Anda di halaman 1dari 67

Sosialisasi Panduan Praktis Untuk

Caregiver Dalam Perawatan Jangka


Panjang Bagi Lansia

dr. Elenora Wattimena


Kasie Kesga Gizi Dinkes Provinsi Maluku
Analisa Situasi
1
1
Kesehatan Lanjut Usia
INDONESIA MENUJU STRUKTUR PENDUDUK TUA
(PENUAAN POPULASI)
PIRAMIDA PENDUDUK , 2010-2035

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Sumber : Bappenas, dkk. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035

PROYEKSI PENDUDUK LANSIA TAHUN 2010-2035

3
UHH DAN HALE DI INDONESIA TAHUN 2017
Rasio ketergantungan penduduk tua semakin meningkat

tahun 2018 : 14,49%

5
6
Sumber: Balitbangkes, 2018
DEMENSIA

Dampak dari peningkatkan kasus penyakit tidak menular menyebabkan


terjadinya peningkatan kasus DEMENSIA.
Jumlah orang yang Demensia di dunia tahun 2015 sebesar 46.8 juta orang
dan akan terus meningkat menjadi 131.5 juta orang pada tahun 2050
Jumlah orang yang Demensia di Indonesia adalah 1,2 juta tahun 2015 dan
akan meningkat menjadi 4 juta tahun 2050.
Prevalensi Demensia di D.I.Yogyakarta : 20,1% (Survey Meter, 2016)
Sumber : Alzheimer Disease International (ADI) 7
CEDERA PADA LANSIA

Proporsi Cedera
pada Lansia
8.2%

Sumber : Riskesdas Tahun 2018


TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA

Sumber : Kemenkes, Riskesdas 2018


Sumber : Kemenkes, Riskesdas 2018

3,7% -- > sekitar 941.478 lansia Paling banyak menyebabkan tingkat


membutuhkan PJP ketergantungan sedang, berat dan total
TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DI INDONESIA

Sumber : Kemenkes, Riskesdas 2018


TINGKAT KETERGANTUNGAN LANSIA DI
INDONESIA (SEDANG, BERAT DAN TOTAL)

Sumber : Kemenkes, Riskesdas 2018


JAMINAN KESEHATAN LANSIA

24% dari Total Biaya


Klaim BPJS

Sumber : BPJS, 2017


 PBI : (19,74%)
 Non PBI : (19,19%)
 Jamkesda (14,03%)
 Asuransi Swasta (0,63%)
 Perusahaan : (1,22%)
Sumber : BPS, Susenas 2018
Sumber : BPS, SUSENAS Maret 2018
Kebijakan
2 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

14
REGULASI
Undang
Undang

UU NO 13 / 1998 UU NO 39 / 1999 UU NO 11 / 2009 UU NO 36 / 2009


Kesejahteraan Lansia HAM Kesejahteraan Sosial tentang Kesehatan

Permenkes No.75 Th.2014 Permenkes No.79 Th.2014 Penyelenggaraan


Peraturan Menteri

Pelayanan Geriatri
Pusat Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit
Kesehatan

Permenkes No.67 Th.2015 Penyelenggaraan Permenkes No.25 Th.2016


Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia Tahun
2016-2019
KEPMENKES

Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/144/2018


tentang
Pokja Kesehatan Lansia di Lingkungan Kemenkes

15
Terwujud :

Meningkatkan derajat kesehatan lansia


untuk mencapai Lansia yang sehat,
mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna
bagi keluarga dan masyarakat

Peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan


bagi lansia di fasyankes primer dan rujukan serta
pemberdayaan potensi lansia
16
3 Perawatan Jangka Panjang
Pada Lanjut Usia
PERAWATAN JANGKA PANJANG (PJP)

Definisi:
Sistem kegiatan-kegiatan terpadu yang dilakukan oleh caregiver informal atau
profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak sepenuhnya mampu
merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi kehidupannya, sesuai
dengan keinginannya, dan dengan kemungkinan terbesar memiliki kebebasan,
otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan pribadi serta kemanusiaan (WHO)
Home Care (terintegrasi dengan Perkesmas)

Pengertian :

Home Care adalah: bentuk pelayanan kesehatan komprehensif kepada lansia


yang bertujuan memandirikan lansia dan keluarganya yang dilakukan di
rumah dengan melibatkan lansia dan keluarga sebagai subyek untuk
berpartisipasi dalam kegiatan perawatan yang dilakukan oleh tim petugas
kesehatan puskesmas.
HOME CARE PJP >< HOME CARE PERKESMAS /PHN

Home Care /Home


Visit /Perkesmas WAHANA PJP

 Usia lain
Home Care Panti /
Residensial
 Lansia  Lansia
Non PJP PJP

 Lansia
PJP(non
petugas)

Nursing Home Transisional


Care / Sub
Acute Care
Manfaat PJP

Meningkatkan harga diri dan


kualitas hidup sehingga
merasa bermartabat

Mengurangi rasa sakit dan


mencegah kecelakaan

Meningkatkan hubungan &


Mencegah komplikasi penyakit
ketahanan keluarga atau disabilitas

Mengurangi beban Mempertahankan tingkat


keluarga kemandirian dan mengurangi
ketergantungan

BAGI KELUARGA BAGI LANSIA


INDIKASI LANSIA YANG PERLU PJP
Penilaian untuk menentukan klien PJP menggunakan instrumen P3G
(Pengkajian Paripurna pasien Geriarti) oleh tim yang dipimpin seorang
dokter
PRINSIP PERAWATAN JANGKA PANJANG
1. Prinsip Holistik 2. Prinsip Continuum of Care
Pelayananan yang berkesinambungan dari pelayanan
PJP yang berbasis komunitas ke pelayanan berbasis
A. Aspek Fisik B. Aspek
rumah sakit dan sebaliknya.
• Tingkat Psikologis
Kemandirian • Depresi
• Sindrom • Demensia
geriatri (14i) • Gangguan
cemas
C. Aspek Sosial D. Aspek Spiritual
Budaya
• Kemiskinan
• Kekerasan
• Kesepian
PELAKSANAAN PJP
a. Pelaksanaan di tingkat Puskesmas
• Puskesmas Melakukan tahap-tahap penyelenggaraan sesuai pedoman

Pencatatan dan
Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan

• Pengumpulan data Menggunakan


• Bentuk Tim • Sosialisasi & Format PP
advokasi PJP
• Identifikasi masalah Yang sudah ada
• Identifikasi sasaran • Identifikasi mitra
kerja dan bangun
• Menetapkan sasaran kemitraan
PELAKSANAAN PJP
b. Pelaksanaan di Tingkat Individu  berfokus pada
kebutuhan lansia
Petugas pemberi layanan melakukan:

Perencanaan Pelaksanaan

• Bentuk Tim • Kebutuhan lansia


(P3G)
• Pengkajian
• Perubahan kebutuhan
• Membuat rencana Lansia
kegiatan
• Pilihan pribadi Lansia

Yan sosial,
Yan Kes
Langkah-langkah P3G Yan Medis
Yan
Keperawatan lainnya
mental,
spiritual
C. MEKANISME PELAKSANAAN PJP
GAMBARAN WAHANA PJP DI INDONESIA

Panti / Residensial
Home Care Tempat /
Ditujukan untuk masyarakat
Sesuai budaya Indonesia yang Wahana
yang memiliki ketidakmampuan
masih mempertahankan model PJP secara finansial atau tidak
keluarga besar (extended mampu dalam merawat lansia
family).

Nursing Home Transitional Care / Sub


Untuk Lansia yang memiliki acute Care
ketergantungan berat hingga
total dan menyediakan Sebagai fasilitas transisi
fasilitas perawatan antara RS dengan
profesional dari tenaga perawatan di keluarga
kesehatan
TEMPAT/WAHANA PELAKSANAAN PJP
Layanan pemenuhan kebutuhan sehari2 oleh caregiver kepada klien PJP yang
tinggal di rumahnya sendiri/bersama keluarga
untuk meningkatkan dan mempertahankan kemandirian serta
mencegah komplikasi, meningkatkan kemampuan perawatan sehari 2 dan
meningkatkan kemandirian keluarga

Pelayanan yang menyediakan tempat tinggal dengan tambahan lingkungan yang


mendukung, pemberian obat harian dan pemenuhan kebutuhan sehari2 untuk
meningkatkan dan mempertahankan kemandirian serta mencegah komplikasi,
Tempat/ meningkatkan kemampuan klien dalam perawatan sehari2
Wahana
PJP Fasyan khusus medis dan perawatan profesional serta pemenuhan kebutuhan
sehari2 dalam lingkungan yang dibuat menyerupai suasana rumah untuk
memberikan yan keperawatan & sos serta penyediaan bantuan pemenuhan
kebutuhan sehari2 -- yanmedis jika diperlukan melalui kunjungan tenaga medis
maupun rujukan ke pelayanan yg lebih komprehensif.

Layanan substitusi setelah pasien keluar dari rumah sakit yang membutuhkan
pelayanan medis tertentu dan belum dapat dirawat oleh keluarga untuk
Memberikan perawatan post episode akut di rumah sakit akan tetapi belum bisa
dipulangkan ke rumah untuk dirawat keluarga
Home care Agar Lansia merasa lebih nyaman
perlu didorong menjadi menjalani perawatan ditengah
keluarga
wahana PJP yg utama

Sehingga keluarga sebagai care


giver harus dibekali pengetahuan
tentang perawatan sehari-hari pada
lansia
Untuk mendukung pelayanan PJP bagi Lansia
dikembangkan PEDOMAN
dilengkapi dengan Panduan Praktis Untuk
Caregiver dalam PJP bagi Lansia

Sasaran: Sasaran: Care giver


Petugas di Puskesmas (Keluarga, Relawan, Kader)
Peran Puskesmas dalam Pembinaan dan
Pengawasan PJP

Dilakukan secara berjenjang sesuai kewenangan masing2


EVALUASI KEGIATAN

• Manajemen Pelayanan PJP

PERENCANAAN KONDISI YANG DICAPAI

Membandingkan
EVALUASI KEGIATAN
• Pelayanan PJP secara Individual

PERENCANAAN KONDISI YANG Mengacu


DICAPAI Instrumen P3G

Membandingkan
Jejaring dan Kemitraan di Tk Puskesmas
HARAPAN DALAM PENGEMBANGAN
PJP LANSIA DI INDONESIA

Perlu mulai membangun sistem pembiayaan khusus untuk PJP lansia

Mengoptimalkan peran swasta dalam membangun jejaring / wahana


PJP di indonesia, termasuk peningkatan kapasitas caregiver

Mengoptimal dan meningkatkan koordinasi peran lintas sektor dalam


membangun pelayanan PJP yang terintegrasi

Meningkatkan awareness masyarakat tentang demensia, dengan


melibatkan LSM dan swasta

Membangun sistem informasi PJP yang berbasis IT terintegrasi


DAERAH MODEL PJP TAHUN 2018-2019

Bengkulu :
Kab Rejang Lebong dan
Kab Bengkulu Utara

DIY : BABEL :
Kota Yogya dan Kab bangka dan
Kab Sleman bangka selatan

BALI :
JABAR :
Kota Denpasar
Kab Majalengka
dan Kab
dan Kab Banjar
tabanan

DKI JAKARTA :
Jakarta Pusat dan
Jakarta Timur
4 SPM KESEHATAN LANJUT USIA
SPM PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

Lingkup pelayanan sesuai standar :


Setiap warga negara Indonesia usia 60
tahun ke atas mendapatkan pelayanan 1.Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
kesehatan usia lanjut sesuai standar 2.Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak
menular :
a. Pengukuran TB, BB dan Lingkar Perut
b. Pengukuran tekanan darah.
c. Pengukuran gula darah
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota d. Pengukuran kadar kolesterol dalam darah
wajib memberikan pelayanan kesehatan e. Pemeriksaan gangguan mental
Sesuai Standar pada warga negara usia
f. Pemeriksaan gangguan kognitif
60 tahun ke atas di wilayah kerjanya
minimal 1 kali dalam kurun waktu satu g. Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut
tahun. h. Anamnesa Perilaku berisiko

Target : 100% Tindak lanjut hasil skrining :


• Melakukan rujukan jika diperlukan
• Memberikan penyuluhan kesehatan 40
Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Skrining Faktor Risiko

KOMPONEN P3G
a. Anamnesis
b. Status Fisik
c. Status fungsional,
- Activity Daliy Living (ADL) dari barthel,
- Instrumen Activities of Daily Living (IADL) Lawton
- Risiko Jatuh Pasien Lansia
d. Status mental
- Geriatric Depression Scale (GDS)
e. Status kognitif
• Abbreviated Mental Test (AMT)
• Mini Cog dan clock drawing test (CDT4)
• Mini Mental State Examination (MMSE)
f. Status Nutrisi
- Mini Nutritional Assessment (MNA)
g. Status Sosial Ekonomi
Meliputi keluarga, lingkungan fisik, masyarakat sekitar, ekonomi dan aspek hukum yang dapat terkait dengan pasien lanjut usia.
Anamnesa Perilaku Berisiko

Menggunakan Buku Kesehatan Lansia


5 PENCATATAN DAN PELAPORAN
FORM LAPORAN (Poksila) (1)
FORMAT PENCATATAN DAN PELAPORAN KESEHATAN LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA
POSYANDU :
DESA/KELURAHAN :
PUSKESMAS :
KECAMATAN :
BULAN :

Jml Kasus
Umur Kegiatan sehari-hari Hasil pemeriksaan Pengobatan
Kunjungan Konseling Penyulu Pemberda
No Nama Lansia 45-59 60-69 > 70 Kemandirian Ggn IMT Tek. Darah Hb Kolesterol Gula Darah Asam Urat yaan Ket.
Ggn Ggn Ggn Ggn han
Diobati Dirujuk B L S Lansia
B L L P L P L P A B C ME L N K T N R N K N T N T N T ginjal kognitif Penglihatan pendengaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

JUMLAH

Mengetahui
Penanggung jawab wilayah Ketua kader Posyandu ......

________________ ________________
PETUNJUK PENGISIAN
1 No Urut : Sudah jelas
2 Nama Lansia : Sudah jelas

3 Kunjungan B = Baru adalah pasien yang berkunjung untuk pertama


kali dalam tahun berjalan
L = lama adalah pasien yang berkung untuk yang kedua
dan seterusnya dalam tahun berjalan
Kunjungan berlaku untuk 1 tahun berjalan
4 Umur ditulis umur pada kolom yang sesuai dengan kelompok
umur lansia dan diberi tanda diberi tanda Laki2(L) atau
Perempuan (P)
PETUNJUK PENGISIAN
5. Kemandirian : Ditulis skor hasil sesuai dengan hasil pemeriksaan
dengan instrumen AKS / ADL dan dibelakangnya ditulis
sesuai kategori yaitu M, R, S, B, T pada kolom sesuai
kriteria skor

Kategori A: apabila lanjut usia masih mampu


melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari tanpa bantuan
sama sekali dari orang lain.
-- > Mandiri (skor ADL: 20) ditulis “hasil pemeriksaan
(M)”

Kategori B: apabila ada gangguan dalam melakukan


sendiri, hingga kadang-kadang perlu bantuan
- Ketergantungan Ringan (skor ADL: 12 – 19) ditulis
“hasil pemeriksaan (R)” atau
- Ketergantungan Sedang (skor ADL: 12-19 atau 9 –
11) ditulis “hasil pemeriksaan (S)”

Kategori C: apabila lanjut usia sama sekali tidak mampu


melakukankegiatan sehari-hari, sehinga sangat
tergantung
- Ketergantungan Berat (skor ADL : 5-8) ditulis
“hasil pemeriksaan (B)” atau
- Ketergantungan Total (skor ADL 0 – 4) ditulis
“hasil pemeriksaan (T)”
PETUNJUK PENGISIAN
6. Mental : Diisi hasil pemeriksaan status mental yang berhubungan
emosional dengan keadaan mental emosional, sesuai dengan
instrumen pemeriksaan status mental Geriatric
Depression Scale (GDS)

Tulis skor hasil pemeriksaan, dan selanjutnya:


‐ beri tanda (+) apabila ada dugaan gangguan mental
emosional : jumlah skor 5-9 menunjukkan
kemungkinan besar ada gangguan depresi atau skor ≥
10 menunjukkan ada gangguan depresi
‐ beri tanda (-) apabila tidak ada gangguan mental
emosional : jumlah skor 0-4
PETUNJUK PENGISIAN
Penilaian status gizi lansia dengan melakukan
7 I M T :
pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan untuk
L (lebih) menentukan IMT
IMT = BB/(TBxTB2)
N (normal)
K (kurang)
Disamping itu, dalam penentuan IMT, apabila Tinggi
Badan tidak memungkinkan bisa menggunakan panjang
depa atau tinggi lutut atau tinggi duduk

Diisi dengan nilai hasil pengukuran Berat Badan (kg)


dan Tinggi Badan (meter).

Kemudian hitung Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan


mencari titik temu antara garis bantu yang
menghubungkan berat badan yang sudah diukur dengan
tinggi badan.
Atau hitung IMT menggunakan rumus:

IMT =

Selanjutnya tulis juga hasil perhitungan IMT tersebut


beserta kode IMT
Nilai normal IMT untuk lanjut usia berkisar antara 18.5
– 25.
Hasil diisi pada kolom sesuai kriteria IMT
‐ (L) Lebih: bila titik temu terdapat pada daerah grafik
dengan warna merah (IMT lebih dari 25)
‐ (N) Normal: bila titik temu terdapat pada daerah grafik
dengan warna hijau (18,5 – 25)
‐ (K) Kurang: bila titik temu terdapat pada daerah grafik
dengan warna kuning (IMT kurang dari 18.5)

Pengisian dilakukan pada kolom sesuai bulan kunjungan


Contoh : 50/1,5
22,2
PETUNJUK PENGISIAN
8 Tekanan : Ukur tekanan darah dengan tensimeter digital atau
Darah tensimeter dan stetoskop
T (tinggi) Tuliskan angka hasil pemeriksaan pada kolom sesuai
N (normal) kriteria :
R (rendah) ‐ (T) Tinggi: bila salah satu dari sistole atau diastole,
atau keduanya di atas normal
‐ (N) Normal: bila sistole antara 100 -140 mmHg dan
diastole 70 – 95 mmHg
‐ (R) Rendah: bila sistole atau diastole dibawah normal

9 Hb : Tuliskan nilai/kadar hemoglobin hasil pemeriksaan pada


N (normal) kolom sesuai kriteria:
K (kurang) - (N) Normal: bila kadar hemoglobin 13 g% untuk pria
dan 12 g% untuk wanita
- (K) Kurang: bila kadar hemoglobin di bawah kadar
normal sesuai jenis kelamin
Contoh: pada kolom N ditulis 12

10 Kolesterol : Diperoleh dari hasil pemeriksaan kolesterol.


N (normal) Tuliskan nilai/kadar kolesterol hasil pemeriksaan pada
T (Tinggi) kolom sesuai kriteria :
- (N) Normal : bila kadar kolesterol total < 190 mg / dL
- (T) Tinggi : Bila kadar kolesterol total ≥ 190 mg / dL

Contoh : pada kolom N ditulis 165


11 Gula Darah : Diperoleh dari hasil pemeriksaan gula darah.
N (normal) Tuliskan nilai/kadar gula darah hasil pemeriksaan pada
T (Tinggi) kolom sesuai kriteria :
- (N) Normal : bila kadar gula darah sewaktu < 200
mg/dL
- (T) Tinggi : bila kadar gula darah sewaktu ≥ 200
mg/dL

Contoh : pada kolom N ditulis 188


PETUNJUK PENGISIAN
12 Asam Urat : Diperoleh dari hasil pemeriksaan asam urat.
N (normal) Tuliskan nilai/kadar asam urat hasil pemeriksaan pada
T (Tinggi) kolom sesuai kriteria :
- (N) Normal : bila kadar asam urat L (3.5 mg/dL – 7
mg/dL) dan P (2.6 mg/dL – 6.0 mg/dL )
- (T) Tinggi : bila kadar asam urat L > 7 mg/dL dan P >
6 mg/dL

Contoh : pada kolom N ditulis 4


13 Gangguan : Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik:
Ginjal - beri tanda (+) apabila ditemukan gejala gangguan
ginjal
- beri tanda (-) apabila tidak ditemukan gejala gangguan
ginjal
14 Gangguan : Diisi hasil pemeriksaan status kognitif lansia
Kognitif menggunakan instrumen Abbreviated Mental Test (AMT)
atau Mini Cog dan Clock Drawing Test (CDT4) atau Mini
Mental State Examination (MMSE)

Tulis kode jenis instrumen yang digunakan :


1. AMT*: Abbreviated Mental Test
2. CDT4* : Mini Cog dan Clock Drawing Test
3. MMSE* : Mini Mental State Examination

Kemudian tulis skor hasil pemeriksaan, dan selanjutnya:


‐ beri tanda (+) apabila ada penurunan fungsi kognitif
‐ beri tanda (-) apabila tidak ada penurunan fungsi
kognitif

* Penentuan nilai batas skor untuk (+) atau (-) dari


masing-masing instrumen adalah :
1. AMT :
- Skor 8-10 menunjukkan tidak ada gangguan
ingatan  (-)
- Skor 0 - 7 menunjukkan adanya gangguan ingatan
sedang dan berat  (+)

2. CDT4 :
‐ Dikatakan curiga fungsi kognitifnya menurun
(+) : apabila tidak dapat mengingat satu atau lebih
kata yang diberikan sebelumnya dan atau tidak
mampu menggambar jam dengan sempurna (skor
< 4)
‐ Kemungkinan fungsi kognitif dalam batas
normal (-) : Apabila dapat mengingat tiga kata
yang diberikan sebelumnya dan atau mampu
menggambar jam dengan sempurna (skor 4)

3. MMSE :
‐ (+ ) : Skor 0-10
fungsi kognitif global buruk, atau
skor 11-20: fungsi kognitif global sedang
‐ ( - ) : Skor 21 – 30
fungsi kognitif global masih relatif baik
contoh : AMT/7/+
PETUNJUK PENGISIAN
15 Gangguan : Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan
penglihatan ditemukan gangguan penglihatan (katarak, glaukoma,
presbiop dll)

- Beri tanda (+) : apabila ditemukan gangguan


penglihatan dan dituliskan jenis gangguannya
Selanjutnya dibelakangnya ditulis SK jika sudah
dikoreksi atau BK jika belum dikoreksi
- Beri tanda (-) : apabila tidak ditemukan gangguan
penglihatan
Contoh : (+) gangguan refraksi (BK)

16 Gangguan : Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan


pendengaran ditemukan gangguan pendengaran
- Beri tanda (+) : apabila terdapat keluhan sulit untuk
mendengar atau hasil tes pendengaran menunjukkan
adanya gangguan pendengaran.
Selanjutnya tuliskan (SK) jika sudah dikoreksi atau
(BK) jika belum dikoreksi
- Beri tanda (-) : apabila tidak ditemukan gangguan
pendengaran

17 Diobati : Beri tanda (+) atau (–) bila :


(+) : bila lanjut usia diobati
(-) : bila lanjut usia tidak diobati
18 Dirujuk : Beri tanda (+) atau (–) bila :
(+) : bila lanjut usia dirujuk ke tingkat pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi
(-) : bila lanjut usia tidak dirujuk/hanya sampai di
Puskesmas
PETUNJUK PENGISIAN
19 Konseling - Beri tanda (+) bila lansia diberikan konseling sesuai
dengan masalah kesehatannya pada sesuai kolom:
 B (Baru) : apabila konseling diberikan untuk kasus
baru
 L (Lama) : apabila konseling diberikan untuk kasus
lama
 S (Selesai) : apabila pasien sudah selesai diberikan
konseling untuk satu kasus

- Beri tanda (-) bila lansia tidak diberikan konseling


20 Penyuluhan ‐ Beri tanda (+): bila lansia mendapat penyuluhan, dan
tulis jenis penyuluhan yang diberikan
‐ Beri tanda (-): bila lansia tidak mendapat penyuluhan

Dan dibelakangnya dituliskan materi penyuluhan yang


disampaikan

Contoh : (+) Hipertensi

Note : pada bagian ini dapat juga dituliskan tentang


edukasi PHBS
PETUNJUK PENGISIAN
21 Pemberdayaan Pemberdayaan lansia dalam meningkatkan status
Lansia kesehatan keluarga atau masyarakat atau pemberdayaan
lansia dalam bidang lain yang difasilitasi oleh tenaga
Puskesmas

‐ Beri tanda (+): bila lansia dilakukan pemberdayaan


dalam meningkatkan kesehatan keluarga atau
masyarakat atau bidang lainnya. Kemudian, di bagian
belakang tuliskan jenis pemberdayaannya:
 IH : untuk kesehatan ibu hamil
 B : untuk kesehatan bayi dan anak balita
 R : untuk kesehatan anak usia sekolah dan remaja
 D : untuk kesehatan usia dewasa dan pra lansia
 L : untuk kesehatan lansia
 BL : bidang lainnya

‐ Beri tanda (-): bila lansia tidak dilakukan


pemberdayaan dalam meningkatkan kesehatan
keluarga atau masyarakat atau bidang lainnya
PETUNJUK PENGISIAN
22 Ket Apabila ada keterangan yang dirasa perlu untuk
ditambahkan

Pada bagian ini dapat juga diisi terkait :


- Anamnesa perilaku risiko (APR)
Ditulis : APR /+/tuliskan perilaku berisikonya : jika
dilakukan anamnesa perilaku berisiko dan APR /- :
jika tidak dilakukan
Contoh : APR / + / merokok

- Hasil pengukuran lingkar perut


Ditulis : LP/ hasil /kesimpulan :
(N) : jika hasil pemeriksaan lingkar perut Normal bagi
L (≤ 90 cm) dan P (≤ 80 cm)
(L) : jika hasil lebih besar dari nilai Normal

Contoh : LP / 85 / L
REGISTER KOHORT PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

Tgl Pemeriksaan
Umur* Status Fungsional
dan Lab
No Nama Alamat L/P

45-59 60-69 ≥ 70
1 2
tahun tahun tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9
REGISTER KOHORT PELAYANAN KESEHATAN LANSIA lanjutan
P3G
Penilaian Gangguan Gangguan Ganggunan
Gangguan
Tingkat Kemandirian Gangguan Risiko Penilaian Ginjal Penglihatan Pendengaran
Mental
(AKS/ADL)* Kognitif*) Malnutrisi Risiko Jatuh
Emosional
(MNA)

1 2
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
A B C A B C

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
REGISTER KOHORT PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA

Hb
Kolesterol (mg/dl) Gula Darah (mg/dl) Asam Urat (mg/dl)
(gr/dl)
Pemberdayaan Perawatan Jangka Panjang

1 2 1 2 1 2 1 2

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
REGISTER KOHORT PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
lanjutan
PEMERIKSAAN FISIK DAN TINDAKAN

Januari Februari …. dst


ma TD
BB/TB Lain-
BB/TB TD Lain- Tindakan Tgl (mm Tindakan
Tgl Penyuluhan (IMT) lain Penyuluhan
(IMT) (mmHg) lain Hg)
Tatalaksana K R Tatalaksana K R
2 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 53 54
REGISTER KOHORT PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
lanjutan

Anda mungkin juga menyukai