Anda di halaman 1dari 17

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN JIWA

INOVASI PUSKESMAS “SICEPOT”

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TIPAR
Jl. Pelabuhan II No. 97 Kota Sukabumi
Telp.(0266) 6247896, Email ptipar@yahoo.com
PEMERINTAH KOTA SUKABUMI
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS TIPAR
Jl. Pelabuhan II No. 97 Kota Sukabumi
Telp.(0266) 6247896, Email ptipar@yahoo.com

KERANGKA ACUAN KESEHATAN JIWA

I.    PENDAHULUAN 

   
    Menurut Undang-undang republik indonesia nomor 18 tahun    2014,Kesehatan
jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat     berkembang  secara fisik,    
mental, spiritual dan sosial sehingga individu       tersebut menyadari  kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,dan mampu
memberikan kontribusi bagi komunitasnya.Pasien dengan gangguan jiwa berat
sering memiliki gejala yang dapat menjadi ancaman, baik terhadap keluarga, diri
sendiri, maupun orang lain. Keluarga dan masyarakat disekitar lingkungannya
cenderung melakukan tindakan paksa untuk mengurangi atau membatasi ancaman
tadi. Bentuk pemaksaan itu dapat berupa pemasungan, yaitu mengikat tangan atau
kaki dengan rantai, tali atau kain lalu menguncinya pada sebuah batang kayu atau
mengurungnya dalam sebuah ruangan yang sangat sempit. Pembatasan gerak ini
atau pemasungan acap kali juga disertai dengan penelantaran termasuk kebutuhan
hidupnya yang sangat mendasar tidak diperhatikan. Kebutuhan makan minum,
buang air besar dan buang air kecil, kebersihan diri dan berpakaian yang pantas  
menjadi sangat sulit ia dapatkan. Pada kondisi ini sebenarnya penderita gangguan
jiwa yang dipasung adalah individu terlantar dan miskin, yang seharusnya
ditanggung oleh pemerintah.
 II.     LATAR BELAKANG 

            Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari   gangguan jiwa, tetapi  
juga merupakan suatu hal  yang  dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
merupakan perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi  masalah
kehidupan, dapat menerima orang  lain apa adanya  dan mempunyai sikap dan
pikiran   ositif terhadap diri sendiri dan   orang lain. (Hawari, 2006) 
Dari data hasil pendataan FIS-PK tahun 2018 pasien gangguan jiwa di
Puskesms Tipar sebanyak 25 0rang, sedangkan yang berobat secara teratur baik
ke puskesmas ataupun ke rumah sakit abaru 9 orang . maka puskesmas Tipar
membentuk inovasi untuk menangani ODGJ tersebut, adapun inopasi tersebut
bernana Sistem Cepat Penanganan Odgj Terpadu “SICEPOT”

SICEPOT adalah sistem penanganan ODGJ secara cepat dengan melibatkan


semua sektor yang terkait dalam menanggulangi pasien dalam kondisi ngamuk atau
meresahkan masyarakat yang melibatkan sektor terkait diantaranay : puskesmas,
dinas kesehatan, kepolisian, koramil, kelurahan, LSM , tokoh masyarakat.

 III.    Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan jiwa di
wilayah kerja puskesmas Tipar

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kesadaran keluarga yang menderita ODGJ untuk mengobati
anggota keluarganya secara teratur.
b. Meningkatkan kemandirian dan produktifitas dalam merawat diri sendiri bagi
pasien ODGJ.
c. Membuat komitmen terpadu penanganan ODGJ
 IV.     Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

No Kegiatan Pokok Rincian kegiatan


1. Pembentukan 1. Mengadakan pertemuan lintas program dan
komitmen lintas sektor tentang ODGJ.
2. Pemaparan hasil pendataan PIS PK pada saat
pertemuan.
3. Membentuk komitmen yang melibatkan semua
sektot terkait

Sosialisasi tentang Melakukan sosialisasi tentang sicepot kepada :


SICEPOT 1. Lintas sektor
2. Linas program
3. Acara pertemuan kader

Pendampingan Pasien 1. Melakunan konfirmasi pasien yang akan di


ke Rumah Sakit rujuk rumah sakit
2. Menghubungi keluarga pasien yang akan di
antar
3. Mendampingi pasien yang akan di antar ke
rumah sakit

VI.     Cara Melaksanakan Kegiatan dan Sasaran 

         a. Cara Melaksanakan Kegiatan  

1) Sosialisasi tentang inovasi SICEPOT


2) Membuat grup wa tentang SICEPOT
3) Kunjungan Rumah/ Home Visit
b.  Sasaran      
1) Pasien dengan gangguan jiwa
2) Keluarga dan Pasien dengan Gangguan Jiwa     
          
       VII.  Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Kegiatan monitoring dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan yang
berlaku atau pengamatan langsung, untuk melihat apakah pelaksanaan
sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan keberhasilan kegiatan,
disamping melihat hambatan/masalah yang timbul serta kinerja pelaksana
baik petugas Puskesmas. Upaya ini dilakukan juga agar terjadi
kesinambungan kegiatan dan peningkatannya.

        VIII. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Evaluasi kegiatan dilakukan melalui data hasil kegiatan pencatatan dan
pelaporan program yang dilaksanakan.
DETEKSI DINI GANGGUAN
KESEHATAN JIWA
SOP
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
Halaman
:
dr. H. Eddy Ramdhan
NIP. 196604152006041011
Pengertian
Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa adalah upaya penemuan
kasus gangguan jiwa secara dini oleh tenaga kesehatan yang
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan kesehatan
dasar lainnya di puskesmas maupun jaringannya
Tujuan
Sebagai acuan bagi petugas kesehatan di Puskesmas agar mampu
mendeteksi dini, menemukan kasus dan melakukan diagnosa
kasus-kasus gangguan jiwa secara dini sesuai batas kewenangan
yang dimiliki.
Kebijakan
SK Kepala Puskesmas No...../.......tentang Prosedur Pendaftaran
klien Program LASS
Referensi
- UU No. 29 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
- UU No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
- UU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
- Kemenkes RI No.1457 / Menkes / SK / X /2003 tentang
Kewenangan dan SPM di Kabupaten.
- Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
AlatdanBahan
1.
Alat :
a.
ATK
b.
AlatKesehatan (Tensimeter, stetoskop)
c.
Bahan:
Prosedur / Langkah-langkah
1.
Gunakan kartu status yang dipakai di puskesmas
2.
Pasien dipersilahkan duduk yang sudah disediakan di
samping meja petugas
3.
Anamnesis dilakukan pada semua pasien
(anak/dewasa, baru/lama) oleh dokter/perawat
4.
Pada pasien dewasa diatas 18 tahun dan usia lanjut :
a.
Tanyakan keluhan utama pasien, catat pada status
b.
Golongkan keluhan tersebut apakah termasuk keluhan
fisik(F), keluhan Psikosomatis (PS) atau keluhan mental
emosional (ME) dan berikode
c.
Bila keluhan utama termasuk PS atau ME lanjutkan
dengan pertanyaan aktif.
d.
Beri paraf dibawahnya dan lanjutkan dengan pemeriksaan
tanda-tanda vital lainnya.
5.
Pada pasien anak dan remaja dibawah 18 tahun
a.
Tanyakan keluhan utama pada anak/ pengantar, catat pada
status
b.
Golongkan keluhan tersebut : F, PS atau ME beri kode
disampingnya
c.
SeIaIu tanyakan adanya keluhan mental emosional dan
status perkembangan anak
d.
Lanjutkan dengan pertanyaan no 3 dari pertanyaan aktif
e.
Beri paraf di bawahnya.
6.
Dokter memeriksa kembali hasil anamnesa dengan
melihat keadaan pasien secara menyeluruh dan menanyakan
kembali hal-hal meragukan atau menanyakan hal-hal lainnya
7.
Setelah pemeriksaan fisik dan menetapkan diagnosis
cantumkan kode diagnosisnya dengan member tambahan kode
F (jika di diagnosis penyakit fisik) dan M (jika terdapat
gangguan kesehatan jiwa PS atau ME)
8.
Pada kolom terapi cantumkan resep obat yang
diberikan dan diberi paraf
9.
Pada kunjungan berikutnya, ikuti prosedur yang sama
seperti di atas
Bagan Alur
Pasien Datang
1.
Sapa dan Salam
2.
Persiapan Pasien
3.
Beritahukan maksud dan tujuan tentang
deteksi dini tentang gangguan jiwa
Pasien dengan keluhan utama dibedakan menjadi
3 kelompok Keluhan fisik (F), Psikosometri (PS)
atau Mental Emosional (ME).
Kelompokan pasien berdasarkan gejala (keluhan) yang dirasakan penderita yang
membuat penderita datang berobat ke Puskesmas :
a.
Keluhan fisik saja kelompok gangguan fisik murni (Fl), keluhan fisik dengan
keluhan mental emosional (co-morbid) dimasukan dalam kelompok gangguan fisik
ganda (F2)
b.
Penderita dengan keluhan fisik yang diduga berhubungan dengan
masalah
kejiwaan seperti keluhan pada jantung, perut, pernafasan, kulit, otot, endokrin,
urogenital dan cerebrovaskular dimasukan dalam kelompok gangguan Psikosomatis
(PS)
c.
Penderita dengan keluhan berhubungan dengan perasaan, pikiran dan perilaku
seperti adanya gangguan tidur, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan
Kelompokan pasien berdasarkan gejala (keluhan) yang dirasakan penderita yang
membuat penderita datang berobat ke Puskesmas :
d.
Keluhan fisik saja kelompok gangguan fisik murni (Fl), keluhan fisik dengan
keluhan mental emosional (co-morbid) dimasukan dalam kelompok gangguan fisik
ganda (F2)
e.
Penderita dengan keluhan fisik yang diduga berhubungan dengan
masalah
kejiwaan seperti keluhan pada jantung, perut, pernafasan, kulit, otot, endokrin,
urogenital dan cerebrovaskular dimasukan dalam kelompok gangguan Psikosomatis
(PS)
f.
Penderita dengan keluhan berhubungan dengan perasaan, pikiran dan perilaku
seperti adanya gangguan tidur, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan

Pendampingan Pasien Rujuk Balik


PENDAMPINGAN PASIEN
  RUJUK BALIK

No Dokumen:

No. Revisi:

         
SOP TanggalTerbit:

Halaman: 1/1

PUSKESMAS ErniYusnita
Nip. 19771029 200904 2 002
KUALA TUNGKAL I
1.    Pengertian Rujuk Balik adalah suatu proses pelayanan yang
dilakukan oleh petugas setelah mendapatkan surat rujuk
dari sarana kesehatan atau faskes lanjutan yang
memberikan rujuk balik ke puskesmas.
2.    Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah
melaksanakan tindak lanjut terhadap umpan balik dari
sarana kesehatan yang merujuk balik
3.    Kebijakan SK Kepala Puskesmas

4.      Referensi 1.    UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


2.    UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
3.     Peraturan Menteri Nomor 43 Tahun 2016 Tentang
Standar  Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
5.      Langkah-langkah 1.      Melakukan Konfirmasi Pasien Yang Akan di Rujuk 
Balik Dari RSJ Ke Wilayah Puskesmas I Kuala
Tungkal
2.    Menghubungi Keluarga  Pasien Yang Akan Di Rujuk
Balik
3.      Mendampingi Pasien Yang Akan Di Antar Pulang
Hingga Kerumah
4.      Memberikan Edukasi Kepada Keluarga Dan Pasien
Mengenai Pengobatan Lanjutan Setelah Sampai Di
Rumah
5.      Melakukan Pencatatan Dan Pelaporan di Buku
Kegiatan

6.      Hal-hal yang perlu 1.      Keadaan Umum Pasien


diperhatikan 2.      Keluarga Sudah Diberikan Informasi  Tentang
Kepulangan Pasien

7.      Unit terkait 1.      Dinas Kesehatan


2.      Keluarga Pasien
3.      Petugas Kesehatan
Penjaringan Kesehatan Jiwa
PENJARINGAN
  KESEHATAN JIWA

No Dokumen:

No. Revisi:
SOP TanggalTerbit:
          Halaman: 1/1

PUSKESMAS ErniYusnita
Nip. 19771029 200904 2 002
KUALA TUNGKAL I
1.    Pengertian Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk
dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mendeteksi dini orang dengan gangguan jiwa agar
segera medapatkan penanganan sedini mungkin
2.    Tujuan 1.     Untuk mendeteksi secara dini mengenai orang dengan
gangguan jiwa
2.     Sebagai data untuk melaksanakan kegiatan kesehatan
jiwa di puskesmas
3.    Kebijakan SK Kepala Puskesmas

4.      Referensi 1.   UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


2.   UU No. 18 Tahun 2014  Tentang  Kesehatan Jiwa
3.   Peraturan Menteri Nomor 43 Tahun 2016  Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
5.      Alat dan Bahan 1.      Tensi Meter
2.      Alat Tulis
6.      Langkah-langkah 1.    Melakukan Kunjungan atas laporan masyarakat atau
tokoh masyarakat tentang orang dengan gangguan jiwa
yang ada dilingkungan masyarakat tersebut
2.      Memberikan penyuluhan kepada keluarga agar mau
berkonsultasi kepuskesmas terdekat  mengenai
kesehatan pasien
3. Menstimulus pasien dan keluarga agar mau berkonsultasi
kepuskesmas  terdekat  mengenai kesehatan pasien
4.   Menyarankan keluarga agar memperbolehkan pasien
dengan gangguan kesehatan jiwa dirawat jika
diperluakan di fasilitas kesehatan yang sesuai
5.  Menyarankan keluarga agar menyiapkan syarat-syarat
pembuatan Jamkesda atau BPJS untuk pasien jiwa yang
belum memilikinya
6.   Berkolaborasi Dengan Dokter Mengenai Diagnosa
dan Pengobatan Bila Di Perlukan
7.      Melengkapi persyaratan untuk pasien
rujukan87.      Menyiapkan Buku Pencatatan Pelaporan
atau Buku Kegiatan
7.      Hal-hal yang perlu 1.      Menentukan Jadwal Penjaringan Bersama Pemegang
diperhatikan Program dan Dokter Penanggung Jawab
2.      Meneliti Surat Perintah Tugas Yang Akan dibawa
3.      Membawa buku Pencatatan atau buku Pelaporan
Kegiatan
8.      Unit terkait 1.      RT
2.      Masyarakat Setempat
3.      Dinas Sosial (  Bila di Perlukan Tindak Lanjut )
4.      Keamanan ( Bila di Perlukan Tindak Lanjut )

SOP Kunjugan Rumah Dan Kontrol Minum Obat


KUNJUNGAN RUMAH DAN
  KONTROL MINUM OBAT

No Dokumen:

No. Revisi:
SOP TanggalTerbit:
          Halaman: 1/1

PUSKESMAS ErniYusnita
Nip. 19771029 200904 2 002
KUALA TUNGKAL I
1.     Pengertian Kunjungan Rumah adalah pedoman tata laksana
perawatan secara umum, berlaku bagi segenap
komponen pelaksana Kunjungan Rumah/home care,
baik   bagi dokter maupun perawat.  dan kontrol minum
obat merupakan Keteraturan dan kepatuhan
pengobatan pasien dari awal pengobatan sampai
dengan selesai masa pengobatan kesehatan jiwa
2.     Tujuan Untuk meningkatkan kesehatan dan meminimalisir
kemungkinan kekambuhan
3.     Kebijakan SK Kepala Puskesmas No

4.       Referensi 1.   UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


2.   UU No. 18 Tahun 2014  Tentang  Kesehatan Jiwa
3.   Peraturan Menteri Nomor 43 Tahun 2016  Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
5.       Alat dan Bahan 1.       Tensi   Meter
2.       Alat Tulis
6.       Langkah-langkah 1.      Menentukan Jadwal Kunjungan Rumah Dan Kontrol
Minum Obat
2.      Melakukan Kunjungan Ke Rumah Pasien Dengan
Gangguan Jiwa Dan  Mengajarkan Keluarga Cara
Minum Obat Yang Benar
3.      Memberikan Edukasi Kepada Keluarga Mengenai
Pengobatan Kesehatan  Jiwa Termasuk Efek Samping
Pengobatan
4.      Menstimulasi Pasien dan Keluarga Untuk Rutin
Kontrol dan Mengambil Obat Ke Faskes ( Puskesmas/
Rumah Sakit )
5.      Evaluasi Pasien dan Keluarga Mengenai Kepatuhan
Minum Obat
6.      Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Serta Kontrak
Waktu Selanjutnya Bila Di Perlukan di  Buku Kegiatan
7.       Hal-hal yang perlu 1.       Keadaan Umum Pasien
diperhatikan 2.       Bila Ada instruksi tertulis lakukan sesuai
intruksi atau tindakan
3.       Keluhan  atau  Ketidaknyamanan dalam  Masa
Pengobatan/Minum obat di kolaborasikan ke Dokter
Penanggung  Jawab
4.       Keluarga dan masyarakat sekitar menerima keadaan
pasien
8.       Unit terkait 1.       Poli Keswa
2.       Apotik
3.       RT
Struktur Pelayanan Poli Keswa

SOP keswa
KESEHATAN JIWA
 
No Dokumen:

No. Revisi:
SOP TanggalTerbit:

Halaman: 1/1
         

PUSKESMAS ErniYusnita
Nip. 19771029 200904 2 002
KUALA TUNGKAL I
1.    Pengertian Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan
sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasin tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya
2.    Tujuan Untuk mengidentifikasi masalah -  masalah pasien
dengan gangguan mental psikiatri, merencanakan
secara sistematis
3.    Kebijakan SK Kepala Puskesmas 
No
4.      Referensi 1.   Undang-undang Republik  Indonesia Nomor 18 Tahun
2014 Tentang  Kesehatan  Jiwa UU No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
2.   UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
3.   Peraturan Menteri Nomor 43 Tahun 2016 Tentang
Standar  Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
5.      Alat dan Bahan 1.      Alat
2.      Tensimeter
3.      Alat Tulis
4.      Timbangan
6.      Unit terkait 1.      Loket
2.      Poli Umum/Poli Keswa
3.      Laboratorium
4.      PTM
5.      Apotik
7.      Langkah-langkah 1.     Menerima Pendaftaran : Pasein Kunjungan Baru
Lama. Memeriksa Persyaratan, Menuliskan Identitas
Pasien di Buku Register dan Buku Rekam Medis,
Memberikan Kartu Pendaftaran dan Buku Rekam
Medis Kepada Pasien
2.     Pemeriksaan Pasien : Meliputi Anamnesis,
Pemeriksaan Tanda Vital, Pemeriksaan Fisik,
Penentuan Diagnosis, Penulisan  Resep, Dan Prognosis
3.     Pemeriksaan Penunjang:Meliputi Menerima Formulir
Pemeriksaan Lab,  Mengambil Sediaan Pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai