yang mengenai satu atau beberapa organ tubuh, seperti ginjal, kulit, sel darah dan sistem
saraf, ditandai oleh inflamasi luas pada pembuluh darah dan jaringan ikat, bersifat episodik
diselingi oleh periode remisi, dan karakteristik adanya autoantibodi, khusus-nya antibodi
Penyebab terjadinya LES belum diketahui pasti. Interaksi antara faktor genetik, faktor
yang didapat dan faktor lingkungan dianggap berperan penting dalam disregulasi sistem
imun. Hasil akhirnya adalah gangguan imunitas yang ditandai oleh persistensi limfosit B dan
T yang bersifat autoreaktif. Autoantibodi yang terbentuk akan berikatan dengan autoantigen
membentuk kompleks imun yang mengendap berupa depot dalam jaringan. Akibatnya akan
terjadi aktivasi komplemen sehingga terjadi reaksi inflamasi yang menimbulkan lesi di
tempat tersebut.3
Manifestasi klinis LES sangat bervariasi dengan perjalanan penyakit yang sulit diduga
dan sering berakhir dengan kematian. Oleh karena itu LES harus dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding bila anak mengalami demam yang tidak diketahui penyebabnya, artralgia,
anemia, nefritis, psikosis, dan fatigue. Gejala sistemik meliputi lemah, anoreksia, demam,
fatigue, dan menurunnya berat badan. Gejala di kulit dan mukosa bisa berupa ruam malar
(butterfly rash), fotosensitivitas, purpura, bercak diskoid, alopesia, fenomena Raynaud, dan
atau ulkus di mukosa. Gejala sendi sering ditemukan, bersifat simetris dan tidak
menyebabkan deformitas sendi. Poliserositis mungkin muncul dalam bentuk pleuritis dengan
diagnosis klinis penyakit lupus telah diajukan akan tetapi yang paling banyak dianut adalah
kriteria menurut American College of Rheumatology (ACR). Klasifikasi LES mengacu pada
klasifikasi yang dibuat oleh American College of Rheumatology (ACR) pada tahun 1982 dan
dimodifikasi pada tahun 1997. Kriteria diagnosis pada anak berdasarkan kriteria tersebut
mempunyai sensitivitas 96% dan spesifisitas 100%. Diagnosis LES ditegakkan bila terdapat
1,3-7
paling sedikit 4 dari 11 kriteria ACR tersebut. Peningkatan nilai ANA (anti nuclear
antibody) pada pemeriksaan laboratorium mempunyai sensitivitas 95% dan spesifisitas 50%
untuk menegakkan diagnosis LES dan merupakan tes skrining yang terbaik. Sementara
pemeriksaan anti-double stranded DNA mempunyai nilai diagnostik lebih dari 75% dan
Prevalensi anak LES di seluruh dunia yaitu 1,89-25,7 per 100.000 dengan insidensi
0,36-2,5 per 100.000 per tahun.4 LES lebih banyak ditemui di Eropa, Amerika, dan Asia
dibandingkan Australia dan Afrika.5 Prevalensi LES di Amerika diperkirakan 1,5 juta orang
dengan 1,8-7,6 kasus per 100.000 orang per tahun. Prevalensi LES di Indonesia belum dapat
dipastikan secara tepat karena sistem pelaporan masih berupa laporan kasus dan belum
Insidens LES pada anak secara umum mengalami peningkatan, sekitar 15-17%.
Penyakit ini jarang terjadi pada usia di bawah 5 tahun, perempuan lebih sering terkena
dibandingkan laki-laki dan rasio tersebut juga meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Onset LES paling sering didapatkan pada anak perempuan usia antara 9 sampai 15 tahun.
Rasio perempuan dan laki-laki adalah 2:1 sebelum pubertas dan setelah pubertas menjadi 9:1.
Insidens LES tidak diketahui secara pasti tapi bervariasi tergantung etnis dan lokasi.
Tata laksana LES tergantung sistem organ yang terlibat dan beratnya penyakit serta
ringannya penyakit, dan melibatkan banyak ahli (multidisipliner). Alat pemantau pengobatan
pasien LES adalah evaluasi klinis dan laboratoris yang sering untuk menyesuaikan obat dan
mengenali serta menangani aktivitas penyakit. LES adalah penyakit seumur hidup, karenanya
pemantauan harus dilakukan selamanya. Banyak obat digunakan untuk mengobati LES.
Tujuan pengobatan adalah mengontrol manifestasi penyakit, sehingga anak dapat memiliki
kualitas hidup yang baik tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ serius
Angka harapan hidup 5 tahun kini lebih dari 90% sedangkan angka harapan hidup 10 tahun
sekitar 85%. Penyebab kematian utama pada LES antara lain adalah infeksi, nefritis, penyakit
SSP, perdarahan paru, dan infark jantung. Infark jantung disebabkan oleh pemakaian
kortikosteroid kronis.5 Lupus eritematosus neonatal jarang berlanjut kearah LES anak.
Congenital heart block yang permanent sering membutuhkan alat pacu jantung.
DEFINISI
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan
adanya inflamasi tersebar luas, mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh.
Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks imun, sehingga
Discoid Lupus Erythematosus (DLE). Berbeda dengan DLE yang hanya akan menunjukkan
manifestasi pada kulit, SLE merupakan tipe LE yang juga dapat menunjukkan manifestasi
pada organ tertentu selain pada kulit.13 Menurut para ahli reumatologi Indonesia, SLE adalah
penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen,
pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, sehingga terjadi kerusakan pada
beberapa organ tubuh. Perjalanan penyakit SLE bersifat eksaserbasi yang diselingi periode
sembuh. Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang berbeda.
Beratnya penyakit SLE dapat bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit
yang menimbulkan kecacatan, tergantung dari jumlah dan jenis antibodi yang muncul dan
ETIOLOGI
Etiologi utama SLE sampai saat ini belum diketahui, namun beberapa faktor
predisposisi dapat berperan dalam patogenesis terjadinya penyakit ini. Diantara beberapa
faktor predisposisi tersebut, sampai saat ini belum diketahui faktor yang paling dominan
Berikut ini beberapa faktor predisposisi yang berperan dalam timbulnya penyakit SLE:
1.Faktor Genetik
Berbagai gen dapat berperan dalam respon imun abnormal sehingga timbul produk
ditunjukkan oleh studi yang dilakukan pada anak kembar. Sekitar 2-5% anak kembar dizigot
berisiko menderita SLE, sementara pada kembar monozigot, risiko terjadinya SLE adalah
58%. Risiko terjadinya SLE pada individu yang memiliki saudara dengan penyakit ini adalah
20 kali lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum.1,2,3 Studi mengenai genome telah
mengidentifikasi beberapa kelompok gen yang memiliki korelasi dengan SLE. MHC (Major
telah dikaitkan dengan timbulnya SLE. Selain itu, kekurangan pada struktur komponen
komplemen merupakan salah satu faktor risiko tertinggi yang dapat menimbulkan SLE.
Sebanyak 90% orang dengan defisiensi C1q homozigot akan berisiko menderita SLE. Di
Kaukasia telah dilaporkan bahwa defisiensi varian S dari struktur komplemen reseptor 1,
a. Antigen
Cell) akan memperkenalkan antigen kepada sel T. Pada penderita lupus, beberapa reseptor
yang berada di permukaan sel T mengalami perubahan pada struktur maupun fungsinya
sehingga pengalihan informasi normal tidak dapat dikenali. Hal ini menyebabkan reseptor
yang telah berubah di permukaan sel T akan salah mengenali perintah dari sel T.1,2,3
Kelainan yang dapat terjadi pada sel T dan sel B adalah sel T dan sel B akan teraktifasi
menjadi sel autoreaktif yaitu limfosit yang memiliki reseptor untuk autoantigen dan
memberikan respon autoimun. Sel T dan sel B juga akan sulit mengalami apoptosis sehingga
c. Kelainan antibodi
Ada beberapa kelainan antibodi yang dapat terjadi pada SLE, seperti substrat antibodi yang
terlalu banyak, idiotipe dikenali sebagai antigen dan memicu limfosit T untuk memproduksi
3. Faktor Hormonal
Peningkatan hormon dalam tubuh dapat memicu terjadinya LE. Beberapa studi menemukan
korelasi antara peningkatan risiko lupus dan tingkat estrogen yang tinggi. Studi lain juga
4.Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan dapat bertindak sebagai antigen yang bereaksi dalam tubuh dan
Agen infeksius, seperti virus dan bakteri, dapat berperan dalam timbulnya SLE. Agen
infeksius tersebut terdiri dari Epstein Barr Virus(EBV), bakteri Streptococcus dan Clebsiella.
Sinar ultra violet dapat mengurangi penekanan sistem imun, sehingga terapi menjadi kurang
efektif dan penyakit SLE dapat kambuh atau bertambah berat. Hal ini menyebabkan sel pada
kulit mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat tersebut
c. Stres
Stres berat dapat memicu terjadinya SLE pada pasien yang sudah memiliki kecenderungan
akan penyakit ini. Hal ini dikarenakan respon imun tubuh akan terganggu ketika seseorang
dalam keadaan stres. Stres sendiri tidak akan mencetuskan SLE pada seseorang yang sistem
d. Obat-obatan
Obat pada pasien SLE dan diminum dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
Drug Induced Lupus Erythematosus (DILE). Jenis obat yang dapat menyebabkan DILE