Anda di halaman 1dari 19

MataKuliah: :Pengantar Ekonomi Makro

Dosen :Adzil Arsyi Sabana, SE, ME.

KESEIMBANGAN PENDAPATAN PEREKONOMIAN DALAM


2 SEKTOR

Disusun Oleh:
Tjahya Eko Budiyanto 17050102017
Muh. Syahrullah Ramadhan 17050102008
Nurul Haerani 17050102089
Para Nur Fitriani 17050102085
Muhaidirwanti Sutra 17050102064

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

      Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang
Perekonomian 2 Sektor dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Adzil Arsyi Sabana, SE, ME. selaku
Dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro IAIN KENDARI yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan kita tentang Perekonomian 2 Sektor. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna.

       Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

kendari, 16 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.      Latar Belakang......................................................................................................4
2.      Rumusan Masalah.................................................................................................5
3.      Tujuan...................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A.Hubungan Antara Konsumsi Dan Pendapatan............................................................7
B. Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung...........................................................9
C. Fungsi Konsumsi Dan Tabungan.............................................................................12
D. Fungsi Konsumsi Agregat dan Fungsi
Tabungan Agregat........................................................................................................14
E.  Investasi..................................................................................................................15
F. Menentukan Keseimbngan Perekonomian
Negara..........................................................................................................................16
BAB III...............................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
KESIMPULAN............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang


            Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam mempelajari
sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian
dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran
yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan
sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
            Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa
dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat
bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan
tabungan. Kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan konsumsi
disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC). Sedangkan
kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan tabungan disebut
dengan Marginal Propensity to Save (MPS).
            Uraian dalam makalah ini bertujuan untuk melihat dengan lebih mendalam
lagi dan membuktikan bahwa tingkat kegiatan ekonomi bergantung kepada
tingkat pengeluaran agregat yang dilakukan oleh seluruh golongan masyarakat
dan dibahas penentuan tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu perekonomian dua
sector atau perekonomian sederhana. Tingkat kegiatan ekonomi dalam
perekonomian yang lebih maju dan lebih rumit corak kegiatannya. Uraian ini
menjelaskan mengenai bagaimana pengeluaran agregat akan menentukan tingkat
kegiatan ekonomi dinamakan : analisa tingkat keseimbangan perekonomian
Negara atau analisa penentuan tingkat pendapatan Nasional.

2.      Rumusan Masalah


1. Apa itu keseimbngan 2 sektor ?
2. Bagaimana hubungan konsumsi dan pendapatan ?
3. Bagaimana kecondongan konsumsi dan menabung ?
4. Apa fungsi konsumsi dan tabungan ?
5. Apa fungsi konsumsi agregat dan tabungan agregat ?
6. Bagaimana cara menentukan keseimbnagan perekonomian negara ?
7. Apa itu investasi ?

3. Tujuan
1. Mengetahui Apa itu keseimbngan 2 sektor
2. Mengetahui hubungan konsumsi dan pendapatan
3. Mengetahui Bagaimana kecondongan konsumsi dan menabung
4. Mengetahui fungsi konsumsi dan tabungan
5. Mengetahui fungsi konsumsi agregat dan tabungan agregat
6. Mengetahuai cara menentukan keseimbngan perekonomian negara
7. Mengetahui apa itu investasi
BAB II

PEMBAHASAN

        Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor
perusahaan dan sektor rumah tangga. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan Keynes sederhana.
Dalam perekonomian tidak terdapata pajak dan pengeluaran pemerintah.
Perekonomian itu juga tidak melakukan perdagangan luar negeri dan dengan
demikian perekonomian itu tidak melakukan kegiatan ekspor dan impor.
            Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh rumah
tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gji, upah, sewa, bunga dan
keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional. Dan oleh karena
itu pemerintah tidak memungut pajak maka pendapatan nasional (Y) adalah sama
dengan pendapatan disposebel (Yd) atau Y = Yd.
Pendapatan yang digunakan rumah tangga akan digunakan untuk dua tujuan yaitu
untuk pengeluaran konsumsi dan ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan
kepada penanam modal atau nvestor dan akan digunakan untuk memebeli barang
– barang modal seperti mesin – mesin, peralatan produksi lain, mendirikan
bangunan pabrik dan bangunan kantor.
Ciri-ciri aliran pendapatan dalam perekonomian dua sektor
1.      Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki
sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan
memperoleh aliran pendapatan berupa gaji, upah, sewa, bunga, dan untung.
2.        Sebahagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor
rumahtangga akan di gunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan
jasa-jasa yang di hasilkan oleh sektor perusahaan.
3.        Sisa dari berbagai jenis pendapatan rumahtangga yang tidak di gunakan
untuk pengeluaran konsumsi akan di tabung dala institusi-institusi keuangan.
4.        Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi
akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh institusi-institusi keuangan dari
sektor rumah tangga.
A.Hubungan Antara Konsumsi Dan Pendapatan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengeluaran Rumah
Tangga. Diantara faktor-faktor tersebut, yang paling penting adalah pendapatan
rumah tangga yang telah dikurangi pajak pendapatan. Karena dalam
perekonomian dua sektor tidak terdapat kegiatan pemerintah, berarti tidak terdapat
pajak pendapatan dan pajak-pajak lainnya, pendapatan disposebel adalah sama
dengan pendapatan Nasional.
Semakin tinggi pendapatan disposebel yang diterima oleh rumah tangga,
semakin besar pula konsumsi yang akan mereka lakukan. Akan tetapi
pertambahan konsumsi yang akan terjadi lebih rendah daripada pertambahan
pendapatan yang berlaku. Maka makin lama kelebihan konsumsi rumah tangga
yang wujud (kalau dibandingkan dengan pendapatan yang diterimanya) akan
menjadi bertambah kecil.
Hubungan antara pendapatan disposibel, pengeluaran rumahtangga
dan tabungan sangat erat. Ciri-ciri dari hubungan tersebut :
1. Pada pendapatan yang rendah rumahtangga akan menutupnya dari tabungan
(mengambil dari tabungan).
2. Kenaikan pendapatan akanmenaikkan pengeluaran konsumsi.
3. Pada pendapatan yang tinggi rumahtangga menabung.
Pada suatu tingkat pendapatan disposebel yang cukup tinggi, konsumsi
rumah tangga akan sama besarnya dengan pendapatan disposebelnya. Apabila
pendapatan disposebel mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi, rumah tangga
tidak akan menggunakan seluruh pendapatan yang dapat dibelanjakannya tersebut.
Ini berarti pengeluaran rumah tangga adalah lebih rendah daripada pendapatan
disposebelnya. Pendapatan disposebel rumah tangga yang tidak di inginkan untuk
perbelanjaan tersebut merupakan tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga.
Dengan demikian diantara pendapatan disposebel pengeluaran konsumsi dan
tabungan terdapat hubungan berikut :
Yd = C + S
Keterangan :
Yd   :    Pendapatan disposebel
C     :    Konsumsi rumah tangga
S     :    Tabungan

Daftar konsumsi dan tabungan rumahtangga (dalam ribu rupiah).


Pendapatan disposible Pengeluaran konsumsi Tabungan (S)
(Yd) (C) (3)
(1) (2)
0 125 -125
100 200 -100
200 275 -75
300 350 -50
400 425 -25
500 500 0
600 575 25
700 650 50
800 725 75
900 800 100
1000 875 125

            Ciri khas dari hubungan di antara pendapatan disposable, pengeluaran


konsumsi dan tabungan, yaitu ;
1) Pada pendapatan yang rendah rumahtangga mengorek tabungan.
Pada waktu pendapatan disposable adalah (Yd = 0), pengeluaran konsumsi adalah
Rp 125 ribu. Ini berarti rumahtangga harus menggunakan harta atau tabungan
masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Tabungan negative atau
mengorek tabungan akan selalu dilakukan oleh rumahtangga apabila
pendapatannya masih di bawah Rp 500 ribu.
2) Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi.
Biasanya pertambahan pendapatan adalah lebih tinggi daripada pertambahan
konsumsi. Contoh dalam table 4.1 menunjukkan apabila pendapatan bertambah
sebanyak Rp 100 ribu, konsumsi bertambah sebanyak Rp 75 ribu. Sisa
pertambahan pendapatan itu (Rp 25 ribu) ditabung.
3) Pada pendapatan yang tinggi rumahtangga menabung.
Disebabkan pertambahan pendapatan selalu lebih besar dari pertambahan
konsumsi, maka pada akhirnya rumahtangga tidak “mengorek tabungan”. Ia akan
mampu menabung, sebahagian dari pendapatannya. Table 4.1 menunjukkan
apabila pendapatan rumahtangga lebih dari Rp 500 ribu, konsumsinya lebih
rendah dari pendapatannya. Sebagai contoh, pada pendapatan Rp 900 ribu,
konsumsinya adalah Rp 800 ribu dan ini menunjukkan rumah tangga sudah
menabung sebanyak Rp 100 ribu.
B. Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung

            Untuk memahami dengan baik sifat hubungan di antara pendapatan


disposibel dengan konsumsi, dan pendapatan disposebel dengan tabungan
perlulah di terangkan dua konsep penting beikut:
1.      MPC ( Marginal Propensity to Consume )
: perbandingan di antara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan disposebel (∆Yd) yang diperoleh.
 MPC = ∆C
 ∆Yd
2.      APC ( Average Propensity to Consume )
: perbandingan diantara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan
disposebel ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd).
APC = C
 Yd
3.      Contoh Menghitung MPC dan APC
Pendapatan Pengeluaran Kecondongan Kecondongan
disposebel konsumsi (C) Mengkonsumsi Mengkonsumsi
(Yd) (2) Marjinal (MPC) Rata-rata (APC)
(1) (3) (4)
Contoh 1 : MPC Tetap
Rp 200 ribu Rp 300 ribu 150 / 200 = 0,75 300/ 200 = 1,50
Rp 400 ribu Rp 450 ribu 150 / 200 = 0,75 450 / 400 =
Rp 600 ribu Rp 600 ribu 150 / 200 = 0,75 1,125
Rp 800 ribu         Rp 750 ribu 600 / 600 = 1,00
750 / 800 =
0,937
Contoh 2 : MPC Makin Kecil
Rp 200 ribu Rp 300 ribu 160 / 200 = 0.80 300/ 200 = 1,50
Rp 400 ribu Rp 460 ribu 150 / 200 = 0,75 460 / 400 = 1,15
Rp 600 ribu Rp 610 ribu 140 / 200 = 0.70 610 / 600 =
Rp 800 ribu         Rp 750 ribu 1,017
750 / 800 =
0,937

            Dalam contoh 1 digambarkan pendapatan disposebel dalam kolom (1)


selalu bertambah sebanyak Rp 200 ribu dan ini mengekibatkan konsumsi , yang
ditunjukkan dalam kolom (2) , juga senantiasa bertambah sebnyak Rp 150 ribu.
Maka MPC , yang ditunjukkan kolom (3) adalah 0,75 dan dibuktikan dengan
penghitungan berikut :
MPC = ∆C = 150 ribu = 0,75
∆Yd 200 ribu
            Dalam contoh 2 digambarkan pendapatan disposebel juga selalu
bertambah sebanyak Rp 200 ribu, tetapi kenaikan konsumsi rumah tangga makin
kecil pertambahannya. Sifat hubungan diantara pertambahan pendapatan
disposebel dan konsumsi adalah :
a. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 200 ribu menjadi Rp 400
ribu, konsumsi naik dari Rp 300 ribu menjadi Rp 460 ribu. Pada perubahan
pendapatan dan konsumsi ini MPC adalah :
( 460 – 300 ) / ( 400 – 200 ) = 0,8

b. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 400 ribu menjadi Rp 600


ribu, konsumsi bertambah dari Rp 460 ribu menjadi Rp 610 ribu. Maka MPC :
( 610 – 460 ) / ( 600 – 400 ) = 0,75
c. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 600 ribu menjadi Rp 800
ribu, konsumsi bertambah dari Rp 610 ribu menjadi Rp 750 ribu. Maka MPC :
( 750 – 610 ) / ( 800 – 600 ) = 0,70
Untuk penhitungan APC dapat dilihat pada kolom (4). Dari contoh 1 dan 2 dapat
dilihat bahwa APC berubah-rubah nilainya, dan nilainya makin lama makin
rendah. Apabila Yd lebih kecil dari C, maka APC lebih besar dari 1 (sebagai
contoh pada Yd = Rp 200 ribu , C = Rp 300 ribu, maka APC = 300 / 200 = 1,5 ) ;
dan apabila Yd lebih besar dari C, maka APC lebih kecil dari 1 (sebagai contoh
pada Yd = Rp 800 ribu, C = Rp 750 ribu, maka APC = 750 / 800 = 0,9375).
C. Fungsi Konsumsi Dan Tabungan
A.    Konsumsi
             Fungsi komsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan di antara  tingkat komsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan
pendapatan  nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.
Jika dirumuskan
Y=C
Keterangan :
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption( konsumsi)
Faktor yang mempengaruhi konsumsi ; pendapatan, komposisi keluarga,
lingkungan, kepribadian, motivasi, sikap, budaya dan perkiraan masa depan.
Didalam ilmu ekonomi, konsumsi dapat diartikan penggunaan barang dan jasa
untuk memuaskan kebutuhan manusiawi. Konsumsi haruslah dianggap sebagai
maksud serta tujuan yang esensial dari produksi. Atau dengan perkataan lain,
produksi merupakan alat bagi konsumsi. Melalui kenyataan-kenyataan tersebut,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan produksi itu diperlukan selama
kegiatan konsumsi itu berlangsung.
B. Konsumsi Produktif dan Konsumsi Akhir
Konsumsi produktif adalah suatu kegiatan yang menggunakan bahan-
bahan mentah yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan barang lain,
sedangkan konsumsi yang langsung dapat memuaskan kebutuhan disebut sebagai
konsumsi akhir.
Pada system perekonomian dua sector ini hanya ada kegiatan rumah
tangga dan perusahaan. Pada site mini tidak ada kegiatan pemerintah seperti
adanya peraturan-peraturan tentang kegiatan ekonomi dan pajak, serta tidak ada
perdagangan luar negri atau perdagangan internasional.

C. Tabungan
Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan
di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan
nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.
Pendapatan Nasional Dalam Keseimbangan
Y = C + S 
Keterangan :
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption(konsumsi)
S = Saving (tabungan)
Faktor yang mempengaruhi tabungan ; pendapatan, tingkat bunga, motif
berjaga-jaga.

Pendapatan Nasional Konsumsi Tabungan


0 90 -90
120 180 -60
240 270 -30
360 360 0
480 450 30
600 540 60
720 630 90
840 720 120
960 810 150
1080 900 180
1200 990 210

Persamaan Matematis
 Fungsi komsumsi ialah C = a + bY
 Fungsi tabungan ialah S = -a + (1 - b)Y
 Penentu-Penentu Lain Konsumsi dan Tabungan
a)    Kekayaan yang telah terkumpul.
b)   Suku bunga.
c)    Sikap berhemat.
d)   Keadaan perekonomian.
e)    Distribusi pendapatan.
f)    Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi.

D. Fungsi konsumsi Agregat dengan Tabungan Agregat


Dalam membahas mengenai pengeluaran konsumsi dan tabungan dari
rumahtangga-rumahtangga, yang lebih penting untuk diperhatikan bukanlah
pengeluaran konsumsi dan tabungan sesuatu rumahtangga tetapi pengeluaran
konsumsi dan tabungan dari seluruh rumahtangga. Pengeluaran konsumsi dan
tabungan dari seluruh masyarakat dalam perekonomian dinamakan pengeluaran
konsumsi agregat dan tabungan agregat. Pengeluaran konsumsi agregat adalah
jumlah daripada pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh
rumahtangga yang ada dalam perekonomian. Demikian juga, tabungan agregat
adalah jumlah dari tabungan-tabungan yang dibuat oleh seluruh rumah tangga.
Ciri-ciri daripada pengeluaran konsumsi agregat tidak berbeda dengan ciri-ciri
pengeluaran konsumsi suatu rumahtangga, dan ciri-ciri tabungan agregat tidak
berbeda dengan ciri-ciri tabungan suatu rumahtangga.
Karena suatu perekonomian terdiri dari beribu-ribu atau berjuta-juta
rumahtangga, kemungkinannya adalah kecil sekali bahwa fungsi konsumsi
agregat adalah sama dengan fungsi konsumsi suatu rumahtangga. Bentuk fungsi
konsumsi agregat bukan ditentukan oleh bentuk fungsi konsumsi suatu
rumahtangga tetapi oleh fungsi konsumsi dari sebagian besar rumahtangga dalam
perekonomian. Apabila banyak diantara mereka berkecondongan untuk menabung
bagian yang cukup besar daripada pertambahan pendapatan mereka, maka fungsi
konsumsi agregat tidak terlalu condong (lebih landai) bentuknya. Ini berarti
kecondongan mengkonsumsi marginal adalah tidak terlalu besar. Akan tetapi
apabila sebagian besar masyarakat membelanjakan hamper seluruh pendapatannya
untuk konsumsi, maka fungsi konsumsi agregat bentuknya sangat condong, dan
berarti bahwa kecondongan mengkonsumsi marginal sangat tinggi.

E.  Investasi

                  Investasi (investment) adalah bagian dari tabungan yang digunakan untuk
kegiatan ekonomi menghasilkan barang dan jasa (produksi) yang bertujuan
mendapatkan keuntungan. Jika tabungan besar, maka akan digunakan untuk
kegiatan menghasilkan kembali barang dan jasa (produksi). Tabungan akan
digunakan untuk investasi.
                  Demikianlah, dari ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika
investasi neto positif (investasi bruto lebih besar daripada penyusutan),
perekonomian itu mengalami kemajuan. Jika investasi neto bernilai nol (investasi
bruto sama dengan penyusutan), dikatakan bahwa perekonomian yang
bersangkutan berada dalam keadaan stasioner. Sementara itu, jika investasi neto
bernilai negative (investasi bruto lebih kecil daripada penyusutan), perekonomian
itu mengalami kemunduran.
                   Investasi mempunyai dampak sangat besar terhadap bertambahnya
pendapatan nasional. Bila dirumuskan :
Y=C+S
Y=C+I
Sehingga I = S
Keterangan:
Y (yield)                 :    pendapatan
C (consumption)      :    konsumsi
S (saving)               :    tabungan
Penentu-penentu tingkat investasi :
a.  Tingkat keuntungan yang di ramalkan akan di peroleh.
b.  Suku bunga.
c.  Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
d.  Kemajuan teknologi.
e.  Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
f.  Keuntungan yang di peroleh perusahaan-perusahaan.

F. Menentukan Keseimbngan Perkonomian Negara

            Oleh karena dalam perekonomian tidak terdapat kekurangan permintaan,


menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik dimana tingkat kegiatan ekonomi
akan di capai tergantung kepada kemampuan sector perusahaan untuk
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Kesanggupan ini dibatasi oleh
banyaknya faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian itu. Oleh sebab itu
menurut ahli-ahli ekonomi klasik sampai dimana sesuatu perekonomian dapat
memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut :

Y = f (K,L,Q,T)
Keterangan :
Y         : Pendapatan nasional
K         : Jumlah seluruh barang modal
L          : Jumlahseluruh tenaga kerja
Q         : Jumlah kekayaan alam yang di gunakan
T          : Tingkat teknologi yang digunakan
Keseimbangan perekonomian Negara
Keseimbangan Perekonomian Negara adalah suatu keadaan dimana perekonomian
menjadi seimbang jika pendapatan nasiolanal sama dengan pengeluaran agrerat
dan investasi sama dengan tabungan.
Y=C+I
I = S
Untuk menentukan tingkat kesimbangan perekonomian Negara dapat digunakan 3
cara yaitu :
1. Menggunakan contoh angka pedapatan nasional dan perbelanjaan agregat
2. Menggunakan grafik yang menunjukan :
a. Kesamaan perbelanjaan agregat dengan penawaran agregat.
b. Kesamaan diantara investasi dan tabungan
3. Menggunakan cara pembuktian secara aljabar.

Contoh angka keseimbangan Pendapatan Nasional


Pendapatan Konsumsi Tabungan Investasi Pengeluaran Keadaan
Nasional (C) (S) (I) Agregat perekonomian
(Y) (2) (3) (4) (AE) (6)
(1) (5)

0 90 -90 120 210 EXSPANSI


120 180 -60 120 300
240 270 -30 120 390
360 360 0 120 480
480 450 30 120 570
600 540 60 120 660
720 630 90 120 750
840 720 120 120 840 SEIMBANG
960 810 150 120 930 KONTRAKSI
1080 900 180 120 1020
1200 990 210 120 1110
            Ekspansi yaitu dalam tabeldapat dilihat pada waktu pendapatan nasional
lebih rendah dari Rp 840 triliun, pengeluaran agregat adalah lebih besar dari pada
pendapatan nasional. Keadaan ini akan mendorong para pengusaha untuk
mendorong para pengusaha untuk menambah produksi mereka.
            Kontraksi yaitu pada saat pendapatan nasional lebih besar dari 840 triliun
pengeluaran agregat lebih kecil dari pendapatan nasional.Artinya banyak barang
yang diproduksi oleh perusahaan tidak terjual.keadaan ini mendorong perusahaan
untuk mengurangi kegiatan mereka.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana adalah suatu
perekonomian yang hanya terdiri  dari sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan. Tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh jumlah dan mutu daripada
faktor-faktor produksi. Menurut Keyness tingkat kegiatan ekonomi ditentukan
oleh besarnya pengeluaran agregat yang dilakukan masyarakat. Pengeluaran
agregat tersebut akan menentukan sampai dimana sektor perusahaan harus
melakukan kegiatannya untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa.
Dari sifat perputaran aliran pendapatan yang terdapat dalam gambar itu dapat
diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1.      Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki
sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan
memperoleh aliran pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
2.      Sebagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor
rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan
jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
3.      Sisa dari berbagai jenis rumah tangga yang tidak digunakan untuk
pengeluaran konsumsi akan ditabung dalam badan-badan keuangan.
4. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi
akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari
sektor rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA

-
http://ulfatunnazilah94.blogspot.co.id/2015/04/keseimbanganekonomi2sektor.htm
l
-Budiono. 1985. Teori - Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta. BPFE.
Richard G.lipsey, peter O.Steiner, Pengantar Ilmu Ekonomi Jilid 1,2.Edisi ke
enam, Jakarta. Rineka Cipta
-Sadono Sukirno. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Bina Grafika
-Soediyono R, 1981. Ekonomi Makro Jilid 1,2. Yogyakarta. Liberty.
-Samuelson. 1982. Ekonomi Makro. Jakarta. Erlangga
-Winardi. 1987. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Bandung. Alumi  
http://ulfatunnazilah94.blogspot.co.id/2015/04/keseimbanganekonomi2sektor.htm
l

Anda mungkin juga menyukai