Anda di halaman 1dari 150

618.

97
Ind
P

PANDUAN PRAKTIS UNTUK CAREGIVER


DALAM PERAWATAN JANGKA PANJANG
BAGI LANJUT USIA

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA


DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2019
618.97 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Ind p
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat
Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia.
Jakarta :Kementerian Kesehatan RI. 2019

ISBN 978-602-416-524-6

1. JudulI. GERIATRICS
II. GERIATRICS NURSING III. GERIATRICS PSYCHIATRY
IV. COMMUNITY HEALTH SERVICES
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Panduan
Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia
ini dapat disusun.

Dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH), maka jumlah


lanjut usia (lansia) semakin lama semakin meningkat. Berbagai
konsekuensi dari kondisi tersebut perlu diantisipasi, diantaranya
kebutuhan akan perawatan jangka panjang (PJP) akibat menurunnya
tingkat kemandirian lansia yang ditimbulkan oleh proses menua dan
gangguan kesehatan.

Pada pelaksanaan PJP, caregiver/pendamping mempunyai peran


yang sangat penting dalam mendampingi dan membantu lansia untuk
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Karena itu caregiver perlu
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan perawatan
kepada lansia, agar kebutuhannya dapat terpenuhi, mencegah terjadinya
komplikasi, serta mempertahankan kualitas hidup lansia yang optimal,
sehingga diperlukan buku panduan praktis yang ringkas dan mudah
dipahami.

Buku Panduan ini ditujukan terutama bagi caregiver informal


(keluarga/kader/relawan) dalam memberikan pendampingan dan
bantuan kepada lansia dengan tingkat ketergantungan sedang-berat
hingga total yang menjalani PJP di rumah atau tempat tinggal lainnya.
Selain itu, buku ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas
Puskesmas dalam melakukan pembinaan, peningkatan pengetahuan

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Panduan
Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia
ini dapat disusun.

Dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH), maka jumlah


lanjut usia (lansia) semakin lama semakin meningkat. Berbagai
konsekuensi dari kondisi tersebut perlu diantisipasi, diantaranya
kebutuhan akan perawatan jangka panjang (PJP) akibat menurunnya
tingkat kemandirian lansia yang ditimbulkan oleh proses menua dan
gangguan kesehatan.

Pada pelaksanaan PJP, caregiver/pendamping mempunyai peran


yang sangat penting dalam mendampingi dan membantu lansia untuk
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Karena itu caregiver perlu
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan perawatan
kepada lansia, agar kebutuhannya dapat terpenuhi, mencegah terjadinya
komplikasi, serta mempertahankan kualitas hidup lansia yang optimal,
sehingga diperlukan buku panduan praktis yang ringkas dan mudah
dipahami.

Buku Panduan ini ditujukan terutama bagi caregiver informal


(keluarga/kader/relawan) dalam memberikan pendampingan dan
bantuan kepada lansia dengan tingkat ketergantungan sedang-berat
hingga total yang menjalani PJP di rumah atau tempat tinggal lainnya.
Selain itu, buku ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas
Puskesmas dalam melakukan pembinaan, peningkatan pengetahuan

i
dan kompetensi caregiver informal di komunitas, serta pada berbagai
wahana PJP di wilayah kerja Puskesmas.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah


berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Mudah-mudahan Buku
Panduan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Januari 2019


Direktur Kesehatan Keluarga

dr. Eni Gustina, MPH


NIP. 196308201994122003
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................... iii
Daftar Tabel......................................................................................................v
Daftar Lampiran...............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………….……………….. 1
B. Tujuan ……………………………………………………. 2
C. Sasaran ……………………………………………………. 2
BAB II PERAWATAN JANGKA PANJANG PADA LANSIA
A. Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia …................... 3
B. Pengelompokan Kondisi Lansia Berdasarkan
Tingkat Kemandirian ……..…………………………………... 3
C. Caregiver Lansia …………………………………………… 4
D. Pengertian dan Prinsip Perawatan Jangka Panjang ……... 6
E. Perawatan Secara Umum ……….………………….. 7
1. Pemeliharaan Kebersihan Diri ………………….. 10
2. Pencegahan Masalah Kesehatan Kulit …………. 19
3. Pemeliharaan Kebersihan dan Keamanan Lingkungan 20
4. Mempertahankan Tingkat Kemandirian Lansia ……… 25
5. Pajanan Sinar Matahari .........…………………… 39
6. Komunikasi …………………………………………... 39
7. Rekreasi …………………………………………… 43
8. Pemantauan Penggunaan Obat …………………. 45
9. Pelaksanaan Ibadah ………………………………….. 46
F. Perawatan Khusus Sesuai Masalah Yang Sering
Terjadi pada Lansia
1. Membantu Lansia yang Mengalami Gangguan Gerak 47
2. Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia 67

iii
3. Membantu Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air
Besar (BAB)...................................................................77
4. Menangani Gangguan Perilaku pada Lansia
dengan Pikun/Demensia................................................82
5. Pengelolaan Stres 86
G. Mendukung Lansia Mempertahankan Aktivitas
Instrumental Kehidupan Sehari-hari (AIKS)/
Activity Daily Living (IADL)..................................................95
H. Pertolongan Pertama Pada Keadaan Darurat.....................98
I. Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Pemanfaatan Tanaman
Obat Keluarga (TOGA) dan Akupresur.................................109
BAB III MERUJUK LANSIA KE FASILITAS KESEHATAN...............119
BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN.........................................122
BAB V PENUTUP...............................................................................127

LAMPIRAN.....................................................................................................128
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................133
KONTRIBUTOR.............................................................................................135
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Contoh Kegiatan Rekreasi dan Manfaatnya ………….... 44

Tabel 2 Contoh Format Pemantauan Pemberian Obat pada

Lansia ………………………………………………………. 45

Tabel 3 Contoh Menu Sehari ……………………………………… 70

Tabel 4 Hal-hal Yang Dapat Menimbulkan Stres ……………….. 87

Tabel 5 Gejala Stres berdasarkan Gejala Fisik, Mental dan

Perilaku ……………………………………………………. 88

Tabel 6 Contoh Format Ceck List Sederhana Untuk


Pemantauan Pekerjaan Sehari-hari Caregiver ……….. 122
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Format Penilaian Aktivitas Kegiatan Sehari-hari …… 128

Lampiran 1b Format Penilaian Aktivitas Instrumental Kegiatan

Sehari-hari ……………………………………………… 130

Lampiran 2 Contoh Check List Kegiatan Lansia di Rumah dan

di Panti ………………………………………………….. 131


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang
mengalami permasalahan fisik, fisiologis, mental, spiritual, ekonomi
dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada
lanjut usia (lansia) adalah masalah kesehatan akibat proses
kemunduran fungsi tubuh yang terjadi secara bertahap yang berujung
pada kerusakan jaringan atau organ. Adapun definisi lansia menurut
Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia,
adalah penduduk berusia di atas 60 tahun dimana mereka
merupakan salah satu kelompok berisiko yang membutuhkan
penanganan khusus.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas, 2018)


masalah kesehatan terbanyak yang dialami lansia adalah penyakit
tidak menular diantaranya tekanan darah tinggi (hipertensi),
peradangan sendi (osteoarthritis), kencing manis (diabetes
mellitus/DM), penyakit jantung, stroke, gagal ginjal menahun dan
kanker. Masalah kesehatan tersebut dapat menyebabkan
ketidakmampuan lansia dalam melakukan kegiatan dan memenuhi
kebutuhannya sehari-hari, sehingga membutuhkan perawatan jangka
panjang (PJP). Dalam pelaksanaan PJP, caregiver mempunyai peran
yang sangat penting dalam mendampingi dan membantu lansia untuk
melakukan kegiatan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu
penting bagi caregiver memiliki keterampilan khusus dalam
melakukan perawatan kepada lansia agar kebutuhannya dapat
terpenuhi, mencegah terjadinya komplikasi, serta mempertahankan

1
kualitas hidup lansia yang optimal. Sehingga dirasakan perlu untuk
menyusun suatu buku panduan praktis bagi caregiver.

B. Tujuan
Sebagai panduan bagi caregiver dalam melakukan PJP bagi
lansia, yang meliputi: perawatan umum bagi lansia, perawatan
khusus bagi lansia, penatalaksanaan masalah kesehatan lansia
dengan cara tradisional, penanganan pada keadaan darurat, merujuk
lansia, serta pencatatan dalam PJP.

C. Sasaran

Sasaran utama pengguna buku ini adalah caregiver informal


yaitu seorang pendamping lansia yang berasal dari anggota
keluarga, tetangga atau relawan/kader yang sehari-hari memberikan
pendampingan dan bantuan kepada lansia yang mengalami
ketergantungan dalam melaksanakan kegiatan dan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Selain itu, dapat juga digunakan oleh
caregiver formal maupun petugas kesehatan atau pihak terkait
lainnya.
BAB II
PERAWATAN JANGKA PANJANG BAGI LANSIA

A. Pentingnya Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia


Lansia merupakan kelompok usia rentan dimana pada fase ini,
seseorang cenderung mengalami kemunduran fungsi baik fisik
maupun mental sehingga memerlukan bantuan untuk memenuhi
aktivitas kehidupan sehari-harinya. Adapun bantuan yang diberikan
harus spesifik dan sesuai agar dapat membantu lansia beraktivitas
dengan optimal, dan tidak menimbulkan keadaan yang lebih buruk
atau komplikasi. Untuk itu perawatan jangka panjang yang
berkualitas sangat penting dilakukan agar kualitas hidup lansia dapat
dipertahankan.

B. Pengelompokan Kondisi Lansia Berdasarkan Tingkat


Kemandirian
Penilaian tingkat kemandirian dilakukan oleh tenaga
kesehatan dengan menggunakan alat penilaian yang disebut Format
“Penilaian Aktifitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)” dan “Penilaian
Aktivitas Instrumental Kehidupan Sehari-hari (AIKS)”. Petugas
melakukan penilaian berdasarkan hasil wawancara terhadap lansia
dan caregiver serta hasil pengamatan secara langsung. Hasil
penilaian AKS dimaksud dikelompokkan sebagai berikut:
 Mandiri (A)
 Ketergantungan Ringan (B)
 Ketergantungan Sedang (B)
 Ketergantungan Berat (C)
 Ketergantungan Total (C)
Hasil penilaian AIKS dimaksud dikelompokkan sebagai berikut:
 Mandiri/tidak perlu bantuan
 Perlu bantuan
 Tidak dapat melakukan apa-apa
(Lihat pada lampiran 1a dan 1b)

Kondisi lansia yang membutuhkan PJP adalah berdasarkan penilaian


AKS dengan tingkat ketergantungan sedang (B), berat (C) dan total
(C), serta berdasarkan penilaian AIKS dengan hasil: perlu bantuan
dan tidak dapat melakukan apa-apa.

B. Caregiver Lansia
Yang dimaksud caregiver dalam panduan ini adalah caregiver
informal yaitu tenaga caregiver yang berasal dari keluarga, relawan,
dan kader yang memberikan bantuan dan pendampingan kepada
lansia. Tugas caregiver memberikan bantuan dalam aspek fisik,
mental, sosial budaya dan spiritual. Caregiver lansia harus
memiliki pengetahuan dasar tentang pendampingan dan pemberian
bantuan yang tepat untuk lansia yang membutuhkan PJP.
Seorang caregiver dapat berperan di dalam PJP bagi lansia
untuk: mengurangi ketergantungan, mengurangi keluhan lansia
akibat penyakit, mencegah komplikasi dan kecelakaan, dan
mempertahankan/meningkatkan kualitas hidup yang optimal dan
bermartabat hingga akhir hayatnya. Dalam hal pendampingan hingga
akhir hayat, tugas caregiver adalah memastikan agar seluruh proses
yang dihadapi pada akhir kehidupan sesuai dengan pilihan lansia,
seperti pendampingan spiritual sesuai dengan kepercayaannya
sehingga apa yang menjadi keinginan lansia dapat disampaikan
kepada keluarganya dan jika ada kesulitan dapat dicarikan alternatif
solusi bersama.
Pelajari jadwal harian caregiver untuk mengembangkan
rencana kegiatan secara rutin. Sesuaikan kegiatan rutin yang telah
disusun dengan kebiasaan lansia agar lebih koperatif/tidak terlalu
bingung. Kondisi lansia bisa berubah-ubah, sehingga perlu fleksibel
dan menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Pertimbangkan untuk
memanfaatkan layanan asuhan siang/daycare (jika ada), atau
dititipkan pada keluarga agar beban pendampingan tidak terlalu
berat, sehingga caregiver bisa beristirahat.
Rencanakan dan antisipasi hal-hal yang dapat terjadi sewaktu-
waktu, termasuk menyiapkan dokumen-dokumen penting yang
diperlukan untuk pembiayaan dan perawatan lebih lanjut, hingga
penyiapan akhir hayat.
Dalam melakukan perawatan pada lansia, caregiver tidak
dapat bekerja sendiri, namun perlu bekerjasama dengan anggota
keluarga lainnya, kader/relawan, dan berkonsultasi dengan tenaga
kesehatan khususnya dalam hal perawatan yang dapat dilakukan di
rumah atau tempat tinggal lainnya. Apabila menemukan kendala
dalam melakukan suatu tindakan perawatan pada lansia, diharapkan
dapat segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Selain itu
tenaga kesehatan di Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang
memiliki peranan selain sebagai pemberi layanan formal/profesional
juga membina caregiver di lapangan.
Dalam melakukan PJP, caregiver juga harus menjaga
kesehatan diri sendiri, termasuk kesehatan fisik dan mental, agar
lebih mampu merawat lansia dengan baik, mengingat memberikan
asuhan pada lansia merupakan pekerjaan yang membutuhkan
ketahanan fisik, ketelitian dan kesabaran.

Beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang caregiver


antara lain:
o Selalu menjaga kesehatan diri sendiri
o Luangkan waktu setiap hari untuk melakukan sesuatu untuk diri
sendiri seperti: membaca, mendengarkan musik dan tetap
melakukan komunikasi dengan orang-orang terdekat
o Konsumsi makanan sehat dan jangan melewatkan waktu makan
o Untuk caregiver dari anggota keluarga, sebaiknya anggota
keluarga lain harus dilibatkan dalam tugas pemberian perawatan.
o Tugas memberikan perawatan sewaktu-waktu dapat digantikan
oleh anggota keluarga lain/teman/tetangga agar caregiver dapat
beristirahat atau melakukan urusan pribadinya. Peralihan tugas
diberikan setelah pendampingan bersama kurang lebih selama
satu minggu.
o Dianjurkan secara rutin untuk menghadiri pertemuan/kegiatan
pada kelompok caregiver sehingga dapat berinteraksi dengan
sesama caregiver agar dapat bertukar informasi, saling
menyemangati dan terlepas dari rutinitas untuk sementara waktu.
o Caregiver juga perlu untuk mengembangkan diri, meningkatkan
kesejahteraan dan mendapatkan perlindungan sosial.

D. Pengertian dan Prinsip Perawatan Jangka Panjang (PJP)


PJP merupakan perawatan yang diberikan kepada lansia yang
memerlukan pertolongan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
sehari-hari yang disebabkan adanya ketidakmampuan baik secara
fisik maupun mental sehingga membutuhkan caregiver untuk
mendampingi dan membantu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Prinsip-prinsip Perawatan pada Lanjut Usia


Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada
lansia adalah:
1. Ikut memahami apa yang sedang dialami (empati): ikut
merasakan hal yang dialami atas dasar pengertian yang dalam,
namun tidak ikut berlarut dalam kondisi lansia.
2. Tidak merugikan: pelayanan pada lansia selalu didasarkan pada
keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari
tindakan yang menambah penderitaan.
3. Menghargai keputusan atas dirinya sendiri (otonomi): hak
untuk menentukan nasibnya dan mengemukakan keinginannya
sendiri oleh lansia.
4. Keadilan: memberikan perlakuan yang sama bagi semua.
5. Kesungguhan hati: suatu sikap dan perilaku yang didasari
dengan kasih sayang dan keikhlasan terhadap lansia yang
dilayani.

Prinsip-prinsip tersebut harus dijalankan untuk membantu


memenuhi kebutuhan lansia sehari-hari, baik sebagian maupun
keseluruhan dengan segala tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

E. Perawatan Secara Umum


1. Pemeliharaan kebersihan diri
Perawatan diri pada lansia adalah cara memelihara
kebersihan dan kesehatan yang bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman, meningkatkan kepercayaan/penampilan diri dan
meningkatkan kebersihan serta kesehatan.

Alat yang harus disediakan saat melakukan kebersihan diri


Peralatan yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan yang
biasa digunakan sehari-hari dan sesuai kondisi kesehatan lansia.
Peralatan umum:
a. Sabun yang mengandung pelembab atau sabun bayi
(hindari penggunaan sabun antiseptik)
b. Shampo bayi
c. Krim/ losion pelembab
d. Sikat dan pasta gigi
e. Baskom/ tempat air dua buah (satu untuk kontak dengan
sabun/ shampo dan satu lainnya untuk membilas)
f. Washlap/ handuk kecil minimal dua buah (satu untuk kontak
dengan sabun/ shampo dan satu untuk membilas)
g. Handuk besar dua buah (satu untuk mengeringkan dan satu
untuk menutup area yang belum dibersihkan)
h. Kassa
i. Tisu wajah
j. Sisir
k. Gunting kuku
l. Deodoran (bila perlu)
m. Penutup kepala (jika dibutuhkan)
n. Alas mandi yang anti air (apabila lansia tidak dapat beranjak
dari tempat tidur)
o. Handuk kecil (jika dibutuhkan)
p. Sampiran/penghalang apabila lansia tidak sendirian dalam 1
ruangan
q. Sprei pengganti apabila lansia dimandikan di tempat tidur
r. Bak/keranjang untuk baju kotor
s. Kantong sampah.

*) untuk membantu lansia merawat diri gunakan air hangat, air


terlalu dingin dan terlalu panas dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan masalah kesehatan kulit.

Untuk menjaga dan melindungi lansia dari masalah


kesehatan perhatikan hal-hal berikut :
1. Apabila lansia terkena kotoran, segera bersihkan
bagian yang terkena kotoran, kemudian keringkan
dan ganti pakaian yang kotor tanpa menunggu
jadwal mandi rutin.
2. Selalu ganti pakaian lansia apabila basah karena
dapat menyebabkan kedinginan.
3. Pilih pakaian yang berbahan katun, lembut dan
mudah menyerap keringat untuk mengurangi risiko
terjadinya masalah kesehatan kulit.
1. Pemeliharaan Kebersihan Diri
Jenis Cara melakukan perawatan
perawatan
Perawatan kulit Cara memandikan di tempat tidur adalah sebagai
berikut:
o Atur peralatan sesuai dengan urutan
pemakaian,
o Bantu lansia menggeser badannya ke tepi
tempat tidur,
o Angkat sedikit bagian kepala tempat tidur dan
singkirkan semua bantal yang ada,
o Bersihkan muka, telinga, dan leher. Pada
waktu membersihkan mata gosok dari bagian
dalam keluar, gunakan washlap/ handuk kecil
yang terpisah untuk masing-masing mata atau
jika tidak ada, bilas terlebih dahulu washlap/
handuk kecil sebelum digunakan untuk
mengusap bagian mata lainnya,
o Bersihkan dan keringkan lengan, ketiak, dan
tangan Menggunakan handuk kering,
dahulukan sisi yang jauh dari caregiver,
o Bersihkan dada dan perut termasuk daerah
paha, tekuk lutut dan bersihkan tungkai bawah
dengan sabun berpelembab dan washlap
basah kemudian keringkan dengan handuk
kering,
o Untuk membersihkan kaki dan sela-sela jari
kaki gunakan washlap basah atau untuk lansia
yang masih bisa duduk, kaki dimasukkan ke
dalam baskom dengan hati-hati kemudian kaki
dibersihkan dan keringkan dengan handuk
kering,
o Miringkan
lansia dan
geser ke tepi
tempat tidur,
o Letakkan
handuk di sisi
punggung dan
buka selimut
mandi hingga
punggung
terbuka,
bersihkan
tengkuk, bahu,
punggung,
pantat dan
bagian atas
paha,
o Telentangkan
kembali,
o Bersihkan
daerah
kemaluan. Jika
lansia dapat
melakukan
sendiri,
sediakan air,
sabun, dan
handuk di
tempat yang
mudah
dijangkau,
(lihat
pembahasan
perawatan
alat kelamin
dan
sekitarnya
pada hal. 18)
o Setelah selesai
dimandikan dan
dikeringkan
oleskan krim/
losion
berpelembab ke
seluruh tubuh.
Tunggu
beberapa saat,
kemudian bantu
mengenakan
pakaian
kembali,
o Sisir rambut dan
rapihkan tempat
tidur,
o Ajaklah lansia
bekerjasama
pada setiap
tahapan
sesuai dengan
kondisinya.
Perawatan Cara mencuci rambut di tempat tidur adalah sebagai
rambut berikut:
o Posisikan kepala lansia berada pada sisi atas
atau pinggir tempat tidur, ganjal bagian bawah
bahu lansia dengan bantal,
o Gulung perlak anti air membentuk setengah
lingkaran dengan ujung menjuntai ke ember
yang telah disiapkan di sisi tempat tidur
o Tempatkan gulungan perlak dibawah leher
lansia

o Tahap mencuci rambut:


 Sisirlah rambut terlebih dahulu,
 Keramas dengan menggunakan air
hangat dan shampo bayi,
 Pijit-pijit secara lembut kepala dengan jari-
jari tangan pada saat meratakan shampo,
 Bilas dan keringkan rambut secepat
mungkin dengan handuk kering,
 Sisir rambut dengan rapi,
 Jika lansia menggunakan penutup kepala,
pastikan rambut sudah kering sebelum
menggunakan penutup kepala.

Perawatan o Gunakan handuk kecil yang telah dibasahi air


mata hangat suam-suam kuku kemudian seka atau
usap mata dari bagian dalam ke luar,
kemudian keringkan dengan handuk kering,
o Apabila terjadi iritasi atau infeksi segera
konsultasikan pada tenaga kesehatan.

Bagi lansia yang menggunakan kacamata,


kacamata perlu dirawat dengan cara:
o Bersihkan kacamata dengan air hangat suam-
suam kuku dan kain lembut agar tidak
meninggalkan noda air,
o Bersihkan rangka kacamata yang kotor karena
keringat, rambut, debu, dan lain-lain,
o Keringkan kacamata dengan kain lembut yang
bersih dan lunak,
Perawatan Cara membersihkan telinga:
telinga o Bersihkan bagian terluar telinga (daun telinga)
dengan air hangat,
o Keringkan dengan handuk bersih dan lembut
agar tidak melukai kulit,
o Jangan membersihkan telinga dengan peniti
atau jepit rambut,
o Untuk kasus tertentu apabila kotoran susah di
keluarkan hindari memaksa atau
menggunakan alat bantu lain, segera hubungi
petugas kesehatan.
Perawatan o Denguskan udara keluar lubang hidung pelan-
hidung pelan,
o Waktu mendenguskan hidung, kedua lubang
hidung harus terbuka,
o Jangan memasukkan air dan benda apapun
ke dalam lubang hidung,
o Segera lap dengan air dan kemudian
keringkan dengan tisu wajah.
Perawatan Hal yang perlu diperhatikan :
mulut dan gigi o Cara menyikat gigi yang baik dan benar serta
waktu menyikat gigi,
o Hindari makanan yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut, misalnya makanan
yang lengket (contoh: dodol, dll), terlalu manis,
terlalu panas, terlalu dingin dan terlalu asam,
o Paling sedikit menyikat gigi sehari dua kali,
yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur.
Cara menyikat gigi yang baik dan benar

a. Menyikat mulai dari bagian atas dan bawah


gigi
b. Bagian dalam dan bagian belakang gigi
c. Bagian dalam dan bagian luar gigi
d. Bagian geraham (gigi paling belakang)
e. Bagian lidah dari dalam ke luar (pangkal
ke ujung)
Demikian juga halnya dengan lansia yang
menggunakan gigi palsu, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan gigi palsu antara lain:

o Untuk lansia yang sudah tidak memiliki gigi,


bersihkan gusi dan rongga mulut dengan
kassa yang sudah dibasahi dengan air.
o Bersihkan gigi palsu dengan cara:
 Cuci gigi palsu pada air mengalir atau jika sulit
siapkan baskom untuk menampung air,

 Gunakan sikat gigi dengan pasta gigi untuk


membersihkan gigi palsu,
 Rendam dalam wadah bersih berisi air setelah
dibersihkan,

 Bilas saat akan digunakan kembali,


 Berkumur sebelum memakai gigi palsu,
 Lepaskan gigi palsu sebelum tidur,
 Jangan letakkan gigi palsu di atas washtafel
karena khawatir akan jatuh.
Catatan:
Untuk lansia yang hanya dapat berbaring, tetap
lakukan perawatan kebersihan mulut dan gigi,
posisikan setengah duduk dengan mengganjal
dengan bantal, gunakan kassa yang sebelumnya
telah dibasahi. Hindari menggunakan air
secara langsung untuk menghindari risiko
tersedak.

Perawatan Cara memotong kuku yang baik:


kuku o Rendam kaki dan tangan dengan air hangat
agar kuku lebih lunak dan mudah dipotong,
o Memotong kuku jangan terlalu pendek dan
jangan terlalu melengkung ke dalam
terutama untuk penderita kencing manis
o Bila kuku retak atau terkelupas oleskan krim/
losion berpelembab.
Perawatan kaki Hal-hal yang perlu diperhatikan:
o Jika kaki suka berkeringat, seringlah dicuci
dan keringkan,
o Gunakan ukuran sepatu yang sesuai, sol
sepatu yang lentur dan tidak licin,
o Gunakan kaos kaki yang terbuat dari bahan
katun,
o selalu gunakan alas kaki yang tertutup agar
terlindung dari benda tajam, terutama untuk
lansia yang menderita kencing manis,

Penggunaan alas kaki yang tidak sesuai


khususnya pada lansia yang mengalami masalah
kesehatan kencing manis dapat menyebabkan
kemerahan akibat adanya penekanan yang
berlebihan.
Perawatan alat Cara membersihkan alat kelamin:
kelamin dan o Siapkan sabun berpelembab dan air hangat,
sekitarnya o Pasang pispot senyaman mungkin,
o Siram dengan air dan cuci daerah alat kelamin
dan sekitarnya dengan sabun kemudian bilas
dengan air,
o Arah membersihkan alat kelamin:
 Laki-laki: dari ujung kemaluan ke arah pangkal
kemaluan hingga anus,
 Wanita: dari arah atas ke bawah, meliputi bibir
dalam dan luar kemaluan hingga anus.
o Keringkan dengan handuk bersih
o Apabila lansia masih mampu dan berkeinginan
untuk membersihkan alat kelamin dan
sekitarnya secara mandiri, dapat diberikan
dengan air, sabun, dan washlap basah. Ganti
celana dalam setiap selesai mandi dan setiap
kali jika terkena kotoran/basah. Hindari
penggunaan tisu basah agar tidak terjadi
iritasi.
Ingat beberapa hal yang harus dilakukan saat membantu lansia merawat kebersihan diri:
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah membantu lansia
Gunakan masker/penutup hidung dan mulut
Mengikat rambut atau menggunakan penutup kepala agar tidak mengganggu pandangan d

2. Pencegahan masalah kesehatan kulit


Masalah kesehatan kulit yang paling sering timbul pada lansia
adalah kulit kering dan gatal. Masalah kulit kering dapat diakibatkan
oleh proses penuaan, efek samping obat-obatan, pajanan sinar
matahari yang berlebihan dan sebagainya. Beberapa cara untuk
mencegah terjadinya kulit kering, yaitu:

a. Pengaturan cairan tubuh:


 Asupan cairan 8 gelas/ hari atau sesuai dengan anjuran
dokter,
 Makanan mengandung banyak air,
b. Pada saat mandi agar diperhatikan:
 Hindari penggunaan air panas untuk mandi, cukup suam-suam
kuku,
 Gunakan sabun yang berpelembab dan tanpa parfum,
 Disarankan mandi tidak terlalu lama,
c. Perhatikan kondisi lingkungan lansia, cuaca terlalu dingin atau
panas dapat menyebabkan kulit kering,
d. Hindari penggunaan bedak karena membuat kulit bertambah
kering,
e. Paparan sinar matahari secukupnya dan dilakukan pada pagi hari.
Masalah gatal dapat ditimbulkan karena gigitan serangga, kulit
yang kering atau tidak diketahui penyebabnya. Penanganan
disesuaikan dengan penyebab gatal tersebut. Apabila gatal terjadi
karena gigitan nyamuk atau serangga, dapat diredakan dengan
menggunakan krim/ losion pelembab. Bila gatal tidak berkurang
atau diketahui penyebabnya dapat berkonsultasi kepada tenaga
kesehatan.
Untuk mengurangi terjadinya masalah kesehatan kulit yang
lebih buruk agar diperhatikan:
 Cegah lansia menggaruk kulit,
 Pastikan kuku jari tangan lansia dalam keadaan pendek dan bersih.

3. Pemeliharaan Kebersihan dan Keamanan Lingkungan


Tujuan menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan adalah
untuk mencegah timbulnya penyakit karena keadaan lansia yang
rentan, mencegah terjadinya kecelakaan, dan menjaga kesehatan
anggota keluarga yang lain.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam pemeliharaan kebersihan
adalah sebagai berikut:
1) Menjaga dan mempertahankan kebersihan dengan selalu
mencuci tangan menggunakan sabun,
2) Buang kotoran ke dalam kakus/ kloset; jika menggunakan
popok sekali pakai, setelah kotoran dibuang, bersihkan sisa
kotoran yang menempel pada popok kemudian bungkus popok
dalam kantong dan sebaiknya tidak dicampur dengan sampah
rumah tangga yang lain agar tidak dibongkar oleh binatang atau
manusia,
3) Selalu mengganti baju minimal setelah mandi pagi dan sore atau
jika berkeringat, serta handuk, sprei, selimut dan sarung bantal
guling minimal seminggu sekali atau segera jika terkena kotoran,
4) Bersihkan ruangan dan buang sampah setiap hari,
5) Buka jendela dan pintu ruangan setiap pagi agar udara berganti
dan usahakan agar sinar matahari masuk ruangan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan dan


kenyamanan lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Kamar lansia sebaiknya berada di lantai dasar dan mudah


dijangkau. Upayakan lansia untuk lebih banyak beraktivitas di
lantai dasar apabila hunian bertingkat dan dekat dengan ruang
yang sering digunakan, seperti toilet dan ruang makan.

2) Tinggi tempat tidur disesuaikan


dengan tinggi badan lansia
dan sebaiknya terdapat
pembatas di sisi tempat tidur
untuk mencegah jatuh.

3) Upayakan jalur yang dilalui oleh lansia aman dan dapat dilewati
kursi roda (bila lansia menggunakan kursi roda). Terdapat
pegangan pada dinding koridor/selasar, dengan tinggi yang sesuai
dengan lansia.
4) Lantai rata, mudah dibersihkan
tidak licin dan tidak banyak
perbedaan ketinggian. Jika
terdapat perbedaan tinggi lantai
(undakan), harus diberi warna ubin
yang berbeda atau mencolok agar
jelas terlihat, bila perlu diberikan
pegangan/ handrail di dinding.

5) Pastikan pencahayaan yang


Cukup terang di ruang keluarga,
kamar tidur, jalur antar ruangan
yang sering dilewati, toilet dan
dapur.

6) Usahakan terdapat aliran


udara/ventilasi dan sinar
matahari dapat memasuki
ruangan dengan baik, dan
hindarkan polusi udara dari dapur
atau lainnya.

7) Bila ada tangga, jarak dan


ketinggian anak tangga
disesuaikan, dan harus ada
pegangan/handrail di sisi tangga.
Selain itu usahakan agar ujung
anak tangga tidak terlalu tajam.
Sebaiknya lansia selalu didampingi
saat naik turun tangga.

8) Kamar mandi/WC/Toilet mempunyai lantai yang tidak licin,


menggunakan alas karet dan tidak timbul genangan (pastikan
tidak ada genangan sebelum dan sesudah menggunakan
Kamar mandi/WC). Sebaiknya menggunaka WC duduk,
terdapat pegangan di dinding kamar mandi/WC, dilengkapi
dengan bel, dan pintu membuka ke luar atau pintu geser.
sediakan tempat duduk di kamar mandi agar lansia bisa mandi
pada posisi duduk.
9) Kabel-kabel listrik ditata rapih dan direkatkan ke dinding/lantai
untuk menghindari tersandung.

Perabotan jangan terlalu banyak dan ditata dengan rapih agar


ruang gerak lebih bebas.

10) Perlengkapan dapur terutama yang tajam dan membahayakan,


seperti: pisau, dll, agar selalu disimpan di tempat yang tertutup
dan aman, serta pastikan kompor aman untuk menghindari
kebakaran. Sebaiknya dampingi lansia saat beraktifitas di dapur.
4. Mempertahankan Tingkat Kemandirian Lansia
Agar dapat mempertahankan tingkat kemandirian, libatkan
lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selalu beritahukan
kegiatan apa saja yang akan dilakukan setiap harinya dan tawarkan
kegiatan yang ingin dilakukan sendiri atau diberikan bantuan. Salah
satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam mempertahankan
kemandirian lansia adalah dengan melakukan aktivitas fisik dan
latihan fisik sesuai kemampuan secara teratur. Menentukan jenis
aktivitas fisik dan latihan fisik, perlu mempertimbangkan kemampuan
dan kondisi lansia. Sebaiknya diawali dengan konsultasi kepada
petugas kesehatan untuk menetapkan jenis aktivitas fisik dan latihan
fisik yang sesuai.
Selain itu lanjut usia juga bisa diberdayakan, misalnya lanjut
usia menggunakan hand phone (HP) untuk berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan lansia lainnya, menggunakan internet untuk
pengembangan diri, menggunakan komputer, dan lanjut usia sebagai
penasehat di keluarga dan lingkungannya.
Beberapa masalah yang sering terjadi pada kelompok lansia
antara lain penurunan kekuatan otot dan penurunan pergerakan
sendi. Untuk mengatasi kelemahan otot, lansia diharapkan secara
teratur melakukan aktivitas fisik dan latihan fisik ringan khususnya
untuk lansia dengan ketergantungan sedang (B) sesuai dengan
kemampuan dan keinginan.
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan oleh caregiver
dalam mendampingi lansia ketika melakukan aktivitas fisik yang
sederhana:
1) Melihat kembali jadwal aktivitas lansia yang sudah dibuat, bila
perlu kegiatan yang tidak penting dapat dihilangkan (perhatikan
anjuran tenaga kesehatan tentang aktivitas yang harus
dijadwalkan).
2) Mencatat alat-alat, bahan-bahan yang diperlukan dan orang-
orang yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan.
3) Membuat perencanaan aktivitas yang seimbang antara aktivitas
ringan dan aktivitas sedang untuk kurun waktu harian, mingguan
atau bulanan. Aktivitas ringan seperti berjalan kaki perlahan,
bermain catur dan sebagainya. Sedangkan untuk aktivitas
sedang, seperti pekerjaan rumah yang tidak terlalu berat
diantaranya mengelap meja, membersihkan sayuran, menyirami
tanaman atau hal lain. Untuk lansia dengan ketergantungan total
dapat dilakukan aktivitas fisik secara pasif yaitu dibantu oleh
caregiver, misalnya menggerakkan leher, tangan dan kaki serta
melatih gerakan jari jari tangan dan kaki.
4) Untuk mencegah kelelahan, masukkan periode istirahat dalam
suatu kegiatan.
5) Hindari beraktivitas secara terburu-buru karena akan
meningkatkan ketegangan dan kelelahan.
6) Memperhatikan postur dan kenyamanan posisi tubuh dalam
melaksanakan aktivitas.
7) Mengatur tempat penyimpanan alat-alat dan area tempat
beraktivitas dengan baik.
8) Mengatur pencahayaan dan menjauhkan benda-benda tajam
untuk menghindari risiko cidera.

INGAT!!!

Mulai latihan secara perlahan dengan gerakan yang ringan dan


ditingkatkan secara bertahap kemudian diakhiri secara bertahap

Selain aktivitas fisik dapat pula dilakukan latihan fisik yaitu


kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan atau memelihara
kebugaran tubuh, misalnya senam ringan, berjalan kaki, berenang,
dan sebagainya. Untuk latihan fisik pada lansia:
1) Latihan fisik dapat dilakukan 3-5 kali dalam satu minggu dengan
selang satu hari istirahat, lamanya minimal 20 menit per kali
latihan.
2) Latihan fisik yang teratur dilakukan secara bertahap. Jangan
dipaksakan apabila dirasakan tidak kuat. Mulai secara perlahan
dari hal-hal paling dasar, lalu tingkatkan apabila dirasa mampu
menguasainya.
3) Dapat dilakukan bersama sesama lansia untuk meningkatkan
motivasi.
4) Usahakan selalu dampingi lansia saat melakukan latihan fisik.

Di samping latihan fisik yang membutuhkan bantuan caregiver, dapat


pula dilakukan latihan secara mandiri oleh lansia, diantaranya latihan
pernafasan dan latihan pergerakan sendi.
Latihan pernafasan

Langkah langkah dalam melakukan latihan pernafasan:


1. Pastikan posisi nyaman bagi lansia (dapat dilakukan dengan
berdiri, duduk maupun berbaring),
2. Lansia menggunakan pakaian yang longgar sehingga tidak
mengganggu saat latihan pernafasan (karena saat latihan
pernafasan, dada dan perut akan mengembang dengan
maksimal),
3. Posisi santai dan kondisi lingkungan yang tenang,
4. Ambil nafas melalui hidung semampu dan semaksimal mungkin,
kemudian hembuskan perlahan melalui mulut dalam hitungan 10,
5. Ulangi hingga 4 – 5 kali dan lebih jika dirasa kurang.
Contoh latihan fisik yang dapat dilakukan secara mandiri oleh
lansia dengan ketergantungan sedang (B) dan ketergantungan
berat (C).
Gambar 1
Kedua tangan diletakkan di pinggang, dekatkan kepala
ke bahu kanan. Tahan selama 8 hitungan dalam 10
detik. Lakukan ke arah sebaliknya.

Gambar 2
Tangan kanan memegang bahu kiri, dan siku kanan
diangkat dengan tangan kiri dan didorong ke arah
belakang, sehingga otot lengan kanan belakang terasa
teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10 detik.
Lakukan pada lengan kiri.

Gambar 3
Lengan kanan ditekuk ke atas, tangan kanan memegang
punggung di belakang kepala. Tangan kiri memegang
siku kanan, ditarik ke arah kiri sehingga otot sayap
lengan kanan terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan
dalam 10 detik. Lakukan pada lengan kiri.

Gambar 4
Kedua tangan dirapatkan di depan dada, dorong ke
arah depan sampai lurus dan otot-otot lengan samping
terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10
detik.
Gambar 5
Kedua tangan dirapatkan di atas kepala, dorong ke atas
sampai lurus dan otot lengan samping terasa teregang.
Tahan selama 8 hitungan dalam 10 menit.

Gambar 6 (Apabila kondisi lansia memungkinkan)


Kedua lengan dilipat diletakkan di dinding, tempelkan
dahi pada kedua telapak tangan, ujung jari kaki kanan
menempel di dinding, tungkai kanan ditekuk, tungkai
kiri lurus ke belakang, sehingga otot-otot belakang
tungkai kiri teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam
10 detik. Lakukan pada kaki sebaliknya.

Keterangan: untuk gambar 1 s.d 5 dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, dan berbaring.

Beberapa contoh latihan fisik pasif (dilakukan dengan bantuan


caregiver) bagi lansia dengan ketergantungan berat dan total (C):

Gerakan Sendi bahu


Sambil berbaring,
tangan digerakkan ke atas
dan bawah

Sambil berbaring, tangan


digerakkan ke samping
dan kembali, setelah itu ke atas
dan kembali ke bawah
Putar lengan dalam lingkaran searah
jarum jam / berlawanan arah jarum jam

Gerakan Sendi Siku dan sendi pergelangan tangan

Sambil berbaring,
tekuk dan luruskan siku
Sambil berbaring, lengan dekat
dengan tubuh dengan siku bengkok -
balikkan telapak ke atas dan ke
bawah

Gerakan Jari tangan

Luruskan dan tekuk jari


secara perlahan satu persatu
hingga semua jari-jari
membuka dan menutup,
dapat juga digunakan bola
Gerakan sebaliknya:
Tekuk dan luruskan semua jari-jari

Gerakan Ibu Jari

Tekuk ibu jari ke pangkal yang kecil


Bengkokkan sendi jari untuk membuka kepalan tangan

 Tempatkan kedua tangan caregiver secara tumpang tindih pada tangan lansia, dengan satu
tangan menahan pergelangan tangan lansia.
 Secara perlahan tekuk sendi jari lansia, buka kepalan dan sendi jari yang ditekuk.
 Jangan gerakkan pergelangan tangan lansia.

Bengkokkan sendi kepalan tangan dan membuka sendi

 Tempatkan kedua tangan caregiver secara tumpang tindih pada tangan lansia, dengan satu
tangan menahan pergelangan tangan lansia.
 Secara perlahan tekuk sendi jari lansia secara perlahan sampai membentuk sebuah
kepalan
Satu persatu, tekuk ibu jari dan jari-jari lainnya ke pangkal yang
kecil, dimulai dengan membuka jari telunjuk dan jari tengah,
dilanjutkan dengan jari-jari yang lain.

Gerakan Sendi Pinggul dan lutut

Sambil berbaring – Tarik lutut ke arah dada lalu


luruskan kembali ke arah bawah
Sambil berbaring – Putar kedua lutut
sambil di tekuk perlahan searah dan
kemudian berlawanan arah jarum jam

Sambil berbaring – Gerakkan lutut


ke samping dan kembali
Gerakan Sendi Pergelangan Kaki

Sambil berbaring – Tekan kaki


ke arah atas dan bawah

Gerakan Jari Kaki

Sambil berbaring – Tekan dan luruskan jari


kaki ke arah atas dan bawah

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan


pergerakan pasif:
 Lakukan pada satu sendi dalam satu kali (8 hitungan)
 Selalu jaga persendian. Pegang seluruh anggota tubuh di atas
dan di bawah persendian. Sebisa mungkin sanggah/sokong
anggota tubuh.
 Lakukan gerakan secara mantap (tidak ragu ragu) namun lembut,
gerakkan persendian secara PERLAHAN. (Sebab jika
menggerakkan persendian secara cepat akan membuat
persendian menjadi kaku)
 Perhatikan ekspresi wajah lansia. JANGAN PAKSAKAN
SELURUH GERAKAN. Hal tersebut akan mengakibatkan
beberapa ketidaknyamanan, walaupun sebenarnya TIDAK
menyakitkan.
 Saat melakukan latihan fisik pasif, pastikan lansia dalam posisi
aman dan nyaman (pasang pembatas tempat tidur untuk
menghindari risiko terjatuh).

5. Pajanan Sinar Matahari


Selain melakukan aktivitas dan latihan fisik, hal lain yang perlu
diperhatikan adalah tercukupinya pajanan sinar matahari pada lansia
sehingga kebutuhan vitamin D yang sangat penting untuk
mempertahankan kepadatan tulang dapat terpenuhi. Untuk
mendapatkan pajanan sinar matahari, dapat dilakukan dengan
berjemur sekitar 15-30 menit pada rentang waktu pukul 07.00
sampai 10.00.

6. Komunikasi
Komunikasi harus dilakukan dengan baik, agar pesan ingin
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik.
a. Manfaat Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik akan menguntungkan dua belah pihak yaitu
caregiver maupun lansia, diantaranya:
o Membangun hubungan dan kepercayaan yang baik
o Meningkatkan hubungan baik dan saling memahami
o Mengurangi stres

b. Kerugian akibat komunikasi yang buruk


Komunikasi yang buruk akan merugikan caregiver maupun lansia
karena dapat menimbulkan:
o Kekesalan
o Frustrasi
o Kesalahpahaman dan perasaan negatif lainnya

c. Penyebab kesulitan dalam berkomunikasi:


1) Masalah fisik: misalnya kehilangan atau menurunnya
kemampuan mendengar, melihat, bicara, meraba, alat bantu
dengar tak berfungsi dengan baik, dll.
2) Masalah perilaku: misalnya masalah dalam sikap, persepsi
dan tindakan (dapat dipengaruhi oleh pola asuh, pendidikan,
budaya, kepercayaan, dll, atau gejala kepikunan).
3) Kemampuan berkomunikasi yang buruk
 Kurangnya kemampuan dalam menyampaikan pesan
termasuk bahasa, ucapan, nada, dan teknik ekspresi wajah
dan bahasa tubuh,
 Kurang mampu mendengarkan dan mengamati dengan
baik, serta menunjukkan bahwa pesan itu dipahami.
4) Masalah lingkungan: misalnya lingkungan yang bising.
d. Kiat melakukan komunikasi dengan lansia.
1) Secara umum:
o Gunakan metode komunikasi yang sesuai, misal: tanya
jawab/bahasa isyarat sederhana
o Bicaralah secara perlahan, jelas, dalam nada yang normal
o Fokuskan pada satu pembicaraan dan ulangi pesan jika
perlu
o Lakukan kontak mata dengan lansia dengan posisi sejajar
untuk menciptakan suasana yang nyaman sehingga lansia
lebih terbuka
o Mendengarkan dengan sabar dan berfokus pada apa yang
sebenarnya lansia sampaikan
o Konfirmasikan kembali pesan yang telah diterima dengan
meminta lansia mengulangi pesan yang disampaikan, atau
caregiver mengulangi pesan yang disampaikan lansia
o Beri dukungan lansia untuk menyampaikan kebutuhan,
pandangan, dan keinginan mereka, bersabarlah, dan beri
waktu lansia untuk menyampaikan hal tersebut
o Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh lansia (misal
penggunaan bahasa daerah)
2) Kiat berkomunikasi dengan lansia yang mengalami
masalah komunikasi:
o Periksa keadaan telinga apakah ada yang
menghalangi/menyumbat. Bila menggunakan alat bantu
dengar, pastikan dalam kondisi baik, dan terpasang
dengan benar.
o Lakukan kontak mata dengan lansia, gunakan kacamata
bagi lansia yang mengalami gangguan penglihatan. Kontak
mata sangat penting untuk komunikasi non verbal.
o Pastikan lansia dapat melihat gerakan bibir anda dengan
jelas (jangan melebih-lebihkan),
o Gunakan isyarat tubuh dan gerakan yang sesuai,
o Berbicara dengan jelas pada kecepatan normal tetapi
dengan nada yang lebih rendah,
o Bila perlu gunakan papan tulis/kertas untuk menuliskan
pesan/kode, gambar-gambar objek dan aktivitas yang
umum dibutuhkan seperti minuman dingin, minuman
panas, makanan, waktu, radio / televisi, sisir rambut, sikat
gigi, gelas, toilet dll. Dapat juga dibuat dalam bentuk kartu.
o Gunakan tanda dan gerakan, tunjukkan objek, ekspresi
wajah, dan tindakan fisik lainnya, misalnya menunjuk,
menggunakan gerakan mata, dll.
o Jangan pernah memperlakukan lansia yang tidak dapat
berbicara seolah-olah dia seorang anak atau seseorang
yang tidak memiliki kecerdasan.
o Penting untuk melibatkan lansia dalam percakapan dan
memberi mereka waktu untuk berkontribusi. Berbicara
dengan lansia tanpa memberi mereka waktu untuk
menjawab akan menghancurkan kepercayaan diri dan
membuat mereka menyerah untuk berusaha
mengemukakan keinginan dan pilihan mereka.
7. Rekreasi
Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan pada waktu luang
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang secara
fisik dan mental. Kegiatan rekreasi harus menyenangkan dan akan
lebih baik bila menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tujuan
rekreasi adalah untuk memelihara kesehatan fisik, mental dan
sosial. Buat jadwal rekreasi bersama lansia, jika memungkinkan
libatkan lansia dalam kelompok lansia yang ada di lingkungannya
agar terjadi komunikasi dan hubungan sosial antar lansia.

Manfaat rekreasi bagi kesehatan fisik, mental dan sosial:


o Menjaga kebugaran fisik
o Membantu mengurangi risiko terhadap beberapa penyakit
o Melepaskan ketegangan
o Kepuasan diri dalam keberhasilan melakukan suatu kegiatan
o Mendapatkan pengalaman dan pembelajaran yang baru
o Meningkatkan hubungan sosial dengan lingkungan
o Menghindarkan Lansia dari masalah kesehatan mental dan
hubungan sosial, seperti:
 Menarik diri dari pergaulan
 Kemurungan
 Ketakutan atau kekhawatiran berlebihan terhadap sesuatu
 Perilaku yang merusak, kemarahan, pertengkaran,
menghasut, dll.

Secara lebih terperinci, di bawah ini adalah contoh-contoh kegiatan


rekreasi dan manfaatnya:
Tabel 1. Contoh Kegiatan Rekreasi dan Manfaatnya

No Kegiatan Rekreasi Manfaat


1 Kegiatan Harian di Luar
Ruang - Melancarkan peredaran darah dan oksigen
- Berjalan kaki dengan dalam tubuh
olah raga pernafasan - Melemaskan pergerakan otot dan sendi
ringan - Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan
- Berbelanja dan melatih konsentrasi
- Berjalan-jalan di - Meningkatkan hubungan sosial.
Taman/Pantai/Kebun - Memperbaiki pola tidur
Binatang
- Dll
2 Kegiatan Harian di Dalam
Ruang - Mempertahankan fungsi indera penglihatan dan
- Menonton TV pendengaran
- Mendengarkan Radio - Meningkatkan/mempertahankan daya ingat dan
- Membaca kitab daya pikir tetap aktif
suci,majalah dll - Keterampilan gerakan otot halus
- Permainan monopoli, - Meningkatkan hubungan sosial
catur dan mengisi TTS - Mendapatkan informasi terkini
- Dll - Meningkatkan imajinasi

3 Hobi dan Kerajinan - Meningkatkan koordinasi mata dan tangan


Tangan - Meningkatkan/mempertahankan daya ingat dan
- Merias diri daya pikir
- Keterampilan/kerajinan - Meningkatkan gerakan otot halus
tangan seperti merajut, - Menjaga kebugaran diri
menyulam dll - Menunjukkan bakat, kemampuan dan kreativitas
- Melukis diri
- Berkebun/Merawat - Dapat menghasilkan tambahan pendapatan
tanaman - Meningkatkan harga diri
- Membuat Kue
- Dll
4 Hiburan - Menunjukkan bakat, kemampuan dan kreativitas
- Menyanyi diri
- Menari/berdansa - Meningkatkan harga diri
- Berakting (drama) - Mengurangi stres
- Bermain music - Menjalin persahabatan
- Mendengarkan cerita - Mempertahankan dan melatih kemampuan
- Menonton film mendengar
- dll - Meningkatkan hubungan sosial
- Meningkatkan imajinasi

Untuk memudahkan kegiatan rekreasi yang dilakukan di luar


rumah, sebaiknya cari informasi tentang tempat rekreasi, alat
transportasi dan sarana umum yang nyaman dan aman untuk lansia.
Saat ini sudah banyak sarana umum dan sarana rekreasi yang
memberikan ruang khusus bagi lansia sehingga merasa lebih aman
dan nyaman. Selain itu pilih tempat rekreasi yang dapat dinikmati
oleh lansia. Banyak lokasi wisata yang menawarkan potongan harga
khusus atau bebas biaya untuk lansia pada waktu-waktu tertentu.
Kegiatan rekreasi ini juga dapat memberikan manfaat yang baik bagi
caregiver untuk melepas kejenuhan dari kegiatan rutin di rumah.

8. Pemantauan Penggunaan Obat


Caregiver perlu mengenali obat-obatan yang sedang
digunakan oleh lansia sesuai dengan anjuran/resep dokter atau
petugas kesehatan. Selalu lakukan pengecekan mengenai hal-hal
berikut:
o Obat yang sedang dikonsumsi: pastikan obat tersebut sedang
digunakan sesuai instruksi petugas kesehatan. Bila ada obat yang
sudah tidak digunakan agar dipisah tersendiri,
o Tanggal kadaluarsa: obat yang sudah kadaluarsa harus dibuang,
o Cara penyimpanan: harus sesuai dengan petunjuk,
o Petunjuk penggunaan: pelajari dosis, waktu dan cara pemberian
obat sesuai petunjuk,

Untuk memudahkan lansia dan caregiver, sebaiknya obat yang akan


diberikan sudah dipilah menurut dosis dan waktu pemberian untuk
setiap harinya. Untuk memudahkan pemantauan, dapat dibuat format
seperti contoh di bawah ini:
Tabel 2. Contoh Format Pemantauan Pemberian Obat pada Lansia

Nama Cara Waktu Jumlah Waktu


Tgl Ket.
obat pakai Obat Kontrol
Pagi Siang Sore Malam

Catatan: format ini terdapat pada Buku Kesehatan Lansia Bab. 5

9. Pelaksanaan Ibadah
Kegiatan ibadah merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan lansia, karena dengan melaksanakan kewajibannya lansia
akan merasa lebih dekat dengan Tuhan dan lebih merasa tenang.
Caregiver dapat membantu memfasilitasi lansia melaksanakan
beribadah dengan cara:
1) Mengingatkan apabila sudah masuk waktu ibadah
2) Menawarkan bantuan pada lansia dalam pelaksanaan ibadah
sesuai dengan kondisinya
3) Memastikan lansia dalam keadaan bersih agar lansia dapat
beribadah dengan baik dan tenang
4) Meletakkan perlengkapan ibadah di tempat yang mudah dilihat
dan dijangkau
5) Memfasilitasi lansia untuk mendapatkan bimbingan rohani lebih
lanjut dari pemuka/ guru agama atau pembimbing rohani di
lingkungan terdekat sesuai dengan agama dan keyakinan lansia.
F. Perawatan Khusus Sesuai Masalah yang Sering Terjadi pada
Lansia
1. Membantu Lansia yang Mengalami Gangguan Gerak
Lansia dengan masalah gangguan gerak memiliki
kebutuhan yang berbeda dibandingkan dengan yang tidak
mengalami gangguan gerak. Sehingga kebutuhan akan
perawatan fisiknyapun berbeda berdasarkan tingkat beratnya
gangguan gerak yang dialami. Lansia yang hanya terbaring di
atas tempat tidur atau ketergantungan berat dan total (C)
memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap perawatan fisik
yang dilakukan oleh caregiver. Pada kondisi lansia seperti ini
caregiver harus mendorong agar lansia tetap bergerak
sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisinya.

Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya


penurunan kemampuan pergerakan (imobilisasi), diantaranya:
o Gangguan tulang dan sendi
Penyakit reumatik, pengapuran tulang atau patah tulang
akan menghambat pergerakan (mobilisasi).
o Penyakit saraf
Penyakit stroke, Parkinson dan gangguan saraf tepi dapat
menimbulkan gangguan pergerakan.
o Penyakit jantung atau pernafasan
Penyakit jantung dan/atau pernafasan akan menimbulkan
kelelahan dan sesak nafas ketika beraktivitas. Akibatnya
lansia akan mengurangi pergerakannya dan cenderung lebih
banyak duduk atau berbaring.
o Gangguan penglihatan
Rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila ada
gangguan penglihatan karena ada kekhawatiran terpeleset,
terbentur, atau tersandung.
o Masa penyembuhan
Lansia yang masih lemah setelah menjalani operasi atau
penyakit berat dapat menurun kemampuan pergerakannya.

Gangguan atau menurunnya kemampuan pergerakan dapat


menimbulkan berbagai masalah. Tugas caregiver terutama untuk
membantu lansia dalam mengurangi rasa sakit atau
ketidaknyamanan, sedangkan untuk menentukan tindakan
pencegahan harus sesuai dengan hasil konsultasi kepada tenaga
kesehatan.
Berikut beberapa masalah yang dapat timbul dan cara
mencegahnya:
1) Infeksi saluran kencing
Berbaring atau duduk terlalu lama dapat menghambat
pengosongan kandung kemih. Sisa air kemih dapat tertahan di
dalam kandung kemih sehingga menimbulkan infeksi. Pada
keadaan tersebut lansia harus dimotivasi untuk minum cukup
banyak cairan.
2) Infeksi paru
Berbaring lama dapat menyebabkan hambatan pengeluaran
dahak/riak pada bagian bawah paru. Perubahan posisi dan
menepuk-nepuk dada atau punggung secara teratur dapat
membantu mengalirkan dahak/ riak sehingga mudah dikeluarkan.
Cara ini dapat mencegah terjadinya infeksi paru.
3) Susah buang air besar
Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur dan buah,
serta minum cukup dapat membantu mencegah atau paling tidak
mengurangi kemungkinan timbulnya masalah sembelit akibat
imobilisasi. Jika masalah ini tetap muncul segera cari bantuan dari
petugas kesehatan.
4) Masalah sirkulasi atau aliran darah
Imobilisasi dapat menimbulkan gangguan aliran darah. Untuk
itu diperlukan aktivitas fisik dan latihan fisik atau layanan terapi
fisik. Kemungkinan diperlukan alat-alat khusus terapi sesuai
dengan arahan petugas kesehatan. Caregiver dapat memberikan
pendampingan dalam melaksanakan aktivitas fisik dan latihan
fisik. Jika lansia mengeluh rasa nyeri yang mendadak dan hebat,
segera untuk memberi tahu petugas kesehatan.
5) Luka akibat tekanan
Lansia yang hanya berbaring atau duduk pada posisi tertentu
dalam jangka waktu lama, berisiko mengalami luka akibat
tekanan. Untuk mencegah terjadinya luka tekan ini, lansia yang
mengalami kesulitan bergerak harus berganti posisi sekitar setiap
dua jam. Jika luka tekan muncul, segeralah mencari pertolongan
tenaga kesehatan.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah luka
akibat tekanan adalah:
a) Pada lansia yang hanya bisa berbaring (bedridden)
Ubah posisi setiap 2 jam. Pastikan pakaian dan alas tidur tidak
terlipat, sehingga dapat menekan kulit. Gunakan bantal untuk
menyokong sendi-sendi.
Lansia yang hanya bisa berbaring

Ubah posisi Setiap 2 jam untuk mencegah luka akibat tekanan


b) Pada Lansia dengan kursi roda
Untuk mengurangi tekanan pada bokong dapat digunakan bantalan
berupa potongan busa atau sejenisnya, yang diletakkan di kursi roda
pada bagian alas duduk atau sandaran. Cara lain adalah dengan
mengubah posisi atau mengangkat bokong dari kursi roda untuk
beberapa saat.

Bantalan harus ditempatkan di


kursi roda untuk mengurangi
tekanan pada bokong.

Mengangkat bokong setiap 2 jam sekali Bersandar ke samping,


selama beberapa saat (3 – 5 detik) pantat sedikit diangkat, bahu
sejajar
Upaya untuk mengurangi tekanan harus
dilakukan setiap 2 jam sekali
dan tahan selama 3 – 5 detik
Gangguan gerak akan menimbulkan kesulitan bagi lansia untuk
berpindah tempat, untuk itu caregiver harus mampu membantu lansia
berpindah tempat dengan cara yang benar agar terhindar dari
komplikasi atau kecelakaan pada lansia dan caregiver.
Yang perlu dipelajari adalah bagaimana mengontrol dan
menjaga keseimbangan tubuh, sehingga caregiver dapat dengan
mudah memindahkan atau membantu lansia untuk bergerak dengan
aman, sekaligus mencegah terjadinya cedera pada caregiver.
Terdapat prinsip umum yang harus diterapkan saat membantu
lansia berpindah dengan metode apapun:

o Jelaskan tiap langkah berpindah dan biarkan lansia


menyelesaikan secara perlahan
o Berikan aba-aba pada setiap tahapan berpindah dengan jelas
o Jangan mencengkram, menarik atau mengangkat lansia pada
sendi lengan (siku, bahu, pergelangan) karena dapat
menyebabkan cedera sendi, terlebih pada anggota tubuh yang
lumpuh.

Posisi membantu/asistensi Posisi membantu


mengangkat yang tepat mengangkat yang
tepat pada lutut
.
Ketika membantu lansia, jangan tarik
tangan dan lengan yang lumpuh

Berikut adalah beberapa teknik membantu lansia berpindah tempat:


a. Cara membantu lansia bergeser ke atas di tempat tidur
1) Arahkan lansia ke posisi datar dengan melepaskan bantal.
2) Minta lansia menekuk lutut, kaki menjejak terhadap kasur
untuk membantu mendorong dirinya naik.
3) Caregiver berdiri di samping tempat tidur dan menempatkan
satu tangan pada bahu lansia dan yang lainnya di bawah
bokong.
4) Hitung "1-2-3" dan minta lansia untuk mendorong tubuhnya ke
arah kepala tempat tidur dengan bertumpu pada kaki dan
tangannya.
5) Pasang kembali bantal di bawah kepala lansia.
b. Cara membantu lansia dari posisi berbaring ke posisi duduk
di tempat tidur
1) Caregiver berdiri di sisi tempat tidur dengan kaki membuka
selebar bahu, lutut ditekuk, punggung pada posisi netral.
2) Minta lansia mengangkat kepala dan bahu, dengan
menjejakkan kedua siku ke tempat tidur, untuk mendukung
tubuhnya sendiri.
3) Bantu lansia mengangkat bahu dengan menempatkan tangan
dan lengan caregiver di bawah tulang bahunya.
4) Berikan aba-aba, angkat tubuh lansia bagian atas dengan
perlahan hingga lansia pada posisi duduk. Pada langkah ini,
lutut caregiver tetap ditekuk, punggung pada posisi netral dan
lengan mengunci untuk membantu mengangkat.
5) Sesuaikan bantal untuk sandaran lansia.

c. Cara membantu lansia berganti posisi, dari tidur ke posisi


duduk menjuntai di sisi tempat tidur

Cara ini dapat membantu lansia dengan


kelemahan pada satu sisi:

1) Tekuk lutut lansia pada sisi yang


jauh dari caregiver
2) Gulingkan lansia sehingga
menghadap ke arah caregiver.
Usahakan untuk menggulingkan
seluruh tubuh lansia bersamaan
agar tidak menimbulkan cedera
3) Masukkan satu lengan caregiver
pada bahu lengan lansia yang ada
di bawah. Tempatkan lengan
lainnya di belakang lutut lansia
4) Posisi kaki caregiver terbuka
selebar bahu, punggung pada
posisi netral.
5) Hitung "1-2-3" dan geser berat
badan caregiver ke kaki belakang.
6) Geser kaki lansia ke tepi tempat
tidur hingga kaki lansia menjuntai
sambil menarik bahu ke posisi
duduk
7) Tetap di depan lansia sampai
berada dalam posisi yang stabil

Pada saat membantu lansia berganti posisi, Jangan


lakukan hal tersebut, karena dapat menyakitkan

Bagi lansia yang masih mampu


bergerak sendiri, caregiver dapat
membuat alat bantu sederhana dengan
mengikat kursi/bangku dekat dengan posisi tepi tempat tidur,
pastikan ikatan kuat dan aman, serta bimbing lansia cara berganti
posisi dari tidur ke duduk, sebagai berikut:

d. Teknik memindahkan lansia dengan cara mengangkat


Bila lansia sama sekali tidak mampu berperan dalam perpindahan
tempat, maka berpindah dilakukan dengan cara mengangkatnya.
Mengangkat lansia bisa dilakukan oleh satu orang caregiver atau
dua orang caregiver. Mengangkat lansia oleh 1 orang caregiver
membutuhkan kekuatan yang besar, sehingga harus betul-betul
dipertimbangkan apakah mungkin dilakukan. Bila tidak yakin
sebaiknya dilakukan oleh dua orang caregiver.
1) Mengangkat lansia oleh 1 (satu) orang
caregiver dengan cara membopong
a) Minta lansia merangkul leher
caregiver dengan kedua tangannya
atau pada lansia yang kondisinya
lebih lemah letakkan salah satu
tangan lansia pada leher caregiver
agar tidak menyulitkan caregiver
dalam melakukan pemindahan.
b) Letakkan satu tangan caregiver di
belakang kedua lutut lansia dan
tangan yang lain merangkul di
belakang punggung lansia hingga
mencapai ketiak lansia pada sisi
yang jauh.
c) Angkat lansia secara hati-hati kemudian caregiver berdiri
perlahan-lahan dan melangkah untuk memindahkan ke
tempat yang diinginkan

2) Mengangkat lansia oleh 2 (dua) orang caregiver


a) 1 (satu) caregiver berdiri di belakang, kemudian masukkan
kedua tangan pada bagian ketiak/lengan lansia untuk
menopang bagian tubuh atas.
b) 1 (satu) caregiver lainnya berdiri di depan (menghadap ke
arah kaki lansia) dan masukkan kedua tangan kebawah kaki
lansia untuk menopang tubuh lansia bagian bawah.
c) Berikan aba-aba, angkat tubuh lansia secara bersamaan
dengan hati-hati, lalu pindahkan ke tempat yang diinginkan.

e. Cara memindahkan lansia dari tempat tidur ke kursi roda:


1) Posisikan kursi roda menghadap ke arah lansia membentuk
sudut dengan tempat tidur di arah kepala lansia.
2) Bantu lansia duduk menjuntai (seperti pada uraian cara
membantu lansia berganti posisi, dari tidur ke posisi duduk
menjuntai di sisi tempat tidur).
3) Berdirikan lansia dengan cara:

 Letakkan lengan caregiver disekeliling dada dan di


belakang punggung lansia.

 Topang kaki lansia dengan kaki caregiver.

 Pindahkan tumpuan berat badan dan angkat lansia


hingga posisi berdiri di peluk oleh
caregiver dengan erat.

58
 Cagiver dapat
menstabilkan posisi
lansia dengan
menempatkan lutut
caregiver berlawanan
dengan lutut lansia

4) Dudukkan lansia di kursi roda dengan cara:


 Putar arah berdiri caregiver menghadap kursi roda
sehingga posisi lansia membelakangi kursi roda.
 Tekuk lutut caregiver dan posisikan lutut caregiver lebih
rendah dari posisi lansia. Lalu dudukkan lansia secara
perlahan di kursi roda.

 JANGAN menurunkan/mendudukkan lansia dengan


posisi caregiver yang tetap berdiri, karena dapat
mengakibatkan lansia terjatuh
 Pastikan posisi duduk lansia nyaman dan tidak ada
anggota tubuh lansia yang terjepit.

59
Hal yang perlu diperhatikan dalam membantu lansia dengan
kursi roda
 Turun undakan dengan roda kursi bagian belakang terlebih
dahulu, naik undakan dengan roda kursi bagian depan terlebih

dahulu

Cara turun undakan Cara naik undakan

 Ketika mendorong lansia dengan kursi roda:

60
Pakaian atau selimut yang bergeser pada Terkadang tangan lansia yang lemah
saat mendorong kursi roda mungkin dapat dapat jatuh dan tergesek roda. Posisikan
terjepit di roda. Selalu cek dan pastikan tangan lansia di atas lutut lansia, bukan
pakaian lansia dalam keadaan aman. pada sandaran tangan kursi roda.

f. Cara membantu atau mendampingi lansia berpindah dari


kursi roda ke toilet duduk
Untuk lansia yang tidak mampu berjalan dan tidak menginginkan
BAB/BAK di tempat tidur, dapat melakukan BAB/BAK di kursi
komod dengan penampung atau di toilet. Untuk memindahkan
lansia dari tempat tidur ke kursi komod dapat dilakukan sesuai
dengan langkah yang telah dijelaskan sebelumnya (e. cara
memindahkan lansia dari tempat tidur ke kursi roda) lalu
dorong kursi komod ke kamar mandi/ WC dan posisikan kursi
komod di atas lubang kakus.
Bagi lansia yang menggunakan kursi roda dan masih mampu
berpindah sendiri dapat dilakukan dengan cara:

1) Mendekatkan kursi roda ke arah toilet,


kemudian kunci kursi roda untuk menghindari
tergelincir.

2) Lansia dibantu berpindah dari kursi roda ke


toilet secara perlahan.

3) Atur posisi duduk di toilet senyaman mungkin.


Kemudian caregiver dapat menunggu di luar
kamar mandi/ WC atau sesuai permintaan
lansia.

4) Untuk kembali ke kursi roda dapat diulangi


langkah 2.
g. Cara Penggunaan Alat bantu jalan untuk Berjalan

walker Tongkat kaki 3 atau 4


tongkat

Kruk

Ada banyak jenis alat bantu jalan untuk lansia dengan keterbatasan gerak.
Pastikan ukuran tinggi alat bantu sesuai dengan tubuh lansia.
1) Tongkat:
 Pegang tongkat di sisi tubuh yang lemah atau terluka untuk
menjaga ayunan lengan yang baik, meningkatkan pemindahan
berat badan, dan mendukung pola berjalan normal.
 Saat melangkah maka tongkat dan kaki yang sakit maju
terlebih dahulu, kemudian baru kaki yang sehat maju. Hal ini
juga berlaku untuk penggunaan kruk dan walker.
2) Kruk/tongkat ketiak
 Berdiri tegak dan menempatkan ujung kedua kruk di lantai,
sekitar 15 cm dari sisi masing-masing kaki.
 Lengan dapat beristirahat dengan nyaman di sisi tubuh lansia,
sesuaikan ketinggian kruk hingga terdapat jarak 5 cm (sekitar
tiga jari) antara ketiak lansia dan ujung atas kruk, lengan dapat
ditekuk sedikit (lihat gambar berikut)
 Saat melangkah maka kruk dan kaki yang sakit maju terlebih
dahulu, kemudian baru kaki yang sehat maju.

5 cm

20-300
15 cm
h. Penggunaan Alat Bantu Jalan Untuk Naik-Turun Tangga

 Saat naik tangga, didahului alat bantu jalan sebagai


penopang tubuh dan kaki yang sehat/kuat, kemudian
diikuti dengan kaki lemah.
 Ketika turun tangga, didahului alat bantu jalan sebagai
penopang tubuh dan kaki yang lemah turun lebih dulu.
i. Cara membantu lansia untuk duduk-berdiri dengan
menggunakan alat bantu.

Duduk dengan bantuan walker


 Jika lansia kesulitan untuk duduk, siapkan kursi berlengan.
 Putar tubuh membelakangi kursi dan melangkah mundur
sampai lansia merasa kursi menyentuh kakinya.
 Kemudian, dengan salah satu tangan lansia mencoba meraih
lengan kursi.
 Dengan satu tangan menumpu pada lengan kursi, turunkan
tubuh perlahan hingga duduk.

Berdiri

 Posisikan kruk/ tongkat/ walker di depan lansia hingga


mudah dijangkau. Walker dalam posisi terkunci (jika ada
rodanya) .
 Lansia diminta menyorongkan
tubuhnya kedepan hingga duduk di
tepi kursi, condongkan tubuh ke
depan (hingga hidung lebih dari jari
kaki) lalu berdiri perlahan dengan
bertumpu pada lengan yang berpegangan pada kursi.
 Jangan menggunakan alat bantu jalan untuk menarik tubuh
sebagai tumpuan saat berdiri, karena alat tersebut dapat
terbalik dan menyebabkan cedera.

Perhatikan:

o Kenali batas kemampuan caregiver. Perhatikan teknik yang


benar dalam memindahkan lansia, terlebih bila lansia lebih
berat dari caregiver. Bila perlu mintalah bantuan orang lain.
o Selalu jaga posisi tubuh caregiver pada kedudukan sendi dan
titik berat tubuh yang tepat dan seimbang.
o Kenali tingkat kemampuan lansia, bantuan yang diberikan
sesuai dengan tingkat kemampuannya.
o Dalam menentukan posisi untuk kondisi lansia yang
mengalami sakit pada bagian tubuh tertentu, sebaiknya
berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
o Berikan motivasi agar lansia turut berusaha sesuai dengan
kemampuan dirinya.
o Pastikan posisi pegangan tangan/handrail di kamar mandi/ WC
memiliki kesesuaian tinggi dan kuat dalam menopang tubuh

2. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia


Caregiver harus memahami dan menerapkan tentang pengaturan
makan yang dianjurkan sehingga kebutuhan gizi lansia terpenuhi.
Oleh karena itu penting bagi caregiver untuk mengetahui materi-
materi berikut:
a) Kebutuhan energi dan zat gizi
b) Gizi seimbang
c) Bentuk dan tekstur makanan,
d) Diet bagi lansia sesuai kondisi kesehatan,
e) Keamanan pangan
f) Tanda-tanda awal gizi kurang
g) Cara pemberian makan

a) Kebutuhan energi dan zat gizi


Bahan Makanan Yang Dianjurkan Untuk Lansia
1) Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat digunakan
sebagai energi seperti nasi dan kelompok bahan penukarnya,
misalnya beras merah tumbuk, jagung, ubi, singkong, sagu,
kentang, talas, sukun, bihun, mie, roti gandum dan havermut.
2) Lauk pauk sebagai sumber protein, lemak dan mineral.
 Sumber protein hewani : ikan (dianjurkan ikan teri bila tidak
mengalami gangguan mengunyah, ikan kembung basah
dan segar lainnya), daging ayam tanpa kulit, daging sapi
tanpa lemak, telur dan susu rendah lemak dan lainnya
 Sumber protein nabati : tempe, tahu dan kacang-kacangan
serta olahannya
3) Sayuran berwarna sebagai sumber vitamin dan mineral serta
serat seperti bayam, kangkung, wortel, brokoli, labu kuning,
labu siam, dan lalapan dan sayuran segar lainnya
4) Buah berwarna: pepaya, pisang, jeruk manis, alpukat,
apel, dll.
5) Makanan sumber zat besi seperti hati sapi, hati ayam, daging
ayam, daging sapi, sayuran berwarna hijau (bayam) dan kacang
kacangan

6) Makanan sumber kalsium seperti : ikan (contoh ikan teri basah


dan segar), sayur hijau (sawi hijau, daun singkong, daun
pakis/paku, brokoli, dan lainnya) dan buah (jeruk, pisang, jambu
biji, pepaya, alpukat, apel, strawberry, buah naga dan lainnya).

7) Minum air putih minimal 8 gelas sehari, sumber cairan dapat


juga dari kuah sayur, minuman lainnya yang dikonsumsi sehari
– hari.

Bahan Makanan yang Dibatasi untuk Lansia


Bahan makanan yang harus dibatasi artinya adalah bahan
makanan dikonsumsi dalam jumlah tidak berlebih, antara lain :
1) Bahan makanan bergas, antara lain ketan, kol, kembang kol,
nangka muda, nangka matang, durian, serealia dan kacang –
kacangan dalam jumlah banyak.
2) Gula murni tidak lebih dari 4 sendok makan sehari baik dalam
pemasakan makanan utama maupun makanan selingan. Gula
murni dapat dalam bentuk gula pasir, gula merah, gula batu,
gula aren, gula palm dan madu.
3) Makanan tinggi natrium baik dalam bentuk garam dapur maupun
pengawet yang terdapat dalam bahan makanan misalnya telur
asin, ikan asin, makanan kemasan (sarden kalengan, dendeng,
sosis, nuget dan lainnya), asinan sayur dan buah serta snack
kemasan.
4) Makanan tinggi lemak, misalnya snack gorengan, kerupuk,
makanan ringan yg digoreng (kletikan).

b) Gizi seimbang
Makanan yang bergizi baik tidak harus selalu mahal dan
mewah, penting diingat bahwa komposisi tiap-tiap jenis makanan
atau kandungan zat gizinya harus seimbang, jangan sampai salah
satu jenis makanan terlalu banyak. Contoh perbandingan jumlah
yang dianjurkan dapat dilihat dari diagram “Isi PiringKu”, dimana
setengan piring terdiri dari sayur dan buah, sepertiga lagi terdiri dari
lauk pauk dan sisanya (2/3 porsi) terdiri dari makanan pokok.

Gambar: Isi Piringku untuk sekali makan

Tabel 3. Contoh Menu Sehari


Pagi Siang Malam
Nasi/Bubur/Nasi Tim Nasi/Bubur/Nasi Tim Nasi/Nasi Tim
Telur dadar Ikan bumbu kuning Pepes teri segar
Tumis tauge + tahu Tempe bacem Capcay
Sayur asem Jeruk
Pepaya
Jam 10.00 Jam 16.00 Jam 21.00
(Selingan) (Selingan) (Selingan)
Pisang rebus Jus Alpukat Susu rendah lemak
c) Bentuk dan tekstur makanan
Ada bermacam-macam bentuk dan tekstur makanan yang
pemberiannya disesuaikan dengan kondisi lansia, antara lain:
1) Makanan cair, disarankan untuk lansia dengan gangguan
mengunyah, menelan, mencerna makanan maupun lansia
yang menggunakan selang makan baik melalui mulut, hidung
atau langsung ke lambung. Makanan cair bisa didapatkan
berupa produk yang sudah jadi di apotek/supermarket.
Makanan cair ini dapat juga dijadikan makanan utama atau
sebagai makananan tambahan (ekstra) pada lansia yang
masih mampu mengonsumsi makanan biasa/padat.
2) Makanan dihaluskan dengan menggunakan blender
(blenderise). Makanan ini disarankan untuk lansia dengan
gangguan mengunyah, menelan, mencerna makanan, lansia
yang menggunakan selang makan baik melalui mulut, hidung
atau lambung, dan lansia dengan alergi susu sapi.
3) Makanan yang dihaluskan, disarankan untuk lansia yang
masih dapat makan melalui mulut dengan gangguan
mengunyah atau tidak punya gigi. Makanan ini diberikan
dengan tekstur semi padat seperti nasi tim/bubur dengan lauk
pauk yang dicincang/blender, sayur yang di potong kecil-
kecil/blender, buah yang dipotong kecil atau jus.
4) Makanan biasa, disarankan untuk lansia yang masih mampu
mengunyah makanan dengan cukup baik, yaitu nasi biasa
dengan lauk pauk, serta sayur dan buah sesuai dengan
anjuran.
d) Pengaturan Makanan (Diet) bagi lansia sesuai kondisi
kesehatan
Untuk lansia dengan kondisi kesehatan tertentu, dibutuhkan jenis
diet yang berbeda antara lain:
1) Diet tinggi serat.
Diet ini disarankan untuk lansia yang mengalami gangguan
sulit buang air besar (BAB), kegemukan (obesitas), dan
penyakit jantung. Jumlah yang dianjurkan paling sedikit 25
gram sehari (2 ½ mangkok sayur dan 3 porsi buah). Sumber
serat antara lain: sayuran berdaun, beras merah, serealia,
gandum, buah-buahan.
2) Diet rendah garam
Diet ini disarankan untuk lansia dengan tekanan darah
tinggi/hipertensi yang tidak terkontrol. Batasi asupan
garam/natrium, baik dalam makan utama maupun makanan
selingan jumlahnya tidak lebih dari 1 sendok teh dalam sehari.
Sumber natrium antara lain: garam dapur, kecap asin, keju,
makanan yang diawetkan, dsb. Penerapan diet rendah garam
juga dapat di kombinasikan dengan diet tinggi serat untuk
mencegah hipertensi pada lansia.
3) Diet rendah lemak
Diet ini disarankan untuk lansia dengan masalah pankreas,
penyakit hati/liver, dan masalah lemak darah. Dianjurkan
untuk membatasi asupan lemak. Sumber lemak antara lain:
mentega, margarin, daging yang berlemak, makanan yang
diolah dengan lemak berlebih.
4) Diet tinggi energi dan protein
Diet ini disarankan untuk lansia dengan kekurangan gizi.
Diet ini mengutamakan makanan dengan kalori lebih tinggi
dari pola makan biasanya, misalnya: selingan kacang–
kacangan, penambahan lemak pada makanan, margarine
pada sup, tahu/tempe pada tumisan sayur, penambahan
susu rendah lemak pada makanan selingan.
5) Diet rendah energi
Diet ini disarankan untuk lansia dengan kelebihan berat
badan, dengan cara mengurangi jumlah energi / makanan
dari kebiasaan asupan gizi sehari-hari. Dalam mengurangi
jumlah makanan dalam diet rendah energi sebaiknya
dilakukan secara bertahap.

erhatikan:
elaluberkonsultasidenganpetugaskesehatandalam menentukan pilihan diet sesuai dengan kondisi kese

e) Keamanan Pangan
Agar keamanan pangan pada lansia terjamin untuk menghindari
penularan penyakit akibat makanan yang tercemar, harus
diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan.
2) Pastikan semua masakan matang sempurna
3) Selalu tutup kembali makanan apabila telah selesai diambil
4) Untuk makanan yang telah dimasak, pastikan makanan diluar
ruangan hanya dalam kurun waktu 4 jam dan dalam keadaan
tertutup
5) Ambil dalam porsi sedikit dan tambahkan jika perlu. Tidak
mencampurkan sisa masakan dengan masakan yang baru.

f) Tanda-Tanda Awal Gizi Kurang


Seringkali tidak mudah untuk mengenal tanda-tanda
kekurangan gizi pada lansia. Setelah kondisi gizi kurangnya cukup
berat barulah terlihat dan pada saat itu biasanya sudah terlambat
sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk
memulihkannya. Agar penanganan lebih mudah, perlu diketahui
tanda-tanda awal keadaan gizi kurang, yaitu:
1) Kurang nafsu makan
2) Gejala kurang cairan: tidak berupa rasa haus melainkan
terjadi perubahan sikap menjadi pendiam, tidak mau bicara,
mudah lupa, sulit berkonsentrasi
3) Tanda-tanda fisik: berat badan berkurang, wajah lebih pucat,
raut wajah lesu
4) Berkurangnya frekuensi makan

g) Cara Pemberian Makan


Untuk lansia yang masih mampu
makan melalui mulut, caregiver dapat
mendukung lansia untuk makan secara
mandiri. Bila harus dibantu maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk lansia yang masih mampu duduk, selalu ajak lansia
dalam makan posisi duduk.
b. Pada lansia yang harus makan dalam posisi berbaring, selalu
posisikan kepala lebih tinggi dengan menggunakan ganjalan
bantal sehingga kemiringan posisi tubuh sekitar 30o-45o.
c. Beri jeda untuk suapan satu ke suapan berikutnya, jika perlu
selingi dengan minum.
d. Selama proses pemberian makanan selalu perhatikan nafas
lansia.
e. Untuk mencegah tersedak, usahakan makanan dalam
potongan kecil, suapan dalam porsi kecil agar lebih mudah
dikunyah dan ditelan, serta jangan mengajak bicara saat
membantu lansia makan
f. Apabila lansia tersedak segera bantu lansia untuk
memuntahkan makanannya

Ada beberapa keadaan yang membuat lansia tidak bisa


makan melalui mulut, diantaranya karena kesulitan untuk
mengunyah dan menelan, atau masalah kesehatan lain seperti
akibat penyakit stroke. Caregiver perlu berkonsultasi apabila
ditemukan kesulitan makan pada lansia. Dengan demikian
petugas kesehatan dapat menilai apakah lansia tersebut harus
dibantu dengan penggunaan selang makanan (Nasogastric
Tube/NGT). Pada lansia yang menggunakan NGT, caregiver perlu
belajar terlebih dahulu kepada tenaga kesehatan bagaimana cara
memberikan makan melalui NGT dengan benar.
Berikut langkah-langkah pemberian makanan melalui NGT :
1) Cuci tangan dengan sabun kemudian keringkan,
2) Siapkan makanan cair dan minuman hangat yang tertutup,
3) Naikkan bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat
memberi makan, hingga 30 menit setelah memberi makan
(sangga dengan bantal).
4) Buka tutup NGT namun dengan tetap melipat selang NGT
agar udara tidak masuk.
5) Pasang spuit besar yang berfungsi sebagai corong makanan
cair.
6) Tuang air hangat perlahan, kemudian buka lipatan selang dan
tutup kembali jika air hampir habis.
7) Lanjutkan dengan memasukkan makanan cair. Lakukan
berulang-ulang sampai makanan cair habis. Kemudian bilas
kembali selang dengan air hangat hingga tidak tersisa
makanan dalam selang.
8) Tutup selang dan lipat kembali ketika tidak digunakan untuk
memberi makan.

INGAT :
 Selang harus dipasang oleh tenaga kesehatan.
 Caregiver yang membantu memberikan makan melalui
NGT, sebelumnya harus mendapat pelatihan atau di bawah
pengawasan oleh tenaga kesehatan.
 Pastikan ujung selang bersih dari sisa makanan karena
dapat mengakibatkan diare.
 Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu
tenaga kesehatan.
 Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera.
 Jangan lakukan tindakan yang dirasa masih ragu-ragu
 Selalu berhati hati saat membantu lansia minum atau
makan karena berisiko tersedak, jika hal tersebut terjadi
segera miringkan lansia dan tepuk punggung hingga dapat
dimuntahkan. Jangan memasukkan air Ke dalam mulut
atau NGT pada saat lansia tersedak.
 Untuk pemberian makan baik oral/mulut maupun NGT
dianjurkan dengan posisi duduk atau minimal 45º dapat
dengan cara disangga bantal dengan posisi kepala tegak.

3. Membantu Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB)
Pada kondisi tertentu, lansia membutuhkan bantuan caregiver
untuk melakukan BAK dan BAB. Diantaranya pada lansia yang
mengalami masalah pergerakan, penurunan kesadaran, kelemahan
dan sebagainya, sehingga perlu menggunakan kateter, popok sekali
pakai, pispot, kursi komod atau pergi ke kamar mandi menggunakan
kursi roda.
Berikut adalah persiapan dan langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh caregiver pada saat membantu lansia BAK dan BAB
di tempat tidur. Peralatan dan bahan umum yang perlu disiapkan
adalah :
 Sarung tangan (bila tersedia)
 Air
 Kapas dibasahi air untuk cebok (kapas cebok)
 Baskom/ tempat menampung air
 Tisue Kering /Handuk bersih
 Perlak atau underpad
 Kantung sampah

Langkah umum yang harus SELALU dilakukan:


 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
 Gunakan sarung tangan (apabila tersedia)
 Pasang perlak atau underpad di bawah bokong lansia
 Buang kotoran (tinja dan air kencing/urine ke dalam kakus), lalu
bersihkan alat yang terkena kotoran
 Pisahkan sampah bekas kotoran (tinja dan urine) dalam tempat
yang berbeda dengan sampah rumah tangga
 Segera bersihkan area yang terkena kotoran, dan keringkan agar
kulit tidak dingin dan lembab.
 Langkah membersihkan alat kelamin dan sekitarnya mengacu
pada halaman 18 tentang membersihkan alat kelamin dan
sekitarnya.

a) Membantu BAK Lansia yang menggunakan kateter


Pada kondisi tertentu, mungkin lansia BAK dengan
pemasangan kateter permanen (oleh petugas kesehatan) dan
caregiver harus merawat di rumah. Jika urine pada kantong
sudah mulai terlihat penuh (atau setiap 2 jam sekali), lakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siapkan pispot/bak penampung urine, letakkan di bawah
kantong urine
2) Buka tutup kantong urin lalu tampung urine pada pispot/bak
penampung
3) Catat jumlah dan perubahan warna urin. Laporkan pada
petugas kesehatan apabila terjadi perubahan warna urine,
jumlah yang berubah secara tiba tiba (berkurang atau
bertambah), kateter bocor atau terlepas. Selain itu catat
juga kapan terakhir kateter diganti oleh petugas kesehatan
4) Kemudian buang urine ke dalam kakus

b) Membantu Lansia BAK menggunakan Pispot


1) Siapkan peralatan dan bahan umum, serta pispot
2) Buka celana/popok lansia. Tempatkan pispot dengan tepat
agar kotoran (tinja dan urine) tidak tercecer.
 Jika lansia pria, bantu memposisikan penis tepat pada
lubang pispot khusus pria (urinal)
 Jika Lansia wanita, letakkan pispot di bawah bokong
3) Setelah lansia selesai BAK, bantu lansia untuk cebok dengan
air (lihat halaman 18), kemudian angkat pispot.
4) Keringkan bagian kelamin dan sekitarnya dengan handuk
bersih kering
5) Bantu lansia menggunakan celana kembali
6) Kemudian buang urine ke dalam kakus
c) Membantu Lansia BAB menggunakan Pispot
1) Siapkan peralatan umum dan pispot
2) Buka celana lansia. Tempatkan pispot dengan tepat di bawah
bokong dan persilahkan lansia BAB.
3) Setelah lansia selesai BAB, bantu lansia untuk cebok dengan
air (lihat halaman 18  bab perawatan alat kelamin), bila perlu
gunakan kapas cebok untuk memastikan daerah anus dan
sekitarnya telah bersih dari tinja. Kemudian angkat pispot.
4) Keringkan bagian pantat dan sekitarnya dengan handuk bersih
kering,
5) Bantu gunakan celana kembali,
6) Kemudian buang kotoran ke dalam kakus

d) Membantu BAK dan BAB pada Lansia yang menggunakan


popok sekali pakai
1) Siapkan peralatan umum dan popok sekali pakai yang baru
2) Buka popok yang dipakai lansia dengan hati-hati, tetap
posisikan bagian yang kotor ada di dalam agar tidak mengotori
sekitarnya.
3) Posisikan popok bagian atas di bawah pantat lansia. Gunakan
kapas cebok untuk membersihkan daerah anus dan sekitranya
hingga benar-benar bersih dari tinja.
4) Angkat popok, masukkan dalam kantong sampah yang
disiapkan
5) Bantu lansia untuk cebok dengan washlap basah hingga
benar-benar bersih
6) Keringkan bagian pantat dan sekitarnya dengan handuk bersih
kering
7) Pakaikan popok bersih dan bantu gunakan celana kembali
8) Sebaiknya popok sekali pakai diganti setiap 4 jam atau bila
sudah penuh walaupun kurang dari 4 jam. Selalu cek ada
tidaknya ruam popok
9) Setelah tinja dibuang ke dalam kakus, buang popok bekas
yang sudah dibungkus dalam kantong ke tempat sampah
tertutup

Popok Sekali Pakai


Saat ini popok sekali pakai untuk dewasa relatif mudah untuk
didapatkan di apotik atau toko yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Pada situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan mendapatkan
popok sekali pakai, dapat digunakan popok yang terbuat dari kain
yang lembut. Beberapa model jenis popok yang ada:
Untuk mencegah punggung panas akibat pemasangan perlak karet,
serta kotoran tidak mengkontaminasi area sekitar bokong, dapat
digunakan underpad atau alas kain di atas perlak.

Gambar underpad

INGAT : Buang urine dan tinja ke lubang kakus dan siram, BUKAN pada tempat sampah!!!

4. Menangani Gangguan Perilaku pada Lansia dengan


Pikun/Demensia
Pikun/demensia adalah gangguan penurunan kemampuan
mental secara perlahan, menyebabkan terjadinya gangguan
ingatan, pikiran, penilaian serta penurunan konsentrasi.
Caregiver perlu mengenali 10 gejala umum pikun/ demensia,
antara lain:
a) Gangguan daya ingat
Sering lupa akan kejadian yang baru saja terjadi, lupa janji,
menanyakan dan menceritakan hal yang sama berulang kali.
b) Sulit Fokus
Sulit melakukan aktivitas pekerjaan sehari hari, lupa cara
memasak, menggunakan telepon, tidak dapat melakukan
perhitungan sederhana dan mengerjakan sesuatu yang biasa
dilakukan namun dalam waktu yang lebih lama.
c) Sulit melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
Seringkali sulit untuk merencanakan atau menyelesaikan
tugas sehari-hari.
d) Bingung (Disorientasi)
Bingung akan waktu (hari/tanggal/hari penting), bingung
dimana mereka berada dan bagaimana mereka sampai
disana, tidak tau jalan pulang kembali ke rumah.
e) Kesulitan memahami ciri dan posisi benda tertentu
Sulit untuk membaca, mengukur jarak, menentukan jarak,
membedakan warna, tidak mengenali wajah sendiri di cermin,
menabrak cermin saat berjalan, menuangkan air di gelas
namun tumpah dan tidak tepat menuangkannya.
f) Gangguan berkomunikasi
Kesulitan berbicara dan mencari kata yang tepat, seringkali
berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk
melanjutkannya.
g) Menaruh barang tidak pada tempatnya
Lupa dimana meletakkan sesuatu, bahkan kadang curiga ada
yang mencuri atau menyembunyikan
barang tersebut.
h) Salah membuat keputusan
Berpakaian tidak serasi, misalnya
memakai kaos kaki kiri berwarna merah
dan kanan berwarna biru, tidak dapat memperhitungkan
pembayaran dalam bertransaksi dan tidak dapat merawat diri
dengan baik.
i) Menarik diri dari pergaulan
Tidak memiliki semangat atau inisiatif untuk melakukan
aktivitas atau hobi yang biasa dinikmati, tidak terlalu semangat
untuk berkumpul dengan teman temannya.
j) Perubahan perilaku dan kepribadian
Emosi berubah secara cepat, menjadi bingung, curiga dan
depresi, takut atau tergantung yang berlebihan pada anggota
keluarga, mudah kecewa dan putus asa.

Apabila caregiver menemukan gejala-gejala tersebut, harus segera


berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Untuk mencegah
terjadinya pikun/demensia, caregiver dapat mengajak lansia
melakukan kegiatan-kegiatan yang merangsang otak untuk tetap
aktif.

Kegiatan untuk Mencegah pikun/demensia


 Mengasah otak: mengisi TTS, senam otak dan senam vitalisasi
otak, mengingat dan menceritakan kejadian masa lalu, bermain
catur, dll
 Mengembangkan hobi dan kegiatan yang bermanfaat: membuat
kerajinan tangan, berkebun, bernyanyi, membaca kitab suci.
 Bergabung dalam kegiatan kelompok, sosialisasi dengan kerabat
 Beraktivitas fisik: mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang
ringan, senam lansia, dll
 Makan bergizi seimbang
Penanganan pada Lansia yang Mengalami Pikun/demensia
Apabila lansia telah mengalami pikun/demensia, caregiver harus
membantu agar kepikunannya tidak bertambah dan menghindari
akibat-akibat yang merugikan lansia maupun orang di sekitarnya.
Penanganan yang dapat dilakukan oleh caregiver pada lansia
diantaranya :
a) Membantu lansia untuk meletakkan barang pribadi yang sering
digunakan di tempat yang tetap, mudah dilihat dan mudah
dijangkau, serta menjelaskan dengan baik apabila lansia lupa dan
mulai menduga-duga
b) Membantu lansia menuliskan beberapa hal penting untuk diingat
dan menempelkan ditempat yang mudah dilihat dengan tulisan
yang mudah dibaca dan jika perlu ditambah gambar untuk
membantu memudahkan lansia mengingat sesuatu (contoh:
jadwal harian, tempat menyimpan dokumen penting, kotak obat
dll)
c) Ajak lansia berkomunikasi, agar tetap dapat
mengingat, menghitung, memutuskan
sesuatu. Jawab pertanyaan lansia yang
berulang-ulang dengan sabar dan jelas
d) Alihkan pembicaraan atau perhatian kepada
hal yang lebih positif dan menyenangkan bila
lansia mulai membicarakan hal yang
membuat sedih/marah atau perasaan negatif
lainnya.
e) Penggunaan aromaterapi dan pijat untuk mencegah penurunan
fungsi kognitif dan menurunkan tingkat kecemasan
5. Pengelolaan Stres
a. Stres
Stres merupakan suatu kondisi perasaan tertekan, cemas
dan tegang yang berkaitan dengan respon terhadap lingkungan.
Stres dapat terjadi pada semua orang termasuk lansia. Kondisi
pencetus stres yang sering
ditemukan pada lansia adalah
kesepian karena ditinggalkan oleh
pasangan dan anak-anak telah
memiliki kehidupan sendiri.
Kesepian dapat menimbulkan
perasaan tidak berdaya, kurang
percaya diri, ketergantungan, dan
keterlantaran. Rasa kesepian akan
semakin dirasakan oleh lansia yang
sebelumnya adalah seseorang
yang aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
orang banyak.
Penyebab kesepian pada lansia antara lain: a) sudah
berkurangnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak, b)
berkurangnya teman atau relasi akibat kurangnya aktifitas di luar
rumah, c) kurangnya aktifitas sehingga waktu luang bertambah
banyak, d) meninggalnya pasangan hidup, e) ditinggalkan anak-
anak karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi, atau
meninggalkan rumah untuk bekerja, e) anak-anak telah dewasa
dan membentuk keluarga sendiri.
Stres akibat rasa kesepian yang berkepanjangan dapat
menimbulkan tindakan yang merugikan diri sendiri yang
merugikan diri sendiri bahkan dapat mendorong keinginan untuk
bunuh diri. Selain kesepian, hal-hal lain yang dapat menimbulkan
stress pada lansia seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Hal-hal Yang Dapat Menimbulkan Stres

Fisik/Lingkungan Sosial Psikologis


o Suhu ekstrim o Kematian atau o Frustasi
(terlalu panas, perceraian o Jijik
dingin, lembab) o Kebangkrutan o Rasa Bersalah
o Cahaya ekstrem o Pensiun o Khawatir
o Kebisingan o Tidak ada o Kebingungan
o Penyakit yang teman o Rendah diri
tidak kunjung o Rasa marah
sembuh o Cemas
o Kebencian
o Kesedihan

Caregiver dapat mengenali hal-hal tersebut, dan berusaha


untuk membantu mengurangi atau mengendalikan agar tidak terlalu
stres berkepanjangan. Bila telah terjadi stres, akan timbul gejala-
gejala seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Gejala Stres Berdasarkan Gejala Fisik, Mental dan
Perilaku

Gejala Fisik Gejala Mental Gejala


Perilaku
o Perubahan waktu o Kurang konsentrasi o Kegelisahan
tidur o Pelupa Sulit untuk o Menggigit
o Mudah lelah membuat keputusan kuku
sepanjang waktu o Mudah panik o Perubahan
o Sakit kepala, sakit o Depresi nafsu makan
dan nyeri o Ketidaksabaran o Makan tidak
o Mudah terkena o Mudah marah sesuai
demam demam o Ketakutan kebiasaan
o Pusing o Menurunnya o Penggunaan
o Pingsan kebersihan dan alkohol & obat
o Berkeringat & penampilan pribadi lain secara
gemetar tidak benar
o Kesemutan tangan &
kaki
o Mudah berdebar-
debar

Stres juga dapat terjadi pada caregiver. Beberapa faktor yang


dapat menimbulkan stres pada caregiver adalah:
o Terlalu banyak pekerjaan/kelelahan.
o Keterampilan terbatas.
o Komunikasi yang buruk/buntu
o Dukungan yang buruk dari lingkungan
o Masalah pribadi
b. Mengelola Stres
Dalam mengatasi stres baik caregiver maupun
lansia perlu belajar cara mengelola stres dengan tepat, salah
satu cara mengelola stres yang bisa di lakukan sehari-hari
adalah melakukanrelaksasi dengan dengan teknis nafas
dalam dan terapi autogenik:
1) Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Berikut cara melakukan relaksasi dengan teknis
nafas dalam Langkah 1:
o Ambil posisi yang nyaman misalnya duduk atau
berbaring,
o Lepaskan benda apa pun di tubuh yang mungkin
mengganggu saat bersantai. (mis. jam tangan,
kacamata dan lain-lain),
o Letakkan tangan kiri (telapak ke bawah) di atas
perut,
o Kemudian letakkan tangan kanan di atas tangan
kiri sehingga beristirahat dengan nyaman dan
ciptakan lingkungan yang tenang.
o Biarkan mata tetap terbuka saat posisi ini

Langkah 2:
o Mulai pejamkan mata nikmati ketenangan,
kemudian tarik nafas perlahan melalui hidung
tahan sebentar selanjutnya keluarkan melalui
mulut secara perlahan (usahakan saat
mengeluarkan nafas mulut membentuk huruf
O) usahakan konsentrasi dan nikmati aliran
udara yang masuk
dan keluar.
o Saat menarik napas, bayangkan udara
memasuki hidung dan masuk memenuhi rongga
dada.
o Rasakan perut mengembang diikuti oleh dada,
dan nikmati aliran udara yang masuk dan keluar.
o Lakukan berulang hingga Lansia atau caregiver
sudah merasa lebih tenang dan merasa nyaman.
Teknik relaksasi dengan pernafasan dalam ini bisa dilakukan
sehari-hari, untuk latihan bisa dilakukan dua kali dalam sehari
dan lakukan saat merasa stres.

2) Terapi Autogenik
Terapi autogenik merupakan suatu teknik untuk mengurangi
ketegangan dengan cara memberi sugesti kepada diri sendiri.
a) Persiapan
Terdapat tiga posisi dasar dalam melakukan relaksasi autogenik
yaitu duduk di kursi menyandar di atas kursi, atau berbaring.
Posisi tidur merupakan posisi tubuh terbaik melakukan relaksasi
autogenik:
o Sebaiknya dengan berbaring dilantai berkarpet atau tempat
tidur.
o Kedua tangan disamping tubuh dan telapak tangan
menghadap ke atas dan tungkai lurus sehingga tumit di
permukaan lantai.
o Bantal tipis diletakkan di bawah kepala atau lutut, dan
punggung lurus.
b) Konsentrasi
o Ketika pertama kali melakukan latihan ini, yang akan
dirasakan adalah pikiran menerawang ke hal-hal yang
tampaknya lebih penting.
o Yang dimaksud konsentrasi dalam latihan ini adalah pikiran
hanya disini dan untuk saat ini, terutama dalam keadaan
tubuh saat ini.
o Jika pada awalnya menemukan pikiran lain yang berusaha
mengalihkan pikiran tersebut, fokuskan kembali pikiran
pada konsentrasi tersebut.

c) Fase Relaksasi Autogenik


Latihan ini diawali dengan mengatur nafas seperti pada teknik
relaksasi nafas dalam, kemudian dilanjutkan untuk masuk
enam fase relaksasi autogenik.

Fase 1: Merasakan berat


o Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua
lengan terasa berat. Selanjutnya, secara perlahan-lahan
bayangkan kedua lengan terasa kendur, ringan hingga
terasa sangat ringan sekali sambil katakan “aku merasa
damai dan tenang sepenuhnya”.
o Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan
kaki

Fase 2: Merasakan kehangatan


Bayangkan darah mengalir ke seluruh tubuh dan rasakan
hangatnya aliran darah, seperti merasakan minuman yang
hangat, sambil mengatakan dalam diri “aku merasa tenang
dan hangat”.

Fase 3: Merasakan denyut jantung


o Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri
pada perut.
o Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur
dan tenang sambil katakan “jantungku berdenyut
dengan teratur dan tenang”.
o Ulangi 6 kali.
o Katakan dalam hati “aku merasa damai dan tenang”.

Fase 4: Latihan pernapasan


o Posisi kedua tangan tidak berubah.
o Katakan dalam diri “napasku longgar dan tenang”.
o Ulangi 6 kali.
o Katakan dalam hati “aku merasa damai dan tenang”.

Fase 5: Latihan Abdomen (Daerah Perut)


o Posisi kedua tangan tidak berubah.
o Rasakan pembuluh darah dalam perut mengalir dengan
teratur dan terasa hangat.
o Katakan dalam diri “darah yang mengalir dalam perut
terasa hangat”.
o Ulangi 6 kali.
o Katakan dalam hati “aku merasa damai dan tenang”.

Fase 6 : Latihan Kepala


o Kedua tangan kembali pada posisi awal.
o Katakan dalam hati “kepalaku terasa benar-benar
dingin”.
d) Akhir latihan
Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan
(mengepalkan lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu
buang napas pelan-pelan sambil membuka mata.

Selain dua teknik diatas dalam mengelola stres bisa juga


dilakukan hal sebagai berikut:
o Mendekatkan diri pada aktifitas keagamaan (ibadah)
o Meningkatkan interaksi dengan keluarga
o Membaca tentang cerita yang disukai atau mendengarkan
musik yang menenangkan (musik klasik, tradisional, dll)

c. Gangguan pola tidur


Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang
terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain
yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berupa tidak
bisa tidur sepanjang malam, sering terbangun pada malam hari
sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari. Bila hal
ini terjadi, carilah penyebab dan jalan keluar sebaik–baiknya.
1) Penyebab dapat berupa keadaan sebagai berikut :
a) Kurangnya kegiatan fisik dan mental selama siang hari
b) Banyak tidur di siang hari
c) Gangguan cemas dan depresi
d) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman
e) Sering kencing pada waktu malam hari
f) Nyeri atau sesak napas dan lain-lain
2) Gejala :
a) Lansia sulit masuk ke dalam keadaan tidur dan atau
mempertahankan tidur,
b) Sulit tertidur lagi setelah terbangun,
c) Tidur gelisah.
d) Kadang-kadang menjadi tidak berdaya akibat dari sulit
tidur.
e) Sering terbangun atau periode bangun memanjang dan
perlu waktu lama untuk bisa tidur kembali.
f) Merasa letih dan mudah marah pada keesokan harinya
yang merupakan dampak dari kurang tidur.
3) Tatalaksana:
Pertahankan kebiasaan tidur sehat secara teratur dengan:
g) Relaksasi pada sore hari.
h) Mulai tidur dan bangun pagi pada jam yang sama setiap
hari
i) Bangun pada waktu yang sama di pagi hari walaupun
malam harinya sulit tidur.
j) Hindari tidur siang yang lama (lebih dari 30 menit) karena
hal ini dapat mengganggu tidur malam harinya.
k) Lakukan latihan relaksasi untuk menolong pasien masuk
tidur (dzikir, meditasi).
l) Anjurkan pada pasien untuk menghindari minum kopi pada
sore hari.
m) Konsumsi susu hangat menjelang jam tidur bisa membantu
lansia tidur lebih nyenyak.
n) Melakukan aktifitas/olahraga rutin sesuai dengan
kemampuan.
o) Menggunakan lampu kecil.
p) Mengurangi kebisingan.
q) Apabila dengan menggunakan cara alami gangguan
tersebut belum berkurang maka konsultasikan pada
petugas kesehatan.

G. Mendukung Lansia mempertahankan Aktivitas Instrumental


Kehidupan Sehari-hari (AIKS)/ Instrumental Activity Daily Living
(IADL)
Aktivitas Instrumental Kehidupan Sehari-hari adalah aktifitas
kehidupan sehari-hari yang bersifat instrumental, yaitu aktifitas
sehari-hari yang lebih kompleks dibandingkan dengan Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari (AKS). Aktivitas ini mengarah pada
kemampuan lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
komunitasnya yaitu: Berkomunikasi dengan menggunakan telepon,
berbelanja, menyiapkan makanan, mengurus rumah, mencuci
pakaian, menggunakan transportasi,menyiapkan dan meminum obat,
serta mengatur keuangan.
Caregiver dapat mendukung lansia untuk mempertahankan
kemampuan dalam melakukan AIKS sesuai dengan kondisinya,
antara lain dengan cara sebagai berikut:

1. Berkomunikasi dengan menggunakan telepon


a) Sediakan peralatan komunikasi seperti telepon atau telepon
genggam pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh
lansia.
b) Sediakan catatan nomor-nomor penting dan alat tulis untuk
mencatat di dekat pesawat telepon.
c) Sedapat mungkin biarkan lansia melakukan komunikasi
melalui telepon secara mandiri, bantuan diberikan hanya bila
diperlukan.

2. Berbelanja
a) Tanyakan mengenai kebutuhan lansia yang ingin dibeli.
b) Tanyakan apakah lansia menginginkan untuk berbelanja
sendiri.
c) Apabila masih memungkinkan maka sedapat mungkin lansia
didampingi untuk berbelanja sendiri sesuai dengan kondisinya
misalnya mobilisasi dengan menggunakan tongkat atau
dengan kursi roda.
d) Perhatikan jarak dari tempat tinggal dengan tempat belanja
serta kondisi fisik lansia.

3. Menyiapkan makanan
a) Buat perencanaan menu bersama lansia sehingga jenis
makanan lebih sesuai dengan selera lansia.
b) Sedapat mungkin melibatkan lansia di dalam proses penyiapan
dan penyajian makanan sesuai dengan kemampuan dan
kondisinya.

4. Mengurus rumah
a) Pada lansia yang kondisi fisiknya masih memungkinkan, dapat
ditanyakan apakah lansia menginginkan terlibat dalam
mengurus rumah.
b) Bila sesuai dengan kondisi fisik dan keinginan lansia, maka
dapat dilibatkan dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang
ringan seperti mencuci piring, menyiangi sayuran yang akan
dimasak, merapihkan tempat tidur, dan sebagainya.

5. Mencuci/ mengurus pakaian


a) Pada lansia yang kondisi fisiknya masih memungkinkan, dapat
ditanyakan apakah lansia menginginkan terlibat dalam
mengurus pakaiannya.
b) Bila sesuai dengan kondisi fisik dan keinginan lansia, maka
dapat dilibatkan dalam mengurus pakaian seperti mencuci,
menjemur, melipat pakaian dan sebagainya.

6. Menggunakan transportasi
a) Pada lansia yang memiliki tingkat ketergantungan sedang
kemungkinan masih dapat menggunakan tongkat atau kursi
roda menuju kendaraan yang telah disediakan untuk
transportasi, sedangkan pada lansia yang tingkat
ketergantungan berat atau total perlu bantuan penuh untuk
menuju kendaraan.
b) Caregiver sedapat mungkin membantu lansia dalam
memutuskan cara yang paling tepat untuk menuju kendaraan
dan melakukan transportasi ke tempat yang diinginkan sesuai
dengan kondisinya.
c) Pastikan lansia selalu didampingi dalam proses perpindahan
ketika naik atau turun kendaraan, sehingga selalu terjamin
keamanan dan kenyamanannya.
7. Menyiapkan dan meminum obat
a) Sediakan tempat penyimpanan obat-
obatan khusus milik lansia dengan
pemisahan setiap jenis obat. Letakkan di
tempat yang mudah dijangkau oleh lansia.
b) Bantu lansia untuk memilah-milah obat
sesuai dengan waktu meminum obat
setiap harinya, dan beri label tulisan yang
jelas. Dapat digunakan tempat obat yang
sudah memiliki sekat-sekat untuk
memilah obat.
c) Sediakan catatan pemantauan minum obat, sedapat mungkin
ajak lansia secara aktif berperan dalam penyiapan dan
pencatatan meminum obat sesuai dengan kondisinya.

8. Mengatur keuangan
a) Bantu lansia untuk melakukan pengaturan, penggunaan, dan
penyimpanan keuangan.
b) Sediakan buku catatan keuangan dan sedapat mungkin bantu
lansia untuk melakukan pencatatan sendiri sesuai dengan
kondisi fisik dan kemampuannya.

H. Pertolongan Pertama pada Keadaan Darurat


Pertolongan pertama adalah tindakan langsung yang diberikan
kepada lansia yang mengalami kadaan yang membahayakan jiwanya
sebelum ambulan atau petugas kesehatan tiba.
Tujuan dari pertolongan pertama adalah untuk mengambil langkah
yang diperlukan untuk menyelamatkan hidup lansia. Hal penting yang
perlu diperhatikan oleh caregiver diantaranya:
1) Segera hubungi petugas kesehatan dan ambulan
2) Meminta bantuan orang terdekat atau tetangga
3) Amankan lingkungan sekitar lansia dan hindarkan jalur
pemindahan lansia dari penghalang
4) Selama menunggu bantuan datang, jangan melakukan tindakan
tertentu apabila tidak yakin atau ragu-ragu
5) Menanyakan apa saja yang bisa dilakukan kepada petugas
kesehatan melalui alat bantu komunikasi

n dan minta bantuan orang lain (anggota keluarga lain atau tetangga untuk menghubungi petugas keseh
at menemukannya
sinya secara teratur
ngan pertama pada keadaan darurat
nangan petugas kesehatan
Beberapa kondisi gawat darurat dan penanganan yang bisa dilakukan
caregiver :
1. Penurunan Kesadaran
Lansia dapat mengalami gangguan kesadaran dan terjadi secara
mendadak yang dapat disebabkan oleh payah jantung, serangan
jantung, infeksi paru-paru, infeksi saluran kemih, gula darah terlalu
rendah atau gula darah terlalu tinggi dan kadar garam terlalu rendah,
dsb. Bila Caregiver mendapati lansia mengalami penurunan
kesadaran/tidak sadarkan diri, sebaiknya lakukan hal berikut:
 Baringkan lansia tanpa alas bantal di kepala
 Naikkan bagian kaki dengan menambahkan ganjalan (bisa dengan
menggunakan bantal atau selimut yang digulung) sehingga posisi
mata kaki lebih tinggi dari dada lansia.
 Pastikan tidak ada sesuatu yang menutupi bagian hidung dan
tenggorokan lansia agar tetap dapat bernafas dan aliran udara
tetap masuk. Bila ada segera bersihkan.
Periksa apakah masih ada nafas dan
denyut jantung dengan meletakkan
tangan di atas dada lansia, dari hidung
terasa ada hembusan angin yang berasal
dari pernafasannya. Bila tidak ada
pernafasan, lakukan pernafasan buatan
dengan meniupkan udara pernafasan kita
ke lansia melalui mulut atau hidung.

 Selain itu, segera periksa adakah denyut


nadi leher. Bila tidak ada, maka segera
lakukan penekanan/kompresi jantung dari
luar sebanyak 15 kali, diselingi 2 kali pernafasan buatan sehingga
menghasilkan denyut jantung sekitar 100 x/menit

 Jika lansia muntah maka miringkan badan dan kepala agar tidak
tersedak
 Sambil melakukan pertolongan, segera panggil orang lain agar
mencari pertolongan petugas kesehatan dan mencari ambulans
untuk bantuan lebih lanjut
 Tunggu hingga bantuan datang dan jangan memberikan makanan
atau minuman selama memberikan bantuan.

2. Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
karena adanya kontak dengan sumber panas misalnya api, terkena
air panas, tersentuh benda panas, akibat sengatan listrik, akibat
bahan kimia, dan sengatan matahari.
Tindakan yang harus diambil saat menangani luka bakar:
 Hentikan sumber pembakaran misalnya matikan
api, cabut arus listrik, dsb.
 Dinginkan area luka bakar atau melepuh selama
2-3 menit di bawah air mengalir atau rendam
dalam air dingin
 Tutup dengan kassa steril atau kain bersih yang
telah dibasahi dengan air
 Panggil bantuan petugas kesehatan atau rujuk ke rumah sakit
3. Patah Tulang
Patah tulang atau tulang yang retak dapat disebabkan oleh tekanan
atau benturan keras yang dapat mengakibatkan terjadinya retakan
atau hingga patah tulang, baik tertutup maupun terbuka. Berikut ini
merupakan tanda-tanda adanya patah tulang:
 Nyeri di tempat luka atau di sekitarnya
 Timbul bengkak atau benjolan
 Timbul memar
 Bentuk anggota tubuh tidak terlihat normal, dibandingkan
dengan anggota badan lain
 Pada patah tulang terbuka, dapat terjadi perdarahan
 Anggota tubuh yang terluka mengalami keterbatasan atau
tidak bisa bergerak
 Mungkin dapat timbul tanda-tanda syok (dada berdebar, bibir
dan mata pucat serta diikuti pingsan)
Jika caregiver mencurigai adanya patah tulang pada lansia,
lakukan langkah sebagai berikut :
 Memanggil anggota keluarga yang lain atau tetangga untuk
segera mencari bantuan petugas kesehatan
 Sementara orang lain sedang menghubungi petugas
kesehatan, caregiver dapat melakukan hal berikut:
o Berikan penyangga dan
cegah gerakan anggota
tubuh yang terluka
o Tutupi luka terbuka (bila
ada) dengan kassa
steril atau kain bersih
o Pertahankan area yang terluka dalam posisi yang paling
nyaman
o Mencegah pergerakan
anggota tubuh dengan
meletakkan gulungan
selimut atau bantal di
samping anggota
tubuh yang terluka
o Perhatikan apakah ada
tanda-tanda penurunan kesadaran. Lakukan rujukan ke
fasilitas kesehatan terdekat. Sebaiknya didampingi oleh
petugas kesehatan.

4. Perdarahan
a. Perdarahan kecil dan luka yang tidak dalam
 Bersihkan tangan caregiver dengan
sabun dan air, keringkan, gunakan
sarung tangan bila tersedia
 Bersihkan luka dan daerah sekitar
luka dengan air bersih, lalu keringkan
dengan kassa steril sambil ditekan
untuk menghentikan perdarahan
 Oleskan antiseptik, letakkan kassa
steril kering di atas luka.
 Balut luka dengan kassa steril,
gunakan plester
b. Perdarahan Hebat
 Bersihkan tangan dengan sabun
dan air lalu pakai sarung tangan
 Hentikan perdarahan dengan
membebat bagian yang terluka
sambil memberikan tekanan
selama sekitar 10 menit
 Jika perdarahan terjadi pada
anggota badan, baringkan lansia
dan angkat anggota badan yang terluka
 Balut dengan perban di atas kain pembebat, beri tekanan
lebih besar pada luka tetapi tidak terlalu ketat untuk
memungkinkan sirkulasi darah tetap terjadi
 Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat
 Jika terdapat bagian tubuh yang tertusuk benda besar,
JANGAN ambil bendanya. Berikan pengganjal di kanan dan
kiri benda tersebut, balut dengan perban tanpa memberikan
tekanan. Baru lakukan rujukan.
5. Syok
Syok disebabkan karena kegagalan jantung untuk memompa darah
sehingga aliran darah di dalam tubuh menjadi berkurang. Kondisi ini
dapat terjadi karena pendarahan hebat, kekurangan cairan yang
parah (dehidrasi) dan penyakit misalnya penyakit jantung. Tanda-
tanda syok, adalah sebagai berikut:
 Lansia terlihat pucat
 Kulit dingin dan lembab
 Bernafas cepat dan pendek
 Denyut nadi cepat dan lemah
 Dalam kasus lanjut, lansia bisa menjadi tidak sadar

Hal-hal yang harus dilakukan caregiver jika ditemukan tanda-tanda


syok pada lansia:
 Baringkan lansia, angkat dan tahan kakinya
 Longgarkan pakaian ketat terutama di leher dan pinggang
 Pastikan sirkulasi udara yang baik
 Jaga lansia agar tetap hangat dengan memakaikan mantel atau
selimut
 Jangan berikan makanan atau minuman apapun
 Periksa denyut nadi dan pernapasan secara teratur
 Berikan kenyamanan
 Konsultasi ke petugas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut
6. TERSEDAK
Tersedak adalah terjadinya penyumbatan
pada jalan nafas yang menyebabkan
kesulitan bernafas. Pada lansia yang sering
terjadi adalah tersedak saat pemberian
makan karena adanya penurunan
kemampuan menelan.

Pada lansia yang mengalami tersedak, dapat


ditemui tanda-tanda:
 Kesulitan berbicara dan bernafas,
 Terjadi bendungan aliran darah pada wajah hingga kulit wajah
berwarna merah sampai menjadi kebiruan,
 Lansia memegang lehernya karena kesulitan bernafas.
Apabila caregiver menemui lansia yang mengalami tersedak,
lakukan:
 Tenangkan lansia, minta untuk atur nafas sambil mengeluarkan
makanan/ minuman yang masuk ke saluran nafas dengan cara
mendehem atau batuk
 Jika tersedak dengan makanan padat yang cukup besar hingga
menyumbat jalan nafas seluruhnya, lakukan langkah “Manuver
Heimlich” sebagai berikut:
o Pertama, caregiver berdiri di belakang lansia. Posisikan
kepalan tangan dengan ibu jari pada perut lansia bagian
atas.
o Kemudian pegang kepalan tangan pertama dengan tangan
kedua.
o Lakukan hentakan pada perut lansia dengan menggunakan
kedua tangan ke arah dalam dan ke atas.
o Ulangi hingga jalan nafas bebas dari sumbatan dan lansia
dapat batuk atau bernafas.
o Jika lansia tidak sadarkan diri, segera cari
bantuan petugas
kesehatan.

1.

2.
3.
I. Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Pemanfaatan Tanaman
Obat Keluarga (TOGA) dan Akupresur
a. Pemanfaatan TOGA
Pada lansia sering ditemui ketidaknyamanan karena adanya
perubahan hormonal dan fungsi tubuh lain. Namun jika keluhan
ringan tersebut belum sampai mengganggu aktivitas sehari hari
dapat diupayakan perawatan melalui asuhan mandiri kesehatan
tradisional. Dalam penatalaksanaan asuhan mandiri kesehatan
tradisional pemanfaatan TOGA dan Akupresur tetap harus
DIDAHULUI dengan KONSULTASI pada tenaga kesehatan agar
tidak terjadi komplikasi atau perburukan kondisi kesehatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan asuhan


mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur
Syarat bahan
Dalam memilih bahan ramuan tanaman obat, seperti: akar,
rimpang, umbi, kulit batang, kayu, daun, bunga, buah, atau seluruh
tanaman (herba) harus memperhatikan:
 Bahan dan buah segar, tidak keriput, telah tua/matang/masak
sempurna
 Kulit batang tidak retak
 Daun, bunga, kulit, umbi berwarna cerah, tidak berubah warna
atau layu
 Masih dalam keadaan utuh
 Tidak rusak oleh hama dan penyakit tanaman lainnya, tidak
bercendawan/berjamur atau akar yang berlumut
 Bahan yang digunakan harus dicuci dengan air bersih yang
mengalir
MERAMU
 Peralatan yang digunakan untuk membuat ramuan tanaman
obat:
o Periuk/kuali dari tanah liat atau panci dari bahan gelas/kaca,
email atau bahan anti karat (stainless steel)
o Spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan kayu
o Saringan dari bahan kain, plastik, atau nilon
o Pisau stainless steel
 Pembuatan ramuan obat tradisional dari bahan-bahan segar
dilakukan dengan mendidihkan air terlebih dahulu, kemudian
bahan dimasukkan, dan dibiarkan selama 10-15 menit di atas
api kecil dalam keadaan panci tertutup
 Urutan memasukkan bahan tanaman obat dalam merebus,
dahulukan yang keras yaitu batang kayu, kulit dan akar, setelah
itu masukkan bahan yang lebih lunak yaitu umbi, bunga dan
daun
 Jangan menggunakan peralatan dari bahan alumunium,
timah,atau tembaga karena mudah bereaksi dengan tanaman
obat sehingga dapat meracuni dan mengurangi khasiat tanaman
obat tersebut

b. Akupresur

Akupresur adalah salah satu jenis/cara perawatan kesehatan


tradisional keterampilan yang dillakukan melalui teknik penekanan
di permukaan tubuh pada titik-titik akupunktur dengan
menggunakan jari, atau bagian tubuh lain, atau alat bantu yang
berujung tumpul, dengan tujuan pearawatan kesehatan.

110
Teknik penekanan: ditekan sebanyak 30 kali hitungan sampai
terasa ngilu dan dilakukan 1-2 kali Sehari
Alat yang digunakan: jari tangan, telapak tangan, siku
Alat bantu lain yang berujung tumpul
Bahan: minyak/pelican

Kondisi yang tidak dianjurkan tindakan akupresur:


 Terlalu lapar atau terlalu kenyang
 Emosi yang labil
 Tubuh sangat lemah

Kontraindikasi
Keadaan yang tidak dapat ditangani dengan akupresur:
 Gawat darurat
 Kasus yang perlu pembedahan
 Penggunaan obat pengencer darah/antikoagulan
 Diketahui ada kelainan pembekuan darah
Keluhan kesehatan ringan yang dapat ditanggulangi dengan
asuhan mandiri kesehatan tradisional pemanfaatan TOGA dan
Akupresur antara lain:

1) Susah Tidur
Untuk mengatasi sakit kepala dapat diberikan ramuan tradisional
sebagai berikut:
Bahan ramuan :
Biji pala 1/5 bagian
Madu 1 sendok makan
Air panas 1 cangkir

Cara Pembuatan :
1/5 bagian biji pala ditumbuk halus. Seduh dengan 1 cangkir air
hangat dan madu 1 sendok makan.

Cara Pemakaian :
Diminum 1-2 kali sehari dalam keadaaan hangat.

Akupresur :
Akupresur untuk mengatasi susah tidur dapat dilakukan dengan
pemijatan pada lokasi:

Di lekukan garis pergelangan


tangan bagian dalam, segaris
dengan jari kelingking

Tiga jari di atas pertengahan


pergelangan tangan bagian
dalam

112
Di punggung tangan pada
tonjolan tertinggi ketika ibu jari
dan telunjuk dirapatkan

Di punggung kaki pada


cekungan antara pertemuan
tulang kaki ibu jari dan jari
kedua kaki

2) Sakit Kepala
Untuk mengatasi sakit kepala dapat diberikan ramuan tradisional
sebagai berikut:

Bahan ramuan:
Bawang putih 1 ruas ibu jari
Pegagan 1 jumput
Air 1 ½ gelas

Cara pembuatan :
Bawang putih dimemarkan, campurkan semua bahan kemudian
direbus dalam air mendidih selama 10-15 menit dengan api kecil.
Cara pemakaian :
Ramuan diminum 3 kali sehari, masing-masing 1/3 gelas.

Perhatian :
Hindari takaran yang berlebih. Tidak diperkenankan bagi yang
sedang mengkonsumsi obat pengencer darah, ibu hamil, dan
yang sensitif terhadap bawang putih.

Akupresur :
Akupresur untuk mengatasi sakit kepala dapat dilakukan dengan
pemijatan pada lokasi:

Di lekukan tulang pelipis,


sejajar dengan sudut
mata luar

Di belakang kepala, 1 ibu


jari tangan di atas batas
rambut bagian belakang

Untuk sakit kepala


daerah puncak kepala,
dapat dilakukan
pemijatan pada lokasi
yang terletak di puncak
kepala

Di puncak bahu,
pertengahan antara
tengkuk dan pangkal
lengan
Di punggung tangan pada
tonjolan tertinggi ketika ibu
jari dan telunjuk dirapatkan

Di punggung kaki pada


cekungan antara
pertemuan tulang
telapak kaki ibu jari dan

3) Kram Otot Tungkai


Untuk mengatasi kram otot tungkai dapat menggunakan ramuan
sebagai berikut:

Bahan ramuan :
Daun landep ½ genggam
Kapur sirih ½ genggam
Air matang 2 sendok makan
Cara Pembuatan :
Daun landep dari jenis berbunga kuning ditumbuk halus dengan
kapur sirih, tambahkan air dan aduk sampai rata.

Cara Pemakaian :
Dilumurkan di bagian yang sakit 2 kali sehari.

Perhatian :
Hindari pemakaian pada kulit yang peka.

Akupresur
Akupresur untuk mengatasi kram otot tungkai dapat dilakukan
dengan pemijatan pada lokasi:

Pada bagian paha yang


letaknya sejajar ujung jari
tengah pada posisi tubuh
berdiri dan lengan
menggantung di sisi paha.

Di bawah tonjolan tulang,


sisi bawah luar lutut

Di lekukan bagian
bawah otot betis.
4) Nyeri Pinggang
Nyeri pinggang adalah adalah kondisi yang ditandai dengan
ketengangan pada otot pinggang disertai rasa nyeri. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan penanganan tradisional
sederhana di rumah diantaranya:

Bahan ramuan:
Jahe merah 1 jempol
Sereh 2 batang
Gula merah 1 sendok makan
Garam seujung sendok teh
Air 2 gelas

Cara pembuatan :
Jahe dibakar dan memarkan, masukkan bersama sereh dalam air
mendidih. Tunggu 10 menit tambahkan gula merah serut dan garam,
aduk-aduk dan dinginkan

Cara pemakaian:
Minum 2 kali sehari
Akupresur

Akupresur untuk mengatasi


nyeri pinggang dapat
dilakukan pemijatan pada
lokasi yang letaknya di
pinggang sejajar dengan
pusar, selebar 2 jari tangan
ke samping kiri dan kanan
dari garis tengah tubuh

Lokasi yang terletak di


pertengahan lipat lutut
BAB III
MERUJUK LANSIA KE FASILITAS KESEHATAN

Kegiatan rujukan pada prinsipnya dilakukan dengan tujuan untuk


meningkatkan mutu pelayanan bagi Lansia. Rujukan adalah upaya
pelimpahan tanggung jawab timbal balik dengan fasilitas kesehatan
terdekat.
Sebagai pengetahuan umum bagi caregiver, di tingkat individu,
lanjut usia dan keluarga/masyarakat, proses rujukan akan
memanfaatkan institusi-institusi sebagai berikut:
1. Institusi tingkat masyarakat
 Kelompok Lanjut Usia
 Posyandu Lanjut Usia/Posbindu
2. Fasilitas kesehatan tingkat pertama
 Puskesmas pembantu
 Puskesmas
 Praktek dokter/Klinik swasta
3. Fasilitas kesehatan Rujukan tingkat lanjut

 Rumah Sakit Tingkat Kabupaten


 Rumah Sakit Tingkat Provinsi, yaitu Rumah Sakit tipe A atau B

Untuk kasus rujukan tertentu, caregiver bertindak sebagai pelapor


yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh tenaga kesehatan yang ada di
wilayahnya. Selain itu caregiver juga merupakan informan utama yang
dapat digali informasi riwayat kesehatan selama proses merujuk
berlangsung.
Saat merujuk, caregiver memastikan semua perlengkapan yang
diperlukan sudah disiapkan, diantaranya :
 Kartu identitas Lansia
 Kartu Jaminan Kesehatan
 Buku Kesehatan Lansia
 Buku catatan kesehatan lain apabila ada

Apabila Lansia sakit, maka Apabila masalah Rujukan lebih


Caregiver berkewajiban kesehatan tidak dapat komprehensif dapat
untuk membawa Lansia diselesaikan di fasilitas dilakukan di Fasilitas
ke Pelayanan Kesehatan kesehatan tingkat
Kesehatan rujukan
Dasar terdekat untuk pertama maka
mendapatkan perawatan caregiver bersama tingkat lanjutan.
profesional oleh tenaga tenaga kesehatan
Fasilitas kesehatan
kesehatan. melakukan Rujukan ke
rujukan tingkat lanjutan
Hal yang bisa dilakukan Fasilitas Kesehatan
dapat berupa:
caregiver adalah Rujukan tingkat lanjut
a. Klinik utama atau
membantu menyiapkan (Fasilitas Kesehatan
yang setara
dokumen sebagai berikut: Tingkat Pertama dapat
b. Rumah Sakit Umum
a. Kartu identitas Lansia berupa:
c. Rumah Sakit Khusus
b. Kartu Jaminan a. Puskesmas atau
Kesehatan yang setara
c. Buku Kesehatan b. Praktik dokter
Lansia c. Klinik pratama atau
d. Buku catatan yang setara
kesehatan lain d. Rumah Sakit Tipe D
apabila ada atau yang setara)
e. Perlengkapan pribadi
f. Obat-obatan pribadi

120
Catatan:
Apabila kegawatan terjadi pada malam hari, caregiver dapat
melakukan pertolongan pertama dan langsung merujuk pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama 24 jam atau langsung ke
fasilitas kesehatan rujukan terdekat.
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting


dalam manajemen kesehatan. Melalui pencatatan, yang merupakan
bagian sistem informasi, merupakan salah satu alat bantu dalam
pelaksanaan monitoring dan evaluasi dari kegiatan yang dilakukan.
Demikian juga halnya dalam melaksanakan perawatan jangka panjang
bagi Lansia, seorang pendamping lanjut usia perlu melakukan kegiatan
pencatatan untuk pengaturan yang baik dalam pelaksanaan kegiatan.
Untuk memudahkan caregiver melakukan pekerjaan sehari hari
di rumah atau panti dapat dilakukan kontrol dengan menggunakan daftar
checklist sederhana agar lebih terarah. Adapun contoh format tersebut
adalah sebagai berikut (namun dapat dikembangkan sesuai kebutuhan
masing masing Lansia (dalam penyusunannya libatkan Lansia):

Tabel 6. Contoh Format Check List Sederhana untuk Memantau


Pekerjaan Caregiver Sehari-hari
Dilakukan
Hari Waktu Kegiatan Sudah Belum
(V) (X)

122
Selain itu tujuan dari kegiatan pencatatan adalah untuk
mendapatkan data-data Lansia yang diperlukan oleh pendamping jika
dibutuhkan pada waktu konsultasi dengan tenaga kesehatan.
Komponen yang perlu dicatat meliputi:

1. Identitas lansia
2. Riwayat kesehatan lansia
3. Keadaan kesehatan dan keluhan lansia
4. Catatan perkembangan kesehatan lansia
5. Pemantauan penggunaan obat
6. Rencana kunjungan Lansia ke dokter/fasilitas pelayanan kesehatan
atau sebaliknya
7. Mengumpulkan informasi: informasi kontak dokter lain, Kartu BPJS
Jika Lansia sudah memiliki Buku Kesehatan Lanjut Usia, data-
data hasil pelayanan yang didapatkan oleh Lansia dapat dicatat
seluruhnya di Buku tersebut. Buku kesehatan lansia merupakan alat
untuk pencatatan dalam rangka memantau dan mendeteksi secara dini
adanya gangguan atau masalah kesehatan pada pra lansia/lansia
sekaligus media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi pra
lansia/lansia, pengasuh, keluarga maupun masyarakat mengenai
kesehatan pra lansia/lansia.
Pada bagian-bagian tertentu dari Buku Kesehatan Lansia
disamping diisi oleh petugas kesehatan, ada pula yang harus diisi oleh
lansia/keluarga lansia/kader atau caregiver sebagai pendamping lansia.
Buku Kesehatan Lansia yang berisi catatan tentang keadaan lansia
tersebut harus dibawa serta ketika lansia akan berkunjung ke fasilitas
kesehatan untuk konsultasi dengan petugas kesehatan maupun untuk
memeriksakan kesehatannya.
Bagian Buku Kesehatan Lansia yang harus diisi oleh
Lansia/Keluarga/Kader atau caregiver adalah pada Bab 1, Bab 3,
dan Bab 5.

Buku Kesehatan Lansia


Penggunaan buku kesehatan lansia secara benar diharapkan
akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pra
Lansia/Lansia karena melalui buku tersebut dapat diperoleh informasi
data kesehatan Pra Lansia/Lansia. Buku Kesehatan Lansia juga berisi
tentang program gizi, Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Kesehatan
Jiwa dan Intelegensia, Kesehatan Haji serta Kesehatan Olah Raga
sehingga diharapkan dapat menjadi alat deteksi masalah kesehatan
pada lansia. Buku ini disimpan dan dipelajari oleh Lansia bersama
caregiver dan selalu dibawa ke Pelayanan Kesehatan saat melakukan
pemeriksaan.
Selain itu untuk lansia yang berada di panti juga memiliki
pencatatan dan pelaporan yang tujuannya memantau status kesehatan
dan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Namun dengan
adanya Buku Kesehatan Lansia, diharapkan dapat digunakan secara
nasional oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan maupun panti
sebagai media untuk mencatat hasil pelayanan yang diberikan kepada
Lansia.
Petugas kesehatan membimbing caregiver dalam membuat
pencatatan dan memantau catatan yang dibuat oleh caregiver serta
mengambil informasi yang diperlukan untuk pelaporan.
Bagi lansia yang belum memiliki Buku Kesehatan Lansia, petugas
kesehatan dapat membuatkan lembar pencatatan yang mengacu
kepada buku tersebut, sehingga data yang dicatat di lembar pencatatan
tersebut dapat digunakan untuk memantau perkembangan kesehatan
lansia.
BAB V
PENUTUP

Banyaknya masalah kesehatan yang dialami dan meningkatnya


tingkat disabilitas pada Lansia, merupakan indikasi dibutuhkannya
bantuan baik yang bersifat sementara maupun menetap sesuai dengan
tingkat ketergantungannya. Sangat penting adanya pendampingan yang
berkualitas dari caregiver yang mampu memberikan asuhan sesuai
dengan kebutuhan Lansia. Buku Pedoman Praktis Perawatan Jangka
Panjang bagi caregiver diharapkan dapat menjadi panduan sederhana
bagi penggunanya.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 a: FORMAT PENILAIAN
AKTIVITAS KEGIATAN SEHARI-HARI (AKS)

Fungsi Skor Keterangan Hasil


Mengendalikan 0 Tidak terkendali/Tidak teratur
rangsang BAB (perlu pencahar)
1 Kadang kadang tak terkendali
(1x/minggu)
2 Terkendali teratur
Mengendalikan 0 Tidak terkendali atau
rangsang BAK menggunakan kateter

1 Kadang kadang tak terkendali


(1x/24 jam)
2 Terkendali teratur
Menmbersihkan diri 0 Butuh bantuan orang lain
(mencuci wajah,
menyikat rambut, 1 Mandiri
mencukur kumis, sikat
gigi)
Penggunaan WC 0 Tergantung orang lain
(Keluar masuk WC,
melepas/ memakai 1 Perlu pertolongan pada
celana, cebok, beberapa kegiatan namun dapat
menyiram) melakukan aktifitas lainnya
sendiri
2 Mandiri
Makan minum (jika 0 Tidak mampu
makanan harus
berupa potongan, 1 Perlu ditolong memotong
dianggap dibantu) makanan

2 Mandiri
Bergerak dari kursi 0 Tidak mampu
roda ke tempat tidur
dan sebaliknya 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
(termasuk duduk di duduk (2 orang)
tempat tidur)
2 Mandiri

Berjalan di tempat 0 Tidak mampu


rata (atau jika tidak
bisa berjalan, 1 Mampu berpindah menggunakan
menjalankan kursi kursi roda
roda)
2 Berjalan dengan bantuan 1
orang

3 Mandiri
Berpakaian (termasuk 0 Tergantung orang lain
memasang tali
sepatu, 1 Sebagian dibantu
mengencangkan
sabuk) 2 Mandi

Naik turun tangga 0 Tidak mampu

1 Butuh pertolongan

2 Mandiri
Mandi 0 Tergantung orang lain

1 Mandiri

Hasil tingkat kemandirian dapat dilihat dari skor yang diperoleh sbb:

Skor Modifikasi:

20 : Mandiiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan Ringan (B)
9 – 11 : Ketergantungan Sedang (B)
5–8 : Ketergantungan Berat ( C)
0–4 : Ketergantungan Total ( C )
LAMPIRAN 1b: FORMAT PENILAIAN AKTIVITAS INSTRUMENTAL
KEGIATAN SEHARI-HARI (AIKS)
Skor Hasil
Dapat menggunakan telepon
Mengoperasikan telepon sendiri dan mencari dan menghubungi 1
nomor
Menghubungi beberapa nomor yang diketahui 1
Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi 1
Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali 0
Mampu pergi ke suatu tempat
Berpergian sendiri menggunakan kendaraan umum atau menyetir 1
sendiri
Mengatur perjalanan sendiri 1
Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada yang menyertai 0
Tidak melakukan perjalanan sama sekali 0
Dapat berbelanja
Mengatur semua kebutuhan belanja sendiri 1
Perlu bantuan untuk mengantar belanja 0
Sama sekali tidak mampu belanja 0
Dapat menyiapkan makanan
Merencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan makanan 1
Menyiapkan makanan jika sudah tersedia bahan makanan 0
Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang cukup 0
Perlu disiapkan dan dilayani 0
Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang 1
Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan tempat tidur, 1
mencuci piring)
Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hari 1
Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah 0
Dapat mencuci pakaian
Mencuci semua pakaian sendiri 1
Mencuci pakaian yang kecil 1
Semua pakaian dicuci oleh orang lain 0
Dapat mengatur obat - obatan
Meminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa bantuan 1
Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
Dapat mengatur keuangan
Mengatur masalah finansial (tagihan, pergi ke bank) 1
Mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi perlu bantuan untuk ke bank 1
untuk transaksi penting
Tidak mampu mengambil keputusan finansial atau memegang uang 0
Total

130
Skoring AIKS/IADL
Dikerjakan oleh orang lain 0
Perlu bantuan sepanjang waktu 1
Perlu bantuan sesekali 2
Independen/mandiri 3-8
Lampiran 2. Contoh Check list kegiatan Lansia di rumah dan
di Panti
Nama :
Usia :

Hari Waktu Kegiatan Dilakukan


Senin 05.00 Membantu Sudah Belum
Lansia bersiap
(V) (X)
beribadah

05.30 Membantu
Lansia mandi
pagi
06.00 Menemani
Lansia berolah
raga
07.00 Sarapan
bersama
Lansia
…. ….
…. ….

132
DAFTAR RUJUKAN

1. Alzheimer Indonesia. Leaflet Kenali 10 Gejala Umum Demensia


Alzheimer
2. Badan Kependudukan dan Ketahanan Keluarga Berencana
Nasional, 2017. Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan
Rentan.
3. Departemen Kesehatan RI, 2009. Petunjuk Teknis dan Pelaporan:
Peningkatan Kualitas Kesehatan Intelegensia Melalui
Pemberdayaan Lanjut Usia dan Anak.
4. Hitoshi Ohta, Haruki Miyoshi, Tsutomu Higashida, 2014. Kanzen
Zukai Atarash Kaigo Zenmen Kaich ban (完全図解 新しい介護
全面改訂版), Kodansha. Tokyo.
5. Kementerian Kesehatan RI, Latihan/Senam: Vitalisasi Otak
6. Kementerian Kesehatan RI, 2016. Buku Saku 1: Petunjuk Praktis
Toga dan Akupresur
7. Kementerian Kesehatan RI, 2016. Permenkes RI Nomor 25 Tahun
2016 tentang Rencana Aksi Kesehatan Lanjut Usia 2016 – 2019.
8. Kementerian Kesehatan RI-Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kesehatan, 2018. Pedoman Pendayagunaan Caregiver
9. Kementerian Kesehatan RI-Direktorat Kesehatan Keluarga, 2018.
Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang
bagi Lanjut Usia
10. Kementerian Kesehatan RI, 2016. Buku Kesehatan Lanjut Usia
11. Kementerian Kesehatan RI, 2016. Buku Saku 1. Petunjuk Praktis
TOGA dan Akupresur
12. Narimah Awin et. al, 2007. Caregiver Training Manual: Basic Care
of People with Disabitilies in Institution and at Home, Ministry of
Health Malaysia: Malaysia
13. Nelwan et. al, 2018. Panduan HidupSehat Bagi Lansia dan
Pendamping Menuju Lansia Sehat, Aktif dan Produktif, UNPAD:
Jawa Barat
14. Nelwan et. al, 2018. Panduan Pelayanan Lansia Sehat Bagi Tenaga
Kesehatan Layanan Primer Menuju Lansia Sehat, Aktif dan
Produktif, UNPAD: Jawa Barat
15. Siti Setiati et. al. 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan
untuk Pengasuh Orang Usia Lanjut, Pusat Informasi dan
Penerbitan Universitas Indonesia: Jakarta
16. Tri Budi W Rahardjo dan Erni Herawati Purnamaningsih, 2014.
Penggunaan Jamu Dalam Aromaterapi Untuk Mendukung
Kecantikan Holistik dalam The Power of Jamu
17. Visiting Nurse Associations of America, 1998. Caregiver’s
Handbook, DK Publishing Book: New York

KONTRIBUTOR

TIM PENYUSUN

Dr. Kirana Pritasari, MQIH (Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat), dr. Eni Gustina,
MPH (Direktur Kesehatan Keluarga); Nurlina Supartini, S.Kp, MPH (Subdit Kesehatan
Lanjut Usia); Dr. dr. C Heriawan Soejono (RSCM FKUI ), dr Wanarani Alwin Sp.KFR –K
(FK UI), Dr.dr.Martina Wiwie SpKJ(K) (FKUI RSCM), Prof. Tri Budi W Rahardjo (CeFAS
URINDO), dr. Dyah Elvyenningsih, SpKK (KSDGI), Shintha Silaswati, SKp, MSc
(PPNI), dr Wira Hartiti, M.Epid (Subdit Kesehatan Lanjut Usia) ; Wahyuni Khaulah,
SKM, M.Kes (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), drg. Made Muryani T, MA (Pusrengun
BPPSDMK), drg. Noor Setyawati,MM (Dit P2MKJN), Dhito Pemi Aprianto, S, Kep (Dit
Kesjaor), Evasari Ginting, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi), Herwijati Anita, MP
(Kemensos RI), drg Wahyu P Wulan (PADK), dr. Muh. Danial Umar, SpKJ, M.Kes (Dit.
P2MKJN), dr Tuti Asnawi (PADK), dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK (K)
(FKUI RSCM), dr. Lily Indriani Octovia, MT,M.Gizi. Sp.GK (FKUI RSCM), Ummi Malikal,
Ns. S.Kep (STW Ria Pembangunan), Roma Tao Toba, MR (PPNI), Sri Nurhayati, SKM
(Dit. Gizi Masyarakat), dr. SavaartHutagalung, MARS (Subdit Kesehatan Lanjut Usia);
Elmy Ridang Turhayati, SKM, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia); dr Farsely
Mranani, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia); dr. Florentine Marthatilova (Subdit
Kesehatan Lanjut Usia); Ingrat Padmosari, SKM, M.Epid (Subdit Kesehatan Lanjut
Usia); Yunita Safitri, S.Kep, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), M.Yusron Fejri (Dit.
P2PTM), R Danu Ramadityo ( Dit Promkes dan PM), Evi Firna (Dit. Gizi Masyarakat),
Cempaka (Dit. Yankestrad), Hemiliana Dwi Putri (BKKBN), Nasriah (Dit. Yankestrad),
Fitri Astuti (Dit. Yankestrad), dr Ika Fitriana (Pergemi RSCM), Diah Wati (Dit. Kesling),
Henny Fatmawati, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi); Sandatina Arumm (Dit.
Yankes Primer), D Ajeng KW (ASDI), Fitri Hudayani (ASDI), Renold Jimmy
(Kemensos), Wandasari S (Kemensos), dr. Edwinaditya Sekar Putri (PKC Senen),
Kusniarti (PKC Senen), Memey (PKC Senen ), Emmy Sjafriana (PKC Senen ), Nabila
Salsabila, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi), Dhini Agustin,M.Kesos (CAS UI),
Yuanita Rizky (Dit. Yankes Primer), Mina Febriani (Dit. Yankes Primer), Dewi Rani
(Kemensos), Eva Rini Ruslina (Dit. Gizi Masyarakat), Evi Fatimah (Dit. Gizi
Masyarakat), Nani H Widodo (Dit. Yankes Rujukan), Dwi D (Dit. Yankes Rujukan),
dr.Tantri Lestina (PKM Cilandak), Arie Meutia Nada, SKM (Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta), Yolmisatri (Dit. P2PTM), Enita Romasi (PKC Cilandak), dr Erna Lyana
(PKC Grogol), Nasriah Damayanthie (Dit. Yankestrad), Widati (BKKBN) Maryati
(Caregiver), Emmy S (Kader)

TIM SEKRETARIAT
Midyawati Ahmad, SKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), Abdul Muiz Soeharto,
S.Kom (Subdit Kesehatan Lanjut Usia).
136
136
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA
DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
JL. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Jakarta 12950
www.kemkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai