Anda di halaman 1dari 14

SENYUMAN

Si Ciploek
(SEHAT NYAMAN DAN AMAN DENGAN CIPLUKAN )

ALI HASAN, AM.KEP


NIP : 199007012019021001

PEMERINTAH KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR


DINAS KESEHATAN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
PUSKESMAS AIR ITAM KECAMATAN PENUKAL
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan makalhini dengan judul
“SENYUMAN SI CIPLOEK” Sehat Nyaman dan Aman dengan Ciplukan yang merupakan
salah satu inovasi Program Toga Puskesmas Air Itam.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusun laporan aktualisasi ini, khususnya kepada:
1. Marlina,SKM,Kepala Puskesmas sekaligus mentor dan pembimbing dalam penyusunan
laporan makalah ini
2. M.Mudakir,SKM, MKes,Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Penukal Abab Lematang
Ilir
3. Ernawati, SKM,MKes, Ketua DPD PPNI Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir
4. Orang tua, dan keluarga yang senantiasa memberikan doa dan dukungan terbaik
5. Teman-teman seperjuangan Staff Puskesmas Air itam
.
Penulis menyadari bahwa laporan Makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan agar laporan makalah ini jauh
lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
berkepentingan.

Pali, Februari 2020

Penulis

© Puskesmas Air Itam


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Indonesai Sehat dilaksanakan dengan paradigma sehat sebagai salah satu
pilar utamanya. Paradigma hidup sehat yang sedang dicanangkan oleh pemerintah
sekarang ini  menitikbaratkan pada upaya promotif-preventif. Strateginya adalah
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan kesehatan, penguatan promotif,
preventif dan pemberdayaan masyarakat.
Salah satu strategi pembangunan Kesehatan adalah mendorong masyarakat agar
mampu memelihara kesehatannya, serta mengatasi gangguan kesehatan ringan secara
mandiri melalui kemampuan asuhan madiri. Pelayanan kesehatan tradisional yang
merupakan upaya pengembangan di puskesmas memanfaatkan keterlibatan masyarakat
untuk menelihara kesehatan secara sendiri
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan di Indonesia. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan mengatur tentang pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional oleh pemerintah.
Asuhan mandiri (Asman) adalah upaya masyarakat untuk memelihara kesehatannya
dan mengatasi masalah kesehatan ringan secara mandiri  dengan memanfaatkan TOGA
(taman obat keluarga) dan ketrampilan akupresur. TOGA merupakan sekumpulan
tanaman berkhasiat obat yang ditanam di pekarangan rumah dan diramu untuk
memelihara kesehatan keluarga. Akupresur adalah ketrampilan yang dilakukan dengan
melakukan penekanan/pemijatan di titik-titik akupunktur pada permukaan tubuh dengan
menggunakan ujung jari atau alat bantu lain untuk perawatan kesehatan.
Pemanfaatan pengobatan tradisional telah lama diterapkan oleh masyarakat Indonesia
secara turun-temurun. Sebanyak 30,4% masyarakat Indonesia telah memanfaatkan
penyehatan tradisional. Peraturan Pemerintah  nomor 103 tahun 2014 mengamanatkan
bahwa masyarakat diharapkan dapat melakukan perawatan kesehatan secara mandiri dan
benar. Pemanfaatan tanaman obat keluarga (Toga) dan akupresur merupakan modal
utama yang harus dimiliki oleh kader asman. Toga merupakan sumber obat yang mudah,
murah, dan aman digunakan untuk mengurangi gejala penyakit-penyakit ringan.
Sedangkan ketrampilan akupresur diperlukan karena aman dan mudah dilakukan oleh
sendiri oleh masyarakat.
1.2. Pokok permasalahan
Pelayanan kesehatan tradisional berorientasi pada upaya menyehatkan yang sakit dan
mempertahankan serta meningkatkan kualitas hidup selaras dengan paradigma hidup sehat.
Puskesmas memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelaksanaan asuhan
mandiri mengubah paradigma pengobatan kuratif menjadi promotif dan preventif. Asuhan
mandiri merupakan langkah yang efektif dan efisien dalam menjaga kesehatan keluarga.
Kelompok asman merupakan ujung tombak dalam memasyarakatkan kesehatan tradisional.
Peran kader asman sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
kesehatan tradisional yang sejatinya merupakan warisan leluhur kita.
Pengembangan kesehatan tradisional melalui asuhan mandiri pemanfaatan Toga dan
akupresur memerlukan dukungan kebijakan yang mampu mendorong pemberdayaan
masyarakat. Pembentukan kelompok asuhan mandiri dalam rangka pemberdayaan
masyarakat harus memenuhi prinsip dan syarat yang telah ditetapkan pada Permenkes RI
Nomor 9 Tahun 2016 tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Tradisional melalui Asuhan
Mandiri Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan Ketrampilan. Pada tahun 2019 ini
Kabupaten Lamongan telah membentuk 33 kelompok asman yang tersebar di seluruh
kecamatan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mensosialisasikan asman agar tercipta
kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.
Kegiatan inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “dilaksanakan sesuai dengan Upaya
pemerintahan untuk kegiatan Preventif ( pencegahan) dan Kuratif ( pengobatan) penyakit
tidak menular (PTM) khususnya penyakit Diabetes Melitus dengan mengkatkan Asuham
Mandiri Toga tanaman Ciplukan di wilayah kerja Puskesmas Air Itam ataupun masyarakat
lainny. Kegiatan ini merupakan kegiatan dengan meningktakan pengetahuan masyarakat
terhadap manfaat tanaman ciplukan yang tumbuh subuh diwalayah kerja Puskesmas air itam
sebagai tanamana obat diabetes mellitus,selain itu SENYUMAN SI CIPLOEK “ dilakukan
edukasi untuk cara penggunaan dan pembudidayaannya dan herbalisasinya, serta memberikan
pelayanan perawatan luka pada pasien penderita Diabetes Melitus.

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Terwujudnya Puskesmas Air Itam bebas penyakit diabetes mellitus dengan asuham
mandiri toga Ciplukan.

© Puskesmas Air Itam


1.3.2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat (tokoh masyarakat, kades, kader) dalam
upaya program asuhan mandiri Toga tanaman Ciplukan di Wiayah Kerja
Puskesmas Air Itam dengan Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit Diabetes Mellitus,
pencegahan dan pengobatnya dengan asuhan mandiri toga tanamanan Ciplukan di
Wiayah Kerja Puskesmas Air Itam dengan Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK

c. Mengurangi angka kecacatan pasien luka Diabetes Melitus dengan asuhan mandiri
toga tanamanan Ciplukan di Wiayah Kerja Puskesmas Air Itam dengan Inovasi
“SENYUMAN SI CIPLOEK”
d. Meningkatkan upaya pengetahuan masyrakat terhadap tanaman Ciplukan di
Wiayah Kerja Puskesmas Air Itam dengan Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK

BAB II
PEMBAHASANAN

2.1. Permasalahan Tentang Kesehatan Saat ini


World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penderita diabetes
mellitus (DM) di Indonesia tahun 2000 sebanyak 8,4 juta orang menjadi 21,3 juta pada tahun
2030 (Perkeni, 2006).
Menurut Depkes RI( 2019) Indonesia menyadari bahwa Penyakit Tidak Menular
(PTM) menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyebab kematian yang  merupakan
ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional
diabetes mellitus adalah 5,7%, dan masih ada sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi
diabetes mellitus di atas prevalensi nasional. Berdasarkan empat kelompok penyebab
kematian, tampak bahwa selama 12 tahun (1995- 2007) telah terjadi transisi epidemiologi
yang diikuti dengan transisi demografi. Proses ini diprediksi akan berjalan terus. Proporsi
kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat (DepKes, 2008 dalam
Sulistyoati, 2013).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedunya yang
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ
tubuh (Soeparman, dkk. 2007). Hiperglikemia mengakibatkan peningkatan radikal bebas di
dalam sel dan pada jumlah yang berlebihan dapat bersifat toksik yang mendorong terjadinya
stres oksidatif (Desminarti, dkk. 2012). Menurut Soeparman, dkk (1987), degenerasi sel β
langerhans pankreas merupakan efek dari pembentukan radikal bebas dalam tubuh yang
dapat menimbulkan beberapa komplikasi, adapun komplikasi yang sering terjadi yaitu,
hepatitis yang dapat timbul sebagai akibat proses kolestasis ekstrahepatik. Keadaan ini
ditandai dengan naiknya kadar glukosa darah (Hiperglikemia) dan kadar SGPT dan SGOT.
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas
dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein,
dan lemak (Tampubolon, 2014). Tumbuhan yang bisa dijadikan alternatif dalam mengobati
hyperglikemia dan menurunkan kadar SGPT dan SGOT salah satunya adalah buah ciplukan
(Physalis angulata L.). Ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tumbuhan dari family
solanaceae. Tumbuhan ciplukan (Physalis angulata L.) terutama pada bagian buah kaya akan
zat aktif flavonoid dengan persentase ekstrak buah 300 μg/ml adalah 84%, ekstrak buah 200

© Puskesmas Air Itam


μg/ml adalah 58% dan dalam 100 μg/ml ekstrak (Murali, dkk., 2013). Flavonoid merupakan
salah satu senyawa antioksidan yang berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas
sehingga diharapkan dengan pemberian antioksidan tersebut kerusakan sel tubuh dapat
dihambat serta dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dan timbulnya penyakit
degenerative (Winarsi, 2007).
Penelitian mengenai tanaman obat tradisional terus berkembang, bahkan akhir-akhir
ini jumlahnya meningkat. Meskipun demikian dalam kenyataannya hingga saat ini baru
beberapa penelitian tanaman obat tradisional ataupun tanaman obat yang digunakan dalam
fasilitas pelayanan kesehatan (Hertanto, 2012). Indonesia merupakan negara tropis yang kaya
akan jenis tanaman obat-obatan, salah satunya adalah herba ceplukan (Physalis angulata L.)
yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional (Dalimartha, 2006). Bagian tumbuhan
yang biasa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah bagian akar, rimpang, batang, buah,
daun dan bunga. Obat-obat tradisional bermanfaat bagi kesehatan, kesembuhan dan
pencegahan karena pada dasarnya obat tradisional penggunaannya lebih mudah, harga yang
relatif murah, mudah dalam memperoleh bahan baku, dan relatif aman (Kardinan, 2004).
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat sebagai
obat antidiebetik yaitu herba ciplukan. Tumbuhan ini dalam bahasa latin disebut sebagai
Physalis angulata L. merupakan salah satu tumbuhan herba yang hidup semusim dan
mempunyai tinggi Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016 40 sekitar 30-90 cm. Tumbuhan
ceplukan biasanya tumbuh liar, mudah dijumpai di tempat yang terlindung, ditanah agak
lembab, di kebun, ladang, sawah, tepi jalan, tepi hutan yang terbuka yang di sinari terik
matahari dan di sela-sela tanaman pokok. Herba ceplukan tumbuhan liar di dataran rendah
hingga 1800 meter diatas permukaan laut (mdpl) (Dalimartha, 2006).
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi. Ceplukan
telah diketahui mengandung berbagai macam senyawa, antara lain adalah asam klorogenat,
asam elaidat, asam sitrat, asam malat, tannin, kriptoxantin, fiasalin, saponin, terpenoid,
flavonoid, polifenol, alkaloid, dan steroid. Ceplukan digunakan masyarakat sebagai
antidiabetes (Sulistyowati et al., 2013).
Pada penelitian sebelumnya pemberian herba ceplukan (Physalis angulata L) memiliki
efek meluruhkan batu ginjal kalsium oksalat (Nurdawita, 2014).
Pemberian ekstrak etanol herba ceplukan bersifat sebagai antioksidan.
Mengkomsumsi antioksidan dalam jumlah memadai dilaporkan dapat menurunkan kejadian
penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, kanker, ateroklerosis, dan osteoporosis.
Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan
dihambat (Suryani et al., 2013).
Secara empiris, herba ceplukan (Physalis angulata L.) telah digunakan sebagai obat
gagal ginjal akut, menunjukan bahwa ekstrak air herba ceplukan dapat menurunan kadar gula
darah, kadar kolesterol darah, kadar trigliserida darah, kadar LDL (low density lipoprotein),
meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan berpengaruh terhadap histopatologi
ginjal tikus (Sulistyowati et al., 2013).

2.2. Karya Inovasi


Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ adalah inovasi yang kreatif dan inovatif
sebagai upaya untuk pencegahan jumlah pasien Penyakit Tidak Menular khususnya penyakit
diabetes mellitus serta pemanfaatan asuhan mandiri toga tahaman ciplukan,cetetup(bahasa air
itam)di sekitar desa wilayah kerja puskesmas air itam, tanaman ini tumbuh subuh dan di
anggap gulma oleh masyrakat sekitar, karena mereka hanya tahu tentang buahnya saja, tapi
tidak tahu pemanfaatan yang lain. Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK
“dilaksanakan melalui beberapa tahapan,langkah awal pimpinan puskesmas air itam
berkooardinasi dengan dengan pemegang program PTM, TOGA, Lansia, dan dan Prolanis
tentang adanya Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ini, selanjutnya pada bulan
Juni 2019 Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ melai berjalan, dengan sosialisasi
terhadap psien lansia, pasien pasien prolanis yang datang setiap hari jumat sekali, serta refres
Toga kepada kader Toga di Wilayah Kerja Puskesmas Air Itam.
Pada awalnya ini Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “menggukan alat
peraga yang konvensional terhadap pemaparan dari tanaman ciplukan itu sendiri seperti
powerpoint, contoh sampel dan brosur informasi tentang si cipluk, pada bulan ke bulan
antusius masyarakat dan kader meningkat, maka dibuat ruangan toga khusus yang dapat
menampung dan mempergakan cara pembuatan herbal dari tanaman ciplukan itu sendiri.
Pembuatan bibit dan pembudidyaaan dari tanaman ciplukan sehingga masyrakat bisa
mencontoh langsung. Demi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahayanya
penyakit tidak menular terutama penyakit diabetes mellitus, maka dari itu di tingkatakan
dengan perawatan diri pasien diabetes mellitus dengan luka di ruang toga dan akupresure.
Ruang toga dan akupresure yang sebelumya masih mebergabung dengan salah satu
ruangan di UGD untuk perawatan luka ganggren , sekarang sudah di satukan dengan ruangan
toga dan akupresure, harapanya pasien nyaman dalam proses penyembuhan, mengurangi

© Puskesmas Air Itam


kecacatan pasien dengan luka akibat diabetes mellitus dan meningkatakn harapan hidup serta
semangat para penderita diabetes mellitus baik dengan luka ataupun tidak, mereka dapa
memperdayakan tanamann ciplukan untuk proses control kadar gula darah dan mampu
menggunakan obat obatan tradisional yang banyak disekitar kita.
Pada saat ini Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK” sudah banyak kunjungan
pasien untuk memanfaatkan toga, ruang toga dan akupresure di lengkapi dnegan taman
refreksi kaki dan ruangan di setting suasana dan nuansa SPA, sehingga pasien nyaman dan
bisa meningkatkan relaksasi.

2.2.1. Pengertian tanaman Ciplukan


 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermatophyta
 Sub divisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledonnae
 Ordo : Solanales
 Famili : Solanaceae
 Marga : Physalis
 Spesies : Physalis angulata L.
 (Augustine & Ufuoma, 2012)
Ciplukan (Physalis angulata L). adalah spesies dari Solanaceae, memiliki buah yang
dapat dimakan di beberapa negara wilayah tropis dan subtropis di dunia sebagai pohon obat
dan buah (Hermin, U., Nawangsih. et al., 2016). Banyak tumbuh bercabang di semak yang
secara tahunan dan bisa tumbuh mencapai 1,0 m. Bunganya berbentuk lonceng, namun
bentuk yang paling khas adalah kelopak yang berbuah membesar untuk menutupi buah dan
menggantung ke bawah seperti lentera. Setiap buah memiliki bentuk seperti mutiara
berwarna. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, kondisi daun yang atas
berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing,
ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-
bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm. Bunga tunggal, di ujung daun, simetris dan banyak, tangkai
bunga tegak dengan ujung yang menunduk, ramping, lembayung, 8-23 mm, kemudian
tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, hijau dengan rusuk yang
lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan
nodanoda coklat atau kuning coklat, tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek
yang berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna
biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak
bakal biji. Buah Physalis angulata L. berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau
sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah (Agrawal, R.P. et al.,
2006).

2.2.2 Manfaat Ciplukan


Physalis angulata L., dikenal di Indonesia sebagai "ciplukan" atau "Ceplukan".
Tanaman ini tersebar luas di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia. Ciplukan (Physalis
angulata L.) memiliki manfaat sebagai antidiabetik. Pada batang, daun, dan akar dari Physalis
angulata L. telah secara tradisional di Indonesia digunakan sebagai obat antidiabetes. Di
Indonesia sendiri penggunaan ramuan akar sebagai obat untuk postpartum, nyeri otot dan
hepatitis (Rosita, S.M.D., Rostiana, O., Pribadi, dan Hernani., 2007). Menurut Sediarso,
Sunaryo H dan Amalia N tahun 2013 Physalis angulata L. dapat memperbaiki pencernaan,
antiinflamasi, desinfektan, asma, batuk rejan, bronkitis, orkitis, bisul, borok, kanker, tumor,
leukemia dan kencing manis. Famili Solaneceae yang memiliki banyak efek farmakologi
seperti inflammatory, antitumor, cytotoxic activity, insect-antifeedant dan insectrepellent
activities, kandungan tersebut terdapat pada Physalis yang diisolasi dari akar, batang dan
daun (Kusumaningtyas, R., Laily, N. dan Limandha, P., 2015).

2.2.3. Kandungan Ciplukan (Physalis Angulata L.)


Ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman yang mengandung asam sitrat,
Physalin terpen/ sterol, saponin, flavonoid dan alkaloid. Flavonoid, alkaloid dan terpenoid
adalah molekul semipolar yang dapat difraksinasi dengan kloroform dari ekstrak etanol 70%
(Sunaryo, Hadi, Kusmardi dan Wahyu Trianingsih, 2012). Penelitian pra-klinik fraksi etanol
daun Physalis angulata L. pada mencit putih, menunjukkan bahwa fraksi etanol daun Physalis
angulata L. mempunyai aktivitas antidiabetes pada kisaran dosis antara 10mg/kgBB sampai
100 mg/kgBB Physalis angulata L. telah diketahui mengandung berbagai macam senyawa,
antara lain adalah asam klorogenat, asam elaidat, asam sitrat, asam malat, tanin,
kriptoxantin, fisalin, saponin, terpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid dan steroid (Abeeleh,
M.A et al., 2009). Studi fitokimia terhadap Physalis angulata L. mengungkapkan hal itu telah
mengandung flavonoid, alkaloid dan memiliki perbedaan jenis steroid pada tanaman.
Komponen utamanya adalah Physalins adalah konstituen laktone steroid dari Physalis dan

© Puskesmas Air Itam


genus lain yang terkait erat, milik keluarga Solanaceae. Fisiknya menunjukkan biogenetically
terkait dengan withanolides (Chen JX et al., 2009).
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga
konsentrasi efisien atau Efficient Concentration (EC50) atau Inhibition Concentration (IC50)
yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% kehilangan karakter
radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan % penghambatan sebanyak
50%. Ekstrak total secara signifikan menghambat produksi Nitric Oxide (NO) sejumlah IC50
= 4.063μg / mL. Secara konsisten, ini mengurangi peradangan (40%) secara in vivo dengan
peningkatan skor histologi, dan pengurangan aktivitas Myeloperoxidase (MPO) (29,24%).
Sementara pada diklorometana fraksi yang paling aktif, dapat menghambat peradangan
sebesar 61,78% dan aktivitas MPO sebesar 71,52%. Secara in vitro fraksi ini menghambat
produksi NO (IC50 = 2.48μg / mL) dan mengurangi tingkat mediator pro-inflamasi
prostaglandin (PGE2), Interleukin (IL-1β, IL-6), Tumour Necrosis Factor alpha (TNF-α) dan
Monocytes Chemoattractant Protein (MCP-1) (IC50)
1. Kandungan buah
Kandungan bahan kimia lain yaitu alkaloid, karbohidrat, glikosid, saponin, tanin, dan
kandungan fenolic dari fraksi buah Physalis angulata L. dapat memberikan efek
antidiabetik dengan menghambat enzim α- 10 amylase dan α-glucosidase. Terpenting
terdapat juga Withangulatin-A yang di isolasi dari fraksi buah Physalis angulata L.
juga menunjukkan efek anti diabetik (Raju, P., dan Mamidala, E., 2015)
2. Kandungan akar
Fungsi lain yaitu antiinflamasi pada Physalin E dari ekstrak akar ciplukan (Physalis
Angulata L) atau Aqueous Extract from roots of Physalis angulata (AEPa) terbukti
memiliki efek sebagai antiinflamasi melalui berbagai jalur inhibisi. Telah terbukti
juga bahwa ekstrak berair dari akar Physalis angulata L. memiliki antiinflamasi yang
kuat dan imunomodulator dengan cara mengganggu ciclooxygenase, limfosit
proliferasi dan produksi Tumor Growth Factor Beta (TGF-β) (Bastos et 11 al., 2008).
Akar Physalis angulata L. mengandung senyawa diantaranya yaitu alkaloid,
Withanolide, dan flavonoid.
3. Kandungan daun
Daun Physalis angulata L. mengandung senyawa aktif diantaranya adalah alkaloid,
withanolide, dan flavonoid. Penelitian pada hewan coba menggunakan daun Physalis
angulata L. menunjukkan efek antidiabet dengan kandungan aktifnya yang mengacu
pada kandungan aktif pada buah, yaitu fisalin A, B, D, F, dan glikosid (Kasali MF et
al, 2013). Penelitian dengan menggunakan seluruh tanaman (herba) Physalis angulata
L. menunjukkan kandungan bahan kimia yaitu saponin, tanin, flavonoid memiliki
efek antidiabetik dengan penurunan glukosa darah pada tikus diabetik (Abo, K A. dan
Lawal I.O, 2013).
4. Kandungan Herba Ciplukan ( Physalis angulata L)
Kandungan senyawa lain dari herba Physalis angulata L. yaitu monoterpenoid,
triterpenoid, seskuiterpenoid, dan fisalin. Fisalin dapat meningkatkan enzim
Superoksidase Dismutase (SOD) dan catalase yaitu sebagai antioksidan yang dapat
mencegah kerusakan organ (El-Mehiry, H. F. H. M., Helmy, M. A. A., dan El-Ghany,
2012). 12 Triterpenoid merupakan komponen aktif yang berefek sebagai antidiabetes
dan untuk menarik senyawa ini dapat dilakukan dengan cara pengasaman yang
kemudian difraksi dengan kloroform (Sunaryo, Hadi, Kusmardi dan Wahyu
Trianingsih, 2012).
Senyawa lain yang terdapat dalam fraksi kloroform tanaman Physalis angulata L.
yaitu alkaloid Nordextromethorphan, asam lemak, asam heksanoat, 9-octadecenoid
acid, dan octadeceoid acid. Asam oleik (9-Octadecanoid acid) adalah asam lemak
tidak jenuh yang bekerja menghambat produksi glukosa dan bersifat antioksidan yang
dapat menangkal terbentuknya radikal bebas, diketahui juga ada korelasi antara
membran adiposit asam oleik dengan insulin yang memediasi transpor glukosa.
Terdapat juga senyawa aplysteryacetate yang dapat bekerja dengan menstimulasi
keluarnya insulin dari pankreas (Sediarso, Sunaryo, dan Amalia, 2013).
5. Fungsi Kandungan Aktif Physalis angulata L.
a) Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang sangat diperlukan tubuh untuk mengatasi
dan mencegah stres oksidatif. Berdasarkan sumbernya, antioksidan terdiri atas
antioksidan endogen dan eksogen. Antioksidan endogen, yaitu enzim-enzim
yang bersifat antioksidan seperti: Superoksida Dismutase (SOD), Catalase
(Cat), dan Glutathione Peroksidase (Gpx). Antioksidan eksogen adalah yang
berasal dari luar tubuh/makanan. Stres oksidatif adalah suatu kondisi yang
tidak seimbang antara jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan di
dalam tubuh. Antioksidan bersifat 13 sangat mudah dioksidasi, sehingga
antioksidan akan dioksidasi oleh radikal bebas yang kemudian melindungi
molekul lain dalam sel dari kerusakan (Werdhasari, A., 2014).
Jenis jenis antioksidan

© Puskesmas Air Itam


 Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
sebagian besar heterosiklik dan terdapat di tumbuhan serta hewan.
Hingga saat ini sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan
struktur yang sangat beragam, sehingga tidak ada batasan yang jelas.
Alkaloid bersifat basa tergantung pada pasangan elektron pada
nitrogen yang menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan dalam waktu lama
(Harborne J.B., 2006).
 Flavonid
Flavonoid mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-
karbon dengan cincin benzen. Setiap cincin diberi tanda: A, B dan C;
atom karbon diberi angka dengan angka biasa pada cincin A dan C,
serta angka beraksen untuk cincin B (Soesilo S, Andajaningsih (Eds.),
2014). Tumbuhan ciplukan (Physalis angulata L.) kaya akan zat aktif
flavonoid dengan persentase ekstrak buah 300 μg/ml adalah 84%,
ekstrak buah 200 μg/ml adalah 58% dan dalam 100 μg/ml ekstrak
(Krishna, M., Kumar, A., & Sarma, P. C. R. & K. 2015).
 Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari
hidrokarbon C30 asiklin, yaitu skualena. Uji yang banyak digunakan
adalah reaksi Lieberman-Burchard dengan triterpena dan sterol
memberikan warna hijau-biru. Triterpena dapat dipilih menjadi
sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpena sebenarnya,
steroid, saiconon dan glycosida jantung. Kedua golongan terakhir
sebenarnya triterpena atau steroid yang terdapat sebagai glycosida
(Harborne J.B., 2006).
2.3. Hasil Inovasi

© Puskesmas Air Itam

Anda mungkin juga menyukai