Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN

PENETAPAN KADAR FORMALI N PADA MIE

“METODE DNPH”

FARMASI 4-B

KELOMPOK 4 :

ASTRI ESTIARINI (31113059)

MURNI SITI WAHYUNI (31113083)

YAYANG SOLEHUDIN (31113107)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA

PROGRAM STUDI FARMASI

TASIKMALAYA

2016
A. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kadar formalin dalam sampel yang

ada dipasaran dengan menggunakan metode DNPH.

B. Prinsip

Formalin diderivatisasi terlebih dahulu untuk membentuk senyawa yang

berwarna dengan menggunakan pereaksi DNPH (2,4-dinitrophenylhidrazin)

menjadi 2,4-dinitrophenylhidrazon yang akan memberikan warna kuning-merah

dengan memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 354 nm.

C. Dasar Teori

Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang

biasa di gunakan untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat.

Formalin merupakan bahan kimia yang disalahgunakan pada pengawetan tahu,

mie basah, dan bakso (Djoko, 2006).

Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul

30,03 yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna,

berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut

dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986).

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila

digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya

sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan


industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat

maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan

sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan

sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum,  pengawet

bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai  bahan

pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin

digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis  polywood ). Dalam

kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai

barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,

pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet (Yuliarti, 2007).

Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan

pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan

kesehatan bagi konsumen yang memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus

dan anjing menunjukkan bahwa pemberian formalin dalam dosis tertentu pada

jangka panjang bisa mengakibatkan kanker saluran cerna. Penelitian lainnya

menyebutkan peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum

nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan

(Yuliarti, 2007). Di dalam larutan formalin terkandung sekitar 37% formaldehid

dalam air dan merupakan anggota paling sederhana dan termasuk kelompok

aldehid  dengan rumus kimia HCHO. Formalin biasanya diperdagangkan di

pasaran dengan nama  berbeda-beda antara lain yaitu: Formol, Morbicid,

Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde,

Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan, Methyleneglycol, Paraforin,

Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane


Karakteristik Formalin:

Dalam udara bebas formaldehida atau formalin berada dalam wujud gas,

tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar  larutan 37%

menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, formaldehida

mengalami  polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer

H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk

membatasi  polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air,

dengan kadar antara 10%-40%. (Aryani,2006)

Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada

umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya.

Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik

elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik

dan alkena. Dalam keberadaan katalis  basa, formaldehida bisa mengalami reaksi

Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.

Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer

linier  polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida

berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.

Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format,  karena

itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan

udara.(Ganjar dan Rohman,2007)

Fungsi Formalin:

Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik

pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran
bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran

hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida

dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan

hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali

juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,

sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet.

Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan

dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. Formaldehida

juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan

formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil.

Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan

bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai.(Ganjar dan Rohman , 2007)

Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer

dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol,urea, atau melamina,

formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk

lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga

dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida

dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan

kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti

pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan

formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting

dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai

dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai


formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta

bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak .Larutan formaldehida

harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. (Ganjar dan

Rohman,2007) -Formalin biasa digunakan untuk:

1. Pengawet mayat/ jaringan

2. Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.

3. Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca

4. Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.

5. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

6. Bahan untuk pembuatan produk parfum.

7. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.

8. Pencegah korosi untuk sumur minyak

9. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan

sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti  pembersih barang

rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu,

shampoo mobil, lilin, pasta gigi, dan  pembersih karpet.

10. Digunakan di industri tekstil dan kayu lapis.

Uji Formalin Pada Bahan Pangan :

Metode pengujian makanan yang mengandung formalin dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu:

1. Uji Kualitatif

a) Dengan Fenilhidrazina Menimbang seksama 10 gram sampel kemudian

memotong kecil-kecil, dan memasukkan ke dalam labu destilat,

menambahkan aquadest 100 ml kedalam labu destilat, mendestilasi dan


menampung filtrat dengan menggunakan labu ukur 50 ml. Mengambil 2-3

tetes hasil destilat sampel, menambahkan 2 tetes Fenilhidrazina

hidroklorida, 1 tetes kalium heksasianoferat (III), dan 5 tetes HCl. Jika

terjadi perubahan warna merah terang (positif formalin) .

b) Dengan Asam Kromatofat Mencampurkan 10 gram sampel dengan 50 ml

air dengan cara menggerusnya dalma lumpang. Campuran dipindahkan ke

dalam labu destilat dan diasamkan dengan H3PO4. Labu destilat

dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung.

Larutan pereaksi Asam kromatofat 0,5% dalam H2SO4 60% (asam 1,8

dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat) sebanyak 5 ml dimasukkan dlam tabung

reaksi, ditambahkan 1 ml larutan hasil destilasi sambil diaduk. Tabung

reaksi dimasukkan dalam penagas air yang mendidih selam 15 menit dan

amati perubahan warna yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan dengan

adanya warna ungu terang sampai ungu tua (Wisnu Cahyadi, 2008).

c) Dengan Larutan Schiff Menimbang 10 gram sampel dan dipotong potong

kemudian dimasukkan kedalam labu destilat, ditambahkan 50 ml air,

kemudian diasamkan dengan 1 ml H3PO4. Labu destilat dihubungkan

dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung labu ukur 50

ml. Diambil 1 ml hasil destilat dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml

H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1 ml

larutan schiff, jika terbentuk warna ungu maka positif formalin.

2. Uji Kuantitatif
a) Dengan metode Asidialkalimetri Dipipet 10,0 ml hasil destilat dipindahkan

ke erlenmeyer, kemudian ditambah dengan campuran 25 ml hidrogen

peroksida encer P dan 50 ml natrium hidroksida 0,1 N. Kemudian

dipanaskan di atas penangas air hingga pembuihan  berhenti, dan dititrasi

dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator larutan fenolftalein P.

Dilakukan penetapan blanko, dipipet 50,0 ml NaOH 0,1 N, ditambah 2-3

tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan HCl 0,1 N. Dimana 1 ml

natrium hidroksida 0,1 N ~ 3,003 mg HCHO.

b) Dengan metode Spektrofotometri Dalam metode ini menggunakan 2 jenis

larutan, yaitu Asam Kromatofat dan Larutan Schiff.

- Asam Kromatofat

Dibuat larutan baku induk dari konsentrasi 1000 ppm dari formalin

37 %, kemudian diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest

sampai tanda batas, kemudian larutan tersebut dibuat larutan baku

standar. Larutan pereaksi asam kromatofat 5 ml dimasukkan kedalam

tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml larutan standar formalin

sambil diaduk tabung reaksi ditangas selam 15 menit dalam  penangas

air yang mendidih, angkat dan didinginkan. Penetapan kadar formalin

sampel, mencampurkan 10 g sampel dengan 50 ml aquadest dengan

cara menggerusnya didalam lumpang. Kemudian didestilat dan

diasamkan dengan H3PO4, ditampung dengan labu ukur 50 ml.

Ditambahkan 5 ml asam kromatofat. Kemudian diukur absorbansi

sampel dan standar dengan panjang gelombang 560 nm dan dihitung

kadar formalinnya (Wisnu Cahyadi, 2008).


- Larutan Schiff Diambil 5,0 ml hasil destilat kemudian ditambahkan

ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1 (H2SO4  pekat) lewat dinding,

kemudian ditambahkan 1,0 ml larutan schift. Dibaca dengan

spektrofotometri. Dibuat juga blanko serta baku seri. Dengan dicari

panjang gelombang optimum, lama waktu kestabilan pada

spektrofotometer, dan kurva baku standar formalin.

D. Alat dan Bahan

Alat :

Seperangkat alat destilasi, Gelas ukur, Gelas kimia, Labu ukur, Spatel,

Pipet tetes, pipet volume, batu didih, Erlenmeyer, Alat spektrofotometer, Kuvet,

Botol semprot, pH universal.

Bahan :

Sampel 10 gram (mie basah), Aquadest, Pereaksi Schiff, Pereaksi DNPH,

Dapar phospat pH 6,8, Asam Phospat.

E. Sampel

a. Alasan Pemilihan Sampel

Alasan pemilihan sampel karena banyak mie basah yang dipasarkan

dengan ditambahkan bahan tambah pangan yang dilarang, yaitu formalin.

Dimana formalin ini merupakan bahan pengawet yang digunakan untuk

memperpanjang masa penyimpanan suatu produk sehingga untuk

mengetahui kecurigaan pada praktikan terhadap formalin yang ada dalam


mie basah, maka dilakukan analisa kandungan formalin pada mie basa

yang beredar di pasaran.

b. Kandungan Gizi Mie Basah per 100 gram bahan

Zat gizi Mie basah


Energi (kal) 86
Protein (g) 0,6
Lemak (g) 3.3
Karbohidrat (g) 14
Kalsium (mg) 13
Besi 0,8
Vitamin A -
Vitamin B1 (mg) -
Vitamin C (mg) -
Air (mg) 80
Sumber : Astawan, 1999

c. Syarat Mutu Mie Basah (SII 2046-90)

Kriteria uji Satuan Persyaratan


1. Keadaan:
a) Bau Normal
b) Warna Normal
c) Rasa Normal
2. Kadar Air %b/b 20 – 35
3. Abu %b/b Maksimum 3
4. Protein %b/b Maksimum 8
5. Bahan tambahan maknan:
a) Boraks dan asam borat Tidak boleh
b) Pewarna Yang diizinkan
c) Formalin Tidak boleh
6. Pencemaran logam:
a) Timbal (Pb) mg/kg Maksimum 1,0
b) Tembaga (Cu) mg/kg Maksimum 10,0
c) Seng (Zn) mg/kg Maksimum 40,0
d) Raksa (Hg) mg/kg Maksimum 0,05
7. Pencemaran mikrobia:
a) Angka lempeng total Koloni/g Maksimum 1,0
b) E.coli APM/g x 106
c) Kapang Koloni/g Maksimum 10
Maksimum 1,0
x 106
Sumber : Astawan, 1999
F. Prosedur Kerja

a. Timbang 10 gram mie basah bulat kecil-kecil yang telah

dihaluskan (hasil blender)

b. Larutkan sampel yang sudah lembut dengan 25 ml aquadest

c. Tambahkan asam phospat sampai pH 3

d. Masukkan sampel ke dalam labu destilasi

e. Lakukan destilasi

f. Hasil destilat ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 10 ml air

g. Uji Kualitatif: Destilat ditambahkan dengan peraksi Schiff,

terbentuknya warna merah-ungu menunjukan adanya formalin

h. Hasil destilat ditambahkan 1 mL DNPH, kemudian vortex selama 1

menit

i. Hasil vortex ditambahkan dapar phospat hingga pH 6,8

j. Ukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 354 nm.

G. Data Hasil Pengamatan

GAMBAR KETERANGAN

Sampel hasil destilasi ditambah reagen


asam kromatofat hasilnya (-) negatif
tidak terbentuk warna ungu
Sampel Setelah ditambahkan pereaksi
DNPH warnanya menjadi kuning

Divortex terlebih dahulu selama 5 menit

Proses pengecekkan pH setelah


ditambah larutan buffer dengan pH
meter untuk didapat pH 6,8

Pembacaan absorbansi dengan


spektrofotometri UV-Vis λ 520 nm dan
didapat hasilnya (-) karena tidak terbaca

(-) NEGATIF (TIDAK


SAMPEL : mie bulat MENGANDUNG FORMALIN)
H. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kita melakukan penentuan kadar formalin dari mie

bulat , dimana mie bulat ini merupakan makanan olahan dari tepung terigu dan

juga berbagai penyedap rasa lain nya yang dimaksudkan dari penambahan

formalin kedalam makana ini untuk memperpanjang usia penyimpanan. namun

dalam penyimpanan nya mie bulat ini bisa disimpan dalam waktu yang sangat

lama sehingga kami memunculkan hipotesis ada kemungkinan asinan ini

mengandung formalin sebagai pengawet tambahannya.

Mekanisme formalin sebagai pengawet jika formaldehid bereaksi dengan

protein sehingga membentuk rangkaian rangkaian antara protein yang

berdekatan, akibat dari reaksi tersebut protein mengeras dan tidak dapat larut.

Sifat dan penetrasi formalin cukup baik namun gerakan penetrasinya lambat.

Pada percobaan penentuan kadar formlin ini pertama sampel dihaluskan

terlebih dahulu dan dihomogenkan ukurannya tujuan nya adalah agar dapat

mempercepat kelarutan formalin, kemudian diambil sebanyak 10 gram lalu

didestilasi dan ditampung dengan air, titik didih formalin adalah 19,1 0Cdan titik

lelehnya 117,70C pendestilasian bertujuan mengubah formalin menjadi

formaldehid yang berbentuk gas dan ditampung dalam air untuk kembali menjadi

formalin , pada dasarnya pendestilasian ini bertujuan untuk memisahkan formalin

dari matriks yang lain nya dimana prinsip destilasi adalah menguapkan atau

memisahkan berdasarkan titik didihnya dimana senyawa formaldehid memiliki

titik didih lebih rendah dari pada matrik yang lainyya dan lebih rendah dari titik

didih air sehingga formaldehid dapat menguap/memisah dari matriksnya.


Pada uji kualitatif hasil destilat dambil 1 ml kemudian ditambahkan asam

kromatofat tidak terbentuk warna ungu setelah dipanaskan menunjukan dalam

sampel hasilnya negatip tidak terkandung formalin.

Untuk meyakinkan bahwa dalam sampel mie bulat ini tidak terkandung

formalin maka kami mengecek hasil destilat formalin dengan reagen DNPH

menggunakan spektrofotometer penambahan DNPH untuk menderivatisasi

formalin menjadi senyawa yang lebih kaya kromofor, formalin merupakan

senyawa yang miskin kromofor sehingga untuk ditentukan kadarnya perlu

direaksikan dengan senyawa yang kaya kromofor untuk meningkatkan panjang

gelombang nya dan juga membentuk warna. Setelah itu divorteks untuk

menghomogenkan selanjutnya ditambahkan dapar fosfat pH 3 untuk menyangga

pH agar tetap pada rentang tersebut kemudian dispektrofotometri pada panjang

gelombang 520 nm dan hasilnya adalah negative.

I. Kesimpulan

Pada mie bulat tidak mengandung formalin atau hasilnya negatif,

kemungkinan dalm mie bulat ini sudah tida menggunakan pengawet formalin

melainkan menggunakan pengawet yang diperbolehkan seperti natium nitrat ,

natrium benzoat, metil paraben dan propil paraben dll.


DAFTAR PUSTAKA

Aryani, S., 2006. Biokimia SMA Negeri 2 Semarang. Semarang: Indie Publishing.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta
Moffat, A. C. (1986). Clarke’s Isolation and Identification of Drugs. Edisi 2.

London. The Pharmaceutical Press. Hal. 420-421, 457-458, 849, 932-

9 33.Ngadiwaluyo dan Suharjito, 2003

Yuliarti, N. 2007.  Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai