Anda di halaman 1dari 26

PEREKONOMIAN DUA SEKTOR / PEREKONOMIAN SEDERHANA

PENGANTAR EKONOMI

Dosen Mata Kuliah :

Imam Prayogo, SE., MSi., Akt., CA., CPMA

I’ana Umma, SP.d, MAk

Oleh :

Windy Puspitasari (40011019060009)

D3 – AKUNTANSI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

KAMPUS PEKALONGAN

SEMESTER I 2019/2020

1
1. Pengertian Perekonomian Dua Sektor
Perekonomian 2 (dua) sektor adalah suatu perekonomian yang diasumsikan
hanya terdiri dari sektor rumah tangga (household) dan sektor perusahaan
(business). Perekonomian dua sektor juga disebut sebagai perekonomian
sederhana tertutup. Dinamakan sederhana karena perekonomian tersebut
hanya terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Tertutup karena
didalam perekonomian tersebut tidak ada hubungan ekonomi (perdagangan)
dengan dunia internasional.

Dalam perekonomian dua sektor sumber  pendapatan yang diperoleh rumah


tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gaji, upah, sewa,
bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional. Dan
oleh karena itu, pemerintah tidak memungut pajak maka pendapatan nasional
(Y) adalah sama dengan pendapatan disposebel (Yd) atau Y = Yd.
Pendapatan yang digunakan oleh rumah tangga akan digunakan untuk dua
tujuan yaitu untuk pengeluaran konsumsi dan ditabung. Tabungan ini akan
dipinjamkan kepada penanam modal atau investor dan akan digunakan untuk
modal, untuk membeli barang–barang seperti mesin–mesin, bahan baku,
peralatan produksi, mendirikan bangunan pabrik dan bangunan kantor. 

Model arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta uang antara
rumah tangga dengan perusahaan dapat kalian lihat pada gambar berikut ini.

2
Dari gambar diatas, terlihat bahwa rumah tangga konsumen (RTK) adalah
sebagai pemilik faktor-faktor produksi berupa tanah, tenaga kerja, modal, dan
kewirausahaan. Penawaran faktor produksi oleh rumah tangga ini akan
bertemu dengan permintaan faktor produksi oleh perusahaan. Interaksi ini
terjadi di pasar faktor produksi. Sedangkan di pasar barang, terjadi interaksi
antara perusahaan sebagai penghasil barang dan jasa dengan konsumen
sebagai pengguna barang dan jasa. Sehingga terjadi hubungan yang saling
menguntungkan satu sama lain. Dalam diagram juga terlihat arus aliran uang
dari dan ke masing-masing rumah tangga. RTK menerima upah, sewa, bunga,
dan keuntungan dari perusahaan sebagai balas jasa atas penyerahan faktor
produksi. Perusahaan menerima uang pembayaran atas barang dan jasa yang
dibeli.

Dapat juga digambarkan seperti ini :

Perekonomian 2 (dua) sektor dalam arus melingkar dari aktivitas ekonomi


(circular flow of economic activities) mempunyai sifat sebagai berikut :

1. Sebagai balas jasa atas penggunaan faktor produksi dari sektor rumah
tangga oleh sektor perusahaan, maka sektor rumah tangga akan
memperoleh pendapatan (income payment) yang berupa : gaji dan upah,
sewa, bunga dan laba.

3
2. Sebagai besar pendapatan (income payment) yang diterima oleh sektor
rumah tangga akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi (consumption
expenditure) yaitu : untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sektor perusahaan.

3. Sisa pendapatan yang tidak digunakan untuk membiayai pengeluaran


konsumsi, oleh sektor rumah tangga akan ditabung dalam badan (lembaga)
keuangan.

4. Sektor perusahaan (business sector) yang memerlukan modal untuk


kegiatan “investasi” meminjam tabungan yang dikumpulan oleh lembaga
keuangan dari sektor rumah tangga (household).

Interaksi ekonomi dalam perekonomian dua sektor juga dapat digambarkan


seperti di bawah ini.

Gambar diatas, menunjukkan keadaan apabila seluruh pendapatan yang


diterima RTK digunakan seluruhnya untuk belanja barang dan jasa. Ini berarti
bahwa pendapatan sama dengan pengeluaran. Tidak ada bagian pendapatan
yang tidak dibelanjakan atau dapat dikatakan bahwa perekonomian
mengalami keseimbangan.

4
2. Hubungan Konsumsi dan Pendapatan
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi tingkat pengeluaran RT.
Hubungan antara pendapatan disposable, pengeluaran RT, dan tabungan
sangat erat. Ciri-ciri dari hubungan tersebut :
a. Pada pendapatan yang rendah, RT akan menutupnya dari tabungan,
mengambilnya dari tabungan
b. Kenaikkan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi
c. Pada pendapatan yang tinggi, RT menabung

Misalnya, seperti dapat dilihat dalam tabel 1.1, pada waktu pendapatan
seseorang adalah Rp.500 ribu konsumsinya adalah Rp.500 ribu, pada waktu
pendapatanya Rp.900 ribu konsumsinya Rp. 800 ribu, table di bawah ini
secara terperincih menunjukan hubungan di antara tingkat pendapatan
disposebel dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga.

Daftar konsumsi dan tabungan rumah tangga  (dalam ribuan rupiah)

Pendapatan Pengeluaran Pengeluaran


Disposebel (Ya) Konsumsi (c) Tabungan (s)
(1) (2) (3)
0 125 -125
100 200 -100
200 275 -75
300 350 -50
400 425 -25
500 500 0
600 575 25
700 650 50
800 725 75
900 800 100
1000 875 125

Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan. Pada waktu
pendapatan disposebel adalah (Yd = 0 ), pengeluaran konsumsi

5
adalah Rp.125 ribu. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan harta atau
tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Kenaikan
pendapatan menaikan pengeluaran konsumsi. Biasanya pertambahan
pendapatan adalah lebih tinggi dari pada pertambahan konsumsi.

Konsumsi, pendapatan dan tabungan hubungannya sangat erat. Menurut


pendapat JM Keyness dikenal dengan Psychological Consumption membahas
tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan
pendapatan.

Pendapat JM Keyness sebagai berikut :

Jika pendapatan naik, maka konsumsi akan naik, tetapi tidak sebanyak
kenaikan pendapatan. Setiap kenaikan pendapatan akan digunakan untuk
konsumsi dan tabungan.

Setiap kenaikan pendapatan jarang menurunkan konsumsi dan tabungan.[3]

3. Kecondongan Mengonsumsi dan Menabung


MPC (Marginal Prospensity to Consume) atau Kecenderungan Konsumsi
Marginal merupakan konsep yang memberikan gambaran tentang berapa
konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel bertambah 1 unit. MPC
adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara besarnya perubahan
pengeluaran konsumsi (∆C) dengan besarnya perubahan keseimbangan
pendapatan disposabel atau pendapatan nasional (∆Y) yang diterima sehingga
mengakibatkan pengeluaran konsumsi.

6
Seperti pada uraian tabel diatas jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih
besar daripada tambahan pendapatan disposabel, sehingga angka MPC tidak
akan lebih besar dari satu. Angka MCP juga tidak mungkin negatif, di mana
jika pendapatan disposabel terus meningkat, konsumsi terus menurun sampai
nol (tidak ada konsumsi). Sebab manusia tidak mungkin hidup dibawah batas
konsumsi minimal. Karena itu 0 < MPC < 1. Dalam Persamaan C = C 0 + b Yd,
koefisien konstanta b adalah MPC. Besarnya MPC menunjukkan kemiringan
(slope) kurva konsumsi.
Grafik diatas dibuat berdasarkan Tabel 1, menunjukkan grafik konsumsi yang
berbentuk garis lurus. Kurva konsumsi yang sudut kemiringannya lebih kecil
daripada sudut 45 derajad menunjukkan bahwa MPC tidak mungkin lebih
besar dari 1. Nilai MPC akan semakin kecil ketika pendapatan disposabel
meningkat. Pertambahan konsumsi semakin menurun bila pendapatan
disposabel terus meningkat. Hal ini menandakan bahwa jika suatu negara
makin makmur dan adil, porsi pertambahan pendapatan yang digunakan untuk
konsumsi makin berkurang, sehingga kemampuan menabung meningkat.
Dengan demikian kemampuan perekonomian dalam negeri untuk
menyediakan dana investasi yang dibutuhkan dalam rangka pembangunan
ekonomi jangka panjang juga meningkat. Dengan demikian MPC pada
kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi (negara maju) lebih rendah
daripada MPC kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (negara
berkembang)
Average Prospensity to Consume (Kecenderungan Konsumsi Rata-
rata) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel total.
Karena besarnya MPC < 1 maka APC < 1. APC merupakan perbandinngan
antara tingkat konsumsi © dengan tingkat pendapatan disposebel ketika
konsumsi tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dihitung dengan formula:

7
C = tingkat konsumsi
Yd = Pendapatan disposable

Grafik APC menurun mendekati sumbu datar ketika pendapatan disposable


meningkat. APC merupakan suatu angka teoritis yang mewakili besaran
proporsi pendapatan yang digunakan oleh rata-rata seluruh keluarga dalam
suatu perekonomian untuk mengonsumsi barang dan jasa.

4. Kecondongan Menabung
Kecondongan Menabung Marjinal (MPS) didefenisikan sebagai perbandingan
antara pertambahan tabungan (∆S) yang dilakukan dengan pertambahan
pendapatan disposibel (∆Yd) yang diperoleh. Rumusnya : 
MPS = ∆S/∆Yd

Kecondongan Menabung Rata-Rata (APS) didefenisikan sebagai


perbandingan antara tingkat tabungan (S) dengan pendapatan disposibel (Yd).
Rumusnya
APS = S/Yd

8
Hubungan antara MPC dan MPS

Hubungan antara APC dan APS

Yd = C + S

------------------ : Yd

Yd/Yd = C/Yd + S/Yd

1 = APC + APS

Jadi pada setiap tingkat disposable income, APC + APS = 1

Dari contoh :

bila APC = 1,80 maka APS = - 0,80

9
bilaAPC = 0,90 maka APS = 0,10

Contoh :

1. Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1000 miliar, besar konsumsi
per tahun Rp950 miliar, dan pada tingkat pendapatan nasional per tahun
Rp1200 miliar, besar konsumsi per tahun Rp1100 miliar. Tentukan fungsi
konsumsinya!

Jawaban :

Dik : Y1 = Rp1000
        Y2 = Rp1200
       C1 = Rp950
       C2 = Rp1100
Dit : Fungsi Konsumsi?
Jawab:
=> C = a + by
Pertama-tama, cari dulu nilai MPC dan APC nya!
=> MPC = ∆C/∆Y
=> MPC = 150/200

10
=> MPC = 0.75
dan
=> APC = C/Y
=> APC = 950/1000
=> APC = 0.95
Lalu, cari nilai a nya!
=> a = (APC – MPC) Y
=> a = (0.95 – 0.75) 1000
=> a = 200
Setelah itu, masukan nilai yang sudah dicari dalam bentuk rumus fungsi
konsumsi!  
=> C = a + by
=> C = 200 + 0.75Y

2. Diketahui pada saat pendapatan Rp1000 maka jumlah tabungannya adalah


Rp50 dan pada saat pendapatan Rp1200 maka jumlah tabungannya adalah
Rp100. Tentukan fungsi tabungannya!

Jawaban :

Dik : Y1 = 1000
        Y2 = 1200
        S1 = 50
        S2 = 100
Dit: Fungsi tabungan?
Jawab:
=> S = -a + (1-b)Y
Pertama-tama, cari dulu nilai MPS dan APS nya!
=> MPS = ∆S/∆Y

11
=> MPS = 50/200
=> MPS = 0.25
dan
=> APS = S/Y
=> APS = 50/1000
=> APS = 0.05
Setelah dapat nilai MPS dan APS, lalu cari nilai -a nya!
=> -a = (APS-MPS)Y
=> -a = (0.05 – 0.25) 1000
=> -a = -200
Lalu, masukan nilai-nilai yang sudah dicari kebentuk fungsi tabungan!
=> S = -a + (1-b)Y
=> S = -200 + (1-b)Y
1-b = MPS, jadi masukkan saja nilai MPS yang sudah dicari tadi!
=> S = -200 + 0.25Y 

Jadi, fungsi tabungannya adalah S = -200 + 0.25Y

5. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan


Dalam analisis makro ekonomi yang lebih penting bukanlah melihat konsumsi
dan tabungan suatu rumah tangga, tetapi melihat konsumsi dan tabungan dari
semua rumah tangga dalam perekonomian. Pengeluaran konsumsi dari semua
rumah tangga dalam perekonomian dinamakan konsumsi agregat dan
tabungan semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan tabungan
agregat.
 Ciri-ciri Fungsi Konsumsi dan Tabungan

12
Sebelum menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
terlebih dahulu perlu didefinisikan arti dari istilah fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan.
a. Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
b. Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan diantara tingkat tabungan rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
 Penentu-penentu Lain Konsumsi dan Tabungan
a. Kekayaan yang telah terkumpul.
b. Suku bunga.
c. Sikap berhemat.
d. Keadaan perekonomian.
e. Distribusi pendapatan.
f. Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi.
1. Fungsi Konsumsi
Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan
antara tingkat konsumsi Rumah Tangga (RT) dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional (pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.

Fungsi yang diperkenalkan oleh John Maynard Keynes :

 Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara variable pendapatan


nasional (Y) dengan variable pengeluaran konsumsi (C).
 Karakteristik Fungsi Konsumsi Keynes :

13
 Besarnya pengeluaran konsumsi (Cs) dipengaruhi secara positif
(searah) oleh besarnya pendapatan (Y),
 Cs terdiri atas Co dan cY
 Co = Autonomous consumption atau pengeluaran konsumsi otonom,
adalah :
1. Pengeluaran konsumsi saat Y = 0, artinya orang tetap berkonsumsi
meskipun tidak mempunyai pendapatan (ini hanya terjadi pada
jangka pendek)
2. Pengeluaran konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan

2. Fungsi Tabungan
Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara
tingkat tabungan rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam
perekonomian.

14
6. Investasi
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian.
 Penentu Tingkat  Investasi
o Investasi, keuntungan, dan tingkat bunga
o Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
o Kemajuan teknologi
o Tingkat pendapatan nasional & perubahannya
o Keuntungan yang diperoleh
 Penentu-Penentu Investasi yang Lain
o Ramalan Keadaan di masa datang
o Perubahan dan perkembangan teknologi
o Efek pertumbuhan pendapatan nasional
o Keuntungan perusahaan

15
Investasi meliputi :
1. Pembelian barang-barang modal, seperti mesin, bahan baku, dan peralatan
produksi
2. Pengeluaran untuk membangun tempat tinggal dan perumahan
3. Pertambahan stock barang, bahan mentah, dan barang yang masih dalam
proses produksi

Investasi Bruto (Gross Investment) adalah investasi yang mencakup


business, residential, dan inventory investment
Investasi Netto (Net Investment) adalah investasi bruto dikurangi
depresiasi
Investasi Otonom adalah investasi yang tidak dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya pendapatan nasional.
Misalnya : tingkat bunga, kemajuan teknologi, dan ekspektasi
Investasi Terpengaruh adalah investasi yang dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya pendapatan nasional.

16
Determinan Investasi
1. Tingkat Bunga
2. Tingkat Keuntungan yang Di Harapkan Di Masa yang Akan Datang
Fungsi Investasi : I = f (r, MEC)

 Hubungan Antara Investasi dan Tingkat Bunga


a. Ketika tingkat bunga tinggi (r1) maka investasi sebesar (I1). Ketika tingkat
bunga turun ke (r2) maka investasi meningkat sebesar (I2).
b. Jika tingkat bunga tinggi maka investasi berkurang, sebaliknya jika tingkat
bunga rendah maka investasi meningkat (bertambah).

Pengembalian modal yang layak untuk investasi


Untuk menilai kelayakan suatu investasi, setidaknya terdapat empat metode
yang bisa dilakukan, yakni
1. Net Present Value (NPV)
Kelayakan investasi dengan metode Net Present Value (NPV) dinilai dari
keuntungan bersih yang diperoleh di akhir pengerjaan suatu proyek atau
investasi. Keuntungan bersih tersebut dihitung dari selisih nilai sekarang
investasi dengan aliran kas bersih yang diharapkan dari proyek atau

17
investasi di masa yang akan datang atau pada periode tertentu. Penilaian
kelayakan investasi dengan pendekatan NPV ini merupakan metode
kuantitatif yang mampu menunjukkan layak tidaknya suatu proyek atau
investasi. Perhitungan NPV dirumuskan sebagai berikut:
NPV = ΣPVt – A0
NPV = (PV1 + PV2 + …) – A0
PV = NCF x Discount factor
Discount factor = 1/(1+r)t
Keterangan:
NPV = Net Present Value
PV = Present Value
NCF = aliran kas
A0 = investasi yang dikeluarkan pada awal tahun
r = biaya modal
t = periode waktu investasi/proyek
Pengambilan keputusan investasi dalam metode ini menggunakan asumsi
sebagai berikut:
 Jika NPV0 > NPV1, maka investasi atau proyek dinilai tidak layak
karena berisiko mengalami kerugian.
 Jika NPV0 < NPV1, maka investasi atau proyek dinilai layak karena
berpotensi menghasilkan keuntungan.
 Jika NPV0 = NPV1, maka investasi atau proyek dinilai tidak layak
karena tidak menghasilkan keuntungan.
2. Payback Period (PBP)
Jika NPV mengukur investasi dari profitabilitasnya, metode Payback
Period mengukur kecepatan pengembalian investasi. Oleh sebab itu, satuan
ukuran yang dihasilkan bukan dalam bentuk persentase ataupun rupiah,
melainkan waktu. Jika nilai PBP lebih cepat atau singkat dari yang
disyaratkan, artinya investasi memiliki kelayakan. Sebaliknya, apabila nilai
PBP lebih lambat atau lama berarti mengindikasikan tidak layaknya suatu
investasi. Adapun formula untuk menghitung nilai PBP sebagai berikut.

18
 Jika arus kas per tahun sama jumlahnya
PBP = (investasi awal/arus kas) x 1 tahun
 Jika arus kas per tahun berbeda jumlahnya
PBP = n + (a – b/c – b) x 1 tahun

Keterangan:
n = tahun terakhir di mana jumlah arus kas belum bisa menutup
investasi awal
a = jumlah investasi awal
b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1
3. Profitability Index (PI)
Sesuai dengan namanya, metode ini mengukur layak tidaknya suatu
investasi dari indeks keuntungannya dengan membandingkan antara nilai
sekarang seluruh penerimaan kas bersih dengan nilai sekarang investasi.
Suatu investasi disebut layak menurut metode ini apabila nilai PI lebih besar
dari 1, karena dinilai menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai PI lebih kecil
dari 1, artinya tidak menguntungkan sehingga investasi tersebut tidak layak.
Rumusan perhitungan nilai PI yakni:
PI = PV/I
Keterangan:
PI = Profitability Index
PV = Present Value (nilai sekarang seluruh penerimaan kas bersih)
I = Investasi
4. Internal Rate of Return (IRR)
Metode Internal Rate of Return (IRR) mengukur kelayakan suatu investasi
berdasarkan tingkat suku bunga yang dapat menjadikan jumlah nilai
sekarang keuntungan yang diharapkan sama dengan jumlah nilai sekarang
dari biaya modal (NPV = 0). Bagaimana bisa? Dalam metode ini, time value
of money telah diperhitungkan sehingga arus kas yang diterima telah
didiskontokan atas dasar biaya modal atau tingkat bunga yang diterapkan.
Untuk menghitung nilai IRR harus dilakukan dengan cara trial and error
atau menggunakan tabel tingkat bunga. Adapun formula perhitungan IRR
sebagai berikut.
IRR = R1 + (PV1 – PV0/PV1 – PV2) x (R1 – R2)
Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
R1 = tingkat bunga pertama
R2 = tingkat bunga kedua
PV = Present Value

19
Pengambilan keputusan investasi berdasarkan metode IRR menggunakan
asumsi sebagai berikut:
 Suatu investasi dikatakan layak, jika nilai IRR yang dihasilkan lebih
besar dari tingkat bunga yang diterapkan.
 Suatu investasi dikatakan tidak layak, jika nilai IRR yang dihasilkan
lebih kecil dari tingkat bunga yang diterapkan.

Dengan menganalisis kelayakan investasi, investor dapat mengetahui secara


jelas prospek dari proyek atau investasi tersebut, apakah menguntungkan
atau tidak. Secara lebih lanjut, tindakan penanaman modal pada suatu
proyek yang menguntungkan bisa memberikan tingkat pengembalian yang
diharapkan di masa yang akan datang.

7. Efisiensi Modal Marginal (MEC)


Marginal Efficiency of Capital (MEC) adalah tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected rate of return) dari setiap tambahan barang modal pada
satu kurun waktu tertentu. Keynes menyatakan bahwa MEC adalah sama
dengan tingkat diskonto dari nilai sekarang (present value) atas pembayaran
anuitas yang dihasilkan oleh return yang diharapkan dari modal. MEC adalah
suatu kurva yang menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari
setiap tambahan barang modal. Dalam praktek perhitungan dalam biaya
modal, MEC ini disebut atau dikenal sebagai Internal Rate of Return, dimana
tingkat pengembalian saat ini adalah ketika PV = 0.

20
MEC akan sama dengan MEI pada tingkat bunga tertentu, dimana pembelian
barang modal hanya untuk menggantikan barang modal yang sudah rusak
dan tidak di pakai lagi. Dalam diagram dibawah ini, kondisi tersebut di
misalkan terjadi pada tingkat bunga 30% per tahun. Jika tingkat bunga
pinjaman turun menjadi 20%, maka permintaan akan investasi total, dengan
asumsi masing-masing perusahaan berpikir bahwa perusahaan lain tidak akan
menambah barang modal, adalah I2. Tetapi karena semua perusahaan ingin
meningkatkan stok barang modal, maka harga barang modal naik. Kenaikan
harga barang modal menyebabkan ada rencana investasi yang harus
dibatalkan karena tidak layak lagi. Akhirnya tingkat investasi yang
sebenernya hanya sebesar I1.

Marginal Efficiency Investment (MEI) adalah suatu kurva yang


menunjukkan hubungan diantara tingkat pengembalian modal dan jumlah
modal yang akan diinvestasikan. Kurva MEI menunjukkan hubungan antara
tingkat bunga dengan tingkat investasi dalam suatu perekonomian, dengan
memperhitungkan perubahan harga modal.
Hubungan antara R dengan MEC

21
 Pada titik A, tingkat investasi sebesar I1, maka tingkat pengembalian
modal sebesar r1.
 Pada titik B, tingkat investasi sebesar I2, maka tingkat pengembalian
modal sebesar r2.
 Keputusan Investasi adalah, jika
o MEC > r = Investasi
o MEC = r = boleh berinvestasi / tidak
o MEC > r = tidak boleh berinvestasi
Jadi, investasi dilakukan apabila tingkat pengembalian modal (MEC) lebih
tinggi daripada tingkat bunga (r).
 Contoh :
Biaya pembangunan gedung Rp 500 juta dengan tingkat pengembalian
modalnya Rp 100 juta per tahun. Apabila tingkat bunga pinjaman 15% per
tahun, maka apakah investasi dilaksanakan atau tidak ?
JAWAB :
Diketahui :
R = Rp 100 juta
P = Rp 500 jut
R = 15%

Jadi, keputusannya investasi dilaksanakan.

22
8. Keseimbangan Pendapatan Nasional
Dalam perekonomian 2 sektor, keseimbangan pendapatan nasional akan
tercapai apabila :
a. Pendapatan nasional sama dengan pengeluaran atau permintaan agregat
b. Tingkat tabungan sama dengan pengeluaran investasi

S=I
 Syarat tabungan sama dengan investasi sering disebut pendekatan suntikan
dan bocoran.
 Investasi adalah factor suntikan atau injeksi karena merupakan salah satu
“aliran masuk” dalam perekonomian.
 Tabungan adalah factor bocoran karena merupakan salah satu “aliran keluar”
dalam perekonomian.
CONTOH :
1. Andaikan dalam suatu perekonomian tertutup sederhana diketahui fungsi
konsumsi C = 40 + 0,8Y, sedangkan investasi sebesar Rp 20 miliar, maka
berapakah pendapatan nasional keseimbangannya?
JAWAB :
Diketahui :
C = 40 + 0,8Y

23
I = Rp 20 miliar
Ditanya : YE?
JAWAB :

9. Angka Multiplier
Angka Multiplier adalah perbandingan antara jumlah perubahan dalam
pendapatan nasional dengan jumlah perubahan dalam pengeluaran agregat.
 Multiplier Investasi
Perbandingan antara jumlah perubahan dalam pendapatan nasional dengan
jumlah perubahan dalam investasi.

24
- Jika multiplier investasi disimbolkan dengan k, maka :

DAFTAR PUSTAKA

http://www.nafiun.com/2013/05/perekonomian-dua-sektor-tiga-empat-1-2-3.html
(Diakses pada 18 Oktober 2019, pukul 14.11 WIB)

http://mercubuana.ac.id/files/Ekonomika/EKONOMIKA_MODUL%2010_HSN-
ok.pdf (Diakses pada 18 Oktober 2019, pukul 15.44 WIB)

https://mohammadhendriirawan.wordpress.com/ekonomi-pembangunan/ekonomi-
makro/perekonomian-dua-sektor/ (Diakses pada 18 Oktober 2019, pukul 15.47 WIB)

https://miftahularifin2015.wordpress.com/ekonomi-
pembangunan/makro/perekonomian-2-sektor/ (Diakses pada 18 Oktober 2019, pukul
15.56 WIB)

https://renoparay.blogspot.com/2013/05/pengertian-perekonomian-dua-sektor.html
(Diakses pada 18 Oktober 2019, pukul 15.59 WIB)

https://www.academia.edu/30417011/Perekonomian_Dua_Sektor.docx (Diakses pada


18 Oktober 2019, pukul 16.20 WIB)

https://www.slideshare.net/YesicaYulianAdicondr/perekonomian-2-sektor (Diakses
pada 18 Oktober 2019, pukul 16.30 WIB)

http://noormutia.blogspot.com/2013/12/perekonomian-dua-sektor.html (Diakses pada


18 Oktober 2019, pukul 16.38 WIB)

25
https://slideplayer.info/slide/12273359/ (Diakses pada 18 Oktober 2019, Pukul 16.43
WIB)

https://wijayanomics.wordpress.com/2015/04/18/teori-ekonomi-keynes-2/ (Diakses
pada 22 Oktober 2019, Pukul 20.00 WIB)

https://www.simulasikredit.com/apa-itu-analisis-kelayakan-investasi-berikut-
penjelasannya/ (Diakses pada 26 Oktober 2019, Pukul 21.53 WIB)

https://www.weare.id/contoh-soal-fungsi-konsumsi-tabungan-dan-investasi-serta-
pembahasan/ (Diakses pada 28 Oktober 2019, Pukul 21.20 WIB)

26

Anda mungkin juga menyukai