Anda di halaman 1dari 9

T

Kelompok B-2 :
1. Bagus Susanto
2. Nabilah Azzahra Jatiatmaja
3. Dien Nisa Aulia
4. Rizqy Hanifah A.
5. Cecilia Okaresti W.
6. I Dewa Agung Ayu
7. Sintha Ariprianti
8. Deafitri Puspitasari
9. Aji Bagus Prakoso
10. Alvinsa Firsandika P.
11. Fatkhurrozi Rizal
12. Yusuf Hilman H.
13. Pavita Eka Amalia
14. Seciora Rizky P.
15. Febby Kurnia A.

021411131075
021411131076
021411131077
021411131078
021411131079
021411131080
021411131081
021411131083
021411131084
021411131085
021411131086
021411131087
021411131088
021411131089
021411131090

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL-FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
Semester Genap 2015 / 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membersihkan luka
memar, luka iris, luka lecet, dan juga luka bakar ringan, yang terjadi akibat trauma seperti
kecelekaan lalu lintas, kecelekaan kerja, ataupun kecelakaan lainnya. Selain itu antiseptik
juga dapat dimasukkan ke dalam definisi bahan yang digunakan untuk pencegahan infeksi
pada bagian jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan bagian seperti bibir,
saluran kencing dan juga alat kelamin . (Folks, 2011)
Dalam makalah ini, kami akan menjalaskan antiseptik jenis formaldehida, baik dari
segi cara kerjanya, serta efek sampingnya.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana mekanisme kerja dari formaldehida dan bahaya yang ditimbulkan?
1.2 Tujuan
Mengetahui bagaimana mekansime kerja dari formaldehida dan bahaya yang ditimbulkan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antiseptik (dari bahasa Yunani, anti, yang berarti "melawan", dan sepsis, yang
berarti "pembusukan") adalah kerusakan atau kontrol pertumbuhan mikroorganisme pada
jaringan hidup. Antiseptik adalah zat yang melaksanakan antiseptik. Mereka diterapkan
secara eksternal untuk mencegah pertumbuhan bakteri, untuk mengobati infeksi kulit, dan
untuk mendisinfeksi luka.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri
dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain
pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan,
lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia
yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik
tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.
Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam
proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua
bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi. Bahan kimia
tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas
dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara
kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia,
khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya. Banyak bahan kimia
yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam
golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus
-COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan
halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang
mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida

1.1 Formaldehida
1.1.Sifat dan Struktur kimia
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal,atau formalin), merupakan
aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal
sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane.
Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859,
tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Pada umumnya, formaldehida terbentuk
akibat reasioksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu,formaldehida bisa dihasilkan
dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada
kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida
dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain
yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme,termasuk manusia.
Formalin adalah larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan kimia
37% Formaldehid (metanal), 15 % metanol dan sisanya adalah Air. Pengertian Formalin

dalam Ilmu Kimia, Formalin adalah senyawa organik yang termasuk dalam kelompok Aldehid
dengan rumus molekulnya CH2O dikenal dengan nama Formaldehid atau metanal.
Formaldehid merupakan senyawa yang paling sederhana dari kelompok Aldehid dengan
jumlah rantai karbon hanya satu.

Struktur kimia formaldehida


1.1.2 Manfaat Formaldehida Secara Umum
Manfaat formaldehida diantaranya adalah untuk bahan pembuatan pupuk dalam
bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku
dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk
sumur minyak.. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis
(plywood). Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet
untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,

pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri perikanan, formalin
digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui
sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti
fluke dan kulit berlendir. Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar
bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet.
Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan
sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. Dalam industri, formaldehida
kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan
dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras.
Resin ini dipakai utk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayu lapis/tripleks atau
karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi
formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahanbahan kimia, formaldehida dipakai utk produksi alkohol polifungsional seperti
pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang
lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana,
serta heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk
membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering
digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan
peledak.
1.1.2.1 Manfaat Formaldehida dalam Bidang Medis
Formaldehida dalam bidang medis dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi.
Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya
mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk
mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan cadaver.
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agenini
sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair
sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
Dalam praktek dokter gigi, formalin digunakan sebagai antiseptik dalam
pengobatan pulpa, abses alveolar, dan juga sebagai aplikasi lokal untuk ulkus, dan ulcer.
1.1.3 Mekanisme Kerja Formaldehida
Proses kerja formaldehida, yang merupakan bahan utama formalin, ternyata
tidak sama dengan desinfektan lain sehingga dipilih sebagai pengawet mayat.

Formaldehida akan beraksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk
melindungi dari serangan berikutnya. Sementara desinfektan lain seperti tetracycline,
amikacin, baytril, mendeaktifisikan bekerja dan menyerang bakteri dengan cara
membunuh dan tidak beraksi dengan bahan yang dilindunginya.
Formalin efektif untuk membunuh berbagai macam parasit dan bakteri. Formalin
membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri itu dehidrasi dan membentuk
lapisan di permukaan bahan yang diberi formalin sehingga tahan terhadap serangan bakteri
yang lain (Kardono, 2006). Sifat antimikrobial dari formaldehid merupakan hasil dari
kemampuannya menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan asam amino
bebas dalam protein menjadi campuran lain. Kemampuan dari formaldehid meningkat
seiring dengan peningkatan suhu (Lund, 1994). Larutan formaldehid 0,5% dalam waktu 6 12 jam dapat membunuh bakteri dan dalam waktu 2 - 4 hari dapat membunuh spora,
sedangkan larutan formaldehid 8% dapat membunuh spora dalam waktu 18 jam (WHO,
2002).
Formaldehid dapat merusak bakteri karena bakteri adalah protein. Pada reaksi
formaldehid dengan protein, yang pertama kali diserang adalah gugus amina pada posisi
lisin diantara gugus-gugus polar dari peptide. Formaldehid selain mengikat gugus -NH2
dari lisin juga menyerang residu tirosin dan histidin. Pengikatan formaldehid pada gugus
-NH2 dari lisin berjalan lambat merupakan reaksi yang searah, sedangkan ikatannya
dengan gugus amino bebas berjalan cepat dan merupakan reaksi bolak-balik. Ikatan
formaldehid dengan gugus amino dalam reaksi ini tidak dapat dihilangkan dengan
dianalisis sehingga ikatan ini turut menyokong kestabilan struktur molekul (Cahyadi,
2006). Selain itu, formaldehida dapat membuat jembatan amine yang menghubungkan
asam amino satu dengan yang lain, sehingga bisa mengganggu metabolisme sel hidup.
Inilah sebabnya formaldehida sangat ampuh membunuh kuman-kuman dan sering
digunakan sebagai disinfektan (Iskandar, 2003)
Formalin merupakan zat toksin dan sangat iritatif untuk kulit dan mata yang
membahayakan kesehatan manusia. Bagi manusia, larutan ini merupakan zat racun,
bersinogen (penyebab kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh),
karosit, dan iritatif. Beberapa survei NCI para profesional yang berpotensi terkena
formaldehida dalam pekerjaan mereka, seperti ahli anatomi dan pembalsem, menunjukkan
bahwa orang-orang ini berada pada peningkatan risiko leukemia dan kanker otak
dibandingkan dengan populasi umum (Hauptmann, et al., 2009). Begitu juga pada orang

yang bekerja pada jasa pemakaman telah ditemukan hubungan antara peningkatan paparan
formaldehida dan kanker darah berupa leukimia myeloid (NCI, 2011).
Formaldehid dapat digunakan untuk membunuh semua mikroorganisme, tetapi
tidak efektif pada suhu dibawah 20oC (Yuwono, 2012).
1.1.4 Dampak Buruk Penggunaan Formaldehida
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara cepat dengan hampir semua zat di
dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel. Selain itu
kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi,
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (perubahan fungsi sel)
serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing
bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah
(Cahyadi, 2006).
Pemaparan

formaldehid

terhadap

kulit

menyebabkan

kulit

mengeras,

menimbulkan kontak dermatitis dan reaksi sensitivitas, sedangkan pada sistem reproduksi
wanita akan menimbulkan gangguan menstruasi, toksemia, dan anemia pada kehamilan,
peningkatan aborsi spontan serta penurunan berat badan bayi yang baru lahir. Uap dari
larutan formaldehid menyebabkan iritasi membran mukosa hidung, mata, dan tenggorokan
apabila terhisap dalam bentuk gas pada konsentrasi 0,03 4 bpj selama 35 menit. Selain
itu dapat menyebabkan iritasi pernafasan parah seperti batuk, disfagia, spasme laring,
bronchitis, pneumonia, asma, dan udem pulmonary (Smith, 1991). Ketika formaldehida
terdapat di udara pada tingkat melebihi 0,1 ppm, beberapa individu mungkin mengalami
efek samping seperti mata berair; sensasi terbakar di mata, hidung, dan tenggorokan;
batuk, mengi, mual, dan iritasi kulit. Beberapa orang sangat sensitif terhadap
formaldehida, sedangkan yang lain tidak memiliki reaksi ke tingkat yang sama dari
paparan (NCI, 2011).
Secara tidak langsung formalin dapat mempengaruhi hematopoiesis melalui efekefek metabolik dan menghambat proliferasi semua elemen seluler di dalam sumsum tulang
karena formalin yang masuk ke dalam tubuh akan cepat dimetabolisme menjadi asam
format dalam jaringan tubuh, khususnya pada hati dan eritrosit. Pembentukan asam format
pada eritrosit dapat menimbulkan kondisi asam pada darah. Kondisi ini mempengaruhi
hemoglobin yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Formaldehida cenderung lebih bersifat desinfektan daripada antiseptik karena efek
samping yang ditimbulkan pada jaringan tubuh bersifat teratogenik. Penggunaan
formaldehida pada makhluk hidup harus benar - benar diperhatikan kadar nya, mengingat
sifat nya yang dapat merusak jaringan.

DAFTAR PUSTAKA
Kardono, Leonardus Broto., 2006. Formalin Bukan Formalitas. Buletin CP. 73(7) : 1-3
Lund, M., 1994. Handbook of Food Additives. Vol. 1 & 2. CRC Press, Florida.
Cahyadi, W., 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Smith, J., 1991. Food Additive Users Handbook. Blackie & Sons Ltd, New York.
Yuwono. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Diakses pada
http://eprints.unsri.ac.id/1786/2/Mikrobiol2012_OK.pdf tanggal 22 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai