Anda di halaman 1dari 21

formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO.

Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sifat 2 Produksi 3 Kegunaan o 3.1 Daftar kegunaan formalin o 3.2 Penggunaan Formalin yang salah 4 Pengaruh terhadap badan o 4.1 Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut 5 Sumber rujukan 6 Pranala luar

[sunting] Sifat
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara.

[sunting] Produksi
Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta

vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia 2 CH3OH + O2 2 H2CO + 2 H2O. Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur yang lebih tinggi, kira-kira 650 C. dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi CH3OH H2CO + H2. Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.

[sunting] Kegunaan
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai. Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak.

[sunting] Daftar kegunaan formalin


Pengawet mayat Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya. Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca

Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan untuk pembuatan produk parfum. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. Pencegah korosi untuk sumur minyak Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.

[sunting] Penggunaan Formalin yang salah


Melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya 1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk. 2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk. 3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin. 4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur awet beberapa hari dan tidak mudah basi.

[sunting] Pengaruh terhadap badan


Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.

[sunting] Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut

Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodialisis (cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda asidosis metabolik berat.

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain formalin : - Formol Methylene aldehyde - Paraforin - Morbicid - Oxomethane - Polyoxymethylene glycols Methanal - Formoform - Superlysoform - Formic aldehyde - Formalith Tetraoxymethylene - Methyl oxide - Karsan - Trioxane - Oxymethylene - Methylene glycol Penggunaan formalin * Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang dan pakaian * Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain * Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak * Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas * Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea * Bahan pembuatan produk parfum * Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku * Pencegah korosi untuk sumur minyak * Bahan untuk insulasi busa * Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood) * Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Bahaya bila terpapar oleh formalin Bahaya utama Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Bahaya jangka pendek (akut) 1. Bila terhirup * Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. * Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru. * Tanda-tada lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. * Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. 2. Bila terkena kulit Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar. 3. Bila terkena mata * Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan

air mata. * Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. 4. Bila tertelan * Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. * Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang (kronis) 1. Bila terhirup Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. * Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. * Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan * Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak. 2. Bila terkena kulit Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. 3. Bila terkena mata Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. 4. Bila tertelan Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dankepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Tindakan Pencegahan: 1. Terhirup * Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. * Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. 2. Terkena mata * Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan. * Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat. 3. Terkena kulit * Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok. * Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia. 4. Tertelan Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja. Cuci tangan sebelum makan. Tindakan pertolongan pertama 1. Bila terhirup Jika aman memasuki daerah paparan, pindahkan penderita ke tempat yang aman. Bila perlu, gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Segera hubungi dokter. 2. Bila terkena kulit Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar. Bila perlu, segera hubungi dokter. 3. Bila terkena mata Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terusmenerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit. Segera bawa ke dokter. 4. Bila tertelan Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. Cara penyimpanan formalin : * Jangan disimpan di lingkungan bertemperatur di bawah 15 0C. * Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium murni, polietilen atau poliester yang dilapisi fiberglass. * Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja biasa, tembaga, nikel atau campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi. * Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di atas 60 derajat Celsius.

formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida, bentuknya gas, yang rumus kimianya H2CO. Formaldehida awalnya disintesa oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang mengandung karbon. Dikandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. Kegunaan lain : * Pengawet mayat * Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya. * Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca * Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi. * Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. * Bahan untuk pembuatan produk parfum. * Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. * Pencegah korosi untuk sumur minyak * Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet. Penggunaan Formalin yang salah Penggunaan Formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya 1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk. 2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk. 3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin. 4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah basi. [sunting] Pengaruh terhadap badan

Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan. Kalau terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut. [sunting] Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan resiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodyalisis (cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda asidosis metabolik berat.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

STUDI KASUS PENGGUNAAN FORMALIN PADA TAHU TAKWA DI KOTAMADYA KEDIRI BIDANG KEGIATAN : PKM Penulisan Ilmiah (PKMI) Diusulkan oleh : Ketua : Ayudiah Aprilianti (05330037) 2005/2006 Anggota : Amar Maruf (05330028) 2005/2006 Zaqia Nur Fajarini (06330036) 2006/2007 Dian Purwanti (06330031) 2006/2007 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG 2007 2

HALAMAN PENGESAHAN USUL PKMI 1. Judul Kegiatan : Studi Kasus Formalin Pada Tahu Takwa di Kotamadya Kediri 2. Bidang Ilmu : () Kesehatan ( ) Pertanian ( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora ( ) Pendidikan 3. Ketua Pelaksana Kegiatan/Penulis Utama a. Nama Lengkap : Ayudiah Apriliyanti b. NIM : 05330037 c. Jurusan : Pendidikan Biologi d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang e. Alamat Rumah : JL. Tirto Mulyo Gang V no. IV f. No. Telp/HP : (0341) 464086/085236556331 g. Alamat Email : nurwid@umm.ac.id 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 orang 5. Dosen Pendamping Nama Lengkap : Drs. Nurwidodo, M.Kes NIP : 131. 953. 396 Alamat Rumah : Jl. Dadap Rejo 4/II 96 Junrejo, Batu-Malang No. Telp/HP : (0341)462694/081334017328 Menyetujui Malang, 3 Maret 2007 Koordinator Penalaran Ketua Pelaksana Program Studi Pendidikan Biologi UMM Dr. H. Moh. Agus Krisno B. M.Kes Ayudiah Aprilianti NIP-UMM.104.89090118 NIM. 05330037 Pembantu Rektor III Dosen Pendamping Drs H. Joko Widodo, M.Si Drs. Nurwidodo, M. Kes NIP 104 8611 0039 NIP.131. 953. 396 3

LEMBAR PENGESAHAN SUMBER PENULISAN ILMIAH PKMI 1. Judul tulisan yang Diajukan : Studi Kasus Formalin Pada Tahu Takwa di Kotamadya Kediri 2. Sumber Penulisan : ( ) Kegiatan Praktek Lapangan/Kerja dan sejenisnya, KKN, Magang, Kegiataan Kewirausahaan ( ) Kegiatan Ilmiah Lainnya : Tugas mata kuliah Biokimia Umum yang dibina oleh Dr. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. dengan judul Analisa Kadar Formalin Pada Beberapa Produk Tahu Takwa (Studi Kasus di Kotamadya Kediri) Keterangan ini kami buat dengan sebenarnya. Mengetahui Malang, 3 Maret 2007 Koordinator Penalaran Penulis Utama, Program Studi Pendidikan Biologi UMM, Dr. H. Moh. Agus Krisno B. M.Kes Ayudiah Aprilianti NIP. UMM.104.89090118 NIM. 05330037 4

STUDI KASUS PENGGUNAAN FORMALIN PADA TAHU TAKWA DI KOTAMADYA KEDIRI Ayudiah Aprilianti, Amar Maruf, Zaqia Nur Fajarini, Dian Purwanti, Jurusan Pendidikan Biologi-FKIP-Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRAK Pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006 publikasi tentang penyalahgunaan bahan kimia yang berbahaya sangat gencar pada media massa di Indonesi. Formalin merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan pada produk olahan kedelai seperti tahu. Formalin adalah nama dagang larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %. Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Dari hasil sampling dan laboratorium di beberapa kota besar di Indonesia diketahui bahwa sebesar 1,91 % tahu mengandung formalin dengan prosentase terbesar pada Kotamadya Kediri yaitu 10,42 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapakah kadar formalin pada beberapa tahu takwa di kotamadya Kediri dan bagaimana kelayakan konsumsi tahu takwa tersebut. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi bagi konsumen dalam memilih tahu sebagai bahan makanan serta sebagai rujukan bagi POM untuk lebih intensif dalam melakukan kontrol terhadap bahan makanan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 November 2006 di laboratorium Dinas Kesehatan Malang. Sampel dari Penelitian ini sebanyak 24 produk tahu takwa yang tersebar di Kotamadya Kediri dengan teknik pengambilan sampel secara Cluster Proportial. Varibel penelitian ini adalah kadar formalin pada tahu takwa. Dari penelitian didapatkan bahwa dari 24 sampel tahu takwa yang tidak mengandung formalin sebanyak 9 buah dengan prosentase 37,50 %, sedangkan tahu dengan kandungan formalin sebanyak 15 buah dengan prosentase 62,50 %. Dengan prosentase terendah adalah 0.25 % dan tertinggi adalah 1,5 %. Menurut International Proggrame on Chemical Safety, bahwa batas toleransi formalin yang dapat diterima oleh tubuh adalah 0.1 miligram perliter, sehingga dari data diatas diketahui bahwa tahu takwa yang dijadikan sampel sebanyak 62.50 % tidak layak dikonsumsi dan tidak sehat. Kata kunci : formalin, tahu takwa, Kotamadya Kediri PENDAHULUAN Tahu merupakan bahan makanan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Hampir setiap hari tahu dapat dijumpai dalam menu makanan keluarga. Tahu merupakan produk makanan yang berasal dari olahan kedelai yang relatif murah, praktis dan mudah didapat. Selain itu tahu juga memiliki nilai gizi yang dibutuhkan tubuh, salah satunya adalah protein. Dari penelitian Karyasa (1993), diperoleh data bahwa 10 % penduduk Indonesia mengkonsumsi tahu sebanyak 5

100 gram per hari. Berarti sekitar 2 juta kilogram tahu dibutuhkan setiap harinya. Tahu sebagai bahan makanan yang murah dan praktis memiliki keunggulan sebagai bahan makanan yang bagus untuk peningkatan kesehatan intelektual (geist), akal (verstand), semangat dan sikap (gessinung). Tahu juga mempunyai khasiat sebagai anti stress menurunkan nervositas dan mengurangi depresi (Karyasa, 2000). Sebagai produk bahan pangan hasil olahan kedelai, tahu memiliki sifat yang tidak tahan lama dan mudah rusak atau basi, sehingga beberapa produsen ada yang menggunakan bahan tambahan (kimia dan alami) untuk mengawetkan atau untuk menambah daya tarik konsumen. Hal tersebut sebenarnya diperbolehkan penggunannya apabila bahan tambahan tersebut dilegalkan dan tidak berbahaya bagi konsumen. Namun problem yang muncul kemudian banyak produsen tidak memperdulikan hal tersebut, sehingga mereka menambahkan bahan-bahan yang berbahaya seperti boraks, formalin, rodhamin B, methanil yellow atau orange RN.1 dan lain sebagainya. Pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006 publikasi tentang penyalahgunaan formalin pada bahan makanan termasuk tahu sangat gencar pada media massa di Indonesia. Dari hasil sampling dan laboratorium di beberapa kota besar di Indonesia diketahui bahwa sebesar 1,91 % tahu mengandung formalin dengan prosentase terbesar pada Kotamadya Kediri yaitu 10,42 % (Sampurno, 2006). Penambahan formalin biasanya dilakukan saat tahu siap jual dengan cara merendam tahu dengan air yang sudah mengandung formalin (Republika, 2005). Tahu takwa sebagai salah satu jenis tahu khas Kotamadya Kediri juga tidak terlepas dari problem di atas. Tahu takwa memiliki karakteristik lebih halus dan teksturnya lebih padat. Tahu ini memiliki warna khas kuning dengan bentuk bujur sangkar dan berat sekitar 120 gram atau mencapai 2 kali lipat serta lebih keras dari tahu biasa bila ditekan (Suprapti, 1997). Menigkatnya pemakain formalin sebagai bahan pengawet beberapa olahan produk bahan pangan dipicu oleh selera pasar dan kebutuhan pasar. Formalin digunakan agar tahu dapat bertahan lama dan tidak cepat bau, tidak mudah hancur dan kenyal sehingga lebih menarik konsumen. Produsen tahu yang tidak menggunakan formalin biasanya sulit menembus supermarket yang biasanya mensyaratkan tahu harus dapat tahan selama 4 hari. Selain itu penurunan daya beli masyarakat mendorong produsen 6

untuk menggunakan pengawet yang lebih banyak namun tetap murah (Prasetya, 2005). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Nuryasin, 2006). Formalin adalah nama dagang larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %. Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem, playwood dan resin; disinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; germisida dan fungisida pada tanaman sayuran; serta pembasmi lalat dan serangga lainnya. Larutan dari formaldehida sering dipakai membalsem atau mematikan bakteri serta mengawetkan bangkai (Wikipedia, 2005). Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan keracunan, tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter (Kompas, 2005). International Proggrame on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg perliter (Harmoni, 2006). Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada (Republika, 2005). Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 3 jam (Winarno dan Rahayu dalam Yakin, 2001), Oleh karena penggunaan formalin sangat berbahaya maka dirasa perlu adanya penelitian tentang kadar formalin serta toleransi penggunaannya pada tahu 7

takwa sehingga dapat diketahui kelayakan produk tersebut untuk dikonsumsi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi oleh konsumen tahu dalam memilih tahu yang layak dikonsumsi dan sebagai rujukan Dinas Kesehatan, khususnya POM dalam melakukan kontrol terhadap penggunaan bahan terlarang pada produk makanan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini berdasarkan sifatnya adalah penelitian deskriptif analitik dengan berusaha menggambarkan kadar formalin pada beberapa produk tahu takwa yang terdapat di Kotamadya Kediri. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Malang pada tanggal 27 November 2006. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah tiga sentra distribusi tahu di Kotamadya Kediri yaitu : Pasar Kleret dengan jumlah pedagang tahu sebanyak 34 orang, Pasar Doho sebanyak 25 orang dan Pasar Baru sebanyak 60 orang pedagang tahu. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik Cluster Proportial yaitu teknik mereduksi informasi. Dari teknik ini didapat bahwa jumlah sampel adalah : 20 % x Jumlah populasi. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah mortal-martil, labu takar, corong kaca, erlenmeyer, botol semprot, pipet tetes, pipet ukur, dan kertas saring. Bahan dalam penelitian yaitu, tahu takwa, aquadest, larutan Carrez I, larutan Carrez II, karbon aktif, FO I dan FO II Tahap Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data Cara yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan pengamatan langsung pada sampel. Sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan 8

menghitung data yang diperoleh dari hasil kalorimetri yang berupa kadar formalin dengan rumus sebagai berikut : %100)1(%=NF %100)2(%=NF Keterangan : F (1) : Jumlah tahu yang memenuhi syarat F (2) : Jumlah tahu yang tidak memenuhi syarat N : Jumlah sampel. Data Kadar Formalin Gambar 1. Skema metode kerja HASIL PENELITIAN Kadar Formalin Dari hasil analisa kadar formalin pada 24 sampel tahu takwa yang terdapat di tiga sentra distribusi tahu takwa yaitu Pasar Kleret, Pasar Doho, pasar Baru Kotamadya Kediri melalui metode kalorimetri yang dilakukan di laboratorium Dinas Kesehatan Malang, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Kadar Formalin (Mg/Ltr) dari Tahu Takwa Sampel No 1


2 3 4

Tahu Tahu 1 Tahu 2 Tahu 3 Tahu 4

Kadar Formalin 0,25 1 0 1,5

Alamat Pedagang Ringin Asri No. 26 Doko RT. 03 RW. 04 Doko Tugu Rejo RT. 05 RW. 09

Sentra Distribusi Pasar Kleret

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia mengingatkan bahwa formalin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen yang menyebabkan kanker, mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Uap dari formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh saluran pernapasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan oleh manusia. Untuk mata, seberapa encer pun formalin ini tetap iritatif. Jika sampai tertelan, orang tersebut harus segera diminumkan air banyak-banyak dan diminta memuntahkan isi lambung. Humas Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) Ari Fahrial Syam, dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (2/1), menyatakan, formalin mengandung 37 persen formaldebid dalam pelarut air dan biasanya juga mengandung 10 persen metanol. Di masyarakat formalin digunakan secara luas sebagai obat antiparasit. Secara efektif digunakan untuk membunuh berbagai macam parasit dan bakteri yang menempel pada ikan hias. Selain itu, pada peternakan kadang-kadang formalin, yang tentunya telah diencerkan, digunakan sebagai disinfektan. Larutan formalin yang digunakan biasanya dengan konsentrasi 1/100 sampai 1/10.000. Namun, penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) menunjukkan bahwa formalin terdapat pada makanan yang sehari-hari kita konsumsi, yaitu mi basah, ikan asin, dan tahu. Seharusnya formalin dilarang digunakan pada makanan karena dampak buruk akibat penggunaan zat beracun tersebut, ujar Ari Fahrial Syam. Paparan Dampak buruk bagi kesehatan pada seseorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat paparan akut atau paparan yang berlangsung kronik. Pada masyarakat kita yang mengonsumsi makanan yang mengandung formalin, tentunya paparan ini berlangsung kronik. Dan itu bisa berdampak buruk bagi kesehatan, seperti sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual- mual, gangguan pernapasan baik batuk kronis atau sesak napas kronis. Gangguan pada persarafan berupa susah tidur, sensitf, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada perempuan akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas. Penggunaan formalin jangka panjang dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan. Pada penelitian binatang menyebabkan kanker kulit dan kanker paru. Formalin juga dapat diserap oleh kulit dan dapat juga terhirup oleh pernapasan. Oleh karena itu, kontak langsung dengan zat tersebut tanpa menelannya juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Formalin juga dapat merusak persarafan tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang bersifat racun untuk persarafan tubuh (neurotoksik). Sampai sejauh ini informasi-informasi yang ada menyebutkan tidak ada level aman bagi formalin ini jika tertelan oleh manusia. Perlu Zat Pengawet Alternatif Pengusaha Tahu Kediri Menutup Usahanya Menteri Perdagangan Mari Pangestu minta pencegahan penggunaan formalin sebagai pengawet makanan dilakukan secara komprehensif. Solusinya adalah mencarikan bahan pengawet alternatif yang tidak membahayakan kesehatan para konsumen serta harga terjangkau kalangan UKM.

Menteri mengutarakan itu di Mataram, Senin (2/1), menanggapi isu penggunaan formalin sebagai zat pengawet makanan yang meresahkan masyarakat. Menurut Mari, pengaturan distribusi dan pengawasan penjualan formalin di dalam negeri belum didukung peraturan dan ketentuan yang lengkap, terutama sanksi hukum bagi penjual secara perorangan. Ketentuan yang ada baru berupa penjualan kepada industri-industri kimia dan industri pupuk. Dengan sendirinya, selain industri yang disebutkan tadi, tidak diizinkan menggunakan atau membeli formalin secara bebas. Untuk mencegah penyalahgunaan formalin, diperlukan mekanisme pengawasan yang baik, disertai penjualan lebih selektif terutama para pembeli perorangan. Misalnya, pembeli perorangan dipersyaratkan menunjukkan kartu tanda penduduk sehingga kalau terjadi hal yang tidak diinginkan bisa segera dilacak siapa pembelinya, ujarnya. Pengawasan impor formalin juga perlu mendapat perhatian serius, mengingat saat ini ada perusahaan yang memegang izin mengimpor formalin. Karena dampak negatifnya bagi kesehatan, perlu diawasi sosialisasinya yang dilakukan instansi kepada para pedagang dan masyarakat. Untuk mengatasi situasi saat ini, pemerintah hendak menerbitkan sertifikat bagi sejumlah makanan bebas formalin. Namun, agar proses pengurusannya tidak berbelit-belit, kini masih dalam proses konsultasi dengan instansi terkait. Ini mengingat, kalangan usaha kecil menengah yang tidak menggunakan formalin juga terkena imbas oleh isu itu. Ini ditandai dengan menurunnya omzet usaha mereka. Harus diawasi Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BB POM) Jawa Barat, Djoko Sunarjo, mengemukakan, peredaran formalin di pasaran harus diawasi. Upaya ini dinilai lebih efektif dibandingkan dengan menerbitkan label bebas formalin pada setiap produk. Enggak perlu ada label formalin. Misalnya ada label bebas, apakah bisa menjamin? Hari ini mungkin bebas formalin. Sepekan kemudian produknya mengandung formalin, tetapi labelnya tetap saja tertempel, ujar Djoko Sunarjo. Menurut dia, langkah awal yang bisa dilakukan adalah memutus mata rantai pasokan formalin sehingga tidak sembarang orang bisa membeli. Permintaan dan penawaran formalin harus diatur, ujarnya. Seharusnya, ada pengawasan secara lintas sektor. Bila perlu dibuat satuan kerja khusus dengan instansi lain. Produk makanannya diawasi oleh BB POM, tata niaganya oleh Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan, dan izin usahanya pun harus dipadankan. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Agus Gustiar menyatakan, pihaknya mengharapkan adanya payung hukum untuk memperkuat pengawasan formalin terutama dari distributor ke pengecer. Selama ini, pengawasan penjualan formalin oleh Disperindag hanya dilakukan kepada importir dan produsen terdaftar. Tahu kediri

Pemberitaan tentang penggunaan formalin untuk produk makanan, termasuk tahu, berimbas pada usaha industri tahu di Kota Kediri, Jawa Timur, yang selama ini memang dikenal kekhasannya. Sejumlah pengusaha tahu di Kota Kediri meliburkan karyawannya karena produksi mereka yang terus menurun. Bahkan, ada pengusaha tahu yang menghentikan total kegiatan produksinya. Petugas dari BB POM Jatim yang melakukan kunjungan ke 10 industri tahu di Kecamatan Pesantren, Kediri, untuk memeriksa penggunaan formalin, kemarin, terpaksa kembali dengan tangan kosong karena industri tahu sudah tutup dan tak berproduksi lagi. Sudah lima hari terakhir ini industri-industri tahu itu tutup. Imbas yang sama dialami industri mi segar. Produksi mi segar sebagai bahan baku mi ayam di eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah, anjlok hingga 70 persen. (RUL/AYS/D11/WHY/ NIK/SEM/D02/D10/D15/D01/LOK)

Anda mungkin juga menyukai