Anda di halaman 1dari 23

PENGANTAR EKONOMI

i
MAKRO

PEREKONOMIAN DUA SEKTOR

NAMA KELOMPOK 2

JHON PATINGGI
BUYUNG
SUCI MILENIA
LUTHPIAH NASAPITRI
AZELIA ORISA SATISVA
NURUL AENI
SELLA ROSALINA
ISHAK HOTAMI
MELANI JUNIYANTI

i
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTRA PERDANA INDONRSIA
(STIE PPI)
ii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“PEREKONOMIAN DUA SEKTOR”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Tanggerang,30 Febuari 2020

PENYUSUN

ii
iii

DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................... I
KATA PENGANTAR .......................................................................... .. II
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perekonomian Dua Sektor ........................................ 2


B. Ciri-ciri Aliran Pendapatan Dalam Perekonomian Dua Sector .... 2
C. Hubungan Antara konsumsi Dan Pendapatan ............................ 4
D. Fungsi Konsumsi Dan Fungsi Tabungan ...................................... 6
E. Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung ........................... 8
F. Kecondongan Menabung Marjinal.............................................. 10
G. Penentu-Penentu Konsumsi Dan Tabungan ............................... 13
H. Fungsi Konsumsi Agregat Dan Fungsi Tabungan Agregat ........... 14
I. INVESTASI .................................................................................... 15
J. Penentu-Penentu Tingkat Investasi ............................................ 15
K. Tingkat Pengembalian Modal ..................................................... 16
L. Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi ........................................ 16
M. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kegiatan Ekonomi ............. 17
N. Perubahan Dalam Keseimbangan Dan Multiplier .............. 18

BAB III PENUTUP


A. Kesimpilan………………………………………………………………………. . 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam
mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan
dalam perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi
pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah
tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan
sektor luar negeri.
Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa
dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan,
untuk melihat bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat
pengeluaran konsumsi dan tabungan. Kecenderungan bagi sektor
rumah tangga untuk melakukan konsumsi disebut dengan Marginal
Propensity to Consume (MPC). Sedangkan kecenderungan bagi
sektor rumah tangga untuk melakukan tabungan disebut dengan
Marginal Propensity to Save (MPS).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Perekonomian 2 sektor?
2. Bagaimana ciri-ciri aliran pendapatan 2 Sektor?
3. Bagaimana hubungan antara konsumsi dan pendapatan?
4. Apa fungsi konsumsi dan fungsi tabungan itu?
5. Yang dimakasud kecondongan mengkonsumsi dan menabung?
6. Bagaimana investasi (penanaman modal) itu?.
7. Apa penentuan tingkat kegiatan ekonomi?
8. Apa perubahan dalam keseimbangan dan multiplier?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Perekonomian
Sederhana
2. Untuk Mengetahui siklus Transaksi Dalam Perekonomian
Perekonomian Sederhana

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perekonomian Dua Sektor


Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari
sektor perusahaan dan sektor rumah tangga. Dalam perekonomian
tidak terdapata pajak dan pengeluaran pemerintah. Perekonomian itu
juga tidak melakukan perdagangan luar negeri dan dengan demikian
perekonomian itu tidak melakukan kegiatan ekspor dan impor.
Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh
rumah tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gji,
upah, sewa, bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan
pendapatan nasional. Dan oleh karena itu pemerintah tidak memungut
pajak maka pendapatan nasional (Y) adalah sama dengan pendapatan
disposebel (Yd) atau Y = Yd.
Pendapatan yang digunakan rumah tangga akan digunakan untuk dua
tujuan yaitu untuk pengeluaran konsumsi dan ditabung. Tabungan ini
akan dipinjamkan kepada penanam modal atau nvestor dan akan
digunakan untuk memebeli barang – barang modal seperti mesin –
mesin, peralatan produksi lain, mendirikan bangunan pabrik dan
bangunan kantor.

B. Ciri-ciri Aliran Pendapatan Dalam Perekonomian Dua


Sector
1. Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang
dimiliki sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah
tangga akan memperoleh aliran pendapatan berupa gaji, upah, sewa,
bunga, dan untung.
2. Sebahagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh
sektor rumahtangga akan di gunakan untuk konsumsi, yaitu membeli
barang-barang dan jasa-jasa yang di hasilkan oleh sektor perusahaan.

2
3. Sisa dari berbagai jenis pendapatan rumahtangga yang tidak di
gunakan untuk pengeluaran konsumsi akan di tabung dala institusi-
institusi keuangan.
4. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan
investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh institusi-
institusi keuangan dari sektor rumahtangga.
Perekonomian dua sektor disebut juga perekonomian sederhana,
karena hanya terdiri atas dua pelaku, yaitu rumah tangga konsumsi
(masyarakat) dan rumah tangga produksi (perusahaan). Model arus
perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta uang antara rumah
tangga dengan perusahaan dapat kalian lihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta


uang antara rumah tangga konsumsi dengan perusahaan.
Dari gambar 1, terlihat bahwa rumah tangga konsumen (RTK) adalah
sebagai pemilik faktor-faktor produksi berupa tanah, tenaga kerja,
modal, dan kewirausahaan. Penawaran faktor produksi oleh rumah
tangga ini akan bertemu dengan permintaan faktor produksi oleh
perusahaan. Interaksi ini terjadi di pasar faktor produksi. Sedangkan
di pasar barang, terjadi interaksi antara perusahaan sebagai penghasil
barang dan jasa dengan konsumen \menguntungkan satu sama lain.
Dalam diagram juga terlihat arus aliran uang dari dan ke masing-
masing rumah tangga. RTK menerima upah, sewa, bunga, dan
keuntungan dari perusahaan sebagai balas jasa atas penyerahan faktor
produksi. Perusahaan menerima uang pembayaran atas barang dan
jasa yang dibelI

3
Interaksi ekonomi dalam perekonomian dua sektor juga dapat
digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 2. Diagram aliran pendapatan dan pengeluaran dari RTK dan


RTP.
Gambar 2. menunjukkan keadaan apabila seluruh pendapatan yang
diterima RTK digunakan seluruhnya untuk belanja barang dan jasa.
Ini berarti bahwa pendapatan sama dengan pengeluaran. Tidak ada
bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan atau dapat dikatakan
bahwa perekonomian mengalami keseimbangan.

C.Hubungan Antara konsumsi Dan Pendapatan

Ciri khas dari hubungan di antara pendapatan disposable, pengeluaran


konsumsi dan tabungan, yaitu:

Yd = C + S

Keterangan :
Yd : Pendapatan disposebel
C : Konsumsi rumah tangga
S : Tabungan

4
Daftar konsumsi dan tabungan rumahtangga (dalam ribu rupiah)

Pendapatan Pengeluaran Tabungan (S)


disposible konsumsi (C) (3)
(Yd) (2)
(1)
0 125 -125
100 200 -100
200 275 -75
300 350 -50
400 425 -25
500 500 0
600 575 25
700 650 50
800 725 75
900 800 100
1000 875 125
Keterangan :
• Pada Pendapatan yang rendah Rumah Tangga Menggorek
Tabungan. Pada waktu pendapatan disposebel adalah (Yd=0),
pengeluaran konsumsi adalah Rp 125 ribu, ini berarti rumah
tangga harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu untuk
membiayai pengeluaran konsumsinya.
• Kenaikan Pendapatan menaikkan Pengeluaran Konsumsi.
Biasanya pertambahan pendapatan adalah lebih tinggi daripada
pertambahan konsumsi.
• Pada Pendapatan yang tinggi Rumah Tangga Menabung.
Pertambahan pendapatan selalu lebih besar dari pertumbuhan
konsumsi maka pada akhirnya Rumah Tangga “Tidak Menggorek
Tabungan” ia akan mampu menabung sebagian dari
pendapatannya.
Pada suatu tingkat pendapatan disposebel yang cukup tinggi,
konsumsi rumah tangga akan sama besarnya dengan pendapatan
disposebelnya. Apabila pendapatan disposebel mencapai tingkat
yang lebih tinggi lagi, rumah tangga tidak akan menggunakan
seluruh pendapatan yang dapat dibelanjakannya tersebut. Ini
berarti pengeluaran rumah tangga adalah lebih rendah daripada

5
pendapatan disposebelnya. Pendapatan disposebel rumah tangga
yang tidak di inginkan untuk perbelanjaan tersebut merupakan
tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga.

D. Fungsi Konsumsi Dan Fungsi Tabungan

1. KONSUMSI
Konsumsi (Consumption) adalah Kegiatan mengurangi nilai guna
barang dan jasa, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Alat
untuk melakukan konsumsi adalah dengan menggunakan pendapatan,
maka kossumsi juga sering dartikan bagian pendapatan masyarakat
yang digunakan untuk membeli barang atau jasa dalam rangka
memenuhi kebutuhan. Bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil
seluruh pendapatannya akan habis dipergunakan untuk keperluan
konsumsi.Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat komsumsi rumah
tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
(pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.
Jika dirumuskan
Y=C
Keterangan :
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption( konsumsi)
Faktor yang mempengaruhi konsumsi ; pendapatan, komposisi
keluarga, lingkungan, kepribadian, motivasi, sikap,budaya dan
perkiraan masa depan.
1. Tabungan
Tabungan (saving) adalah bagian pendapatan masyarakat yang tidak
digunakan untuk konsumsi. Masyarakat yang mempunyai
penghasilan lebih besar dari kebutuhan konsumsi akan mempunyai
kesempatan untuk menabung Dalam perekonomian sederhana
Pendapatan Nasional akan digunakan untuk : Konsumsi dan
Tabungan.Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang

6
menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah
tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan
disposebel) perekonomian tersebut.
Maka jika dirumuskan :
Y=C+S
Keterangan :
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption( konsumsi)
S = Saving (tabungan)
Faktor yang mempengaruhi tabungan ; pendapatan, tingkat bunga,
motif berjaga-jaga

Pendapatan Pengeluaran Kecondongan Kecondongan


disposebel konsumsi Mengkonsumsi Mengkonsumsi
(Yd) (C) Marjinal Rata-rata (APC)
(1) (2) (MPC) (4)
(3)
Contoh 1 : MPC Tetap
Rp 200 Rp 300 ribu 150 / 200 = 300/ 200 = 1,50
ribu Rp 450 ribu 0,75 450 / 400 = 1,125
Rp 400 Rp 600 ribu 150 / 200 = 600 / 600 = 1,00
ribu Rp 750 0,75 750 / 800 = 0,937
Rp 600 ribu 150 / 200 =
ribu 0,75
Rp 800
ribu
Contoh 2 : MPC Makin Kecil

7
Rp 200 Rp 300 ribu 160 / 200 = 300/ 200 = 1,50
ribu Rp 460 ribu 0.80 460 / 400 = 1,15
Rp 400 Rp 610 ribu 150 / 200 = 610 / 600 = 1,017
ribu Rp 750 0,75 750 / 800 = 0,937
Rp 600 ribu 140 / 200 =
ribu 0.70
Rp 800
ribu

E. Ke condongan Mengkonsumsi dan Menabung

Untuk memahami dengan baik sifat hubungan di antara pendapatan


disposibel dengan konsumsi, dan pendapatan disposebel dengan
tabungan perlulah di terangkan dua konsep penting beikut:

a. MPC ( Marginal Propensity to Consume )


: perbandingan di antara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan
dengan pertambahan pendapatan disposebel (∆Yd) yang diperoleh.
MPC = ∆C ∆Yd
b. APC ( Average Propensity to Consume )
: perbandingan diantara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat
pendapatan disposebel ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd).
APC = C Yd
c. Contoh Menghitung MPC dan APC

Dalam contoh 1 digambarkan pendapatan disposebel dalam kolom (1)


selalu bertambah sebanyak Rp 200 ribu dan ini mengekibatkan
konsumsi , yang ditunjukkan dalam kolom (2) , juga senantiasa
bertambah sebnyak Rp 150 ribu. Maka MPC , yang ditunjukkan
kolom (3) adalah 0,75 dan dibuktikan dengan penghitungan berikut :
MPC = ∆C = 150 ribu = 0,75
∆Yd 200 ribu
Dalam contoh 2 digambarkan pendapatan disposebel juga selalu
bertambah sebanyak Rp 200 ribu, tetapi kenaikan konsumsi rumah

8
tangga makin kecil pertambahannya. Sifat hubungan diantara
pertambahan pendapatan disposebel dan konsumsi adalah :
a. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 200 ribu menjadi
Rp 400 ribu, konsumsi naik dari Rp 300 ribu menjadi Rp 460 ribu.
Pada perubahan pendapatan dan konsumsi ini MPC adalah :
( 460 – 300 ) / ( 400 – 200 ) = 0,8

b. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 400 ribu menjadi


Rp 600 ribu, konsumsi bertambah dari Rp 460 ribu menjadi Rp 610
ribu. Maka MPC :
( 610 – 460 ) / ( 600 – 400 ) = 0,75
c. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 600 ribu menjadi
Rp 800 ribu, konsumsi bertambah dari Rp 610 ribu menjadi Rp 750
ribu. Maka MPC :
( 750 – 610 ) / ( 800 – 600 ) = 0,70
Untuk penhitungan APC dapat dilihat pada kolom (4). Dari contoh 1
dan 2 dapat dilihat bahwa APC berubah-rubah nilainya, dan nilainya
makin lama makin rendah. Apabila Yd lebih kecil dari C, maka APC
lebih besar dari 1 (sebagai contoh pada Yd = Rp 200 ribu , C = Rp 300
ribu, maka APC = 300 / 200 = 1,5 ) ; dan apabila Yd lebih besar dari
C, maka APC lebih kecil dari 1 (sebagai contoh pada Yd = Rp 800
ribu, C = Rp 750 ribu, maka APC = 750 / 800 = 0,9375).

9
Pendapatan Pengeluaran Tabungan MPS APS
Disposebel Konsumsi (S)
( Yd ) (C)

1.Rp 200 Rp 300 ribu Rp -100 - -


ribu ribu 100/200
= -0,50
2.Rp 400 Rp 450 ribu Rp - 50 50/200 -50/400
ribu ribu = 0,25 = -0,25

3.Rp 600 Rp 600 ribu Rp 0 ribu 50/200 0/600 =


ribu = 0,25 0

4.Rp 800 Rp 750 ribu Rp 50 50/200 50/800


ribu ribu = 0,25 =
0,0625

F. Kecondongan Menabung Marjinal


1. MPS ( Marginal propensity to save ) atau Kecondongan
menabung marginal
Adalah perbandingan diantara perubahan tabungan ( S ) dengan
pertambahan pendapatan disposebel ( Yd ).
Nilai MPS dihitung dengan menggunakan rumus :
MPS = ( S )( Yd )

2. APS ( Average propensity to save ) atau Kecondongan


menabung rata-rata
Adalah perbandingan di antara tabungan ( S ) dengan pendapatan
diposebel ( Yd )
Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan rumus
APS = S
Yd Contoh 1 : MPS Tetap

10
Contoh 2 : MPS Makin Besar
Pendapatan Pengeluaran Tabungan MPS APS
Disposebel Konsumsi (S)
( Yd ) (C)
1.Rp 200 Rp 300 ribu Rp -100 - -
ribu ribu 100/200
= -0,50
2.Rp 400 Rp 450 ribu Rp - 60 40/200 -60/400
ribu ribu = 0,20 = -0,15
3.Rp 600 Rp 600 ribu Rp -10 50/200 -10/600
ribu ribu = 0,25 = -
0,017
4.Rp 800 Rp 750 ribu Rp 50 60/200 50/800
ribu ribu = 0,30 =
0,0625

Berdasarkan pada data tersebut MPS adalah seperti yang ditunjukan


dalam perhitungan di bawah ini :
a. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 200 ribu menjadi
Rp 400 ribu, tabungan berubah dari Rp -100 ribu menjadi Rp -60,
maka MPS = { (-60 )– (-100)/(400-200)} = 0,20
b. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 400 ribu menjadi
Rp 600 ribu, tabungan berubah dari Rp -60 ribu menjadiRp -10, maka
MPS = { (-10 )– (-60)/(600-400)} = 0,25
c. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 800 ribu menjadi
Rp 600 ribu, tabungan berubah dari Rp -10 ribu menjadiRp 50, maka
MPS = { (50 )– (-10)/800-600} = 0,30
Dari tabel contoh 1 dam 2 ini dapat kita lihat bahwa nilai APS semakin
besar apabila pendapatan disposebel bertambah. Pada mulanya
nilainya negative, karena rumah tangga masih melakukan “ mengorek
tabungan atau “dissaving” .

11
Dibawah ini ditunjukan dua contoh perhitungan APS
a. Dalam contoh 1, apabila pendapatan disposebel adalah Rp 200 ribu,
tabungan adalah Rp -100, maka APS adalah S/Y = -100/200 = -0,5
b. Dalam Contoh 2, apabila pendapatan disposebel adalah Rp 400
ribu, tabungan adalah Rp -60, maka APS adalah S/Y = -60/400 = -
0,15
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Pendapatan disposebel sangat
mempengaruhi jumlah Kosumsi dan Tabungan sehingga MPS dan
APS juga akan mengalami perubahan.
Hubungan diantara Kecondongan mengkonsumsi dan Menabung
Bukti MPS + MPC = 1 dan APC + APS = 1
Pembuktian dengan aljabar dapat kita lihat dari bahwa pendapatan
disposebel sama dengan konsumsi rumah tangga ditambah dengan
tabungan rumah tangga. Dalam persamaan :
Yd = C + S
Apa bila persaman tersebut kita bagi dengan Yd, maka :
Yd = C + S
Yd Yd Yd
1 = APC+APS ……terbukti
Karena C/Yd = APC
S/Yd = APS
Hal ini juga terjadi apabila rumah tangga mengalami kenaikan
pendapatan maka konsumsi dan tabungan akan bertambah. Hubungan
diantara pertambahan pendapatan, pertambahan konsumsi dan
pertambahan tabungan dapat dinyatakan dengan menggunakan
persamaan berikut :
∆Yd = ∆C + ∆S
Apabila masing – masing komponen dari persamaan di atas di bagi
oleh ∆Yd, maka akan diperoleh :
∆Yd = ∆C + ∆S
∆Yd ∆Yd ∆Yd
1 = MPC + MPS…..terbukti

12
Karena ∆C/∆Yd = MPC
Persamaan Matematis
Fungsi komsumsi ialah C = a + bY
Fungsi tabungan ialah S = -a + (1 - b)Y

G. Penentu-Penentu Konsumsi Dan Tabungan


1. Kekayaan Yang Telah Terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang
banyak sebagai akibat usaha dimasalampau.
2. Tingkat Bunga, tingkat bunga dapatlah dipandang sebagai
pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan.
Rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila
tingkat bungat inggi karena lebih banyak bunga yang akan
diperoleh.
3. Sikap Berhemat, dalam masyarakat seperti APC dan MPC adalah
lebih rendah, tetapi juga ada pula yang mempunyai
kecenderungan mengkonsumsi yang tinggi.
4. Keadaan Perekonomian, dalam perekonomian yang tumbuh
dengan teguh dan tidak banyak pengangguran, masyarakat
berkecenderungan melakukan perbelanjaan yang lebih aktif.
Mereka lebih cenderung berbelanja lebih banyak pada masa kini
dan kurang menabung.
5. Distribusi pendapatan, dalam masyarakat yang distribusi
pendapatan yang tidak merata, lebih banyak tabungan yang akan
diperoleh.
6. Tersedia Tidaknya Dana Pensiun Yang Mencukupi, apabila
pendapatan dari pension besar jumlahnya, para pekerja tidak
terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa
bekerja dan ini menaikan tingkat konsumsi.

13
H. Fungsi Konsumsi Agregat Dan Fungsi Tabungan Agregat
Dalam membahas mengenai pengeluaran konsumsi dan tabungan dari
rumahtangga-rumahtangga, yang lebih penting untuk diperhatikan
bukanlah pengeluaran konsumsi dan tabungan sesuatu rumahtangga
tetapi pengeluaran konsumsi dan tabungan dari seluruh rumahtangga.
Pengeluaran konsumsi dan tabungan dari seluruh masyarakat dalam
perekonomian dinamakan pengeluaran konsumsi agregat dan
tabungan agregat. Pengeluaran konsumsi agregat adalah jumlah
daripada pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh
rumahtangga yang ada dalam perekonomian. Demikian juga,
tabungan agregat adalah jumlah dari tabungan-tabungan yang dibuat
oleh seluruh rumah tangga. Ciri-ciri daripada pengeluaran konsumsi
agregat tidak berbeda dengan ciri-ciri pengeluaran konsumsi suatu
rumahtangga, dan ciri-ciri tabungan agregat tidak berbeda dengan ciri-
ciri tabungan suatu rumahtangga.
Karena suatu perekonomian terdiri dari beribu-ribu atau berjuta-juta
rumahtangga, kemungkinannya adalah kecil sekali bahwa fungsi
konsumsi agregat adalah sama dengan fungsi konsumsi suatu
rumahtangga. Bentuk fungsi konsumsi agregat bukan ditentukan oleh
bentuk fungsi konsumsi suatu rumahtangga tetapi oleh fungsi
konsumsi dari sebagian besar rumahtangga dalam perekonomian.
Apabila banyak diantara mereka berkecondongan untuk menabung
bagian yang cukup besar daripada pertambahan pendapatan mereka,
maka fungsi konsumsi agregat tidak terlalu condong (lebih landai)
bentuknya. Ini berarti kecondongan mengkonsumsi marginal adalah
tidak terlalu besar. Akan tetapi apabila sebagian besar masyarakat
membelanjakan hamper seluruh pendapatannya untuk konsumsi,
maka fungsi konsumsi agregat bentuknya sangat condong, dan berarti
bahwa kecondongan mengkonsumsi marginal sangat tinggi.

14
I. INVESTASI
Investasi (investment) adalah bagian dari tabungan yang digunakan
untuk kegiatan ekonomi menghasilkan barang dan jasa (produksi)
yang bertujuan mendapatkan keuntungan. Jika tabungan besar, maka
akan digunakan untuk kegiatan menghasilkan kembali barang dan jasa
(produksi). Tabungan akan digunakan untuk investasi.
Demikianlah, dari ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
jika investasi neto positif (investasi bruto lebih besar daripada
penyusutan), perekonomian itu mengalami kemajuan. Jika investasi
neto bernilai nol (investasi bruto sama dengan penyusutan), dikatakan
bahwa perekonomian yang bersangkutan berada dalam keadaan
stasioner. Sementara itu, jika investasi neto bernilai negative
(investasi bruto lebih kecil daripada penyusutan), perekonomian itu
mengalami kemunduran.
Investasi mempunyai dampak sangat besar terhadap bertambahnya
pendapatan nasional. Bila dirumuskan :
Y=C+S
Y=C+I
Sehingga I = S
Keterangan:
Y (yield) : pendapatan
C (consumption) : konsumsi
S (saving) : tabungan

J. Penentu-Penentu Tingkat Investasi


Faktor – faktorutama yang menentukantingkatinvestasi :
1. Tingkat keuntunganinvestasi yang diramalkanakandiperoleh
2. Tingkat bunga
3. Ramalanmengenaikeadaanekonomidimasadepan
4. Kemajuantekhnologi
5. Tingkat pendapendapatannasionaldanperubahan-perubahanya.
6. Keuntungan yang diperolehperusahaan – perusahaan

15
K. Tingkat Pengembalian Modal
Suatu investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai
sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar dari pada
nilai sekarang modal yang di investasikan.
Konsumsi, pendapatan dan tabungan hubungannya sangat erat.
Menurut pendapat JM Keyness dikenal dengan psychological
Consumption membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi
jika dihubungkan dengan pendapatan.
Pendapat JM Keyness sebagai berikut :
a. Jika pendapatan naik, maka konsumsi akan naik, tetapi tidak
sebanyak kenaikan pendapatan
b. Setiap kenaikan pendapatan akan digunakan untuk konsumsi dan
tabungan
c. Setiap kenaikan pendapatan jarang menurunkan konsumsi dan
tabungan.

Dalam pendapatan Nasional, investasi meliputi hal-hal berikut :


a.Seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal
dan perbelanjaan untuk mendirikan industry-industri,
b. Pengeluaran masyarakan untuk mendirikan rumah-rumah tempat
tinggal, dan
c. Pertambahan dalam nilai stok-stok barang perusahaan berupa bahan
mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi. (kalau
nilai stok barang dalam perusahaan-perusahaan berkurang, maka ia
merupakan investasi negatif).
L. Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi

Analisa makro ekonomi biasanya tidak memberikan gambaran yang


sangat rumit mengenai aliran-aliran pendapatan yang sebenarnya
berlaku di dalam kenyataan. Gambaran semacam itu tidak diperlukan
dalam analisa ekonomi, karena dengan menyederhanakan gambaran
itu telah dapat ditunjukkan corak kegiatan yang terjadi dalam suatu

16
perekonomian. Gambaran yang paling sederhana dari kegiatan dalam
sesuatu perekonomian ditunjukkan oleh aliran-aliran pendapatan
diantara dua faktor ekonomi yang pertama, yaitu sektor rumah tangga
dan sektor perusahaan.
M. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kegiatan Ekonomi
Oleh karena dalam perekonomian tidak terdapat kekurangan
permintaan, menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik dimana
tingkat kegiatan ekonomi akan di capai tergantung kepada
kemampuan sector perusahaan untuk memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa. Kesanggupan ini dibatasi oleh banyaknya faktor
produksi yang tersedia dalam perekonomian itu. Oleh sebab itu
menurut ahli-ahli ekonomi klasik sampai dimana sesuatu
perekonomian dapat memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :
Y = f (K,L,Q,T)
Keterangan :
Y : Pendapatan nasional
K : Jumlah seluruh barang modal
L : Jumlahseluruh tenaga kerja
Q : Jumlah kekayaan alam yang di gunakan
T : Tingkat teknologi yang digunakan
Keseimbangan perekonomian Negara
Keseimbangan Perekonomian Negara adalah suatu keadaan dimana
perekonomian menjadi seimbang jika pendapatan nasiolanal sama
dengan pengeluaran agrerat dan investasi sama dengan tabungan.
Y=C+I
I=S
Untuk menentukan tingkat kesimbangan perekonomian Negara dapat
digunakan 3 cara yaitu :
1. Menggunakan contoh angka pedapatan nasional dan perbelanjaan
agregat
2. Menggunakan grafik yang menunjukan :

17
a. Kesamaan perbelanjaan agregat dengan penawaran agregat.
b. Kesamaan diantara investasi dan tabungan
3. Menggunakan cara pembuktian secara aljabar.

N. Perubahan Dalam Keseimbangan Dan Multiplier


Dari satu priode kepriode lainya keseimbangan pendapatan
nasional akan selalu mengalami perubahan, dalam
perekonomian dua sector perubahan tersebut disebabkan oleh
perubahan dalam investasi, perkembangan teknologi, misalnya
akan menambah investasi dan investasi yang bertambah akan
memindahkan pengeluaran agregat keatas.
Analisis mengenai multiplier bertujuan untuk menerangkan
pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran
agregat keatas tingkat keseimbangan dan terutama keatas
tingkat pendapatan nasionaL

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana adalah suatu


perekonomian yang hanya terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan. Tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh jumlah dan
mutu daripada faktor-faktor produksi. Menurut Keyness tingkat
kegiatan ekonomi ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregat yang
dilakukan masyarakat. Pengeluaran agregat tersebut akan menentukan
sampai dimana sektor perusahaan harus melakukan kegiatannya untuk
memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa.
Dari sifat perputaran aliran pendapatan yang terdapat dalam gambar
itu dapat diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

18
1. Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang
dimiliki sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah
tangga akan memperoleh aliran pendapatan berupa gaji dan upah,
sewa, bunga dan untung.
2. Sebagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh
sektor rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
3. Sisa dari berbagai jenis rumah tangga yang tidak digunakan untuk
pengeluaran konsumsi akan ditabung dalam badan-badan keuangan.
4. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan
investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-
badan keuangan dari sektor rumah tangga.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 1987. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga


Penerbit FEUI.
Rosyidi, Suherman. 2002. Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro dan Makro. Rajawali Pers.
Boediono. 2009. Ekonomi Makro. BPFE Yogyakarta.
Rahardja, Prathama. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi. Lembaga
Penerbit FEUI.
Dombusch, Rudiger. 1997. Ekonomi Makro. Rineka Cipta.

20

Anda mungkin juga menyukai