan dalam penyiapan dan
pencatatan meminum obat sesuai dengan kondisinya.
8. Mengatur keuangan
a) Bantu lansia untuk melakukan pengaturan, penggunaan, dan
penyimpanan keuangan.
b) Sediakan buku catatan keuangan dan sedapat mungkin bantu
lansia untuk melakukan pencatatan sendiri sesuai dengan
kondisi fisik dan kemampuannya.
INGAT !!!
o Saat melakukan bantuan selalu libatkan orang lain dan minta
bantuan orang lain (anggota keluarga lain atau tetangga untuk
menghubungi petugas kesehatan sembari memberikan bantuan
pada Lansia)
o Simpan nomor darurat dimana semua orang dapat menemukannya
o Simpan kotak pertolongan pertama dan periksa isinya secara teratur
o Pastikan caregiver telah dilatih tentang pertolongan pertama
pada keadaan darurat
o Pemberian penanganan utama merupakan kewenangan petugas
kesehatan
Beberapa kondisi gawat darurat dan penanganan yang bisa dilakukan
caregiver :
1. Penurunan Kesadaran
Lansia dapat mengalami gangguan kesadaran dan terjadi secara
mendadak yang dapat disebabkan oleh payah jantung, serangan
jantung, infeksi paru-paru, infeksi saluran kemih, gula darah terlalu
rendah atau gula darah terlalu tinggi dan kadar garam terlalu rendah,
dsb. Bila Caregiver mendapati lansia mengalami penurunan
kesadaran/tidak sadarkan diri, sebaiknya lakukan hal berikut:
• Baringkan lansia tanpa alas bantal di kepala
• Naikkan bagian kaki dengan menambahkan ganjalan (bisa dengan
menggunakan bantal atau selimut yang digulung) sehingga posisi
mata kaki lebih tinggi dari dada lansia.
• Pastikan tidak ada sesuatu yang menutupi bagian hidung dan
tenggorokan lansia agar tetap dapat bernafas dan aliran udara
tetap masuk. Bila ada segera bersihkan.
Periksa apakah masih ada nafas dan
denyut jantung dengan meletakkan
tangan di atas dada lansia, dari hidung
terasa ada hembusan angin yang berasal
dari pernafasannya. Bila tidak ada
pernafasan, lakukan pernafasan buatan
dengan meniupkan udara pernafasan kita
ke lansia melalui mulut atau hidung.
• Jika lansia muntah maka miringkan badan dan kepala agar tidak
tersedak
• Sambil melakukan pertolongan, segera panggil orang lain agar
mencari pertolongan petugas kesehatan dan mencari ambulans
untuk bantuan lebih lanjut
• Tunggu hingga bantuan datang dan jangan memberikan makanan
atau minuman selama memberikan bantuan.
2. Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
karena adanya kontak dengan sumber panas misalnya api, terkena
air panas, tersentuh benda panas, akibat sengatan listrik, akibat
bahan kimia, dan sengatan matahari.
Tindakan yang harus diambil saat menangani luka bakar:
• Hentikan sumber pembakaran misalnya matikan
api, cabut arus listrik, dsb.
• Dinginkan area luka bakar atau melepuh selama
2-3 menit di bawah air mengalir atau rendam
dalam air dingin
• Tutup dengan kassa steril atau kain bersih yang
telah dibasahi dengan air
• Panggil bantuan petugas kesehatan atau rujuk ke rumah sakit
3. Patah Tulang
Patah tulang atau tulang yang retak dapat disebabkan oleh tekanan
atau benturan keras yang dapat mengakibatkan terjadinya retakan
atau hingga patah tulang, baik tertutup maupun terbuka. Berikut ini
merupakan tanda-tanda adanya patah tulang:
• Nyeri di tempat luka atau di sekitarnya
• Timbul bengkak atau benjolan
• Timbul memar
• Bentuk anggota tubuh tidak terlihat normal, dibandingkan
dengan anggota badan lain
• Pada patah tulang terbuka, dapat terjadi perdarahan
• Anggota tubuh yang terluka mengalami keterbatasan atau
tidak bisa bergerak
• Mungkin dapat timbul tanda-tanda syok (dada berdebar, bibir
dan mata pucat serta diikuti pingsan)
Jika caregiver mencurigai adanya patah tulang pada lansia,
lakukan langkah sebagai berikut :
• Memanggil anggota keluarga yang lain atau tetangga untuk
segera mencari bantuan petugas kesehatan
• Sementara orang lain sedang menghubungi petugas
kesehatan, caregiver dapat melakukan hal berikut:
o Berikan penyangga dan
cegah gerakan anggota
tubuh yang terluka
o Tutupi luka terbuka (bila
ada) dengan kassa
steril atau kain bersih
o Pertahankan area yang terluka dalam posisi yang paling
nyaman
o Mencegah pergerakan
anggota tubuh dengan
meletakkan gulungan
selimut atau bantal di
samping anggota
tubuh yang terluka
o Perhatikan apakah ada
tanda-tanda penurunan kesadaran. Lakukan rujukan ke
fasilitas kesehatan terdekat. Sebaiknya didampingi oleh
petugas kesehatan.
4. Perdarahan
a. Perdarahan kecil dan luka yang tidak dalam
• Bersihkan tangan caregiver dengan
sabun dan air, keringkan, gunakan
sarung tangan bila tersedia
• Bersihkan luka dan daerah sekitar
luka dengan air bersih, lalu keringkan
dengan kassa steril sambil ditekan
untuk menghentikan perdarahan
• Oleskan antiseptik, letakkan kassa
steril kering di atas luka.
• Balut luka dengan kassa steril,
gunakan plester
b. Perdarahan Hebat
• Bersihkan tangan dengan sabun
dan air lalu pakai sarung tangan
• Hentikan perdarahan dengan
membebat bagian yang terluka
sambil memberikan tekanan
selama sekitar 10 menit
• Jika perdarahan terjadi pada
anggota badan, baringkan lansia
dan angkat anggota badan yang terluka
• Balut dengan perban di atas kain pembebat, beri tekanan
lebih besar pada luka tetapi tidak terlalu ketat untuk
memungkinkan sirkulasi darah tetap terjadi
• Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat
• Jika terdapat bagian tubuh yang tertusuk benda besar,
JANGAN ambil bendanya. Berikan pengganjal di kanan dan
kiri benda tersebut, balut dengan perban tanpa memberikan
tekanan. Baru lakukan rujukan.
5. Syok
Syok disebabkan karena kegagalan jantung untuk memompa darah
sehingga aliran darah di dalam tubuh menjadi berkurang. Kondisi ini
dapat terjadi karena pendarahan hebat, kekurangan cairan yang
parah (dehidrasi) dan penyakit misalnya penyakit jantung. Tanda-
tanda syok, adalah sebagai berikut:
• Lansia terlihat pucat
• Kulit dingin dan lembab
• Bernafas cepat dan pendek
• Denyut nadi cepat dan lemah
• Dalam kasus lanjut, lansia bisa menjadi tidak sadar
1.
2.
3.
I. Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Pemanfaatan Tanaman
Obat Keluarga (TOGA) dan Akupresur
a. Pemanfaatan TOGA
Pada lansia sering ditemui ketidaknyamanan karena adanya
perubahan hormonal dan fungsi tubuh lain. Namun jika keluhan
ringan tersebut belum sampai mengganggu aktivitas sehari hari
dapat diupayakan perawatan melalui asuhan mandiri kesehatan
tradisional. Dalam penatalaksanaan asuhan mandiri kesehatan
tradisional pemanfaatan TOGA dan Akupresur tetap harus
DIDAHULUI dengan KONSULTASI pada tenaga kesehatan agar
tidak terjadi komplikasi atau perburukan kondisi kesehatan.
b. Akupresur
Kontraindikasi
Keadaan yang tidak dapat ditangani dengan akupresur:
• Gawat darurat
• Kasus yang perlu pembedahan
• Penggunaan obat pengencer darah/antikoagulan
• Diketahui ada kelainan pembekuan darah
Keluhan kesehatan ringan yang dapat ditanggulangi dengan
asuhan mandiri kesehatan tradisional pemanfaatan TOGA dan
Akupresur antara lain:
1) Susah Tidur
Untuk mengatasi sakit kepala dapat diberikan ramuan tradisional
sebagai berikut:
Bahan ramuan :
Biji pala 1/5 bagian
Madu 1 sendok makan
Air panas 1 cangkir
Cara Pembuatan :
1/5 bagian biji pala ditumbuk halus. Seduh dengan 1 cangkir air
hangat dan madu 1 sendok makan.
Cara Pemakaian :
Diminum 1-2 kali sehari dalam keadaaan hangat.
Akupresur :
Akupresur untuk mengatasi susah tidur dapat dilakukan dengan
pemijatan pada lokasi:
2) Sakit Kepala
Untuk mengatasi sakit kepala dapat diberikan ramuan tradisional
sebagai berikut:
Bahan ramuan:
Bawang putih 1 ruas ibu jari
Pegagan 1 jumput
Air 1 ½ gelas
Cara pembuatan :
Bawang putih dimemarkan, campurkan semua bahan kemudian
direbus dalam air mendidih selama 10-15 menit dengan api kecil.
Cara pemakaian :
Ramuan diminum 3 kali sehari, masing-masing 1/3 gelas.
Perhatian :
Hindari takaran yang berlebih. Tidak diperkenankan bagi yang
sedang mengkonsumsi obat pengencer darah, ibu hamil, dan
yang sensitif terhadap bawang putih.
Akupresur :
Akupresur untuk mengatasi sakit kepala dapat dilakukan dengan
pemijatan pada lokasi:
Di puncak bahu,
pertengahan antara
tengkuk dan pangkal
lengan
Di punggung tangan pada
tonjolan tertinggi ketika ibu
jari dan telunjuk dirapatkan
Bahan ramuan :
Daun landep ½ genggam
Kapur sirih ½ genggam
Air matang 2 sendok makan
Cara Pembuatan :
Daun landep dari jenis berbunga kuning ditumbuk halus dengan
kapur sirih, tambahkan air dan aduk sampai rata.
Cara Pemakaian :
Dilumurkan di bagian yang sakit 2 kali sehari.
Perhatian :
Hindari pemakaian pada kulit yang peka.
Akupresur
Akupresur untuk mengatasi kram otot tungkai dapat dilakukan
dengan pemijatan pada lokasi:
Di lekukan bagian
bawah otot betis.
4) Nyeri Pinggang
Nyeri pinggang adalah adalah kondisi yang ditandai dengan
ketengangan pada otot pinggang disertai rasa nyeri. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan penanganan tradisional
sederhana di rumah diantaranya:
Bahan ramuan:
Jahe merah 1 jempol
Sereh 2 batang
Gula merah 1 sendok makan
Garam seujung sendok teh
Air 2 gelas
Cara pembuatan :
Jahe dibakar dan memarkan, masukkan bersama sereh dalam air
mendidih. Tunggu 10 menit tambahkan gula merah serut dan garam,
aduk-aduk dan dinginkan
Cara pemakaian:
Minum 2 kali sehari
Akupresur
1. Identitas lansia
2. Riwayat kesehatan lansia
3. Keadaan kesehatan dan keluhan lansia
4. Catatan perkembangan kesehatan lansia
5. Pemantauan penggunaan obat
6. Rencana kunjungan Lansia ke dokter/fasilitas pelayanan kesehatan
atau sebaliknya
7. Mengumpulkan informasi: informasi kontak dokter lain, Kartu BPJS
Jika Lansia sudah memiliki Buku Kesehatan Lanjut Usia, data-
data hasil pelayanan yang didapatkan oleh Lansia dapat dicatat
seluruhnya di Buku tersebut. Buku kesehatan lansia merupakan alat
untuk pencatatan dalam rangka memantau dan mendeteksi secara dini
adanya gangguan atau masalah kesehatan pada pra lansia/lansia
sekaligus media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi pra
lansia/lansia, pengasuh, keluarga maupun masyarakat mengenai
kesehatan pra lansia/lansia.
Pada bagian-bagian tertentu dari Buku Kesehatan Lansia
disamping diisi oleh petugas kesehatan, ada pula yang harus diisi oleh
lansia/keluarga lansia/kader atau caregiver sebagai pendamping lansia.
Buku Kesehatan Lansia yang berisi catatan tentang keadaan lansia
tersebut harus dibawa serta ketika lansia akan berkunjung ke fasilitas
kesehatan untuk konsultasi dengan petugas kesehatan maupun untuk
memeriksakan kesehatannya.
Bagian Buku Kesehatan Lansia yang harus diisi oleh
Lansia/Keluarga/Kader atau caregiver adalah pada Bab 1, Bab 3,
dan Bab 5.
126 126
BAB V
PENUTUP
2 Mandiri
Bergerak dari kursi 0 Tidak mampu
roda ke tempat tidur
dan sebaliknya 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
(termasuk duduk di duduk (2 orang)
tempat tidur)
2 Mandiri
3 Mandiri
Berpakaian (termasuk 0 Tergantung orang lain
memasang tali
sepatu, 1 Sebagian dibantu
mengencangkan
sabuk) 2 Mandi
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Hasil tingkat kemandirian dapat dilihat dari skor yang diperoleh sbb:
Skor Modifikasi:
20 : Mandiiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan Ringan (B)
9 – 11 : Ketergantungan Sedang (B)
5–8 : Ketergantungan Berat ( C)
0–4 : Ketergantungan Total ( C )
LAMPIRAN 1b: FORMAT PENILAIAN AKTIVITAS INSTRUMENTAL
KEGIATAN SEHARI-HARI (AIKS)
Skor Hasil
Dapat menggunakan telepon
Mengoperasikan telepon sendiri dan mencari dan menghubungi 1
nomor
Menghubungi beberapa nomor yang diketahui 1
Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi 1
Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali 0
Mampu pergi ke suatu tempat
Berpergian sendiri menggunakan kendaraan umum atau menyetir 1
sendiri
Mengatur perjalanan sendiri 1
Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada yang menyertai 0
Tidak melakukan perjalanan sama sekali 0
Dapat berbelanja
Mengatur semua kebutuhan belanja sendiri 1
Perlu bantuan untuk mengantar belanja 0
Sama sekali tidak mampu belanja 0
Dapat menyiapkan makanan
Merencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan makanan 1
Menyiapkan makanan jika sudah tersedia bahan makanan 0
Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang cukup 0
Perlu disiapkan dan dilayani 0
Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang 1
Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan tempat tidur, 1
mencuci piring)
Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hari 1
Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah 0
Dapat mencuci pakaian
Mencuci semua pakaian sendiri 1
Mencuci pakaian yang kecil 1
Semua pakaian dicuci oleh orang lain 0
Dapat mengatur obat - obatan
Meminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa bantuan 1
Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
Dapat mengatur keuangan
Mengatur masalah finansial (tagihan, pergi ke bank) 1
Mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi perlu bantuan untuk ke bank 1
untuk transaksi penting
Tidak mampu mengambil keputusan finansial atau memegang uang 0
Total
Skoring AIKS/IADL
Dikerjakan oleh orang lain 0
Perlu bantuan sepanjang waktu 1
Perlu bantuan sesekali 2
Independen/mandiri 3-8
131
Lampiran 2. Contoh Check list kegiatan Lansia di rumah dan
di Panti
Nama :
Usia :
05.30 Membantu
Lansia mandi
pagi
06.00 Menemani
Lansia berolah
raga
07.00 Sarapan
bersama
Lansia
…. ….
…. ….
132 132
DAFTAR RUJUKAN
TIM PENYUSUN
Dr. Kirana Pritasari, MQIH (Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat), dr. Eni Gustina,
MPH (Direktur Kesehatan Keluarga); Nurlina Supartini, S.Kp, MPH (Subdit Kesehatan
Lanjut Usia); Dr. dr. C Heriawan Soejono (RSCM FKUI ), dr Wanarani Alwin Sp.KFR –K
(FK UI), Dr.dr.Martina Wiwie SpKJ(K) (FKUI RSCM), Prof. Tri Budi W Rahardjo (CeFAS
URINDO), dr. Dyah Elvyenningsih, SpKK (KSDGI), Shintha Silaswati, SKp, MSc
(PPNI), dr Wira Hartiti, M.Epid (Subdit Kesehatan Lanjut Usia) ; Wahyuni Khaulah,
SKM, M.Kes (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), drg. Made Muryani T, MA (Pusrengun
BPPSDMK), drg. Noor Setyawati,MM (Dit P2MKJN), Dhito Pemi Aprianto, S, Kep (Dit
Kesjaor), Evasari Ginting, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi), Herwijati Anita, MP
(Kemensos RI), drg Wahyu P Wulan (PADK), dr. Muh. Danial Umar, SpKJ, M.Kes (Dit.
P2MKJN), dr Tuti Asnawi (PADK), dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK (K)
(FKUI RSCM), dr. Lily Indriani Octovia, MT,M.Gizi. Sp.GK (FKUI RSCM), Ummi Malikal,
Ns. S.Kep (STW Ria Pembangunan), Roma Tao Toba, MR (PPNI), Sri Nurhayati, SKM
(Dit. Gizi Masyarakat), dr. SavaartHutagalung, MARS (Subdit Kesehatan Lanjut Usia);
Elmy Ridang Turhayati, SKM, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia); dr Farsely
Mranani, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia); dr. Florentine Marthatilova (Subdit
Kesehatan Lanjut Usia); Ingrat Padmosari, SKM, M.Epid (Subdit Kesehatan Lanjut
Usia); Yunita Safitri, S.Kep, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), M.Yusron Fejri (Dit.
P2PTM), R Danu Ramadityo ( Dit Promkes dan PM), Evi Firna (Dit. Gizi Masyarakat),
Cempaka (Dit. Yankestrad), Hemiliana Dwi Putri (BKKBN), Nasriah (Dit. Yankestrad),
Fitri Astuti (Dit. Yankestrad), dr Ika Fitriana (Pergemi RSCM), Diah Wati (Dit. Kesling),
Henny Fatmawati, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi); Sandatina Arumm (Dit.
Yankes Primer), D Ajeng KW (ASDI), Fitri Hudayani (ASDI), Renold Jimmy
(Kemensos), Wandasari S (Kemensos), dr. Edwinaditya Sekar Putri (PKC Senen),
Kusniarti (PKC Senen), Memey (PKC Senen ), Emmy Sjafriana (PKC Senen ), Nabila
Salsabila, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi), Dhini Agustin,M.Kesos (CAS UI),
Yuanita Rizky (Dit. Yankes Primer), Mina Febriani (Dit. Yankes Primer), Dewi Rani
(Kemensos), Eva Rini Ruslina (Dit. Gizi Masyarakat), Evi Fatimah (Dit. Gizi
Masyarakat), Nani H Widodo (Dit. Yankes Rujukan), Dwi D (Dit. Yankes Rujukan),
dr.Tantri Lestina (PKM Cilandak), Arie Meutia Nada, SKM (Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta), Yolmisatri (Dit. P2PTM), Enita Romasi (PKC Cilandak), dr Erna Lyana
(PKC Grogol), Nasriah Damayanthie (Dit. Yankestrad), Widati (BKKBN) Maryati
(Caregiver), Emmy S (Kader)
TIM SEKRETARIAT
Midyawati Ahmad, SKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), Abdul Muiz Soeharto,
S.Kom (Subdit Kesehatan Lanjut Usia).
136
136
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT KESEHATAN
KELUARGA
DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN
MASYARAKAT JL. HR. Rasuna Said Blok X-5
Kav. 4-9
Jakarta 12950
www.kemkes.g
o.id