Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR

Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Makro

Disusun oleh kelompok IV :


Anggi Nico Juniarco Silalahi (C10200173)

Fitria Novitasari (C10200171)

Luky Luqman faridz (C10200191)

Mochammad Rafly Ramadhan (C10200184)

Rana Diva Fahira (C10200163)

STIE EKUITAS

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah ”Keseimbangan Ekonomi
Dua Sektor”, dapat selesai  seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah
ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil
dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami, makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Makalah ini
membahas tentang “Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor”. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan dan penulisan. Maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Semoga makalah tentang “Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor” ini


dapat  bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Bandung, 24 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3. Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Pengertian Ekonomi Dua Sektor................................................................................3
2.2. Fungsi Konsumsi Dan Fungsi Tabungan....................................................................6
2.3. Penentu-Penentu Konsumsi dan Tabungan.................................................................8
2.4. Investasi (Penanaman Modal).....................................................................................9
2.5. Penentu-Penentu Tingkat Investasi...........................................................................11
2.6. Penentu Tingkat Kegiatan Ekonomi..........................................................................13
2.7. Perubahan dalam Keseimbangan dan Multiplier.......................................................14
2.8. Menentukan Besarnya Mutiplier............................................................................15
2.9. Perubahan Keseimbangan Pendapatan Nasional..................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................18
KESIMPULAN....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam
mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam
perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan
sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta,
dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
            Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa
dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk
melihat bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat pengeluaran
konsumsi dan tabungan. Kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk
melakukan konsumsi disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC).
Sedangkan kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan
tabungan disebut dengan Marginal Propensity to Save (MPS).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Perekonomian 2 sektor?
2. Apa fungsi konsumsi dan fungsi tabungan itu?
3. Apa saja penentu konsumsi dan tabungan?
4. Bagaimana investasi (penanaman modal) itu?
5. Apa penentu tingkat kegiatan investasi?
6. Apa penentuan tingkat kegiatan ekonomi?
7. Apa perubahan dalam keseimbangan dan multiplier?
8. Bagaimana menentukan besarnya multiplier?
9. Bagaimana perubahan keseimbangan pendapatan nasional?

1.3. Tujuan
            Uraian dalam makalah ini bertujuan untuk melihat dengan lebih
mendalam lagi dan membuktikan bahwa tingkat kegiatan ekonomi bergantung
kepada tingkat pengeluaran agregat yang dilakukan oleh seluruh golongan
masyarakat dan dibahas penentuan tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu

1
perekonomian dua sector atau perekonomian sederhana. Tingkat kegiatan
ekonomi dalam perekonomian yang lebih maju dan lebih rumit corak
kegiatannya. Uraian ini menjelaskan mengenai bagaimana pengeluaran
agregat akan menentukan tingkat kegiatan ekonomi dinamakan : analisa
tingkat keseimbangan perekonomian Negara atau analisa penentuan tingkat
pendapatan Nasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ekonomi Dua Sektor


Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor perusahaan
dan sektor rumah tangga. Dalam perekonomian tidak terdapata pajak dan pengeluaran
pemerintah. Perekonomian itu juga tidak melakukan perdagangan luar negeri dan dengan
demikian perekonomian itu tidak melakukan kegiatan ekspor dan impor.

            Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh rumah tangga
adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gaji, upah, sewa, bunga dan keuntungan
adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional. Dan oleh karena itu pemerintah tidak
memungut pajak maka pendapatan nasional (Y) adalah sama dengan pendapatan disposebel
(Yd) atau Y = Yd.
Pendapatan yang digunakan rumah tangga akan digunakan untuk dua tujuan yaitu
untuk pengeluaran konsumsi dan ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan kepada penanam
modal atau nvestor dan akan digunakan untuk memebeli barang – barang modal seperti mesin
– mesin, peralatan produksi lain, mendirikan bangunan pabrik dan bangunan kantor.

Ciri-Ciri Aliran Pendapatan Dalam Perekonomian Dua Sektor


1.        Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki
sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh
aliran pendapatan berupa gaji, upah, sewa, bunga, dan untung.
2.        Sebahagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor
rumahtangga akan di gunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-
jasa yang di hasilkan oleh sektor perusahaan.
3.        Sisa dari berbagai jenis pendapatan rumahtangga yang tidak di gunakan untuk
pengeluaran konsumsi akan di tabung dala institusi-institusi keuangan.
4.        Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan
meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh institusi-institusi keuangan dari sektor
rumahtangga.

3
Hubungan diantara Konsumsi dan Pendapatan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengeluaran Rumah Tangga.


Diantara faktor-faktor tersebut, yang paling penting adalah pendapatan rumah tangga yang
telah dikurangi pajak pendapatan. Karena dalam perekonomian dua sektor tidak terdapat
kegiatan pemerintah, berarti tidak terdapat pajak pendapatan dan pajak-pajak lainnya,
pendapatan disposebel adalah sama dengan pendapatan Nasional.
Semakin tinggi pendapatan disposebel yang diterima oleh rumah tangga, semakin
besar pula konsumsi yang akan mereka lakukan. Akan tetapi pertambahan konsumsi yang
akan terjadi lebih rendah daripada pertambahan pendapatan yang berlaku. Maka makin lama
kelebihan konsumsi rumah tangga yang wujud (kalau dibandingkan dengan pendapatan yang
diterimanya) akan menjadi bertambah kecil

ADAPUNHUBUNGAN DIANTARA KONSUMSI DAN PENDAPATAN

Yd = C + S
Keterangan :
Yd   :    Pendapatan disposebel
C     :    Konsumsi rumah tangga
S     :    Tabungan

4
Keterangan :
• Pada Pendapatan yang rendah Rumah Tangga Menggorek Tabungan. Pada
waktu pendapatan disposebel adalah (Yd=0), pengeluaran konsumsi adalah Rp 125
ribu, ini berarti rumah tangga harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu
untuk membiayai pengeluaran konsumsinya.
• Kenaikan Pendapatan menaikkan Pengeluaran Konsumsi. Biasanya pertambahan
pendapatan adalah lebih tinggi daripada pertambahan konsumsi.
• Pada Pendapatan yang tinggi Rumah Tangga Menabung. Pertambahan
pendapatan selalu lebih besar dari pertumbuhan konsumsi maka pada akhirnya Rumah
Tangga “Tidak Menggorek Tabungan” ia akan mampu menabung sebagian dari
pendapatannya.
Pada suatu tingkat pendapatan disposebel yang cukup tinggi, konsumsi rumah tangga
akan sama besarnya dengan pendapatan disposebelnya. Apabila pendapatan
disposebel mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi, rumah tangga tidak akan
menggunakan seluruh pendapatan yang dapat dibelanjakannya tersebut. Ini berarti
pengeluaran rumah tangga adalah lebih rendah daripada pendapatan disposebelnya.
Pendapatan disposebel rumah tangga yang tidak di inginkan untuk perbelanjaan
tersebut merupakan tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga

5
2.2. Fungsi Konsumsi Dan Fungsi Tabungan

Konsumsi
Konsumsi (Consumption) adalah Kegiatan mengurangi nilai guna barang dan jasa,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Alat untuk melakukan konsumsi adalah dengan
menggunakan pendapatan, maka kossumsi juga sering dartikan bagian pendapatan
masyarakat yang digunakan untuk membeli barang atau jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil seluruh pendapatannya akan habis
dipergunakan untuk keperluan konsumsi.Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat komsumsi rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.
Jika dirumuskan
Y=C
Keterangan :
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption( konsumsi)
Faktor yang mempengaruhi konsumsi ; pendapatan, komposisi keluarga, lingkungan,
kepribadian, motivasi, sikap,budaya dan perkiraan masa depan.

6
1. Tabungan
Tabungan (saving) adalah bagian pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk
konsumsi. Masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih besar dari kebutuhan konsumsi
akan mempunyai kesempatan untuk menabung Dalam perekonomian sederhana Pendapatan
Nasional akan digunakan untuk : Konsumsi dan Tabungan.Fungsi tabungan adalah suatu
kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.
Maka jika dirumuskan :
Y=C+S
Keterangan :
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption( konsumsi)
S = Saving (tabungan)
Faktor yang mempengaruhi tabungan ; pendapatan, tingkat bunga, motif berjaga-jaga.

Definisi Kecondongan Mengosumsi


Konsep kecondongan mengkonsumsi perlu dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu :
kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Definisi
dan arti konsep ini adalah :
1. Kecondongan Mengkonsumsi Marginal, atau secara ringkasnya dinyatakan sebagai
MPC (Marginal Propersity to Consume) dapat didefinisikan sebagai perbandinga
ndiantara pertambahan konsumsi yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan
disposebel yang diperoleh,
2. Kecondongan Mengkonsumsi Rata-rata, atau secara ringkas dinyatakan sebagai
APC (Average Propersity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan
diantara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan disposebel pada saat
konsumsi itu dilakukan. 

Definisi Kecondongan Menabung

7
Konsep kecondongan menabung juga perlu dibedakan menjadi 2 istilah yaitu
kecondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Definisinya masing-
masing adalah :
1. Kecondongan Menabung Marginal, MPS (Marginal Propersity to Save), merupakan
perbandingan diantara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan
disposebel.
2. Kecondongan Menabung Rata-rata, APS (Average Propersity to Save) menunjukan
perbandingan diantara tabungan dengan pendapatan disposebel.

2.3. Penentu-Penentu Konsumsi dan Tabungan


1. Kekayaan Yang Telah Terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak sebagai akibat
usaha dimasalampau.
2. Suku Bunga, tingkat bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari
melakukan tabungan.
Rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bungat inggi
karena lebih banyak bunga yang akan diperoleh.
3. Sikap Berhemat, dalam masyarakat seperti APC dan MPC adalah lebih rendah, tetapi
juga ada pula yang mempunyai kecenderungan mengkonsumsi yang tinggi.
4. Keadaan Perekonomian, dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak
banyak pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan perbelanjaan yang
lebih aktif. Mereka lebih cenderung berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang
menabung.
5. Distribusi pendapatan, dalam masyarakat yang distribusi pendapatan yang tidak
merata, lebih banyak tabungan yang akan diperoleh.
6. Tersedia Tidaknya Dana Pensiun Yang Mencukupi, apabila pendapatan dari pension
besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak
pada masa bekerja dan ini menaikan tingkat konsumsi

FUNGSI KONSUMSI AGREGAT DAN FUNGSI TABUNGAN AGREGAT


Dalam membahas mengenai pengeluaran konsumsi dan tabungan dari rumahtangga-
rumahtangga, yang lebih penting untuk diperhatikan bukanlah pengeluaran konsumsi dan
tabungan sesuatu rumahtangga tetapi pengeluaran konsumsi dan tabungan dari seluruh

8
rumahtangga. Pengeluaran konsumsi dan tabungan dari seluruh masyarakat dalam
perekonomian dinamakan pengeluaran konsumsi agregat dan tabungan agregat. Pengeluaran
konsumsi agregat adalah jumlah daripada pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh
seluruh rumahtangga yang ada dalam perekonomian. Demikian juga, tabungan agregat adalah
jumlah dari tabungan-tabungan yang dibuat oleh seluruh rumah tangga. Ciri-ciri daripada
pengeluaran konsumsi agregat tidak berbeda dengan ciri-ciri pengeluaran konsumsi suatu
rumahtangga, dan ciri-ciri tabungan agregat tidak berbeda dengan ciri-ciri tabungan suatu
rumahtangga.
Karena suatu perekonomian terdiri dari beribu-ribu atau berjuta-juta rumahtangga,
kemungkinannya adalah kecil sekali bahwa fungsi konsumsi agregat adalah sama dengan
fungsi konsumsi suatu rumahtangga. Bentuk fungsi konsumsi agregat bukan ditentukan oleh
bentuk fungsi konsumsi suatu rumahtangga tetapi oleh fungsi konsumsi dari sebagian besar
rumahtangga dalam perekonomian. Apabila banyak diantara mereka berkecondongan untuk
menabung bagian yang cukup besar daripada pertambahan pendapatan mereka, maka fungsi
konsumsi agregat tidak terlalu condong (lebih landai) bentuknya. Ini berarti kecondongan
mengkonsumsi marginal adalah tidak terlalu besar. Akan tetapi apabila sebagian besar
masyarakat membelanjakan hamper seluruh pendapatannya untuk konsumsi, maka fungsi
konsumsi agregat bentuknya sangat condong, dan berarti bahwa kecondongan mengkonsumsi
marginal sangat tinggi.

2.4. Investasi (Penanaman Modal)


Definisi investasi
Sering terdapat kekeliruan dalam masyararakat berkaitan dengan istilah investasi.
Suatu perusahaan asuransi, misalnya, membeli saham saham perusahaan di pasar saham.
Tindakan ini tidak dapat di ppandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang
menggunakantabungan nya untuk membeli saham peusahaan atau tanah selalu dikatakan
sebagai”Melakukan investasi”. Dalam analisis makroekonomi tindakan individu atau
perusahaan asuransi tersebut membeli sahamtidak di pandang sebagai investasi. Untuk
mengindari kekeliruan, sebagai langkah pertama dalam membahas hal hal yang berhubungan
dengan investasi perusahaan, terlebih dahulu akan di terangkan arti dari pengertian tersebut
Arti investasi
Investasi (investment) adalah bagian dari tabungan yang digunakan untuk kegiatan
ekonomi menghasilkan barang dan jasa (produksi) yang bertujuan mendapatkan keuntungan.

9
Jika tabungan besar, maka akan digunakan untuk kegiatan menghasilkan kembali barang dan
jasa (produksi). Tabungan akan digunakan untuk investasi.
Demikianlah, dari ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika investasi neto positif
(investasi bruto lebih besar daripada penyusutan), perekonomian itu mengalami kemajuan.
Jika investasi neto bernilai nol (investasi bruto sama dengan penyusutan), dikatakan bahwa
perekonomian yang bersangkutan berada dalam keadaan stasioner. Sementara itu, jika
investasi neto bernilai negative (investasi bruto lebih kecil daripada penyusutan),
perekonomian itu mengalami kemunduran.
Investasi mempunyai dampak sangat besar terhadap bertambahnya pendapatan nasional. Bila
dirumuskan :
Y=C+S
Y=C+I
Sehingga I = S
Keterangan:
Y (yield)                 :    pendapatan
C (consumption)     :    konsumsi
S (saving)                :    tabungan

Fungsi Investasi

10
Kurva yang menunjuan perkaitan di antara tingkat investasi dan tigkat pendapatan nasional
dinamakan fungsi investasi. Bentuk investasi dapat di bedakan menjadi dua yaitu;
1. Ia sejajar dengan sumbu datar
2. Bentuk nya nak ke atas sebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin
tinggi investasi)
Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu data dinamakan investasi otonomi dan
fungsi investasi yang semakin tiggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan
investasi terpengaruh. Dalam analisis makro ekonomi biasa nya di misakan bahwa investasi
perubahan bersifat investasi ekonomi

2.5. Penentu-Penentu Tingkat Investasi


Faktor – faktorutama yang menentukantingkatinvestasi :
Penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk
mencari keuntungan. Keuntungan yang akan di peroleh besar sekali peranan nya dalam
menentuikan tingkat investasi yang akan di lakukan oleh para pengusaha. Factor factor utama
yang menentukan tingkat investasi adalah:
1. Tingkat keuntunganinvestasi yang diramalkanakandiperoleh
2. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasadepan
3. Kemajuantekhnologi
4. Tingkat pendapendapatannasionaldanperubahan-perubahanya.
5. Keuntungan yang diperolehperusahaan – perusahaan
Bagaimana berbagai factor di atas akan mmpengaruhi kegiatan investasi di bicarakan dalam
uraian uraian berikut. Terlebih dahulu akan diperhatikan hubungan diantara ramalan
keuntungan yang akan di peroleh dengan suku bunga dan tingkat investasi (factor dalam I dan
Ii) sesudah itu aka di perhatikan factor factor lain yang menentukan infestasi.

Investasi, Keuntungsn, dan Bunga


Ada dua diantaranya mempunyai kesanggupan untuk menerangkan sebab-sebabnya
perubahan tingkat investasi yang lebih penting dari faktor-faktor lainnya. Faktor tersebut
adalah tingkat keuntungan yang diramalkan dan suku bunga.

Tingkat Pengembalian Modal

11
Suatu investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang
pendapatan di masa depan adalah lebih besar dari pada nilai sekarang modal yang di
investasikan.
Konsumsi, pendapatan dan tabungan hubungannya sangat erat. Menurut pendapat JM
Keyness dikenal dengan psychological Consumption membahas tingkah laku masyarakat
dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.
Pendapat JM Keyness sebagai berikut :
a. Jika pendapatan naik, maka konsumsi akan naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan
pendapatan
b.  Setiap kenaikan pendapatan akan digunakan untuk konsumsi dan tabungan
c.  Setiap kenaikan pendapatan jarang menurunkan konsumsi dan tabungan.

Dalam pendapatan Nasional, investasi meliputi hal-hal berikut :


a.Seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan perbelanjaan
untuk mendirikan industry-industri,
b. Pengeluaran masyarakan untuk mendirikan rumah-rumah tempat tinggal, dan
c. Pertambahan dalam nilai stok-stok barang perusahaan berupa bahan mentah, barang
yang belum selesai diproses dan barang jadi. (kalau nilai stok barang dalam
perusahaan-perusahaan berkurang, maka ia merupakan investasi negatif).

Menghitung Nilai Sekarang


Menghitung niali sekarang dari pendapatan yang diperoleh dimasa depan atau
menghitung tingkat pengembalian modal (keuntungan) merupakan cara yang
digunakan perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuaian dari sesuatu investasi
yang akan dilakukan.
Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai
sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal
yang di investasikan. Nilai sekarang pendpatan di masa depan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:

Y₁ Y₂ Y₃ Yn
NS= + + +…..+
(l+r ) (l+r )² ( l+ r ) ³ (l+r )ⁿ
Dalam persamaan diatas:

12
i. NS adalah nilai sekarang pendapatam yang diperoleh diantara tahun satu
sehingga tahun “n” apabila di misalkan investasi tersebut didpresiasikan pada
tahun ”n”
ii. Y₁, Y₂ … Yn adalah pendapatan netto (keuntungan) yang diperoleh
perusahaan antara tahun satu hingga tahun “n”
iii. R adalah Suku bunga
Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan adalah “M”, penanaman
modal tersebut dikatakan menguntungkan apabila Ns lebih besar dari M
Menentukan tiket pengembalian modal
Cara lain untung menentukan apakah sesuatu investasi merupakan kegiatan yang
menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian
modal dari investasi tersebut untuk menghitung tingkat pengembalian modal dibenarkan
formula dibawah ini.

Y₁ Y₂ Y₃ Yn
M= + + +…..+
(1+ R) (1+ R) ² ( 1+ R ) ³ (1+ R)ⁿ
Dalam persamaan tersebut:
i. M adalah nilai modal yang diinvestasikan
ii. Y1, Y2, Y3 hingga Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh
dari tahun 1 hingga ke tahun n.
iii. R adalah tingkat pengembalian modal.

Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukan perkaitan diantara tingkat investasi dan tingkat pendapatan
nasional dinamakan fungsi investasi

2.6. Penentu Tingkat Kegiatan Ekonomi

Dalam perekonomian tidak terdapat kekurangan permintaan, menurut pandangan ahli-


ahli ekonomi klasik dimana tingkat kegiatan ekonomi akan di capai tergantung kepada
kemampuan sector perusahaan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.
Kesanggupan ini dibatasi oleh banyaknya faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian
itu. Oleh sebab itu menurut ahli-ahli ekonomi klasik sampai dimana sesuatu perekonomian

13
dapat memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut :

Y = f (K,L,Q,T)
Keterangan :
Y         : Pendapatan nasional
K         : Jumlah seluruh barang modal
L          : Jumlahseluruh tenaga kerja
Q         : Jumlah kekayaan alam yang di gunakan
T          : Tingkat teknologi yang digunakan

Keseimbangan perekonomian Negara


Keseimbangan Perekonomian Negara adalah suatu keadaan dimana perekonomian menjadi
seimbang jika pendapatan nasiolanal sama dengan pengeluaran agrerat dan investasi sama
dengan tabungan.
Y=C+I
I = S

Untuk menunjukan proses penentuan tingkat keseimbangan perekonomian Negara


dapat digunakan 3 cara yaitu :
1. Dengan menggunakan contoh angka pendapatan nasional dan perbelanjaan
agregat
2. Dengan menggunakan grafik yang menunjukan:
(a) kesamaan perbelanjaan agregat dengan penawaran agregat, dan
(b) kesamaan diantara investasi dan tabungan.
3. Dengan menggunakan cara pembuktian secara aljabar

2.7. Perubahan dalam Keseimbangan dan Multiplier

Dari satu priode kepriode lainya keseimbangan pendapatan nasional akan selalu
mengalami perubahan, dalam perekonomian dua sector perubahan tersebut
disebabkan oleh perubahan dalam investasi, perkembangan teknologi, misalnya akan
menambah investasi dan investasi yang bertambah akan memindahkan pengeluaran
agregat keatas.

14
Analisis mengenai multiplier bertujuan untuk menerangkan pengaruh dari
kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat keatas tingkat keseimbangan
dan terutama keatas tingkat pendapatan nasional.

2.8. Menentukan Besarnya Mutiplier


Nilai multiplier menggambarkan perbandingan diantara jumlah
pertambah/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah
pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan
perubahan dalam pendapatan nasional tersebut. Misalnya, apabila pendapatan
nasional mengalami perubahan sebesar 4 kali lipat dari petambahan pengeluaran yang
pada mulanya berlaku, maka nilai multiplier adalah 4 kali lipat.

Cara Menentukan Multiplier


Dalam table dimisalkan pada mulanya para pengusaha menambah investasi (
△ I ¿ sebesar Rp 20 triliun dan MPC adalah 0,75. Tambahan investasi sebesar Rp 20
triliun pada permulaannya akan menaikkan pendapatan nasional dan pendapatan
rumah tangga sebanyak Rp 20 triliun juga. Seterusnya kenaikan pendapatan rumah
tangga tersebut akan menaikkan konsumsi sebesar (MPC x △ I ) = 0,75 (20 triliun) =
Rp 15 triliun dan tabungan sebanyak (MPS x △ I ) = 0,25 (20 triliun) = 5 triliun.
Kenaikan konsumsi ini menimbulkan multiplier tahap kedua, yaotu konsumsi
sebanyak Rp 15 triliun tersebut menyebabkan pertambahan pendapatan nasional
sebanyak Rp 15 triliun. Seterusnya ini akan menimbulkan kenaikan konsumsi tahap
kedua sebanyak △ C = (MPC x △ Y ) = 0,75 (Rp 15 triliun) = 11,25 triliun dan
tabungan sebanyak △ S=¿ (MPS x △ Y ) = 0,25 triliun (Rp 15 triliun) = Rp 3,75
triliun. (Perhatikan data pada multiplier tahap kedua). Proses pertambahan
pendapatan konsumsi dan tabungan ini terus berlangsung sehingga tidak wujud lagi
pertambahan pendapatan.

15
Proses multiplier dalam angka (dalam triliun rupiah)

Tahap proses Tambahan pendapatan Tambahan Tambahan


multiplier nasional konsumsi tabungan
(△Y ) (△C) ( △ S)
(1) (2) (3) (4)
1 △ I =△ Y 1=20 15 5
2 15 11,25 3,75
3 11,25 8,4375 2,8125
4 8,4375 6,3281 2,1094
5 6,3281 4,7461 1,5820
… … … …
Jumlah 80 60 20

Formula untuk Menentukan Multiplier


Apabila proses multiplier tersebut terus berjalan, pada akhirnya pendapatan
nasional akan bertambah sebanyak Rp 80 triliun, konsumsi rumah tangga bertambah
sebanyak Rp 60 triliun, dan tabungan rumah tangga bertambah sebanyak Rp 20
triliun. Pertambahan pendapatan nasional tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu formula berikut:
1
△Y =
1−MPC
△I , atau
1
△Y = △I
MPS

2.9. Perubahan Keseimbangan Pendapatan Nasional


Untuk memperlengkap nanalisis mengenai multiplier, seterusnya dalam bagian
ini akan ditunjukkan pengaruh kenaikan investasi yang bernilai Rp 20 triliun ke atas
keseimbangan pendapatan nasional. Pada mulanya fungsi konsumsi adalah C = 90 +
0,75Y dan I = 120. Telah ditunjukkan bahwa pengeluaran agregat tersebut
mewujudkan pendapatan nasional sebanyak Rp 840 triliun.

16
Kenaikan investasi sebanyak Rp 20 triliun menyebabkan tingkat investasi yang
baru adalah I 1 = 120 + 40 = 140. Maka pada tingkat keseimbangan yang baru
pendapatan nasional adalah Rp 920 triliun, yaitu seperti yang dibutkikan oleh
perhitungan berikut:
Y 1=C + I 1
Y 1=90+0,75 Y 1+140
0,25 Y 1=230
Y 1=920

Cara lain untuk menentukan pendapatan nasional pada


keseimbangan yang baru adalah dengan cara menambahkan pertaambahan
pendapatan nasional (sebagai akibat pertambahan investasi) kepada
pendapatan nasional yang asal. Pertambahan pendapatan nasional adalah:
1
△Y = △I
1−MPC
1
△Y = 20
1−0,75
△ Y =4 x 20=80
Dengan demikian pendapatan nasional yang baru adalah:
Y 1=Y + △ Y =Rp 840 triliun+ Rp80 triliun=Rp 920triliun ..

17
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana adalah suatu perekonomian
yang hanya terdiri  dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Tingkat kegiatan
ekonomi ditentukan oleh jumlah dan mutu daripada faktor-faktor produksi. Menurut Keyness
tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregat yang dilakukan
masyarakat. Pengeluaran agregat tersebut akan menentukan sampai dimana sektor perusahaan
harus melakukan kegiatannya untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa.
Dari sifat perputaran aliran pendapatan yang terdapat dalam gambar itu dapat diambil
kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor
rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh aliran
pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
2. Sebagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor rumah
tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa
yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
3. Sisa dari berbagai jenis rumah tangga yang tidak digunakan untuk pengeluaran
konsumsi akan ditabung dalam badan-badan keuangan.
4. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan
meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor
rumah tangga.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 1987. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga Penerbit FEUI.
Rosyidi, Suherman. 2002. Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Rajawali
Pers.
Boediono. 2009. Ekonomi Makro. BPFE Yogyakarta.
Rahardja, Prathama. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi. Lembaga Penerbit FEUI.
Dombusch, Rudiger. 1997. Ekonomi Makro. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai