Si Ciploek (SEHAT NYAMAN DAN AMAN DENGAN CIPLUKAN )
ALI HASAN, AM.KEP
NIP : 199007012019021001
PEMERINTAH KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
DINAS KESEHATAN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR PUSKESMAS AIR ITAM KECAMATAN PENUKAL TAHUN 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan makalhini dengan judul “SENYUMAN SI CIPLOEK” Sehat Nyaman dan Aman dengan Ciplukan yang merupakan salah satu inovasi Program Toga Puskesmas Air Itam. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusun laporan aktualisasi ini, khususnya kepada: 1. Marlina,SKM,Kepala Puskesmas sekaligus mentor dan pembimbing dalam penyusunan laporan makalah ini 2. M.Mudakir,SKM, MKes,Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir 3. Ernawati, SKM,MKes, Ketua DPD PPNI Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir 4. Orang tua, dan keluarga yang senantiasa memberikan doa dan dukungan terbaik 5. Teman-teman seperjuangan Staff Puskesmas Air itam . Penulis menyadari bahwa laporan Makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan agar laporan makalah ini jauh lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
Program Indonesai Sehat dilaksanakan dengan paradigma sehat sebagai salah satu pilar utamanya. Paradigma hidup sehat yang sedang dicanangkan oleh pemerintah sekarang ini menitikbaratkan pada upaya promotif-preventif. Strateginya adalah pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan kesehatan, penguatan promotif, preventif dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu strategi pembangunan Kesehatan adalah mendorong masyarakat agar mampu memelihara kesehatannya, serta mengatasi gangguan kesehatan ringan secara mandiri melalui kemampuan asuhan madiri. Pelayanan kesehatan tradisional yang merupakan upaya pengembangan di puskesmas memanfaatkan keterlibatan masyarakat untuk menelihara kesehatan secara sendiri Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Indonesia. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengatur tentang pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional oleh pemerintah. Asuhan mandiri (Asman) adalah upaya masyarakat untuk memelihara kesehatannya dan mengatasi masalah kesehatan ringan secara mandiri dengan memanfaatkan TOGA (taman obat keluarga) dan ketrampilan akupresur. TOGA merupakan sekumpulan tanaman berkhasiat obat yang ditanam di pekarangan rumah dan diramu untuk memelihara kesehatan keluarga. Akupresur adalah ketrampilan yang dilakukan dengan melakukan penekanan/pemijatan di titik-titik akupunktur pada permukaan tubuh dengan menggunakan ujung jari atau alat bantu lain untuk perawatan kesehatan. Pemanfaatan pengobatan tradisional telah lama diterapkan oleh masyarakat Indonesia secara turun-temurun. Sebanyak 30,4% masyarakat Indonesia telah memanfaatkan penyehatan tradisional. Peraturan Pemerintah nomor 103 tahun 2014 mengamanatkan bahwa masyarakat diharapkan dapat melakukan perawatan kesehatan secara mandiri dan benar. Pemanfaatan tanaman obat keluarga (Toga) dan akupresur merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh kader asman. Toga merupakan sumber obat yang mudah, murah, dan aman digunakan untuk mengurangi gejala penyakit-penyakit ringan. Sedangkan ketrampilan akupresur diperlukan karena aman dan mudah dilakukan oleh sendiri oleh masyarakat. 1.2. Pokok permasalahan Pelayanan kesehatan tradisional berorientasi pada upaya menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta meningkatkan kualitas hidup selaras dengan paradigma hidup sehat. Puskesmas memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelaksanaan asuhan mandiri mengubah paradigma pengobatan kuratif menjadi promotif dan preventif. Asuhan mandiri merupakan langkah yang efektif dan efisien dalam menjaga kesehatan keluarga. Kelompok asman merupakan ujung tombak dalam memasyarakatkan kesehatan tradisional. Peran kader asman sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kesehatan tradisional yang sejatinya merupakan warisan leluhur kita. Pengembangan kesehatan tradisional melalui asuhan mandiri pemanfaatan Toga dan akupresur memerlukan dukungan kebijakan yang mampu mendorong pemberdayaan masyarakat. Pembentukan kelompok asuhan mandiri dalam rangka pemberdayaan masyarakat harus memenuhi prinsip dan syarat yang telah ditetapkan pada Permenkes RI Nomor 9 Tahun 2016 tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Tradisional melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan Ketrampilan. Pada tahun 2019 ini Kabupaten Lamongan telah membentuk 33 kelompok asman yang tersebar di seluruh kecamatan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mensosialisasikan asman agar tercipta kemandirian masyarakat di bidang kesehatan. Kegiatan inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “dilaksanakan sesuai dengan Upaya pemerintahan untuk kegiatan Preventif ( pencegahan) dan Kuratif ( pengobatan) penyakit tidak menular (PTM) khususnya penyakit Diabetes Melitus dengan mengkatkan Asuham Mandiri Toga tanaman Ciplukan di wilayah kerja Puskesmas Air Itam ataupun masyarakat lainny. Kegiatan ini merupakan kegiatan dengan meningktakan pengetahuan masyarakat terhadap manfaat tanaman ciplukan yang tumbuh subuh diwalayah kerja Puskesmas air itam sebagai tanamana obat diabetes mellitus,selain itu SENYUMAN SI CIPLOEK “ dilakukan edukasi untuk cara penggunaan dan pembudidayaannya dan herbalisasinya, serta memberikan pelayanan perawatan luka pada pasien penderita Diabetes Melitus.
1.3. Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Terwujudnya Puskesmas Air Itam bebas penyakit diabetes mellitus dengan asuham mandiri toga Ciplukan.
1.3.2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat (tokoh masyarakat, kades, kader) dalam upaya program asuhan mandiri Toga tanaman Ciplukan di Wiayah Kerja Puskesmas Air Itam dengan Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit Diabetes Mellitus, pencegahan dan pengobatnya dengan asuhan mandiri toga tanamanan Ciplukan di Wiayah Kerja Puskesmas Air Itam dengan Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ c. Mengurangi angka kecacatan pasien luka Diabetes Melitus dengan asuhan mandiri toga tanamanan Ciplukan di Wiayah Kerja Puskesmas Air Itam dengan Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK” d. Meningkatkan upaya pengetahuan masyrakat terhadap tanaman Ciplukan di Wiayah Kerja Puskesmas Air Itam dengan Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ BAB II PEMBAHASANAN
2.1. Permasalahan Tentang Kesehatan Saat ini
World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia tahun 2000 sebanyak 8,4 juta orang menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Perkeni, 2006). Menurut Depkes RI( 2019) Indonesia menyadari bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyebab kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional diabetes mellitus adalah 5,7%, dan masih ada sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diabetes mellitus di atas prevalensi nasional. Berdasarkan empat kelompok penyebab kematian, tampak bahwa selama 12 tahun (1995- 2007) telah terjadi transisi epidemiologi yang diikuti dengan transisi demografi. Proses ini diprediksi akan berjalan terus. Proporsi kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat (DepKes, 2008 dalam Sulistyoati, 2013). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedunya yang berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh (Soeparman, dkk. 2007). Hiperglikemia mengakibatkan peningkatan radikal bebas di dalam sel dan pada jumlah yang berlebihan dapat bersifat toksik yang mendorong terjadinya stres oksidatif (Desminarti, dkk. 2012). Menurut Soeparman, dkk (1987), degenerasi sel β langerhans pankreas merupakan efek dari pembentukan radikal bebas dalam tubuh yang dapat menimbulkan beberapa komplikasi, adapun komplikasi yang sering terjadi yaitu, hepatitis yang dapat timbul sebagai akibat proses kolestasis ekstrahepatik. Keadaan ini ditandai dengan naiknya kadar glukosa darah (Hiperglikemia) dan kadar SGPT dan SGOT. Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak (Tampubolon, 2014). Tumbuhan yang bisa dijadikan alternatif dalam mengobati hyperglikemia dan menurunkan kadar SGPT dan SGOT salah satunya adalah buah ciplukan (Physalis angulata L.). Ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tumbuhan dari family solanaceae. Tumbuhan ciplukan (Physalis angulata L.) terutama pada bagian buah kaya akan zat aktif flavonoid dengan persentase ekstrak buah 300 μg/ml adalah 84%, ekstrak buah 200
μg/ml adalah 58% dan dalam 100 μg/ml ekstrak (Murali, dkk., 2013). Flavonoid merupakan salah satu senyawa antioksidan yang berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemberian antioksidan tersebut kerusakan sel tubuh dapat dihambat serta dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dan timbulnya penyakit degenerative (Winarsi, 2007). Penelitian mengenai tanaman obat tradisional terus berkembang, bahkan akhir-akhir ini jumlahnya meningkat. Meskipun demikian dalam kenyataannya hingga saat ini baru beberapa penelitian tanaman obat tradisional ataupun tanaman obat yang digunakan dalam fasilitas pelayanan kesehatan (Hertanto, 2012). Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan jenis tanaman obat-obatan, salah satunya adalah herba ceplukan (Physalis angulata L.) yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional (Dalimartha, 2006). Bagian tumbuhan yang biasa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah bagian akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Obat-obat tradisional bermanfaat bagi kesehatan, kesembuhan dan pencegahan karena pada dasarnya obat tradisional penggunaannya lebih mudah, harga yang relatif murah, mudah dalam memperoleh bahan baku, dan relatif aman (Kardinan, 2004). Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat sebagai obat antidiebetik yaitu herba ciplukan. Tumbuhan ini dalam bahasa latin disebut sebagai Physalis angulata L. merupakan salah satu tumbuhan herba yang hidup semusim dan mempunyai tinggi Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016 40 sekitar 30-90 cm. Tumbuhan ceplukan biasanya tumbuh liar, mudah dijumpai di tempat yang terlindung, ditanah agak lembab, di kebun, ladang, sawah, tepi jalan, tepi hutan yang terbuka yang di sinari terik matahari dan di sela-sela tanaman pokok. Herba ceplukan tumbuhan liar di dataran rendah hingga 1800 meter diatas permukaan laut (mdpl) (Dalimartha, 2006). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi. Ceplukan telah diketahui mengandung berbagai macam senyawa, antara lain adalah asam klorogenat, asam elaidat, asam sitrat, asam malat, tannin, kriptoxantin, fiasalin, saponin, terpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan steroid. Ceplukan digunakan masyarakat sebagai antidiabetes (Sulistyowati et al., 2013). Pada penelitian sebelumnya pemberian herba ceplukan (Physalis angulata L) memiliki efek meluruhkan batu ginjal kalsium oksalat (Nurdawita, 2014). Pemberian ekstrak etanol herba ceplukan bersifat sebagai antioksidan. Mengkomsumsi antioksidan dalam jumlah memadai dilaporkan dapat menurunkan kejadian penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, kanker, ateroklerosis, dan osteoporosis. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan dihambat (Suryani et al., 2013). Secara empiris, herba ceplukan (Physalis angulata L.) telah digunakan sebagai obat gagal ginjal akut, menunjukan bahwa ekstrak air herba ceplukan dapat menurunan kadar gula darah, kadar kolesterol darah, kadar trigliserida darah, kadar LDL (low density lipoprotein), meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan berpengaruh terhadap histopatologi ginjal tikus (Sulistyowati et al., 2013).
2.2. Karya Inovasi
Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ adalah inovasi yang kreatif dan inovatif sebagai upaya untuk pencegahan jumlah pasien Penyakit Tidak Menular khususnya penyakit diabetes mellitus serta pemanfaatan asuhan mandiri toga tahaman ciplukan,cetetup(bahasa air itam)di sekitar desa wilayah kerja puskesmas air itam, tanaman ini tumbuh subuh dan di anggap gulma oleh masyrakat sekitar, karena mereka hanya tahu tentang buahnya saja, tapi tidak tahu pemanfaatan yang lain. Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “dilaksanakan melalui beberapa tahapan,langkah awal pimpinan puskesmas air itam berkooardinasi dengan dengan pemegang program PTM, TOGA, Lansia, dan dan Prolanis tentang adanya Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ini, selanjutnya pada bulan Juni 2019 Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “ melai berjalan, dengan sosialisasi terhadap psien lansia, pasien pasien prolanis yang datang setiap hari jumat sekali, serta refres Toga kepada kader Toga di Wilayah Kerja Puskesmas Air Itam. Pada awalnya ini Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK “menggukan alat peraga yang konvensional terhadap pemaparan dari tanaman ciplukan itu sendiri seperti powerpoint, contoh sampel dan brosur informasi tentang si cipluk, pada bulan ke bulan antusius masyarakat dan kader meningkat, maka dibuat ruangan toga khusus yang dapat menampung dan mempergakan cara pembuatan herbal dari tanaman ciplukan itu sendiri. Pembuatan bibit dan pembudidyaaan dari tanaman ciplukan sehingga masyrakat bisa mencontoh langsung. Demi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahayanya penyakit tidak menular terutama penyakit diabetes mellitus, maka dari itu di tingkatakan dengan perawatan diri pasien diabetes mellitus dengan luka di ruang toga dan akupresure. Ruang toga dan akupresure yang sebelumya masih mebergabung dengan salah satu ruangan di UGD untuk perawatan luka ganggren , sekarang sudah di satukan dengan ruangan toga dan akupresure, harapanya pasien nyaman dalam proses penyembuhan, mengurangi
kecacatan pasien dengan luka akibat diabetes mellitus dan meningkatakn harapan hidup serta semangat para penderita diabetes mellitus baik dengan luka ataupun tidak, mereka dapa memperdayakan tanamann ciplukan untuk proses control kadar gula darah dan mampu menggunakan obat obatan tradisional yang banyak disekitar kita. Pada saat ini Karya Inovasi “SENYUMAN SI CIPLOEK” sudah banyak kunjungan pasien untuk memanfaatkan toga, ruang toga dan akupresure di lengkapi dnegan taman refreksi kaki dan ruangan di setting suasana dan nuansa SPA, sehingga pasien nyaman dan bisa meningkatkan relaksasi.
2.2.1. Pengertian tanaman Ciplukan
Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonnae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Marga : Physalis Spesies : Physalis angulata L. (Augustine & Ufuoma, 2012) Ciplukan (Physalis angulata L). adalah spesies dari Solanaceae, memiliki buah yang dapat dimakan di beberapa negara wilayah tropis dan subtropis di dunia sebagai pohon obat dan buah (Hermin, U., Nawangsih. et al., 2016). Banyak tumbuh bercabang di semak yang secara tahunan dan bisa tumbuh mencapai 1,0 m. Bunganya berbentuk lonceng, namun bentuk yang paling khas adalah kelopak yang berbuah membesar untuk menutupi buah dan menggantung ke bawah seperti lentera. Setiap buah memiliki bentuk seperti mutiara berwarna. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, kondisi daun yang atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang- bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm. Bunga tunggal, di ujung daun, simetris dan banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang menunduk, ramping, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan nodanoda coklat atau kuning coklat, tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah Physalis angulata L. berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah (Agrawal, R.P. et al., 2006).
2.2.2 Manfaat Ciplukan
Physalis angulata L., dikenal di Indonesia sebagai "ciplukan" atau "Ceplukan". Tanaman ini tersebar luas di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia. Ciplukan (Physalis angulata L.) memiliki manfaat sebagai antidiabetik. Pada batang, daun, dan akar dari Physalis angulata L. telah secara tradisional di Indonesia digunakan sebagai obat antidiabetes. Di Indonesia sendiri penggunaan ramuan akar sebagai obat untuk postpartum, nyeri otot dan hepatitis (Rosita, S.M.D., Rostiana, O., Pribadi, dan Hernani., 2007). Menurut Sediarso, Sunaryo H dan Amalia N tahun 2013 Physalis angulata L. dapat memperbaiki pencernaan, antiinflamasi, desinfektan, asma, batuk rejan, bronkitis, orkitis, bisul, borok, kanker, tumor, leukemia dan kencing manis. Famili Solaneceae yang memiliki banyak efek farmakologi seperti inflammatory, antitumor, cytotoxic activity, insect-antifeedant dan insectrepellent activities, kandungan tersebut terdapat pada Physalis yang diisolasi dari akar, batang dan daun (Kusumaningtyas, R., Laily, N. dan Limandha, P., 2015).
2.2.3. Kandungan Ciplukan (Physalis Angulata L.)
Ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman yang mengandung asam sitrat, Physalin terpen/ sterol, saponin, flavonoid dan alkaloid. Flavonoid, alkaloid dan terpenoid adalah molekul semipolar yang dapat difraksinasi dengan kloroform dari ekstrak etanol 70% (Sunaryo, Hadi, Kusmardi dan Wahyu Trianingsih, 2012). Penelitian pra-klinik fraksi etanol daun Physalis angulata L. pada mencit putih, menunjukkan bahwa fraksi etanol daun Physalis angulata L. mempunyai aktivitas antidiabetes pada kisaran dosis antara 10mg/kgBB sampai 100 mg/kgBB Physalis angulata L. telah diketahui mengandung berbagai macam senyawa, antara lain adalah asam klorogenat, asam elaidat, asam sitrat, asam malat, tanin, kriptoxantin, fisalin, saponin, terpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid dan steroid (Abeeleh, M.A et al., 2009). Studi fitokimia terhadap Physalis angulata L. mengungkapkan hal itu telah mengandung flavonoid, alkaloid dan memiliki perbedaan jenis steroid pada tanaman. Komponen utamanya adalah Physalins adalah konstituen laktone steroid dari Physalis dan
genus lain yang terkait erat, milik keluarga Solanaceae. Fisiknya menunjukkan biogenetically terkait dengan withanolides (Chen JX et al., 2009). Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau Efficient Concentration (EC50) atau Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan % penghambatan sebanyak 50%. Ekstrak total secara signifikan menghambat produksi Nitric Oxide (NO) sejumlah IC50 = 4.063μg / mL. Secara konsisten, ini mengurangi peradangan (40%) secara in vivo dengan peningkatan skor histologi, dan pengurangan aktivitas Myeloperoxidase (MPO) (29,24%). Sementara pada diklorometana fraksi yang paling aktif, dapat menghambat peradangan sebesar 61,78% dan aktivitas MPO sebesar 71,52%. Secara in vitro fraksi ini menghambat produksi NO (IC50 = 2.48μg / mL) dan mengurangi tingkat mediator pro-inflamasi prostaglandin (PGE2), Interleukin (IL-1β, IL-6), Tumour Necrosis Factor alpha (TNF-α) dan Monocytes Chemoattractant Protein (MCP-1) (IC50) 1. Kandungan buah Kandungan bahan kimia lain yaitu alkaloid, karbohidrat, glikosid, saponin, tanin, dan kandungan fenolic dari fraksi buah Physalis angulata L. dapat memberikan efek antidiabetik dengan menghambat enzim α- 10 amylase dan α-glucosidase. Terpenting terdapat juga Withangulatin-A yang di isolasi dari fraksi buah Physalis angulata L. juga menunjukkan efek anti diabetik (Raju, P., dan Mamidala, E., 2015) 2. Kandungan akar Fungsi lain yaitu antiinflamasi pada Physalin E dari ekstrak akar ciplukan (Physalis Angulata L) atau Aqueous Extract from roots of Physalis angulata (AEPa) terbukti memiliki efek sebagai antiinflamasi melalui berbagai jalur inhibisi. Telah terbukti juga bahwa ekstrak berair dari akar Physalis angulata L. memiliki antiinflamasi yang kuat dan imunomodulator dengan cara mengganggu ciclooxygenase, limfosit proliferasi dan produksi Tumor Growth Factor Beta (TGF-β) (Bastos et 11 al., 2008). Akar Physalis angulata L. mengandung senyawa diantaranya yaitu alkaloid, Withanolide, dan flavonoid. 3. Kandungan daun Daun Physalis angulata L. mengandung senyawa aktif diantaranya adalah alkaloid, withanolide, dan flavonoid. Penelitian pada hewan coba menggunakan daun Physalis angulata L. menunjukkan efek antidiabet dengan kandungan aktifnya yang mengacu pada kandungan aktif pada buah, yaitu fisalin A, B, D, F, dan glikosid (Kasali MF et al, 2013). Penelitian dengan menggunakan seluruh tanaman (herba) Physalis angulata L. menunjukkan kandungan bahan kimia yaitu saponin, tanin, flavonoid memiliki efek antidiabetik dengan penurunan glukosa darah pada tikus diabetik (Abo, K A. dan Lawal I.O, 2013). 4. Kandungan Herba Ciplukan ( Physalis angulata L) Kandungan senyawa lain dari herba Physalis angulata L. yaitu monoterpenoid, triterpenoid, seskuiterpenoid, dan fisalin. Fisalin dapat meningkatkan enzim Superoksidase Dismutase (SOD) dan catalase yaitu sebagai antioksidan yang dapat mencegah kerusakan organ (El-Mehiry, H. F. H. M., Helmy, M. A. A., dan El-Ghany, 2012). 12 Triterpenoid merupakan komponen aktif yang berefek sebagai antidiabetes dan untuk menarik senyawa ini dapat dilakukan dengan cara pengasaman yang kemudian difraksi dengan kloroform (Sunaryo, Hadi, Kusmardi dan Wahyu Trianingsih, 2012). Senyawa lain yang terdapat dalam fraksi kloroform tanaman Physalis angulata L. yaitu alkaloid Nordextromethorphan, asam lemak, asam heksanoat, 9-octadecenoid acid, dan octadeceoid acid. Asam oleik (9-Octadecanoid acid) adalah asam lemak tidak jenuh yang bekerja menghambat produksi glukosa dan bersifat antioksidan yang dapat menangkal terbentuknya radikal bebas, diketahui juga ada korelasi antara membran adiposit asam oleik dengan insulin yang memediasi transpor glukosa. Terdapat juga senyawa aplysteryacetate yang dapat bekerja dengan menstimulasi keluarnya insulin dari pankreas (Sediarso, Sunaryo, dan Amalia, 2013). 5. Fungsi Kandungan Aktif Physalis angulata L. a) Antioksidan Antioksidan adalah senyawa yang sangat diperlukan tubuh untuk mengatasi dan mencegah stres oksidatif. Berdasarkan sumbernya, antioksidan terdiri atas antioksidan endogen dan eksogen. Antioksidan endogen, yaitu enzim-enzim yang bersifat antioksidan seperti: Superoksida Dismutase (SOD), Catalase (Cat), dan Glutathione Peroksidase (Gpx). Antioksidan eksogen adalah yang berasal dari luar tubuh/makanan. Stres oksidatif adalah suatu kondisi yang tidak seimbang antara jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan di dalam tubuh. Antioksidan bersifat 13 sangat mudah dioksidasi, sehingga antioksidan akan dioksidasi oleh radikal bebas yang kemudian melindungi molekul lain dalam sel dari kerusakan (Werdhasari, A., 2014). Jenis jenis antioksidan
Alkaloid Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang sebagian besar heterosiklik dan terdapat di tumbuhan serta hewan. Hingga saat ini sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur yang sangat beragam, sehingga tidak ada batasan yang jelas. Alkaloid bersifat basa tergantung pada pasangan elektron pada nitrogen yang menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan dalam waktu lama (Harborne J.B., 2006). Flavonid Flavonoid mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga- karbon dengan cincin benzen. Setiap cincin diberi tanda: A, B dan C; atom karbon diberi angka dengan angka biasa pada cincin A dan C, serta angka beraksen untuk cincin B (Soesilo S, Andajaningsih (Eds.), 2014). Tumbuhan ciplukan (Physalis angulata L.) kaya akan zat aktif flavonoid dengan persentase ekstrak buah 300 μg/ml adalah 84%, ekstrak buah 200 μg/ml adalah 58% dan dalam 100 μg/ml ekstrak (Krishna, M., Kumar, A., & Sarma, P. C. R. & K. 2015). Triterpenoid Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon C30 asiklin, yaitu skualena. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard dengan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru. Triterpena dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpena sebenarnya, steroid, saiconon dan glycosida jantung. Kedua golongan terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terdapat sebagai glycosida (Harborne J.B., 2006). 2.3. Hasil Inovasi